Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 29 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zahra Nurul Nafisah
"Penelitian ini dilakukan pada proses kerja pekerja maintenance di Hanggar Pusat Produksi PT. Dirgantara Indonesia. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menjelaskan risiko low back pain pada aktivitas manual handling. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan menggunakan metode MAC Manual Handling Assessment Chart dan RAPP Risk Assessment of Pushing and Pulling untuk menilai risiko terkait postur janggal, beban kerja, frekuensi, dan durasi pekerjaan. Terdapat proses kerja terkait aktivitas manual handling yaitu peroses perbaikan mesin pembuatan tools pesawat dan penggantian coolant.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat hubungan antara aktivitas manual handling terhadap risiko low back pain yaitu lifting, carrying, team handling dan pushing / pulling p-value 0.000 . Berdasarkan skor MAC dan RAPP hasil skor lifting 8-14, skor carrying 7-13, skor team handling 10-16 dan skor pushing / pulling dengan menggunakan medium equipment 7-13. Sedangkan untuk hasil faktor individu menunjukan tidak terdapat hubungan dengan risiko low back pain.

The research wa done in the work prosess of maintenance workers in Hanggar Production Center PT. Dirgantara Indonesia Aerospace Industries . The purpose is explaining low back pain risk in manual handling activity. The research uses cross sectional design along with MAC Manual Handling Assessment Chart and RAPP Risk Assessment Of Pushing and Pulling toassess the risk associated with odd posture, workload, frequenct, and duration of work. There are two process associated with manual handling activity are process of repairing machine, making airplane tools, and changing the coolant.
The result is having relationa manual handling activity with low back pain p value 0.000 . Such as lifting, carrying, team handling and pushing pulling based on score MAC and RAPP with lifting score 8 14, carrying score 7 13, team handling score 10 16 and pushing pulling with used medium equipment score 7 13. However, the result of individu factor doesn 39 t relation with low back pain risk.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arum Ariasih
"Kekerasan perempuan merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama di seluruh dunia. Hasil pemetaan Komnas Perempuan tahun 2013 di seluruh Indonesia menunjukkan kekerasan terhadap perempuan persebarannya semakin luas, bentuknya beragam, menimbulkan bekas trauma yang dalam, dan jumlah terus berkembang mencapai 279.156 kasus. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 sikap setuju terhadap kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) meningkat menjadi 34,5% dari 30,8% (pada perempuan) dan 17,3% dari 16,3% (pada laki-laki) di tahun 2007. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan besaran sikap dan faktor individu, keluarga, dan masyarakat yang berhubungan dengan sikap setuju terhadap KDRT. Analisis data dilakukan pada responden laki-laki dan perempuan menikah; 38.873 orang pada SDKI 2007 dan 40.626 orang pada SDKI 2012. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional dengan analisis statistik menggunakan regresi logistik berganda. Hasil penelitian menunjukan peningkatan sikap setuju terhadap KDRT dari tahun 2007 ke 2012. Sikap setuju lebih diterima secara luas pada faktor individu (perempuan, orang berusia lebih muda, orang berpendidikan rendah, menikah muda, status ekonomi rendah, tinggal di pedesaan, tinggal di wilayah timur) dan faktor keluarga (pernikahan yang singkat, pengambilan keputusan tunggal).

Violence against women is a major public health problem worldwide. The Indonesian Women National Commission 2013 mapping results showed that violence against women spreads more widely, in various types, causing traumatic scars, and the number continues to grow reaching 279.156 cases. According to the 2012 Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS), attitude supporting domestic violence increase to 34.5% from 30.8% (in women) and 17.3% from 16.3% (in men) compared to 2007. This research aims to obtain attitudinal changes at individual, family, and community level of those who agreed supported domestic violence. Data analysis was done on married men and women, a total of 38,873 in 2007 IDHS and 40,626 in 2012 IDHS. IDHS used a cross-sectional design and the statistical analysis employed logistic regression. The results show an increased in supportive attitudes toward domestic violence (from 2007 to 2012). Women are more supportive at individual level, younger age, low education, younger of age at first marriage, and living rural areas and eastern island. At family level, shorter length a marital time and being a sole decision maker are significantly related to supportive attitude toward violence against women.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T41622
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfonsa Reni Oktavia
"Konsumsi sayur-buah masih rendah pada mahasiswa baik di rural maupun urban. Konsumsi buah dan sayur adalah hal yang penting untuk mencegah munculnya penyakit degeneratif. Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi buah dan sayur pada mahasiswa di daerah rural dan urban. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional. Dilaksanakan di Universitas Negeri Yogyakarta dengan jumlah sampel 196 mahasiswa. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat, chi-square, dan regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan frekuensi konsumsi sayuran yang kurang pada mahasiswa lebih tinggi di daerah urban. Berbeda dengan frekuensi konsumsi buah yang kurang pada mahasiswa di daerah rural lebih tinggi. Terdapat hubungan yang signifikan antara konsumsi sayuran di daerah rural dengan tingkat pendidikan ayah p=0,031 dan persepsi citra tubuh p=0,041 sedangkan di daerah urban yang berhubungan signifikan yaitu pengetahuan p=0,047 dan persepsi citra tubuh p=0,049. Konsumsi buah di daerah rural berhubungan signifikan dengan persepsi citra tubuh p=0,016, sedangkan di daerah urban yaitu uang bulanan p=0,006. Faktor dominan dalam konsumsi sayuran di daerah rural yaitu pendidikan ayah, sedangkan di daerah urban yaitu pengetahuan adapun faktor dominan dalam konsumsi buah di daerah urban yaitu uang bulanan. Untuk meningkatkan konsumsi buah dan sayur perlu peningkatan pengetahuan dan alokasi uang saku agar tercukupi sesuai anjuran.Kata kunci:Faktor individu, konsumsi buah, konsumsi sayur, mahasiswa, rural dan urban

Consumption of fruit vegetables is still low in college students both in rural and urban. Consumption of fruits and vegetables is an important thing to prevent the emergence of degenerative diseases. The purpose of this research is to know the factors related to the consumption of fruits and vegetables to college students in rural and urban areas. This research use cross sectional research design. Implemented at Universitas Negeri Yogyakarta with a sample of 196. The analysis used is univariate, chi square, and multiple logistic regression analysis. The results showed the frequency of less vegetable consumption in college students was higher in urban areas. In contrast to the frequency of less fruit consumption in college students in higher rural areas. There was a significant correlation between consumption of vegetables in rural area with education level of father p 0,031 and perception of body image p 0,041 while in urban area significant relation was knowledge p 0,047 and perception of body image p 0,049. Fruit consumption in rural areas was significantly related to perception of body image p 0,016, while in urban area that is monthly money p 0,006. The dominant factor in the consumption of vegetables in rural areas is the education of the father, while in the urban areas of knowledge as for the dominant factor in the consumption of fruit in the urban area is monthly money. To increase the consumption of fruits and vegetables need to increase knowledge and allocation of allowance to be fulfilled as recommended."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T49484
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rola Mesrani
"Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan distres kerja sebagai epidemi global abad ke-21. Pegawai yang bekerja di instansi pemerintahan sangat berisiko mengalami distres kerja, termasuk Unit Pelaksana Teknis Kementerian Kesehatan di Batam. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis determinan distres kerja pegawai pada Unit Pelaksana Teknis Kementerian Kesehatan di Batam tahun 2023. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional, dengan sampel penelitian ini diambil menggunakan metode purposive sampling yang berjumlah 174 orang. Pengumpulan data menggunakan kuesioner Copenhagen Psychosocial Questionnaire (COPSOQ) III ditambah dengan 4 pertanyaan terbuka. Hasil penelitian menunjukan bahwa mayoritas pegawai mengalami distres ringan (62,6%). Berdasarkan analisis inferensial dengan uji chi square terdapat hubungan faktor individu (jenis kelamin) dengan distres kerja, dan terdapat hubungan faktor psikososial (work-life balance) dengan distres kerja pegawai pada Unit Pelaksana Teknis Kementerian Kesehatan di Batam Tahun 2023. Uji regresi logistik ganda menunjukan variabel jenis kelamin merupakan faktor yang paling dominan, yaitu pegawai perempuan memiliki peluang sebesar 6,2 kali lebih tinggi dibandingkan laki-laki untuk mengalami distres kerja setelah dikontrol variabel usia, sifat pekerjaan, hubungan interpersonal, dan work life balance. Perlu dilakukan upaya pengendalian dan pencegahan distres kerja pegawai dengan menerapkan manajemen stres di tempat kerja baik di tingkat individu maupun organisasi.

The World Health Organization (WHO) classifies job distress as a global epidemic of the 21st century. Employees working in government agencies are highly at risk of experiencing job distress, including the Technical Implementation Unit of the Ministry of Health in Batam. This study aims to analyze the determinants of job distress among employees in the Technical Implementation Unit of the Ministry of Health in Batam in 2023. The study adopts a cross-sectional design, with a sample of 174 individuals selected using purposive sampling method. Data collection is done using the Copenhagen Psychosocial Questionnaire (COPSOQ) III, supplemented with 4 open-ended questions. The results of the study show that the majority of employees experience mild distress (62.6%). Based on inferential analysis using the chi-square test, there is a relationship between individual factors (gender) and job distress, and a relationship between psychosocial factors (work-life balance) and job distress among employees in the Technical Implementation Unit of the Ministry of Health in Batam, 2023. Multiple logistic regression analysis indicates that gender is the most dominant factor, with female employees having a 6,2 times higher chance of experiencing job distress compared to male employees, after controlling for age, job nature, interpersonal relationships, and work-life balance variables. Efforts to control and prevent job distress among employees are necessary, including the implementation of workplace stress management at both individual and organizational levels."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dony Septriana Rosady
"PENDAHULUAN: Petugas keamanan merupakan pekerjaan khusus yang membutuhkan kebugaran fisik yang baik. Upaya menjaga kebugaran fisik adalah dengan melakukan program latihan fisik secara terstruktur dengan memperhatikan frekuensi, intensitas, waktu dan jenisnya.
TUJUAN: Penelitian ini akan menganalisis pengaruh program latihan fisik terstruktur, faktor individu, dan faktor terkait pekerjaan terhadap kebugaran fisik petugas keamanan di PT. Kota X Bandung.
METODE: Desain penelitian one group pretest-posttest. Data yang digunakan merupakan data sekunder yang meliputi data sosiodemografi, kebugaran fisik menggunakan metode Cooper Test, dan data faktor terkait pekerjaan (kualitas tidur, stres kerja, dan kelelahan kerja) dari 67 petugas keamanan di PT. Kota X Bandung. Data dianalisis dengan menggunakan aplikasi SPSS. Tahap pertama dialkukan analisis bivariat terhadap perubahan kebugaaran fisik sebelum dan setelah program latihan fisik secara terstruktur. Analisis multivariat dilakukan pada variabel independen (usia, indeks massa tubuh, perilaku merokok, kualitas tidur, stres kerja, dan kelelahan kerja) terhadap vaariabel dependen (perubahan kebugaran fisik).
HASIL: Analisis menggunakan uji-t sampel berpasangan menunjukkan bahwa ada hubungan antara jarak tempuh pada Cooper Test sebelum dan sesudah mengikuti program latihan fisik terstruktur bagi pekerja (p < 0,001). Hasil analisis menunjukkan bahwa ada hubungan antara kelelahan kerja (p<0,001), stres kerja, dimensi ketaksaan peran (p=0,001), dimensi konflik peran (p=0,014), dimensi kelebihan beban kerja kuantitatif (p=<0,001), dimensi kelebihan beban kerja kualitatif (p=<0,001), pengembangan karir (p=0,001), dan dimensi tanggung jawab kepada orang lain (p=<0,001) dengan perubahan/perbedaan kebugaran fisik pekerja. Hasil independent t-test menunjukkan bahwa ada hubungan antara kualitas tidur dengan perubahan kebugaran jasmani pekerja (p=<0,001). Hasil analisis menunjukkan nilai koefisien determinasi (R square) = 0,496 artinya variabel kelelahan kerja dan stres kerja dimensi konflik peran dan kualitas tidur dapat mempengaruhi perubahan kebugaran jasmani Petugas Keamanan PT. X sebesar 49,6%, sisanya dipengaruhi oleh variabel lain. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa variabel yang mempengaruhi kebugaran jasmani petugas adalah kelelahan kerja (p<0,001), stres kerja, dimensi konflik peran (p=0,036) dan kualitas tidur (p=0,015). Kelebihan penelitian ini menggunakan program latihan fisik sesuai dengan alat ukur kebugaran berupa lari selama 12 menit. Disamping itu penelitiian ini meneliti faktor individu dan faktir terkait pekerjaan yang dapat mempengaruhi hasil perubahan kebugaran fisik. Kekurangan penelitian ini belum mengkaji faktor lainnya seperti aktivitas fisik dan asupan nutrisi yang juga dapat mempengaruhi perubahan kebugaran fisik.
KESIMPULAN: Program latihan fisik pekerja yang terstruktur berpengaruh terhadap kebugaran fisik petugas kemanan di PT. Kota X Bandung. Cooper Test dapat digunakan sebagai modalitas, baik untuk uji latih maupun uji ukur untuk meningkatkan kebugaran fisik pekerja. Kelelahan kerja, stresor kerja – konflik peran, dan kualitas tidur dapat mempengaruhi perubahan kebugaran jasmani. Perlu dilakukan upaya meningkatkan dan menjaga kebugaran fisik dengan cara mengembangkan kebijakan dan standar prosedur operasional terkait kebugaran fisik pekerja, mengupaykan jam kerja yang sesuai dengan regulasi, mengupayakan istirahat yang cukup, dan mengembangkan program bimbingan dan konseling bagi pekerja.

INTRODUCTION: Security officers are specialized jobs that require good physical fitness. The effort to maintain physical fitness is to carry out a structured physical exercise program by paying attention to the frequency, intensity, time and type.
AIM: This study will analyze the effect of a structured physical exercise program, individual factors, and work-related factors on the physical fitness of security officers at X Company Bandung City.
METHOD: One group pretest-posttest research design. The data used is secondary data which includes sociodemographic data, physical fitness using the Cooper Test method, and data on work-related factors (sleep quality, work stress, and work fatigue) from 67 security officers at X Company Bandung City. Data were analyzed using the SPSS application. The first stage was a bivariate analysis of changes in physical fitness before and after a structured physical exercise program. Multivariate analysis was performed on the independent variables (age, body mass index, smoking behavior, sleep quality, work stress, and work fatigue) on the dependent variable (changes in physical fitness).
RESULTS: Analysis using paired sample t-test showed that there was a relationship between distance on the Cooper Test before and after participating in a structured physical exercise program for workers (p <0.001). The results of the analysis showed that there was a relationship between work fatigue (p<0.001), work stress, dimensions of roel ambiguity (p=0.001), dimensions of role conflict (p=0.014), dimensions of quantitative work overload (p=<0.001), dimensions of qualitative work overload (p=<0.001), career development (p=0.001), and dimensions of responsibility to others (p=<0.001) with changes/differences in workers' physical fitness. The results of the independent t-test showed that there was a relationship between sleep quality and changes in workers' physical fitness (p=<0.001). The results of the analysis show that the coefficient of determination (R square) = 0.496 means that the variables of work fatigue and work stress dimensions of role conflict and sleep quality can affect changes in physical fitness of Security Officers of PT. X is 49.6%, the rest is influenced by other variables. The results of the multivariate analysis showed that the variables affecting the physical fitness of the officers were work fatigue (p<0.001), work stress, dimensions of role conflict (p=0.036) and sleep quality (p=0.015). The advantage of this study is using a physical exercise program in accordance with a fitness measurement tool in the form of running for 12 minutes. In addition, this study examines individual and work-related factors that can affect the results of changes in physical fitness. The weakness of this study has not examined other factors such as physical activity and nutritional intake which can also affect changes in physical fitness.
CONCLUSION: A structured worker physical exercise program affects the physical fitness of security officers at PT. City X Bandung. The Cooper Test can be used as a modality, both for practice test and measuring test to improve the physical fitness of workers. Work fatigue, work stressors – role conflict, and sleep quality can affect changes in physical fitness. Efforts need to be made to improve and maintain physical fitness by developing policies and standard operating procedures related to workers' physical fitness, paying for working hours according to regulations, seeking adequate rest, and developing guidance and counseling programs for workers.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusrina Hidayati
"Kejadian kekerasan paling tinggi yaitu kekerasan dalam rumah tangga, perempuan yang mempunyai sikap tidak setuju terhadap tindak kekerasan mampu melawan dan melaporkan tindakan kekerasan yang dilakukan oleh suami. Sikap pada istri terhadap kekerasan dipengaruhi oleh faktor individu, keluarga dan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap istri terhadap tindak kekerasan suami dalam rumah tangga di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data sekunder Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017 dengan desain studi cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 19.418 orang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 19.418 wanita usia 15-49 tahun di Indonesia terdapat 71,1% istri mempunyai sikap tidak setuju terhadap tindak kekerasan suami. Wanita yang mempunyai sikap tidak setuju dipengaruhi oleh faktor usia, pendidikan, daerah tempat tinggal, status ekonomi dan jumlah anak. Usia memiliki pengaruh yang besar dengan nilai OR 1,5 ibu dengan usia ≥35 memiliki sikap tidak setuju terhadap tindak kekerasan suami dari pada ibu yang memiliki usia 15-24 tahun. Masalah kekerasan dapat diselesaikan dengan upaya kampanye isu KDRT kepada masyarakat dilakukan secara intensif dengan pola pendekatan individu, keluarga, kelompok masyarakat dan sesuai budaya masyarakat setempat.

The highest incidence of violence is domestic violence, women who have an attitude of disapproval of violence are able to fight and report acts of violence committed by their husbands. Attitudes towards wives towards violence are influenced by individual, family and community factors. This study aims to determine the factors related to the attitudes of wives towards violence against husbands in household in Indonesia. This study used secondary data from the 2017 Indonesian Health Demographic Survey (IDHS) with a cross sectional study design. The number of samples was 19,418 people. The results of this study indicate that out of 19,418 women aged 15-49 years in Indonesia, 71.1% of wives have a disagreement with husband's violence. Women who have a disagreement attitude are influenced by factors of age, education, area of residence, economic status and number of children. Education has a great influence with an OR value of 1.5 mothers with higher education have more disagreement with husband's violence than mothers who have low education. The problem of violence can be resolved by campaigning the issue of domestic violence to the community which is carried out intensively with a pattern of approaching individuals, families, community groups and according to the culture of the local community."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christina Anugrahini
"Penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan antara faktor individu dan organisasi dengan kepatuhan perawat dalam menerapkan pedoman patient safety di RSAB Harapan Kita Jakarta. Desain penelitian korelasi deskriptif dengan cross sectional. Sampel 144 perawat. Analisis data chi square, uji T independen dan regresi logistik.
Hasil penelitian ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara usia, tingkat pendidikan, masa kerja, kepemimpinan, struktur organisasi, desain kerja dengan kepatuhan perawat dalam menerapkan pedoman patient safety. Variabel yang dominan adalah desain kerja (p value = 0,000; OR= 35,897).
Saran: agar pihak manajer rumah sakit mempertahankan dan meningkatkan desain keja yang baik guna mencapai kepatuhan perawat dalam menerapkan pedoman patient safety untuk mencapai keselamatan pasien di rumah sakit.

This study is to determine the relationship between individual and organizational factors on adherence of nurses in implementing patient safety guidelines in RSAB Harapan Kita Jakarta. Descriptive study with cross sectional correlation design. The sample of 144 nurses. Data analysis Chi square test, independent t test and logistic regression.
Results found significant relationship between age, educational level, years of service, leadership, organizational structure, job design to the compliance of nurses in implementing patient safety guidelines. Dominant variable is the design of work (p = 0.000, OR = 35.897).
Suggestion: that the hospital managers to maintain and enhance good evil design to achieve compliance with the nurse in implementing patient safety guidelines to achieve patient safety in hospitals.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
T28432
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Magda Sabrina Theofany
"ABSTRAK
>
Sick Building Syndrome SBS merupakan gejala-gejala non spesifik yang dialami pada seseorang ketika berada di dalam ruangan dan menghilang ketika seseorang berada di luar ruangan. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi udara di dalam ruangan seperti kualitas fisik, kimia dan biologis serta kondisi individu yang dipengaruhi oleh kebiasaan maupun riwayat penyakit. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor dominan yang memengaruhi kejadian Sick Building Syndrome pada Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Desain studi yang digunakan adalah cross sectional dengan menggunakan teknik random sampling dan di dapatkan jumlah sampel sebanyak 82 orang karyawan. Pengambilan data dilakukan dengan pengukuran dan penyebaran kusioner dengan metode wawancara. Hasil penelitian univariat menujukkan gejala yang banyak dialami adalah gejala pada kulit, gejala-gejala umum seperti pusing, kelelahan, sulit berkonsentrasi serta gejala pada mata. Terdapat sebanyak 18 orang 22 karyawan dinyatakan mengalami SBS. Hasil uji bivariat secara statistik tidak menujukkan adanya variabel bebas yang berhubungan dengan variabel terikat dengan nilai variabel jenis kelamin p=0.659; OR=0.684, kebiasaan merokok p=0.676;OR= 0.412, riwayat alergi p=0.059; OR=3.19, usia p=0.062;OR=3.34, penggunaan komputer p=1;OR=1.02, waktu kerja p=0.75;OR=1.37, suhu p=0.716;OR=1.45, kelembaban p=0.649;OR=0.663, pencahayaan p=0.567;OR=1.7 dan kepadatan ruang udara p=0.327;OR=1.85. Hasil uji multivariat menujukkan variabel riwayat alergi dan usia merupakan faktor yang paling dominan memengaruhi kejadian SBS pada penelitian ini. Disarankan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut terhadap kualitas fisik dan biologis.

ABSTRACT
Sick Building Syndrome SBS is a non specific symptom experienced in a person while indoors and disappears when someone is outdoors. This is influenced by indoor air conditions such as physical, chemical and biological qualities as well as individual conditions affected by habit or history of disease. This study was conducted to determine the dominant factors that influence the prevalence of Sick Building Syndrome at the Secretariat of Research and Development of Health Ministry of Health RI. The study design used was cross sectional by using random sampling technique and got 82 samples. Data collection is done by measuring and distributing the questionnaire by interview method. The results of univariate studies showed symptoms that many experienced are symptoms of the skin, general symptoms such as dizziness, fatigue, difficulty concentrating and symptoms on the eyes. There were 18 people 22 of employees stated to have SBS. The result of bivariate test statistically did not show any independent variable related with dependent variable with gender variable value p 0.659 OR 0.684, smoking habit p 0.676 OR 0.412, allergy history p 0.059 OR P 0.75 OR 1.37, working temperature p 0.716 OR 1.45, age p 0.062 OR humidity p 0.649 OR 0.663, illumination p 0.567 OR 1.7 and airspace density p 0.327 OR 1.85 . Multivariate test results showed that allergy and age variables were the most dominant factors influencing the incidence of SBS in this study. It is recommended to conduct further research on physical and biological qualities."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dawima Nuri Afiati Chrismin
"Aktivitas fisik yang tergolong kurang dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit tidak menular. Penelitian yang ada menunjukkan bahwa terjadi peningkatan proporsi remaja yang kurang aktif saat pandemi Covid-19. Adapaun faktor-faktor yang dapat berhubungan dengan perilaku aktivitas fisik remaja yaitu jenis kelamin, efikasi diri, tingkat stres, kebiasaan aktivitas fisik sebelum pandemi, recreational screen time, dukungan keluarga, dukungan teman, dan ketersediaan fasilitas olahraga di rumah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan proporsi aktivitas fisik saat pandemi Covid-19 pada 200 remaja di Kota Depok berdasarkan faktor-faktor tersebut dengan menggunakan desain studi cross-sectional. Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2022 hingga Mei 2022. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 65% remaja di Kota Depok mengalami penurunan aktivitas fisik saat pandemi Covid-19. Berdasarkan analisis uji chi-square, ditemukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara aktivitas fisik saat pandemi Covid-19 pada remaja di Kota Depok berdasarkan jenis kelamin (nilai-p = 0,005; OR = 2,415), efikasi diri (nilai-p < 0,001; OR = 3,598), tingkat stres (nilai-p = 0,035; OR = 5,625), kebiasaan aktivitas fisik sebelum pandemi (nilai-p < 0,001; OR = 5,486), dukungan keluarga (nilai-p = 0,022; OR = 2,018), dan dukungan teman (nilai-p < 0,001; OR = 2,995). Tidak ditemukan perbedaan yang signifikan antara aktivitas fisik saat pandemi Covid-19 pada remaja di Kota Depok berdasarkan recreational screen time (nilai-p = 1,000) dan ketersediaan fasilitas olahraga di rumah (nilai-p = 0,929).

Physical inactivity can increase the risk of non-communicable diseases. Existing research shows that there is an increase in the proportion of adolescents who are less active during the Covid-19 pandemic. The factors that can relate to physical activity behavior in adolescents consist of gender, self-efficacy, stress levels, physical activity habits before the pandemic, recreational screen time, family support, friend support, and the availability of sports facilities at home. The purpose of this study is to determine the difference in physical activity during the Covid-19 pandemic in 200 adolescents in Depok City based on these factors using a cross-sectional study design. The study was conducted from March 2022 to May 2022. The results showed that 65% of adolescents in Depok City experienced a decrease in physical activity during the Covid-19 pandemic. Based on the chi-square test, the analysis showed a significant difference between physical activity during the Covid-19 pandemic in adolescents in Depok City based on gender (p-value = 0,005; OR = 2,415), self-efficacy (p-value < 0,001; OR = 3,598), stress level (p-value = 0,035; OR = 5,625), physical activity habits before the pandemic (p-value < 0,001; OR = 5,486), family support (p-value = 0,022; OR = 2,018), and peer support (p-value < 0,001; OR = 2,995). There was no significant difference between physical activity during the Covid-19 pandemic among adolescents in Depok City based on recreational screen time (p-value = 1,000) and the availability of sports facilities at home (p-value = 0,929)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diva Revyanda
"Distres kerja adalah respons negatif fisik dan emosional terhadap ketidaksesuaian antara tuntutan pekerjaan, sumber daya, dan kemampuan pekerja yang dapat menimbulkan dampak terhadap kondisi fisiologis dan psikologis pekerja. Guru SLB Negeri merupakan salah satu profesi yang rentan mengalami distres kerja karena pekerjaannya yang berbeda dengan guru sekolah formal pada umumnya serta memiliki tuntutan peran dan tekanan pekerjaan yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kejadian distres kerja dan menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan distres kerja pada guru SLB Negeri di wilayah Kota Jakarta Selatan. Penelitian ini dilakukan kepada guru dari empat SLB Negeri di Kota Jakarta Selatan. Besar sampel yang digunakan adalah total sampling, yaitu 199 orang. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan desain penelitian cross-sectional. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner yang diadaptasi dari NIOSH Generic Job Stress Questionnaire. Dari besar sampel sebanyak 199 orang, hanya 186 orang yang bersedia menjadi responden sehingga didapatkan hasil bahwa sebanyak 84 orang (45,2%) mengalami distres kerja dan 102 orang (54,8%) tidak mengalami distres kerja. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan secara statistik melalui uji chi-square adalah usia (nilai P = 0,034), status pernikahan (nilai P = 0,022), dan ambiguitas peran (nilai P = 0,015)

Work distress is a physical and emotional negative response to the discrepancy between job demands, resource and abilities of workers, which can has many impact on physiological and psychological conditions of workers. Public special education teacher is one of the professions that are prone to work distress because their jobs are different from other formal schoolteachers and have high job demands and pressures. This study aims to describe the conditions of work distress and analyze the factors related to work distress for public special education teachers in Jakarta Selatan. This study conducted on teachers from four public special educations in Jakarta Selatan so that the sample size used was total sampling, which was 199 respondents. The study method used is quantitative with cross-sectional design study and uses instrument adapted from NIOSH Generic Job Stress Questionnaire. From 199 respondents, only 186 respondents were willing to filled the questionnaire so the results showed that 84 respondents (45,2%) experienced work distress and 102 respondents (54,8%) did not experience work distress. The factors related to work distress through Chi-Square test were age (P value = 0,034), marital status (P value = 0,022) and role ambiguity (P value = 0,015)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>