Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andi Rahmat Heriawan
"Tesis ini membahas tentang kedudukan Kreditor dalam perjanjian interbank call money dimana perjanjian ini dilaksanakan melalui perdagangan surat berharga. Sumber dana melalui Interbank Call Money merupakan sumber dana paling cepat bagi bank. Mekanisme Call money ini sering digunakan oleh bank-bank yang sedang mengalami kekurangan likuiditas harian. Penerbitan Surat Berharga berupa Promes ini pada dasarnya adalah sebuah perikatan hutang piutang antara Debitor dan Kreditor, sehingga seharusnya Debitorlah yang bertanggungjawab sepenuhnya atas penerbitan Promes dimaksud, karena pada Debitorlah hutang asli atau pokok itu terletak. Namun, kedudukan Kreditor pemegang surat berharga lemah, karena penerbitan surat berharga tidak dijamin dengan asset Debitor. Hal ini berbeda dan fasilitas Pinjaman Likuiditas Jangka Pendek (PLJP) Bank Indonesia telah menerima informasi bahwa bank terlibat dalam masalah likuiditas jangka pendek, memiliki agunan yang cukup dan dilakukan penyelidikan lebih lanjut dari bank jika diperlukan. Kedudukan bank sebagai kreditor dalam perjanjian interbank call money adalah bersifat sebagai kreditor konkuren yang tidak mempunyai hak istimewa untuk melakukan eksekusi terhadap asset debitor jika dalam perjanjian interbank call money terjadi wanprestasi atau gagal bayar. Tesis ini menggunakan penelitian yuridis normatif karena menitikberatkan pada penelitian kepustakaan yang intinya meneliti asas dan teori hukum, sistematis hukum, dan sinkronisasi hukum dengan cara menganalisanya. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif analisis dan metode kualitatif. Selanjutnya, permasalahan yang dibahas dalam tesis ini adalah mengenai kedudukan bank sebagai kreditor dalam perjanjian interbank call money dan menjabarkan upaya yang harus dilaksanakan dalam memitigasi risiko gagal bayar pinjaman likuditas tersebut.

This thesis discusses the position of Creditors in the interbank call money agreement where this agreement is implemented through securities trading. Source of funds through Interbank Call Money is the fastest source of funds for banks. Call money mechanism is often used by banks that are experiencing daily liquidity shortages. Issuance of Securities in the form of Promissory Notes is basically a debt agreement between the Debtor and Creditor, so that the Debtor should be fully responsible for the issuance of the Promissory note, because it is on the Debtor that the original or principal debt lies. However, the position of creditors holding securities is weak, because the issuance of securities is not guaranteed by the debtor's assets. This is different and Bank Indonesia's Short-Term Liquidity Loan (PLJP) facility has received information that the bank is involved in short-term liquidity problems, has sufficient collateral and is subject to further investigation from the bank if necessary. The position of the bank as a creditor in the interbank call money agreement is as a concurrent creditor who does not have the privilege to execute the debtor's assets if the interbank call money agreement is in default or default. This thesis uses normative juridical research because it focuses on library research which essentially examines legal principles and theories, legal systems, and legal synchronization by analyzing them. The data obtained were analyzed using descriptive analysis methods and qualitative methods. Furthermore, the problem discussed in this thesis is regarding the position of the bank as a creditor in the interbank call money agreement and describes the efforts that must be carried out in mitigating the risk of default on the liquidity loan."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aya Sofia
"ABSTRAK
Tesis ini menganalisis tentang mitigasi risiko nilai tukar menggunakan emas dan PUAS untuk dana Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji BPIH di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa jumlah setoran dana awal BPIH oleh calon jemaah Haji, kurs Rupiah terhadap dolar AS Nilai Tengah Rupiah , rate PUAS, dan harga emas dunia per ons dengan teknik simulasi kuantitatif dengan metode simulasi matematik. Periode dibagi menjadi 2 dua , disaat keadaan ekonomi sedang krisis Januari 2004 sampai dengan Agustus 2011 dan keadaan ekonomi sedang stabil September 2011 sampai dengan Desember 2017 . Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan jumlah bulan yang mengalami excess dan deficit antara lindung nilai dengan emas dan PUAS baik untuk semua tenor maupun semua periode. Untuk periode pertama di saat krisis, baik lindung nilai dengan emas maupun PUAS, semakin panjang tenor maka semakin besar jumlah bulan yang mengalami excess. Dari sisi nilai manfaat, terdapat perbedaan pula antara lindung nilai dengan emas dan PUAS untuk semua tenor dan semua periode. Pada periode pertama, emas memiliki rata-rata nilai manfaat monthly rate lebih tinggi dibandingkan dengan PUAS, sedangkan pada periode kedua, rata-rata nilai manfaat PUAS lebih tinggi. Banyaknya jumlah bulan yang mengalami excess dan deficit tidak berpengaruh pada nilai manfaat yang dihasilkan pada masing-masing lindung nilai emas dan PUAS . Berdasarkan hasil simulasi dari penelitian ini, emas merupakan aset lindung nilai terhadap pergerakan USD/IDR pada keadaan sedang krisis. Waktu yang tepat untuk melakukan lindung nilai dengan penempatan pada emas adalah pada keadaan ekonomi sedang krisis dan tenor yang digunakan merupakan tenor panjang yaitu 12 bulan yang memiliki rata-rata nilai manfaat cukup tinggi namun risiko volatilitas nilai manfaat lebih rendah dibandingkan dengan tenor lainnya dan probabilitas bulan yang mengalami excess lebih besar.

ABSTRACT
This thesis analyzes the mitigation of exchange rate risk using gold and PUAS for Hajj fund in Indonesia. This study uses secondary data such as amount of initial fund deposit of BPIH by Hajj pilgrims, Rupiah exchange rate against US dollar Nilai Tengah Rupiah , PUAS rate, and world gold price per ounce by quantitative simulation technique with mathematical simulation method. Period is divided into 2 two , while the economic situation is in crisis January 2004 until August 2011 and the economic condition is stable September 2011 until December 2017 . The results show that there are differences in the number of months experiencing excess and deficit between hedging with gold and PUAS for all tenors and all periods. For the first period in times of crisis, whether hedging with gold or PUAS, the longer the tenor, the greater the number of months experiencing excess. In terms of yield, there are also differences between hedging with gold and PUAS for all tenors and all periods. First period, gold had an average monthly rate higher than PUAS, while in the second period, the average monthly rate of PUAS was higher. The number of months experiencing excess and deficit does not affect the monthly rate yield generated on each hedge gold and PUAS . Based on the simulation result from this research, gold is a hedging asset against the movement of USD IDR in a state of crisis. The right time to hedge with placement in gold is in the state of the crisis economy and the tenor used is long tenor of 12 months, which has the high average yield but the risk volatility of yield is lower than the other tenors and the probability of months experiencing greater excess."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library