Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 50 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Riva`i Anugraha Sumangkut
Abstrak :
Peningkatan konsumsi energi terutama disebabkan oleh standar hidup yang lebih tinggi yang memerlukan ekspansi bangunan, industri, dan transportasi. Tindakan ini menyebabkan sebagian besar konsumsi energi digunakan untuk pendinginan ruangan guna memenuhi kebutuhan kenyamanan termal. Hal tersebut berkontribusi pada penurunan sumber daya alam dan lapisan ozon, serta menyebabkan pemanasan global. Oleh karena itu, sistem pendinginan yang lebih efisien sangat dibutuhkan dengan menggunakan teknologi dehumidifikasi yang efisien. Penelitian ini menganalisis pengaruh laju dan temperatur solution terhadap proses regenerasi pada sistem ionic liquid desiccant dengan cooling pad. Penelitian dilakukan untuk mengatasi masalah kelembaban udara yang dapat menyebabkan berbagai masalah serius seperti perkembangbiakan jamur, korosi, dan penurunan kualitas udara dalam ruangan. Sistem Liquid Desiccant Air Conditioning (LDAC) menggunakan ionic liquid sebagai desiccant untuk mengekstraksi uap air dari udara dengan konsumsi energi yang lebih rendah dibandingkan dengan sistem HVAC konvensional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses regenerasi tunggal cenderung tidak stabil dengan rata-rata nilai Δhumidity ratio sebesar 6,58 g/Kg, sedangkan proses regenerasi silang lebih stabil dengan rata-rata Δhumidity ratio sebesar 3,28 g/Kg. Hal ini menunjukkan bahwa proses regenerasi tunggal memiliki nilai rata-rata Δhumidity ratio yang lebih tinggi namun proses regenerasi silang lebih efisien dibandingkan dengan proses tunggal dikarenakan perubahan nilainya yang lebih stabil walaupun memiliki rata rata Δhumidity ratio yang lebih rendah jika dilihat dari proses analisis. ......The increase in energy consumption is primarily driven by higher living standards, which necessitate the expansion of buildings, industries, and transportation. These activities lead to a significant portion of energy being used for space cooling to meet thermal comfort needs. This contributes to the depletion of natural resources and the ozone layer, as well as global warming. Therefore, more efficient cooling systems are urgently needed, utilizing efficient dehumidification technology. This study analyzes the impact of solution flow rate and temperature on the regeneration process in an ionic liquid desiccant system with a cooling pad. The research is conducted to address humidity issues that can cause various serious problems such as mold growth, corrosion, and indoor air quality degradation. The Liquid Desiccant Air Conditioning (LDAC) system uses ionic liquid as a desiccant to extract water vapor from the air with lower energy consumption compared to conventional HVAC systems. The results indicate that the single regeneration process tends to be unstable with an average Δhumidity ratio of 6.58 g/kg, while the cross-regeneration process is more stable with an average Δhumidity ratio of 3.28 g/kg. This shows that the single regeneration process has a higher average Δhumidity ratio, but the cross-regeneration process is more efficient due to its more stable value changes, despite having a lower average humidity ratio as seen from the process analysis.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Supanti
Abstrak :
Telah dibuat alat untuk mengukur temperatur dan kelembaban ruangan. Alat tersebut terdiri dari unit sensor temperatur, sensor kelembaban, rangkaian pengkondisi sinyal dan mikrokontroler AVR Atmega8535, sedangkan untuk perangkat lunak menggunakan pemrograman AVR Bascom yang berfungsi untuk mengambil data, mengolah dan menampilkan ke LCD. Sensor temperatur yang digunakan adalah LM35 dan sensor kelembaban yang digunakan adalah 808H5V5. Dalam unjuk kerja alat, keluaran dari sensor temperatur dan kelembaban akan dikondisikan oleh rangkaian pengkondisi sinyal agar dapat diproses oleh ADC pada mikrokontroler. Nilai temperatur dan kelembaban yang terukur akan ditampilkan melalui LCD. Dari hasil pegukuran diperoleh karakteristik sensor temperatur sebelum penguatan memiliki daerah linier dengan persamaan: V=0.0098T + 0.0027 dengan kelinearannya R2=0.9988 sedangkan karakteristik sensor temperatur setelah penguatan memiliki daerah linier dengan persamaan: V=0.0193T + 0.0097 dengan kelinearannya R2=0.9998 . Untuk sensor kelembaban sebelum pengkondisi sinyal memiliki daerah linear dengan persamaan: V=0.0595RH + 2.3315 dengan kelinearannya R2 =0.9937, dan untuk karakteristik sensor kelembaban setelah pengkondisi sinyal memiliki daerah linier dengan persamaan: V= 0.0299RH + 0.768 dengan kelinearannya R2=0.9878. Dari hasil pengukuran perubahan temperatur terhadap kelembaban memiliki daerah linier RH=9.3T+42 dengan kelinearannya R2=0.9767.
Have been made an instrument to measure temperature and humidity of room. The instrument consist of unit sensor temperature, sensor humidity, signal conditioning and microcontroller AVR Atmega 8535, while for software using AVR Bascom programming to take data, process and present to LCD. Sensor temperature the used is LM35 and humidity sensor is 808H5V5. In work appliance, output of temperature sensor and humidity will be condition by signal conditioning circuit so that can be processed by ADC at microcontroller. Temperature value and measured humidity will be presented through LCD. From result of measuring obtained by characteristic sensor temperature before reinforcement have linear area with equation: V=0.0098T + 0.0027 with its linearity of R2 = 0.9988 while characteristic sensor temperature after reinforcement have linear area with equation: V=0.0193T + 0.0097 with its linearity of R2=0.9998. For the sensor of humidity before signal conditioning has linear area with equation: V= 0.0595RH + 2.3315 with its linearity of R2=0.9937. For characteristic sensor humidity after signal conditioning have linear areas with equation: V=0.0299RH + 0.768 with its linearity of R2=0.9878. From result of measurement changes temperature to humidity have linear area of RH=9.3T+42 with its linearity of R2=0.9767.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S29252
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Baskoro Laksitoadi
Abstrak :
Kenyamanan ruang adalah hal yang harus diperhatikan dalam sebuah perancangan bangunan. Tanpa memperhatikan hal tersebut, bisa dikatakan sebuah perancangan akan gagal karena ruangan yang tercipta tidak akan digunakan secara maksimal. Salah satu faktor kenyamanan ruang adalah kenyamanan suhu dan kelembaban ruangan. Untuk daerah tropis lembab seperti kota Jakarta, kenyamanan termis biasanya dicapai pada suhu 24 ? 28° C dengan keadaan udara bergerak pelan.

Sayangnya dengan kemajuan teknologi di bidang air conditioner, perancangan sebuah ruangan khususnya ruang publik yang besar (contoh : ballroom) bergantung sepenuhnya kepada AC untuk mencapai tingkat kenyamanan suhu ruangan. Dalam sebuah survey, ditemukan bahwa 80% konsumsi energi listrik dalam hotel tersebut adalah untuk chiller AC.

Disaat krisis energi yang tengah melanda dunia, (harga minyak mentah melambung tinggi), krisis iklim karena polusi yang semakin tinggi, dan meningkatnya minat dalam sustainable architecture, maka penelitian terhadap pengudaraan alami yang hemat energi menjadi penting.

Dengan bantuan simulasi software CFD (Computational Fluid Dynamics), pengamatan lapangan, dan data kuesioner, dijelaskan bagaimana aliran udara pada sebuah gedung olahraga menjadi sulit dirasakan oleh atlet yang bertanding dan para penonton yang hadir. Pepohonan di sekitar bangunan dapat memantulkan angin yang datang menjauhi bukaan masuk, dan perbandingan bukaan yang kecil dengan volume ruangan yang terlalu besar membuat aliran udara hanya terasa di area sekitar bukaan, sedangkan di dalam ruangan kecepatannya menjadi lambat.
Room comfort is one thing that has to be considered in a building design process. Without it, a design process can be a failure because the room will not be properly used. One of the factors of room comfort is room temperature and humidity. For a hot humid climate in Jakarta, thermal comfort usually achieved at 24 ? 28° C with the air moving slowly.

Unfortunately the development of air conditioning technology makes designers relied heavily on air conditioner to achieve comfort room temperature. In a survey, it was found that 80% of power consumption in a hotel was for running the chiller.

Because of the global energy crisis occurring right now (crude oil price sky rocketing), climate crisis because of high pollution rate, and the high interest of sustainable architecture, attention to low cost natural ventilation become very important.

With the aid of CFD (Computational Fluid Dynamics) software, field observation, and questioner data, it will be explained how the air flow in a sport hall became barely noticeable. Trees around the sports hall can block and prevent air flow from entering the sports hall and the un-proportional balance between room volume and openings make the air flow only can be felt around the inlet, while at the hall the velocity became slow.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S48445
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Akhiruddin Maddu
Abstrak :
Telah dikaji pengaruh kelembaban terhadap sifat optik film gelatin yang dibuat dengan teknik casting melalui proses sol-gel. Film gelatin dikaji sifat optiknya terhadap perlakuan variasi kondisi kelembaban. Respon optik yang diamati berupa transmisi dan absorpsi optik pada spektrum cahaya tampak yang diperoleh dari spektrofotometer UV-Vis (Ultraviolet ? Visible). Hasil pengukuran transmisi dan perhitungan absorpsi optik memperlihatkan bahwa respon optik film gelatin berada pada pita cahaya tampak yang lebar dalam rentang 530 ? 680 nm, dengan respon cukup nyata pada pita spektrum 580 ? 650 nm. Perlakuan kelembaban berbeda memberikan perubahan karakteristik optik yang signifikan, yaitu spektrum transmitansi dan absorbansi optik film gelatin berubah terhadap perubahan kelembaban. Intensitas transmitansi optik film gelatin naik terhadap kenaikan kelembaban pada selang 580 ? 650 nm, sebaliknya spektrum absorbansi optiknya turun terhadap kenaikan kelembaban pada selang tersebut. Kurva intensitas transmisi dan absorpsi optik terhadap variasi kelembaban dari 37%RH hingga 99%RH pada 610 nm memperlihatkan lineritas yang cukup baik. Dua sampel film gelatin yang diuji memperlihatkan karakteristik yang sama.
Humidity Dependence of Optical Properties of Gelatin Films. Humidity dependence of optical properties of gelatin films prepared by casting technique has been investigated. Gelatin films was investigated its optical properties to varied humidity condition. Optical responses investigated are optical transmission and absorption at visible light spectrum measured utilizing a UV-Vis (Ultraviolet ? Visible) spectrophotometer. The results of optical transmittance and absorbance obtained shows an optical response of gelatin films in widely visible light spectrum within range 530 ? 680 nm, with most clearly response in a spectrum band in 580 ? 650 nm. Different humidity treatment cause a significantly change of optical characteristics, that is the transmittance and absorbance change in to humidity. Transmittance of gelatin films increase with increasing humidity in a range 580 ? 650 nm, in contrast with absorbance that is decrease with increasing humidity. Plot of transmission and absorption intensity with varied humidity from 37%RH to 99%RH at 610 nm exhibited a good linearity. Two samples showed same characteristics.
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2006
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Iman
Abstrak :
Pembakaran spontan pada batubara merupakan salah satu masalah besar bagi industri penambangan dan pemanfaat batubara. Pembakaran spontan pada batubara di pengaruhi oleh banyak faktor , baik faktor internal maupun eksternal. Salah satu faktor eksternal adalah kelembaban relatif. Di indonesia yang beriklim tropis dan mempunyai kelembaban udara cukup tinggi faktor ini sangat penting. Metode pengujian yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode oksidasi adiabatik. Metode ini beroperasi pada temperatur awal sekitar 40oC, sehingga mensimulasikan kondisi mendekati nyata seperti yang terjadi dilapangan. Secara khusus penelitian ini membahas pengaruh kelembaban relatif pada laju peningkatan temperatur batubara dan kondisi tercapainya pembakaran spontan.
Spontaneous combustion of coals cause one of big problem for coal mining industry and coal user. Spontaneous combustion influences a lot of factors, internal also external factors. One of external factor is relative humidity. In Indonesian which have the tropical climate and have high air humidity enough this factor of vital importance. An adiabatic oxidation testing method used for this experiment. This method operate on initial temperature 40 oC, that condition of simulation near reality such as those which happened on the field. Special this research study influence of relative humidity on temperature rises and ignited state.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
T23319
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Efriyadi
Abstrak :
Pemantauan dan pengendalian kelembaban lingkungan mendapat perhatian yang semakin luas dari dulu sampai sekarang. Salah satu faktor utama untuk dapat memastikan keakuratan dan kecepatan respon alat penginderaan yang dibuat adalah dengan pemilihan bahan yang sesuai dan proses fabrikasi yang baik. Pada penelitian ini, telah difabrikasi tiga sensor kelembapan kapasitif berbasis material TiO2 dan polimer Ethyl Cellulose (EC) yaitu TiO2 murni, EC-coated TiO2 dan TiO2/EC. Karakterisasi yang dilakukan antara lain XRD, UV-Vis dan EIS. Studi sensor kelembaban terhadap semua sampel sensor diukur pada kelembaban relatif atau Relative Humidity (RH) yang berbeda (RH 11%–96%) pada variasi frekuensi dari 100 Hz-1 MHz. Dari hasil pengukuran respon dinamis diperoleh bahwa seluruh sensor yang difabrikasi telah menunjukkan penginderaan terhadap perubahan kelembapan  yang dibuktikan dengan respon kapasitansi dari semua sensor meningkat dan resistansi semua sensor menurun seiring meningkatnya RH. Sensor kelembapan EC-coated TiO2 merupakan sensor kelembapan yang lebih unggul dibandingkan TiO2 dan TiO2/EC dengan rincian hasil kinerja penginderaan yang diperoleh antara lain kapasitansi paling tinggi (111 nF), linearitas yang diperoleh hampir di seluruh rentang kelembapan dengan nilai R2 mendekati 1, histeresis rata-rata sensor paling kecil (0,018%), waktu respon dan waktu pemulihan paling cepat (7,25 s dan 1,63 s), sensitivitas rata-rata paling tinggi (5,6 x 104 %) dan stabilitas sensor baik karena perubahan nilai kapasitansi pada tiap-tiap RH diperoleh kurang dari 4% saat diukur selama 7 hari. Hasil ini juga didukung oleh karakterisasi EIS yang ditunjukkan dengan terbentuknya grafik impedansi semisirkular dan berkurang pada RH 96% yang menandakan terjadinya adsorpsi dan difusi molekul air yang sangat kuat pada lapisan sensing sensor tersebut. Berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa bahan TiO2 yang dilapisi dengan EC (EC-coated TiO2)  sangat cocok untuk diaplikasikan pada sensor kelembaban, karena terbukti mampu memperbaiki respon kinerja penginderaan dan proses adsorpsi dari sensor kelembaban TiO2 murni.  Frekuensi terbaik pada pengukuran kinerja penginderaan sampel sensor diperoleh pada frekuensi 100 Hz. Hasil ini diharapkan bisa menjadi acuan pada penelitian sensor kelembapan selanjutnya. ......Monitoring environment parameters such as humidity have received wide attention from the past up until now. One of the main factors to ensure the accuracy and response speed of the humidity sensor is the selection of appropriate materials and its fabrication process. In this research, three capacitive humidity sensors based on TiO2 material and Ethyl Cellulose (EC) polymer have been fabricated, namely pure TiO2, EC-coated TiO2 and TiO2/EC. Characterizations carried out include XRD, UV-Vis and EIS. Humidity sensor study on all sensor samples measured at different Relative Humidity (RH) (11%-96% RH) at various frequency from 100 Hz-1 MHz. From the results of dynamic response measurements, it is found that all of the fabricated sensors have shown sensing of changes in humidity as evidenced by the capacitance response of all sensor increasing and the resistance of all sensor decreasing with increasing RH. The humidity sensor EC-coated TiO2 is superior to TiO2 and TiO2/EC with details of the sensing performance results obtained, including the highest capacitance (111 nF), linearity obtained in almost the entire humidity range with an R2 value close to 1, the smallest average hysteresis (0.018%), the fastest response time and recovery time (7.25 s and 1.63 s), the highest average sensitivity (5.6 x 104%) and the stability of the sensor is good because the change in the capacitance value at each RH is obtained less than 4% when measured for 7 days. These results are also supported by EIS characterization which is indicated by the formation of a semicircular impedance graph and decreases at 96% RH which indicates the occurrence of very strong adsorption and diffusion of water molecules in the sensing layer of the sensor. Based on the results obtained, it can be concluded that TiO2 coated with EC (EC-coated TiO2) is very suitable to be applied to humidity sensor, because it has been proven to be able to improve responses of the sensing performance and adsorption process of pure TiO2 humidity sensor. The best frequency for measuring the sensing performance of the sensor is obtained at a frequency of 100 Hz. These results are expected to be a reference for future humidity sensor research.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ridcho Andrian Am
Abstrak :
ABSTRAK
ISPA merupakan masalah kesehatan pertama pada sepuluh penyakit terbanyak di Program Kesehatan Kerja Puskesmas UPT Ciomas. Hal tersebut disebabkan kurangnya pengetahuan pekerja terhadap ISPA dan kondisi bengkel yang tidak baik berpengaruh terhadap aktivitas dan kesehatan pekerja. Disain studi yang digunakan adalah cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan lingkungan fisik bangunan bengkel dan karakteristik pekerja informal terhadap kejadian ISPA dengan sampel sebanyak 85 pekerja yang berada di tujuh bengkel sepatu di Desa Pagelaran. Jumlah pekerja yang positif ISPA sebanyak 34 (40%) orang. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara kelembaban (P = 0,046) dan pencahayaan (P = 0,046) terhadap kejadian ISPA.
ABSTRACT
ARI ranks first among the ten largest diseases, caused by a lack of knowledge of the ARI and the condition of the building is not conform standardized environmental health. Cross sectional method is used in this study to know the relationship between physical environment and worker characteristics on the incidence of ARI. The research sample of whole population of workers at seven footwear factory in Desa Pagelaran. There were 34 (40%) workers who suffered from ARI. The study showed there was a relationship between humidity (P = 0,046), illumination (P = 0,046), and ARI incidences.
2014
S55987
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akhiruddin Maddu
Abstrak :
Telah dikembangkan probe sensor kelembaban menggunakan serat optik dengan cladding gelatin. Pada probe sensor kelembaban ini, cladding asli serat optik diganti dengan lapisan gelatin sebagai cladding sensitif kelembaban. Untuk menguji respon sensor serat optik yang dibuat, dilakukan pengukuran intensitas cahaya yang ditransmisikan pada probe serat optik untuk setiap variasi perlakuan kelembaban berbeda. Respon probe sensor serat optik ini diukur dari kelembaban 42% hingga 99% RH, hasilnya memperlihatkan kurva transmisi optik berbavariasi terhadap nilai kelembaban relatif (RH). Transmisi optik di dalam probe serat optik meningkat terhadap kenaikan nilai RH pada suatu rentang panjang gelombang spesifik, yaitu pada spektrum pita hijau hingga merah (500 nm - 700 nm), dengan variasi signifikan pada rentang 600 nm sampai 650 nm atau dalam pita spektrum kuning hingga merah. Panjang gelombang dimana intensitas maksimum transmisi optik terjadi pada panjang gelombang 610 nm. Dengan demikian, probe sensor kelembaban serat optik ini dapat merespon kelembaban dari 42 %R hingga 99%H dengan respon terbaik pada rentang kelembaban 60%RH hingga 72%R yang memiliki linieritas dan sensitifitas yang cukup baik.
Development of Fiber-Optic Humidity Sensor Probe with Gelatin Cladding. Humidity sensor based on optical fiber with gelatin cladding has been developed. In this humidity sensor probe, the origin cladding of optical fiber is replaced by gelatin coating as humidity sensitive cladding. Testing of the optical fiber sensor probe was conducted by measuring of light intensity transmitted on the optical fiber probe for each variation of different humidity treatments. Response of the optical fiber sensor probe measured from 42%RH to 99%RH, the results show an optical transmission curve varied with relative humidity (RH). Optical transmission in the optical fiber probe increase with RH value at a specific wavelength range, that is from green to red spectrum bands (500 nm - 700 nm), where a significant variation from 600 nm to 650 nm in yellow to red spectrum bands. Wavelength where is a maximum intensity of optical transmission occurs at 610 nm. Therefore, the optical fiber humidity sensor probe could response humidity form 42%RH to 99%RH with the best response in humidity range of 60%RH to 72%RH that is have a good linearity and sensitivity.
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2006
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rama Putra Effendi
Abstrak :
Kualitas Fisik Udara dengan Kejadian Sick Building Syndrome pada Karyawan Kantor Perusahaan ?X? di Kota Jakarta. Adanya gejala-gejala sakit fisik, sehingga ada dugaan terjadi sakit yang disebut Sick Building Syndrome (SBS) pada para karyawan kantor Perusahaan "X" di Kota Jakarta. Penelitian ini membahas kualitas fisik udara pada kantor Perusahaan "X", yaitu aspek suhu udara dan kelembaban udara ruangan dengan kejadian SBS pada 90 karyawan kantor, dengan menggunakan teknik random sampling. Hasil studi terhadap karyawan kantor Perusahaan ?X? menunjukkan, (1) sebanyak 47,8% karyawan mengalami kejadian SBS, (2) berdasarkan hasil analisis bivariat menggunakan program statistik chi square, nilai p value 0,325, dan RP 95 persen, didapat 0,714. Artinya, tidak adanya hubungan antara suhu udara dan kelembaban udara ruangan dengan kejadian SBS pada karyawan kantor Perusahaan "X" di Kota Jakarta. Terdapat beberapa kemungkinan faktor lain yang memicu terjadinya gejala-gejala SBS tersebut, seperti faktor kimia dan mikrobiologi (dari berbagai peralatan dan fasilitas kerja), dan faktor psikososial (dari pekerja sendiri).
Physical symptoms had led to the suggestion that a disease called Sick Building Syndrome (SBS) occured to the office of "X" Company in the city of Jakarta. This research that used a random sampling technique examined the physical air quality of the ?X? Company, such as indoor temperature and humidity aspects, the SBS cases of 90 workers. Research results on the Company "X" office workers showed that, (1) 47.8% workers had cases of SBS; and, (2) a value of 0.714 was acquired from the result of bivariate analysis using Chi square statistics program with p value of 0.325 and RP of 95 percent. This signifies that there were no relations between indoor temperature and humidity with the SBS cases of the Company "X" workers in Jakarta City. Possibilities of other factors were found to trigger the SBS symptoms such as chemical and microbiological factors (from work tools and facilities), and psychosocial factor (from the workers themselves).
Universitas Ahmad Dahlan. Faculty of Public Health, 2014
J-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rama Putra Effendi
Abstrak :
Physical symptoms had led to the suggestion that a disease called Sick Building Syndrome (SBS) occured to the office of “X” Company in the city of Jakarta. This research that used a random sampling technique examined the physical air quality of the “X” Company, such as indoor temperature and humidity aspects, the SBS cases of 90 workers. Research results on the Company “X” office workers showed that, (1) 47.8% workers had cases of SBS; and, (2) a value of 0.714 was acquired from the result of bivariate analysis using Chi square statistics program with p value of 0.325 and RP of 95 percent. This signifies that there were no relations between indoor temperature and humidity with the SBS cases of the Company “X” workers in Jakarta City. Possibilities of other factors were found to trigger the SBS symptoms such as chemical and microbiological factors (from work tools and facilities), and psychosocial factor (from the workers themselves).

Kualitas Fisik Udara dengan Kejadian Sick Building Syndrome pada Karyawan Kantor Perusahaan “X” di Kota Jakarta. Adanya gejala-gejala sakit fisik, sehingga ada dugaan terjadi sakit yang disebut Sick Building Syndrome (SBS) pada para karyawan kantor Perusahaan “X” di Kota Jakarta. Penelitian ini membahas kualitas fisik udara pada kantor Perusahaan “X”, yaitu aspek suhu udara dan kelembaban udara ruangan dengan kejadian SBS pada 90 karyawan kantor, dengan menggunakan teknik random sampling. Hasil studi terhadap karyawan kantor Perusahaan “X” menunjukkan, (1) sebanyak 47,8% karyawan mengalami kejadian SBS, (2) berdasarkan hasil analisis bivariat menggunakan program statistik chi square, nilai p value 0,325, dan RP 95 persen, didapat 0,714. Artinya, tidak adanya hubungan antara suhu udara dan kelembaban udara ruangan dengan kejadian SBS pada karyawan kantor Perusahaan “X” di Kota Jakarta. Terdapat beberapa kemungkinan faktor lain yang memicu terjadinya gejala-gejala SBS tersebut, seperti faktor kimia dan mikrobiologi (dari berbagai peralatan dan fasilitas kerja), dan faktor psikososial (dari pekerja sendiri).
Universitas Ahmad Dahlan. Faculty of Public Health ; Universitas Ahmad Dahlan. Center for Occupational Safety and Health Studies (PS-K3), 2014
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>