Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 30 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sitohang, Romaully
"Tingkat pengetahuan dan sikap Perawat dalam komunikasi terapeutik sangatlah pentinguntuk menunjang keberhasilan pemberian asuhan keperawatan. Bertujuan untukmengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap perawat dalam melakukankomunikasi terapeutik. Penelitian ini meggunakan desain cross sectional, sample sebanyak92 orang perawat, teknik pengambilan data secara simple random sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkatpengetahuan dan sikap dalam berkomunikasi terapeutik pada perawat di RS FatmawatiJakarta tahun 2016 p value =0,248.
Hasil penelitian diharapkan menjadi bahanpertimbangan agar perawat diberikan pelatihan komunikasi dan sikap dalam berkomunikasiterapeutik, serta penelitian selanjutnya bisa meneliti apa yang belum diteliti dalam halkomunikasi terapeutik.

The level of knowledge and attitude of Nurse in therapeutic communication is veryimportant to support the success of nursing care. Aims to determine the relationshipbetween the level of knowledge and attitude of nurses in conducting therapeuticcommunication. This research used cross sectional design, 92 samples of nurses, andsimple random sampling technique.
The results showed that there was no significant relationship between the level of knowledge and attitude in communicatingtherapeutic at nurses at Fatmawati Hospital Jakarta 2016 p value 0,248.
Theresults of the study are expected to be considered for nurses to be givencommunication training and attitude in therapeutic communication, and furtherresearch can examine what has not been investigated in terms of therapeuticcommunication.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S69510
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gusma Dewi
"Masa remaja merupakan masa mencari jati diri, dimana keingintahuan mengeksplore bagian tubuhnya meningkat. Tidak mengherankan bahwa pada masa remaja, seseorang dapat melakukan masturbasi. Pengetahuan masturbasi biasanya bisa diperoleh dari media elektronik maupun media cetak. Selain itu dapat juga diperoIeh dari teman sebaya (peer group).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan keterkaitan peer group dengan tingkat pengetahuan masturbasi pada remaja di SMK Mandiri Depok tahun 2010. Desain penelitian dengan menggunakan uji chi square. Analisis data dilakukan dengan univariat dan bivariat. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 85 orang dengan kriteria responden laki-laki, usia 14-18 tahun, mempunyai peer group, bersekolah di SMK Mandiri Depok.
Hasil penelitian mengenai distribusi tingkat pengetahuan didapat sebanyak 49 orang (57,6%) penegtahuan rendah. Sedangkan keterikatan peer group pada siswa SMK Mandiri sebanyak 53 orang (62%) dengan keterikatan dengan peer group rendah. Peran peer group pada remaja di SMK Mandiri sebanyak 60 orang (70,6%) menunjukkan peran peer group rendah terhadap pengetahuan masturbasi. Sedangkan analisis berdasarkan frekuensi bertemu peer group sebanyak 53 orang (62,4 %) memiliki frekuensi rendah bertemu dengan peer group. Pada anatisis usia responden didapatkan rata- rata usia 16.36 tahun (95% CI: 16,15- 16,57) dengan standar deviasi 0,949. Sedangkan analisis untuk jumlah ternan dekat didapatkan rata-rata siswa SMK Mandiri memiliki 9.53 orang teman dekat ( 95% Cl: 7,85- 11,12) dengan standar deviasi 7,805.
Hasil penelitian analisis p value sebesar 0.033 dengan alpha = 0,05 artinya terdapat hubungan antara keterkaitan peer group dengan Tingkat pengetahuan Remaja tentang Masturbasi pada siswa SMK Mandiri Depok. sedangkan huungan peran peer group dengan tingkat pengetahuan masturbasi didapat p value= 0,680 dengan alpha 0,05, artinya tidak terdapat hubungan antar keduanya. Analisis hubungan frekuensi bertemu dengan peer group dengan tingkat pengetahuan didapat p value 0,003 dengan alpha 0,05 artinya ada hubungan antara frekuensi berternu dengan tingkat pengetahuan masturbasi. Distribusi rata-rata usia teman dekat menurut keterkaitan peer group, hasil uji didapatkan p value 0,323 dengan alpha 0,05 terlihat tidak ada hubungan yang signifikan. Sedangkan rata- rata jumlah teman dekat menurut keterkaitan peer group, basil uji yang didapat p value 0,136 ( alpha 0,05) artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara dua variable tersebut.

Adolescence is a time for identity, which explored his body increased curiosity. No wonder that in adolescence, a person can masturbate. Knowledge masturbation can usually be obtained from electronic media and print media. Moreover, it can also be obtained from peers (peer group).
This study aims to determine linkage relationships with the level of knowledge peer group masturbation among adolescents in vocational Mandiri Depok 2010. Design research by using chi square test. Data analysis was performed with univariate and bivariate. The samples used for as many as 85 people by the criteria of male respondents, aged 14-18 years, has peer group, schooling at SMK Depok.
Independent result research on the distribution of the level of knowledge gained as many as 49 people (57.6%) low knowledge. While peer group attachment on SMK Mandiri students 53 people (62%) with attachment to peer group rendah. Peran in adolescent peer group in as many as 60 people SMK Mandiri (70.6%) showed low peer group role of masturbation knowledge. While the analysis based on the frequency of peer group to meet as many as 53 people (62.4%) had a lower frequency to meet with peer group. Pada respondents age analysis showed the average age of 16:36 years (95% CI: 16.15 to 16.57) with a standard deviation of 0.949. While the analysis for the number of close friends got an average of vocational students have a 9:53 Mandiri close friends (95% CI: 7.85 to 11.12) with a standard deviation of 7.805.
The results of analysis for 0033 with a p value of alpha = 0.05 means there is a relation between the level of linkage peer group know/edge about Masturbation Teen Mandiri Depok on vocational students. Relations role of the peer group while the level of knowledge gained masturbation p value = 0.680 with an alpha of 0.05, meaning there was no correlation between the two. Analysis of the frequency relationship with a peer group met with the level of knowledge gained by alpha 0.003 p value 0.05 means that there is a correlation between the frequency of masturbation met with the level of knowledge. The average age distribution of close friends menutur linkage peer group, test results obtained with p value 0.323 0.05 alpha seen no significant relationship. While the average number of close friends by linkage peer group, test results obtained p value of 0.136 (alpha 0.05), meaning that no significant relationship between these two variables.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
TA5940
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yuyun Yusnipah
"ABSTRAK
Penderita gangguan jiwa dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan. Halusinasi merupakan bentuk perilaku yang sering ditemukan pada pasien dengan gangguan jiwa. Pengetahuan keluarga sangat diperlukan dalam merawat pasien dengan halusinasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauhmana tingkat pengetahuan keluarga dalam merawat pasien halusinasi di Poliklinik Psikiatri Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor. Penelitian ini bersifat deskriptif, menggunakan teknik purposive sampling terhadap 104 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 57,7% responden memiliki tingkat pengetahuan tinggi dalam merawat pasien halusinasi, 25 % responden memiliki tingkat pengetahuan sedang, dan 17,3% memiliki tingkat pengetahuan rendah. Penelitian ini mengindikasikan pentingnya pengetahuan bagi keluarga dalam merawat pasien halusinasi.

abstract
People with mental disorders tend to increase. Hallucination is a form of behavior that often found in patient with psychiatric disorders. Knowledge of the family is important to cure patient with hallucination. The purpose of this study was to determine the extent of the knowledge level of the family in caring for patient hallucination in Psychiatric Clinic of the Hospital Marzoeki Mahdi Bogor. This study is descriptive, using a purposive sampling technique on 104 respondents. The results showed that 57.7% of respondents have particularly high levels of knowledge in caring patient hallutination, 25% of respondents have a mid level of knowledge , and 17.3% have a low knowledge level. This study indicates the importance of knowledge in caring patient hallucination for the family.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S43301
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Kurniah
"ABSTRAK
Bermain terapeutik sangat penting dilakukan untuk mengurangi efek hospitalisasi
dan kelangsungan tumbuh kembang anak yang dirawat di rumah sakit. Fenomena
yang ditemukan adalah bermain terapeutik belum berjalan optimal. Pengetahuan
perawat tentang bermain terapeutik akan mempengaruhi perilaku perawat dalam
pelaksanaan bermain terapeutik. penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran
tingkat pengetahuan perawat tentang bermain terapeutik di ruang rawat inap anak
RSAB Harapan Kita Jakarta. Desain penelitian deskriptif dengan teknik cluster
random sampling. Jumlah sampel 74 perawat ruang rawat inap anak. Pengumpulan
data menggunakan kuesioner, dan analisis data menggunakan analisis univariat. Hasil
penelitian menemukan bahwa sebagian besar 73% perawat memiliki tingkat
pengetahuan yang cukup tentang bermain terapeutik. Disarankan untuk rumah sakit
agar membuat kebijakan-kebijakan yang mendukung peningkatan pengetahuan
perawat tentang bermain terapeutik.

Abstract
Therapeutic play is very important to reduce the effects of hospitalization and the
continuity of growth and development of children whom cared at hospital.
Unfortunately, therapeutic play has not been implemented optimally. Nurses?
knowledge about therapeutic play will affect their behavior in the implementation of
therapeutic play. The research objective was to determine nurses? knowledge level
about therapeutic play in the children ward RSAB Harapan Kita. This research used
descriptive design with cluster random sampling techniques. The respondents were
74 nurses who work in inpatient ward. Data was collected using questionnaires, and
was analysis using univariate analysis. The results obtained as much as 73% of nurses
had sufficient levels of knowledge about therapeutic play. It is recommended that
hospital establishes policies that support the improvement of nursing knowledge
about therapeutic play.
;"
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S43477
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Adwin Haryo Indrawan Sumartono
"Trikuriasis merupakan masalah kesehatan masyarakat di daerah tropis. Di Jakarta prevalensi trikuriasis tergolong tinggi dengan prevalensi tertinggi di Jakarta Timur (41,7%). Di Jakarta Timur, terdapat pesantren dengan kepadatan santri yang tinggi dan fasilitas sanitasi terbatas sehingga diperlukan penyuluhan agar terhindar trikuriasis. Agar diterima dengan baik, penyuluhan harus diberikan sesuai pengetahuan yang dimiliki dan karakteristik santri. Karena itu penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat pengetahuan santri mengenai T. trichiura dan hubungannya dengan karakteristik santri. Penelitian dilakukan di Pesantren X, Jakarta Timur dengan desain cross-sectional. Data diambil tanggal 22 Januari 2011 dengan memberikan kuesioner berisi pertanyaan mengenai T. trichiura kepada semua santri. Data diolah dengan program SPSS versi 16 dan dianalisis dengan uji chi square dan Kolmogorov-Smirnov. Hasilnya menunjukkan santri yang memiliki tingkat pengetahuan baik 9 orang (5,8%), cukup 28 orang (18,2%), dan pengetahuan rendah 117 orang (76%). Tidak terdapat perbedaan bermakna antara tingkat pengetahuan dengan pendidikan dan sumber informasi paling berkesan (Kolmogorov-Smirnov, p>0,05), jumlah informasi (chi square, p=0,183), namun terdapat perbedaan bermakna (chi square, p<0,05) antara tingkat pengetahuan mengenai T. trichiura dengan jenis kelamin. Disimpulkan tingkat pengetahuan mengenai T. trichiura tidak berhubungan dengan tingkat pendidikan, jumlah informasi dan sumber informasi paling berkesan tetapi berhubungan dengan jenis kelamin.

Trichuriasis has become a public health problem in the tropics. In Jakarta, trichuriasis prevalence is high with the highest prevalence in East Jakarta (41.7%). In East Jakarta, there are boarding schools with students who are highly populated with limited sanitation facilities so that it is necessary to give health promotions to avoid trichuriasis. Education should be given with appropriate level of knowledge and demographic characteristics of students.Therefore this study aims to determine the level of knowledge students on T. trichiura and its relation to the characteristics of students. The study was conducted in Pesantren X, East Jakarta with cross-sectional design. Data was taken on January 22, 2011 by distributing questionnaire which had questions about T. trichiura to all students. Data was processed with SPSS version 16 and analyzed by chi square and Kolmogorov-Smirnov tests. The results showed that students have a good level of knowledge were 9 people (5.8%), fair 28 people (18.2%), and poor knowledge 117 people (76%). There were no significant differences between the level of knowledge with their grades, information sources most memorable (Kolmogorov-Smirnov, p> 0.05), and the amount of information (chi square, p = 0.183), but there were significant differences between the level of knowledge on T. trichiura with their sex (chi square, p< 0.05). Therefore, level of knowledge about T. trichiura was not associated with level of education, the amount of information and most memorable information sources but was associated with their sex."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kenneth Gunawan
"Skabies merupakan penyakit kulit yang memiliki prevalensi cukup tinggi di pesantren Karena itu perlu adanya tindakan pemberantasan skabies salah satunya dengan diadakannya penyuluhan Penyuluhan diharapkan dapat mencegah terjadinya skabies maupun rekurensinya Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efektivitas penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan santri mengenai penularan skabies Penelitian ini menggunakan metode pre post study Pengambilan data dilakukan pada tanggal 9 Juni 2013 dengan cara total sampling terhadap 100 orang santri kemudian santri diminta untuk mengisi kuesioner mengenai penularan skabies sebelum dan sesudah penyuluhan Hasil pengambilan data menunjukkan sebaran responden terbanyak pada kelompok usia 17 tahun 69 jenjang pendidikan Tsanawiyah 53 memperoleh informasi dari 3 sumber informasi 76 dan telah menderita skabies 3 bulan 61 Sebelum penyuluhan santri yang memiliki tingkat pengetahuan baik adalah 10 28 berpengetahuan sedang dan 62 berpengetahuan kurang Setelah penyuluhan sebanyak 24 memiliki tingkat pengetahuan baik 38 berpengetahuan sedang dan 38 berpengetahuan kurang Uji Chi square menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan usia tingkat pendidikan dan sumber informasi p 0 05 namun terdapat hubungan dengan lama menderita skabies p 0 05 Uji marginal homogeneity menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna pada tingkat pengetahuan santri sebelum penyuluhan dan sesudah penyuluhan p 0 05 Disimpulkan bahwa penyuluhan efektif dalam meningkatkan pengetahuan santri mengenai penularan skabies.

Scabies is a skin disease that has high prevalence in pesantren Therefore scabies needs to be eradicated by doing counseling Counseling was expected to prevent scabies and its reccurence The objective of this research was to know the effectivity of counseling to the level of knowledge about scabies transmission This research used pre post study method Data was collected on June 9 2013 with total sampling method to 100 students who were asked to fill out questionnaires about scabies transmission before and after counseling The results from data collection showed that most respondents were 17 years old 69 in Tsanawiyah education level level 35 got information about scabies from 3 sources 76 and had suffered from scabies 3 months 61 Before the counseling was given 10 of the respondents had good knowledge 28 had moderate knowledge and 62 had poor knowledge After counseling 24 subjects had good knowledge level 38 had moderate knowledge and 38 had poor knowledge Chi square tests showed that there is no relation between the level of knowledge and age education level and source of information p 0 05 However there is relation between level of knowledge and duration in which the subjects suffered from scabies p 0 05 Moreover marginal homogeneity tests showed that there is significant difference between the level of knowledge before and after the counseling p 0 05 In conclusion counseling is effective in improving students rsquo level of knowledge about the transmission of scabies."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanna Putri Fitriani
"Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya hubungan antara tingkat pengetahuan Ibu tentang perkembangan psikososial anak terhadap kemampuan adaptasi anak prasekolah di Taman Kanak-Kanak kelurahan Ciracas. Metoda yang digunakan adalah desain deskriptif korelasi yang diambil secara cross sectional. Studi dilakukan kepada 70 orang Ibu yang merniliki anak prasekolah di dua Taman Kanak-kanak di kelurahan Ciracas. Dengan menggunakan uji Chi Square didapatkan p value 0,005 yang menunjukkan adanya hubungan antara tingkat pengetahuan Ibu tentang perkembangan psikososial anak terhadap kemampuan adaptasi anak prasekolah di Taman Kanak-Kanak. Penelitian ini sangat merekomendasikan untuk menggunakan desain penelitian yang lebih kompleks dengan jumlah responden yang lebih besar pada penelitian selanjutnya untuk memberilcan hasil yang lebih memuaskan.

This research aim to prove existence of relation between level of knowledge in mother about about children psychosocial development with Preschool Adaptation Ability in Sub-district nursery school Ciracas. Method applied is descriptive design of correlation taken in cross sectional. Study done to 70 mother having preschool child in two Nursery schools in sub-district Ciracas. By using test Chi Square got p value 0,005 showing existence of relation between level of knowledge in mother about about children psychosocial development with Preschool Adaptation Ability in Sub-district nursery school Ciracas. This research hardly recommends to apply research design which more complex and with larger number of responders at research hereinafter to give more gratifying result.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
TA5777
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aga Krisnanda
"Skabies adalah penyakit kulit akibat parasit yang banyak terdapat di pesantren dan sangat menurunkan produktivitas santri. Oleh karena itu, pengetahuan santri terhadap skabies harus ditingkatkan agar waspada terhadap skabies. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi efek penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan santri pesantren X, Jakarta Timur mengenai pencegahan skabies. Penelitian ini menggunakan desain pre-post study. Data diambil pada tanggal 22 Januari 2011 dengan membagikan kuesioner yang berisi pertanyaan mengenai pencegahan skabies kepada 140 santri pesantren X, Jakarta timur. Hasilnya menunjukkan, responden terbanyak berusia ≤ 15 tahun (56,4%), laki-laki (57,9%), madrasah tsanawiyah (51,4%), informasi skabies dari tiga sumber informasi (36,4%), paling berkesan dari dokter (62,8%). Didapatkan, 82,1% santri memiliki tingkat pengetahuan kurang dan 9,3% santri memiliki tingkat pengetahuan baik sebelum penyuluhan dan tingkat pengetahuan tersebut tidak berbeda bermakna dengan karakteristik responden (chi square/Kolmogorov-Smirnov, p>0,05). Sesudah penyuluhan, jumlah santri yang tingkat pengetahuannya kurang 33,6% sedangkan yang berpengetahuan baik 45,7%. Tingkat pengetahuan tersebut tidak berhubungan dengan karakteristik responden (chi square, p>0,05) tetapi berhubungan dengan sumber informasi paling berkesan (chi square, p<0,05). Uji marginal homogeneity menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna pada tingkat pengetahuan santri mengenai pencegahan skabies antara sebelum dan sesudah penyuluhan (p<0,001). Disimpulkan tingkat pengetahuan santri mengenai pencegahan skabies tidak berhubungan dengan karakteristik responden tetapi dipengaruhi penyuluhan.

Scabies is skin disease prevalent among pesantren students, thus lowering productivity of infested students. Therefore, students’ knowledge against scabies should be improved to increase their awareness of the disease. This study was conducted to know the influence of scabies health promotion on scabies prevention knowledge level of pesantren X, East Jakarta students. Data of this pre-post study was taken on January 22, 2011 through questionnaire about scabies prevention from 140 pesantren X students. Results showed most students were ≤15 years old (56,4%), male (57,9%), tsanawiyah (51,4%), having three information sources on scabies (36,4%), choosing doctor as the best information source (62,8%). Before health promotion, there were 82.1% students who had poor knowledge, 9.3% good and the knowledge level wasn’t significantly related to their characteristic (chi square/Kolmogorov-Smirnov, p>0,05). After health promotion, students who had poor knowledge 33.6% while the good ones 45.7%. The knowledge wasn’t significantly related to their characteristic (chi square, p>0,05) but their best information source was (chi square, p<0,05). Marginal homogeneity test showed significant difference of students’ knowledge level on scabies prevention before and after health promotion (p<0.001). In conclusion, scabies prevention knowledge level of the students wasn’t related to their characteristic but was influenced by health promotion."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aslambotilangih
"Skabies merupakan penyakit kulit yang banyak terdapat di pesantren. Santri yang menderita skabies merasakan gatal di telapak, sela jari, pergelangan tangan, dan tempat predileksi lainnya terutama pada malam hari sehingga prestasinya menurun. Oleh karena itu skabies perlu diberantas dan santri perlu diberikan penyuluhan mengenai skabies lalu dievaluasi. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 22 Januari 2011. Metode yang digunakan adalah pre-post study. Responden diambil secara total sampling, sebanyak 140 orang. Hasilnya menjukkan sebaran responden terbanyak pada kelompok usia ≤ 15 tahun (56,4%), sebagian besar laki-laki (57,9%) dan tingkat pendidikan Tsanawiyah (51,4%). Responden paling banyak mendapatkan informasi tentang skabies dari 3 sumber informasi (36,4%) dengan sumber informasi paling berkesan dari dokter (62,8%). Sebelum penyuluhan, sebanyak 2,9% responden memiliki tingkat pengetahuan baik, 71,4% berpengetahuan sedang, dan 25,7% berpengetahuan kurang. Setelah penyuluhan, sebanyak 28,6% memiliki tingkat pengetahuan baik, 44,3% berpengetahuan sedang, dan 27,1% berpengetahuan kurang. Uji chi-square dan Kolmogorov-Smirnov menunjukkan tingkat pengetahuan responden tidak berhubungan dengan usia, jenis kelamin, sumber informasi, dan sumber informasi paling berkesan sebelum dan setelah penyuluhan (p>0,05). Uji marginal homogeneity menunjukkan hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan santri sebelum dan sesudah penyuluhan (p<0,05). Kesimpulannya adalah tingkat pengetahuan responden mengenai penularan skabies tidak dipengaruhi oleh karakteristik namun dipengaruhi oleh penyuluhan.

Scabies is prevalent among students of pesantren as skin disease. Students who are infected with scabies feel itch in palms, fingers, wrists, and other predilection place especially at night. That condition can decrease student?s achievement . Therefore scabies should be eradicated and students should be given health promotion about scabies and than evaluated. This research was was pre-post studies method. Data was collected on January 22, 2011 with total sampling. Total respondent was 140 students. Result of the study showed distribution of respondent in <15 years (56.4%), mostly male (57.9%), and education level of Tsanawiyah (51.4%). Most respondents took information from 3 sources (36.4%) with the most trace source from a doctor (62.8%). Before health promotion, 2.9% of respondents had good level of knowledge, 71.4% were enough, and 25.7% were less. After health promotion, 28.6% respondents had a good level of knowledge, 44.3% were enough, and 27.1% were less.The chi-square and Kolmogorov-Smirnov tests showed the level of knowledge of respondents was not relate with age, gender, source of information, and the most impressive source of information (p>0.05). The marginal homogeneity tests showed that there was a significant relationship between level of the knowledge before and after health promotion. In conclusion the level of the knowledge of students about transmission of scabies were not influented with their characteristic but related with health promotion."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fachrul Tamrin
"Pesantren merupakan salah satu tempat dengan prevalensi skabies yang cukup tinggi. Dengan demikian, perlu dilakukan peningkatan pengetahuan santri dalam upaya pemberantasan skabies. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan santri pesantren X, Jakarta Timur mengenai pengobatan skabies. Desain penelitian ini adalah pre-post study. Pengambilan data dilakasanakan pada tanggal 22 Januari 2011 dengan menggunakan kuesioner yang berisikan pertanyaan mengenai pengobatan skabies kepada 140 sampel (santri) pesantren X, Jakarta timur. Dari data statistik diperoleh hasil, responden terbanyak berusia ≤ 15 tahun (56,4%), laki-laki (57,9%), madrasah tsanawiyah (51,4%), informasi diperoleh dari 3 sumber informasi (36,4%), informasi dari dokter merupakan informasi yang paling berkesan (62,8%). Sebelum penyuluhan terdapat 70,7% santri dengan tingkat pengetahuan kurang, 5,7% santri dengan tingkat pengetahuan baik dan tingkat pengetahuan tidak berhubungan dengan karakteristik responden (chi square, p>0,05). Sesudah penyuluhan, jumlah santri dengan tingkat pengetahuan kurang 55% sedangkan santir dengan tingkat pengetahuan baik 8,6%. Tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan karakteristik responden (Kolmogorov-Smirnov, p>0,05). Pada uji marginal homogeneity diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan bermakna antara tingkat pengetahuan santri mengenai pengobatan skabies sebelum dan sesudah penyuluhan (p<0,05). Disimpulkan bahwa penyuluhan mempengaruhi tingkat pengetahuan responden mengenai pengobatan skabies.

Scabies is a skin disease that is prevalent among pesantren students. Scabies is very disturbing thus lowering productivity of the infested students. Therefore, scabies must be eradicated by increasing the level of kowledge students. The purpose of this study is to know the influence of scabies health promotion on the knowledge level of scabies treatment of pesantren X, East Jakarta students. Method of the research was pre-post study. Data was conducted on January 22, 2011 by distributed questioner about scabies treatment for 140 students of Pesantren X, East Jakarta. Statistic test showed distribution of respondents <15 years (54.6%), male (57.9%), Tsanawiyah (51.4%). Most respondents got information about scabies from 3 sources (36.4%) with the most impressive source from a doctor (62.8%). Before health promotion, 70.7% respondents had less level of knowledge and 5.7% respondent had good level of knowledge and the level of knowledge was not relate with characteristic respondents (chi square, p>0.05). After health promotion, 55% respondents had less level of knowledge and 8.6% had good level of knowledge and the level of knowledge was not relate with characteristic respondents (Kormogolov-Smirnov, p>0.05). Marginal homogeneity test showed that there is significant relationship between health promotion with level of know ledge about scabies treatment (p<0.05). In conclusion, the scabies treatment knowledge level of the students is not influenced by characteristic but it is influenced by health promotion."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>