Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dian Mardiarini Ismail
Jakarta: Pusat bahasa dan Budaya UIN, 2003
297 DIA t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
S4921
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Australia: Royal College of Nursing, 1996
610.73 POL
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1992
S6181
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Napitupulu, Tarlitha Gracia
"ABSTRACT
Pada masa modern ini, penderitaan berat yang dirasakan pasien sebagai akibat dari penyakit yang sulit atau bahkan sudah tidak dapat disembuhkan masih menjadi suatu permasalahan dalam dunia kedokteran. Penderitaan yang berat tersebut mungkin akan lepas apabila kematian datang. Hal ini berkaitan dengan euthanasia yang bertentangan dengan Sumpah Dokter, Etika, maupun Hukum. Walaupun pada praktiknya, euthanasia sudah kerap dilakukan di Indonesia dengan melakukan penghentian terapi bantuan hidup terhadap pasien terminal yang merupakan bentuk euthanasia pasif. Untuk menghadapi permasalahan tersebut, muncul sebuah studi untuk menangani kontroversi etik yang disebut bioetika kedokteran dan diatur di dalam Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI). Hukum di Indonesia menyatakan bahwa euthanasia merupakan suatu yang dilarang dan dapat dipidanakan, namun terjadi ketidaksesuaian regulasi antara satu dengan lainnya karena pada nyatanya penghentian terapi bantuan hidup terhadap pasien terminal diatur di dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 37 tahun 2014 tentang Penghentian Kematian dan Pemanfaatan Organ Donor. Dalam menganalisis permasalahan tersebut, skripsi ini diteliti dengan metode yuridis-normatif serta menggunakan tipologi penelitian deskriptif. Adapun hasil analisa yang disimpulkan oleh penulis yakni penghentian terapi bantuan hidup terhadap pasien terminal diperbolehkan berdasarkan bioetika kedokteran dan hukum di Indonesia. Selanjutnya, saran yang penulis berikan, yakni: kepada Ikatan Dokter Indonesia agar menjelaskan bentuk euthanasia apakah yang sebenarnya dilarang, kepada Pemerintah khususnya tim revisi KUHP agar mengubah definisi euthanasia karena sudah tidak relevan dengan keadaan sekarang, dan kepada Media Massa agar lebih bijak dalam memberikan informasi dengan melakukan riset terlebih dahulu mengenai topik artikel yang akan diberitakan supaya tidak terjadi kesalahan dalam memberikan informasi.

ABSTRACT
In modern era, the severe suffering felt by patients as a result of difficult or even incurable diseases is still a problem in the medical world. Severe suffering may be released when death comes. This is related to euthanasia which is contrary to the Doctors Oath, Ethics, and Law. Although in practice, euthanasia has often been carried out in Indonesia by stopping life assistance therapy for terminal patients which is a form of passive euthanasia. To deal with these problems, a study emerged to address the ethical controversy called medical bioethics and regulated in the Indonesian Medical Ethics Code (KODEKI). Indonesian Law states that euthanasia is prohibited and can be criminalized, but there is a discrepancy between one another regulations because in reality the termination of life assistance therapy for terminal patients is regulated in the Minister of Health Regulation No. 37 of 2014 concerning the Cessation of Death and Use of Donor Organs. In analyzing these problems, this thesis was examined by juridical-normative method and used descriptive research typology. The results of the analysis concluded by the authors is the termination of life assistance therapy for terminal patients is permissible based on medical bioethics and law in Indonesia. Furthermore, the suggestion that the author gives are: to the Indonesian Doctors Association to explain the form of euthanasia is actually prohibited, to the Government especially the Criminal Code revision team to change the definition of euthanasia because it is not relevant to the present situation, and to Mass Media to be more informed by doing research first on the topic of the article that will be reported so that there is no error in providing information."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Armania Putri
"ABSTRAK
Perdebatan euthanasia belakangan menjadi pembahasan yang sukar karena banyak berbenturan dengan konsep
sosial yang ada di lingkungan masyarakat saat ini. Objek dari penelitian ini adalah euthanasia pasif dengan
berlandaskan konsep kematian dimana kematian bukanlah suatu hal yang ditakutkan melainkan kematian
merupakan gambaran dari kebebasan. Penelitian ini juga membahas mengenai euthanasia pasif melalu pendekatan
filosofis etika terapan yang menjadi titik berangkat peneliti, dimana euthanasia dapat dibenarkan berdasarkan alasan
kehendak kebebasannya diri. Penelitian ini menjadi relevan karena merepresentasikan bagaimana seharusnya
manusia bertindak dan bagaimana euthanasia dapat dijustifikasi etis sebegai tindakan yang bermoral. Tujuan
penelitian ini adalah menjelaskan kebebasan diri seseorang yang sudah tidak memiliki kehendak untuk melakukan
sesuatu dalam fenomena euthanasia pasif. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa dalam kasus euthanasia
pasif, keluarga memiliki kehendak atas diri seorang pasien euthanasia pasif karena memiliki beban moral atasnya.
Keputusan moral keluarga dapat memengaruhi bagaimana pasien bisa bebas dari penderitaan, sedangkan euthanasia
berhadapan dengan prinsip dasar manusia yaitu mengenai sesuatu yang dianggap benar dan bermoral. Karena
bahwasanya seorang manusia memiliki tanggung jawab moral atas segala hal yang dilakukan dan memiliki
pertimbangan etis. Maka tindakan euthanasia bisa dibenarkan berdasarkan justifikasi etis.

ABSTRACT
The debate over euthanasia has recently become a difficult discussion because there are many conflicts with the
social concepts that exist in todays society. The object of this study is passive euthanasia based on the concept of
death where death is not something to be feared but death is a picture of freedom. This study also discusses passive euthanasia through a philosophical approach to applied ethics which is the starting point of researchers, where
euthanasia can be justified based on the reasons for their own freedom. This research becomes relevant because it
represents how humans should act and how euthanasia can be justified ethically as moral action. The purpose of this
study is to explain the freedom of a person who does not have the will to do something in the phenomenon of
passive euthanasia. Based on the results of the study concluded that in the case of passive euthanasia, the family has
a will for a passive euthanasia patient because of his moral burden. Family moral decisions can influence how
patients can be free from suffering, while euthanasia is dealing with basic human principles, namely something that
is considered right and moral. Because that a human being has moral responsibility for everything that is done and
has ethical considerations. So the act of euthanasia can be justified based on ethical justification."
2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Hardiyanti
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas perbandingan antara Death with Dignity Act di Oregon, Amerika Serikat dengan peraturan euthanasia di Indonesia. Dengan metode penelitian yurudis normatif. Death with Dignity Act adalah peraturan di Oregon yang memperbolehkan pasien dengan penyakit mematikan dapat meminta untuk mengakhiri hidupnya sendiri. Peraturan di Indonesia melarang euthanasia dalam bentuk apapun akan dibandingkan dengan Death with Dignity Act sendiri dengan menggunakan kasus Agian dan Brittany Maynard. Dengan demikian dapat dilihat bahwa peraturan mengenai euthanasia memiliki beberapa persamaan dan juga perbedaan dari berbagai segi. Hasil penelitian menyarankan bahwa pemerintah perlu melakukan sosialisasi ke masyarakat agar lebih memahami bahwa tindakan yang mengakhiri nyawa seseorang termasuk didalamnya penghentian tindakan medis yang tidak sesuai definisi mati dapat dikenakan pidana.

ABSTRACT
The focus of this study is to compare Death with Dignity Act in Iregon, United States, with euthanasia regulations in Indonesia. By using the juridical normative research method. Death with Dignity Act is a regulation in Oregon which allows patient with terminal disease to request for their life to be ended. Indonesia?s regulations that forbid euthanasia in all kinds of form will be compared with Dignity Act by analyzing the case of Agian and Brittany Maynard. Thus, it can be seen that both regulations have similarities and also differences. The results of the study suggested that the government needs to socialize to the community to better understand that the end lives someone which included the termination of medical procedures not conforming definition dead could be criminal."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2016
S62171
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Hardiyanti
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas perbandingan antara Death with Dignity Act di Oregon, Amerika Serikat dengan peraturan euthanasia di Indonesia. Dengan metode penelitian yurudis normatif. Death with Dignity Act adalah peraturan di Oregon yang memperbolehkan pasien dengan penyakit mematikan dapat meminta untuk mengakhiri hidupnya sendiri. Peraturan di Indonesia melarang euthanasia dalam bentuk apapun akan dibandingkan dengan Death with Dignity Act sendiri dengan menggunakan kasus Agian dan Brittany Maynard. Dengan demikian dapat dilihat bahwa peraturan mengenai euthanasia memiliki beberapa persamaan dan juga perbedaan dari berbagai segi. Hasil penelitian menyarankan bahwa pemerintah perlu melakukan sosialisasi ke masyarakat agar lebih memahami bahwa tindakan yang mengakhiri nyawa seseorang termasuk didalamnya penghentian tindakan medis yang tidak sesuai definisi mati dapat dikenakan pidana.

ABSTRACT
The focus of this study is to compare Death with Dignity Act in Iregon, United States, with euthanasia regulations in Indonesia. By using the juridical normative research method. Death with Dignity Act is a regulation in Oregon which allows patient with terminal disease to request for their life to be ended. Indonesia?s regulations that forbid euthanasia in all kinds of form will be compared with Dignity Act by analyzing the case of Agian and Brittany Maynard. Thus, it can be seen that both regulations have similarities and also differences. The results of the study suggested that the government needs to socialize to the community to better understand that the end lives someone which included the termination of medical procedures not conforming definition dead could be criminal."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2016
S62171
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Linda Unsriana
"ABSTRAK
Mori Ogai adalah seorang pengarang besar Jepang pada masa kesusatraan Jepang modem. Pada zamannya, Ogai disejajarkan dengan pengarang Natsume Soseki.
Karya Mori Ogai yang berjudul Takase Bune ini mengisahkan tentang tindakan seorang kakak yang membantu mengakhiri kehidupan adik kandungnya sendiri. Di Taman sekarang, tindakan itu dikenal dengan istilah euthanasia.
Dan satu lagi masalah yang dibicarakan dalam cerpen ini, yaitu masalah kebahagiaan. Kebahagiaan tidaklah identik dengan kekayaan. lni dibuktikan oleh tokoh utama dalam karya ini, dimana meskipun ia tidak mempunyai harta namun ia telah merasa puas dan bahagia dalam hidupnya.

"
1995
S13654
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmatsjah Said
"Perkembangan ilmu dan teknik kedokteran ternyata selain menyelesaikan masalah yang ada, juga sekaligus menimbulkan masalah-masalah baru, antara lain dalam bidang etika kedokteran. Seperti, bagaimana sikap seorang dokter dalam menghadapi akhir hayat seorang pasien yang menderita. Berdasarkan studi kepustakaan, dikemukakan beberapa pengertian tentang mati juga beberapa definisi euthanasia. Selanjutnya dalam tiga bab disampaikan pendapat-pendapat yang kontroversial, yaitu tentang euthanasia pasif, aktif yang tidak-langsung dan yang langsung. Kemudian dalam bab terakhir dikemukakan catatan kritis tentang tingkah laku dokter dalam masalah tersebut. Dalam keputusan dokter terhadap pasiennya, seharusnya ia mengadakan relasi yang fungsional dalam imanensi ilmu dan teknik kedokteran. Ia harus mentransendensikan relasinya untuk dapat mengambil keputusan moral. Disini buah pikiran yang bermacam-macam dari belakang meja dapat dimanfaatkan sebagai referensi, sesuai dengan situasi dan keadaan pasien. Setiap sikap dokter yang merupakan keputusan moral harus dapat dikembalikan ke norma dasar, yaitu memaksimalisasikan -akibat-baik dan keadilan. Dan dokter harus mengkondisikan dirinya untuk kecondongan dasar untuk berbuat baik tersebut."
Depok: Universitas Indonesia, 1987
S16159
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>