Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Cahyanti W.S.
"Latar belakang: Anak tunarungu mengalami gangguan pendengaran yang dapat menyebabkan kecemasan terhadap perawatan gigi. Anak tunarungu cenderung rentan terhadap kecemasan karena ketidakmampuan mereka dalam mengkomunikasikan emosi negatif dan kesulitan untuk menerima informasi tentang kesehatan gigi mulut. Perawatan gigi dikenal merupakan perawatan yang menimbulkan stress. Menangani pasien yang cemas merupakan tantangan bagi dokter gigi; perawatan membutuhkan lebih banyak waktu dan timbulnya perilaku tidak kooperatif pasien yang memberikan efek negatif pada kinerja dokter gigi. Kecemasan perawatan gigi dapat menyebabkan pasien menghindar, perilaku tidak kooperatif dan perubahan fisiologis dalam tubuh seperti meningkatnya frekuensi pernapasan dan detak jantung. Pendekatan khusus untuk mendidik anak-anak tunarungu dengan menggunakan media visual dapat berguna untuk mengurangi kecemasan gigi.
Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh edukasi menggunakan buku pop-up 'Aku dan Gigiku' pada kecemasan gigi pada anak-anak tunarungu, yang diamati dari frekuensi napas.
Metode Penelitian: 42 anak tunarungu dibagi menjadi masing-masing 21 anak dalam kelompok intervensi dan tanpa intervensi. Penilaian kecemasan dilakukan dengan mengukur frekuensi napas yang dilakukan sebelum dan sesudah intervensi menggunakan buku pop-up 'Aku dan Gigiku'. Data statistik kemudian dianalisis menggunakan t-tes berpasangan untuk membandingkan antara kelompok intervensi dan kelompok tanpa intervensi.
Hasil: Terdapat perbedaan yang signifikan secara statistik dalam nilai delta dari frekuensi napas antara kelompok intervensi dan kelompok tanpa intervensi.
Kesimpulan: Buku pop-up terbukti efektif sebagai media edukasi visual untuk mengurangi kecemasan gigi pada anak tunarungu.

Background: Children with hearing impairment has communication barrier, that can induce dental anxiety. Deaf children are prone to dental anxiety because of their disability to communicate their negative feelings and difficulties to receive information about dental health care. Dental treatment is known as a stressful treatment. Treating an anxious patient is a challenge for dentists; treatment might take more time and the patient's uncooperative behavior gives a negative effect on the dentist's performance. Anxiety of dental treatment can lead to avoidance, uncooperative behavior and physiologic changes in the body such as respiratory rate and heart rate. Special approach to educate hearing-impaired children by using visual media can be useful to reduce dental anxiety.
Aim: The aim of this study is to verify the impact of education using pop-up book on dental anxiety in hearing-impaired children, observed from respiratory rate.
Methods: 42 children with hearing impairment who were retrospectively subclassified for study and control group. Assesment of anxiety by measuring respiratory rate were conducted before and after intervention using pop-up book. The data were analyzed using unpaired t-test for intergroup comparison between the study and control group.
Result: There were a significant mean reduction of respiratory rate in the study group and mean increase of respiratory rate in the control group. A significant difference of respiratory rate was found among the study and control group.
Conclusion: Our result suggest that pop-up book was found to be effective as a visual education tool to reduce dental anxiety in hearing-impaired children.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Zeng, Fan-Gang, editor
"This proposed volume takes off from Volume 20, and expands the examination of implants into new and highly exciting areas. This edited book starts with an overview and introduction by Dr. Fan-Gang Zeng. Chapters 2-9 cover technological development and the advances in treating the full spectrum of ear disorders in the last ten years. Chapters 10-15 discuss brain responses to electric stimulation and their perceptual impact. This volume is particularly exciting because there have been quantum leap from the traditional technology discussed in Volume 20. "
New York: Springer, 2011
e20417594
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Aprillia Puspita Rachmadani
"Latar belakang: Anak tunarungu sering mengalami kecemasan yang disebabkan karena keterbatasan mereka dalam memahami bahasa melalui indera pendengaran. Hal ini yang menjadi hambatan bagi anak tunarungu dalam berkomunikasi sehingga timbul perasaan tidak aman yang dapat mengakibatkan kecemasan. Kecemasan yang dialami anak tunarungu menjadi hambatan bagi mereka dalam melakukan perawatan gigi. Buku pop-up adalah buku dengan gambar timbul tiga dimensi sehingga dapat meningkatkan imajinasi dan ketertarikkan pada anak tunarungu. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh edukasi buku pop-up "Aku dan Gigiku" terhadap kecemasan perawatan gigi dinilai melalui alfa amilase saliva anak tunarungu.
Metode Penelitian: Pengukuran nilai alfa amilase pada 42 anak tunarungu dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok intervensi dengan buku pop-up "Aku dan Gigiku" dan kelompok tanpa intervensi buku pop-up "Aku dan Gigiku" masing-masing 21 anak dari usia 7–9 tahun. Anak tunarungu dalam kelompok intervensi di edukasi dengan buku-buku pop-up "Aku dan Gigiku". Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental klinis.
Hasil: Data statistik dianalisis dengan uji Mann-Whitney. Terdapat  perbedaan yang signifikan secara statistik pada nilai delta alfa amilase saliva antara kelompok intervensi dengan buku pop-up "Aku dan Gigiku" dan kelompok tanpa intervensi.
Kesimpulan: Terdapat pengaruh intervensi buku pop-up "Aku dan Gigiku" terhadap alfa amilase saliva pada anak tunarungu usia 7-9 tahun.

Children who have hearing impairments often experience feelings of anxiety because of both their limitations in understanding language through their auditory senses and the barriers of limitations they encounter when communicating. The anxiety experienced by children with hearing impairments becomes an obstacle for them when they receiving dental treatments. This pop-up book is a form of three-dimensional interactive literature that allows children to become involved in the story. The book has grown into a genre that delights and educates children of all ages. The aim of this study is to assess and compare the anxiety levels of hearing impaired children who were educated by using the pop-up book "Aku dan Gigiku" before receiving dental treatments to the levels of children who were not educated with the book before receiving dental treatments. The assessment and comparison were done by measuring the children's salivary alpha amylase (SAA) levels. The SAA levels were measured in 42 seven-to-nine-year-old children who had hearing impairments. The children were divided into two groups: the intervention group, which used the pop-up book "Aku dan Gigiku," and the control group, which did not. This study used the experimental design for clinical research. The Mann-Whitney U test was used to compare measurements of any decreases in SAA levels between the two groups. Statistical comparison of how much the SAA levels changed indicated significant differences between the intervention group that used pop-up book "Aku dan Gigiku" and the control group, p = 0.001 (p < 0.05). Analysis of the changes in the SAA levels showed that the pop-up book was effective in reducing anxiety among hearing impaired children."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hajid Naufal Atthousi
"ABSTRACT
Belum adanya akomodasi yang memadai untuk para tunarungu di bidang Pendidikan merupakan salah satu permasalahan di Indonesia saat ini. Alat bantu ajar sebagai salah satu alat akomodasi dapat membantu para tunarungu untuk mengakselerasi dan meningkatkan kualitas pendidikan mereka. Penelitian ini menggunakan pendekatan design thinking dalam merancang alat tersebut agar hasil dari rancangan tersebut sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pengguna. Dimulai dari fase empati hingga fase define yang didapatkan bahwa target pengguna memiliki sebuah kebutuhan dan keinginan untuk mempelajari kosakata dengan mudah dan menyenangkan. Dilanjutkan dengan fase ideation dengan stakeholder dan prototyping untuk menghasilkan ide dan mewujudkan alat bantu ajar yang disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan mereka dalam bentuk sebuah permainan arcade game dengan kartu kata-kata. Diakhiri dengan fase testing yang menunjukan bahwa alat tersebut mampu meningkatkan pemahaman bahasa reseptif visual sebesar 8,07 dan bahasa ekspresif visual sebesar 77,74 dengan cara yang menyenangkan. Penelitian ini telah menghasilkan suatu alat bantu ajar yang dirancang dengan pendekatan design thinking yang dapat meningkatkan kualitas belajar mereka di sekolah sesuai dengan kebutuhan dan kemauan murid sekolah dasar tunarungu dan telah divalidasi oleh stakeholder.

ABSTRACT
The absence of adequate accommodation for the hearing impaired in the Education field is one of the problems in Indonesia nowadays. Teaching aids as an accommodation tool can help the deaf to accelerate and improve the quality of their education. This research uses design thinking approach in designing the tool so that the result of the design is in accordance with the needs and desires of the users. Started from the empathy phase until the define phase which obtained that the target users have a need and desire to learn the vocabulary with ease and fun. Then proceed with the ideation phase with stakeholders and prototyping to generate ideas and create the learning support tools in accordance with their needs and desires in the form of an arcade game with card of words. Then ended with the testing phase which shows that the tool is able to improve visual receptive language comprehension of 8.07 and visual expressive language of 77.74 in a fun way. This research has produced a learning support tool that designed with design thinking approach which can improve the quality of their learning in school in accordance with the needs and desires of hearing impaired elementary school students and has been validated by stakeholders."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edifar Yunus
"Kebisingan adalah merupakan salah satu potensi bahaya yang ada dilingkungan tempat kerja di area produksi PKS 1 PT. X, dimana hampir seluruh line produksi mempunyai intensitas kebisingan di atas 85 dBA. Kondisi lingkungan kerja seperti ini merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan dan penyakit akibat kerja pada pekerja, yakni terjadinya penurunan fungsi pendengaran. Penelitian ini berjudul "Hubungan Kebisingan Terhadap Penurunan Fungsi Pendengaran Pada Pekerja Pabrik Kelapa Sawit 1 PT. X Tahun 2014". Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa apakah ada hubungan antara kebisingan dengan terjadinya penurunan fungsi pendengaran pada pekerja. Faktor yang berhubungan dengan kebisingan yang diteliti adalah intensitas bising, dan faktor yang berhubungan dengan karakteristik individu yakni: umur pekerja, masa kerja, jumlah jam kerja perhari. Untuk faktor intensitas bising didapat dengan melakukan pengukuran pada area produksi diamana pekerja beraktifitas, sementara faktor yang berkaitan dengan individu tentang umur pekerja, masa kerja, lama pajanan perhari, dan pemakaian APT di peroleh dari hasil kuesioner. Penelitian ini menggunakan desain analitik dengan pendekatan potong lintang di mana seluruh variabel dalam penelitian ini diukur satu kali pada waktu yang sama dengan tujuan menganalisis hubungan antara kebisingan terhadap penurunan fungsi pendengaran pada pekerja PKS 1 PT. X tahun 2014. Dari hasil penelitian diketahui bahwa sebanyak 55,17% responden bekerja di area dengan intensitas kebisingan lebih dari 85 dBA, 82,76% responden berumur kurang dari 40 tahun, 70,11% dengan masa kerja lebih dari 5 tahun, dan 75,86 bekerja12 jam perhari. Pada pemeriksaan audiometri didapatkan 54,0% responden mengalami ketulian sensorineural. Setelah dilakukan analisis univariat dan bivariat pada peneitian ini penulis menyimpulkan faktor-faktor intensitas bising, umur pekerja, masa kerja, dan jumlah jam kerja perhari berhubungan erat dengan penurunan fungsi pendengaran. Hubungan pemakaian APT dengan penurunan fungsi pendengaran tak dapat dinilai karena seluruh pekerja tidak memakai APT.

Noise is one of the risk factors at POM 1 production site environment of PT. X where most of its production lines retain noise intensity above 85 dBA. This noise intensive jobsite is a risk factor that could give rise to hearing loss as occupational disease among workers. ?The Correlation of Noise and Hearing Loss among Workers at Palm Oil Mill 1 (POM 1) of PT. X. in The Year of 2014? is the title of this study. The aim of this study is to analyse the correlation of noise and evidence of hearing loss among workers. Noise intensity is noise related factor; meanwhile age, length of service, and number of working hours per day are worker?s individual characteristics in this study. Noise intensity factor is obtained by noise measuring at production site where employees use to work, while worker?s individual factors such as age, length of service, number of working hours per day, and use of personal protective equipment (PPE) are acquired by questionnaire. This is a cross-sectional analyses study design where all the variables are measured once at the same time to enable noise and hearing loss correlation analyses on workers at POM 1 of PT X in the year of 2014. This study involved as many as 55.17% respondents who worked at jobsite with noise intensity more than 85 dBA, 72,8% aged less than 40 years, 70.11% with length of service less than 5 years, and 75.86% worked 12 hours per day. Measurement results revealed that 54.0% respondents developed sensor-neural hearing loss. Upon univariate and bivariate analyses done on this study, the researcher concludes that noise intensity, worker?s age, length of service, and number of working hours per day are factors that have close correlation to hearing loss among workers. The use of PPE is the factor that could not be analysed because none the workers wear any PPE. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library