Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Syarifah Hidayah Fatriah
"Latar Belakang: Hasil pemeriksaan dokter dalam bentuk visum et repertum mengandung derajat luka yang merupakan gambaran dari efek kekerasan atau penganiayaan sesuai dengan KUHP Kitab Undang-Undang Hukum Pidana . Tidak ada uraian/batasan yang jelas mengenai derajat luka sehingga kesimpulan yang dibuat oleh para dokter pemeriksa menjadi berbeda. Ketidakseragaman penentuan derajat luka dapat menimbulkan ketidakadilan bagi korban maupun pelaku tindak pidana.Tujuan: Menentukan kriteria luka ringan, luka sedang, dan luka berat.Metode: Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan rancangan Teori Grounded. Sampel penelitian adalah pakar hukum pidana, hakim, advokat, dokter forensik dan dokter forensik yang sekaligus sarjana hukum. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dan Focus Group Discussion FGD . Penelitian dilakukan selama bulan September-Desember 2016. Teknik pengujian kredibilitas data dilakukan dengan triangulasi.Hasil: Berdasarkan wawancara mendalam dan FGD didapatkan bahwa luka ringan tidak ada di dalam undang-undang yang dipakai di Indonesia. KUHP memiliki definisi mengenai aniaya ringan, dan penganiayaan. Luka sedang dapat dirumuskan sebagai bukan luka berat maupun luka ringan, dan kriteria luka berat dapat dirumuskan dari pengertian luka berat dalam pasal 90 KUHP.Kesimpulan: Luka terbagi menjadi dua yaitu luka berat pada pasal 90 KUHP dan luka sedemikian rupa pada pasal 360 KUHP ayat 2 . Luka berat disimpulkan dengan menyebutkan kondisi mediknya saja. Ada perbedaan pemahaman antara pakar pidana, hakim, advokat dan dokter forensik. Kata Kunci: Analisis Medikolegal, Derajat Luka, KUHP

"Background The result from the doctors rsquo examination can be written in a form of a medical report visum et repertum which includes the degree of the injury associated with the effect of the assault according to the National Criminal Code. There is still an unclear explanation on the degree of injury, which results in a variety of conclusions made by the physician examiner. Error in determining the degree of injury can cause injustice not only to the victim but also to the prepetrators of the crime.Purpose To determine mild, moderate and severe injury.Method This study is a qualitative study using grounded theory. The sample of this study were criminal law experts, judges, advocates, forensic doctor and also forensic doctors with a law degree. Data collection was by indepth interview and focus group discussion FGD which was done from September until December 2016. Triangulation is used to test the credibility of data.Result The results obtained from the indepth interview and FGD was that the description of a mild injury was not stated in the constitution used in Indonesia, there it is only stated the definition of assault and mild assault. A moderate injury is defined as an injury not categorized as a severe or mild injury, and the criteria a severe injury is defined from the definition of severe injury in the Criminal Code article 90.Conclusion The degree of injury is divided into two, a severe injury defined in the Criminal Code article 90 and an injury as stated in the Criminal Code article 360 paragraf 2 . The severe injury is conluded by stating the medical condition itself. There was a different understanding between law experts, judges, advocates and forensic doctors. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Youga Balian Firdaus
"

Latar belakang: Cedera gigi traumatis (traumatic dental injury/ TDI) biasanya disebabkan oleh jatuh, kecelakaan, atau cedera. Trauma gigi pada praktiknya selalu dikategorikan sebagai luka derajat sedang tanpa mempertimbangkan klasifikasi dan jumlah gigi yang patah, padahal penentuan derajat luka dalam visum et repertum (VeR) penting karena mempengaruhi kompensasi bagi korban dan konsekuensi bagi pelaku. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan mengidentifikasi apakah patah gigi dapat dikelompokkan menjadi luka derajat ringan, sedang, atau berat berdasarkan klasifikasi dan jumlah gigi.

Metode: Populasi penelitian adalah seluruh dokter spesialis forensik, dokter gigi, jaksa, dan pengacara di Jabodetabek. Sampel penelitian didapatkan melalui purposive sampling, yakni memilih narasumber yang ahli dalam bidang yang berkaitan dengan penelitian. Data dikumpulkan melalui focus group discussion (FGD) dan dianalisis menggunakan grounded theory.

Hasil: Penelitian menemukan bahwa derajat luka untuk patah gigi dalam VeR di Indonesia hampir selalu dianggap luka derajat sedang, tanpa mempertimbangkan jumlah dan klasifikasi gigi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa derajat luka dapat dikategorikan sebagai luka derajat ringan, sedang, atau berat berdasarkan klasifikasi dan jumlah gigi yang terlibat.

Kesimpulan: Derajat luka untuk patah gigi dalam VeR dapat dikategorikan sebagai luka derajat ringan, sedang, atau berat berdasarkan klasifikasi dan jumlah gigi yang terlibat.


Introduction: Traumatic dental injuries (TDI) are typically caused by falls, accidents, or injuries. In practice, dental trauma is often categorized as moderate injury without further consideration. However, the degree of injury in a visum et repertum (VeR) is crucial to determine the compensation for the victim and the consequences for the perpetrator. Therefore, this study aims to identify whether dental fractures can be classified based on the classification and number of fractured teeth.

Method: The study included all forensic specialists, dentists, prosecutors, and lawyers in the Greater Jakarta area (Jabodetabek). The sample was obtained through purposive sampling, selecting experts in fields relevant to the study. Data were collected through focus group discussions (FGD) and analyzed using grounded theory.

Result: The study found that the degree of injury for dental fractures in VeR in Indonesia is almost always considered moderate, without regard to the number and classification of teeth. The findings indicate that the degree of injury can be categorized as minor, moderate, or severe based on the classification and number of teeth involved.

Conclusion: The degree of injury for dental fractures in VeR can be categorized as minor, moderate, or severe based on the classification and number of teeth involved."

Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suripto
"Data yang baik adalah data bebas bias kognisi. Keterangan ahli bebas bias kognisi harus mampu menjawab perkembangan keilmuan dan perubahan dinamis dan terbaru sehingga mampu memberikan informasi dan keahlian berbasis bukti terhadap kasus Forensik dan Medikolegal. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi serta mengetahui penyebab terjadinya bias kognisi pada Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal di Indonesia. Pada penelitian ini, wawancara dilakukan terhadap 24 orang Dokter Spesialis Forensik dan Medikolegal terkait potensi bias kognisi yang dapat terjadi, kemudian dianalisis dengan menghubungkan antara potensi bias kognisi dengan Taksonomi Bloom serta Standar Kompetensi dan Subkompetensi Dokter Spesialis Forensik dan Medikolegal. Hasil penelitian didapatkan 763 skenario unik yang teridentifikasi. Taksonomi Bloom dengan tingkatan paling banyak yang berhubungan dengan bias kognisi teridentifikasi pada tingkat Apply, Analyze, dan Remember. Kompetensi dan Subkompetensi yang banyak berhubungan dengan bias kognisi teridentifikasi pada Kompetensi 1 tentang Etika Profesi dan Profesionalitas Luhur Kedokteran Forensik dan Medikolegal, Kompetensi 2 tentang Mawas Diri, Pengembangan Pribadi dan Belajar Sepanjang Hayat, dan Kompetensi 5 tentang Landasan Ilmiah Kedokteran Forensik. Potensi bias kognisi yang telah teridentifikasi dapat menjadi masukan bagi para pihak yang berhubungan dengan proses pembentukan Dokter Spesialis Forensik dan Medikolegal, khususnya Fakultas Kedokteran serta Kolegium Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Indonesia, dalam menyusun materi pembelajaran, pelatihan, serta penilaian untuk membentuk Dokter Spesialis Forensik dan Medikolegal yang menghindari menyampaikan keterangan ahli yang bias kognisi.

Optimal data are free from cognitive biases. Cognitive biases-free expert testimony must be able to answer the challenge of knowledge development, dynamical changes and latest updates to be able to provide evidence-based expert testimonies in Forensic and Medicolegal cases. This research aims to identify and to find out the cause of cognitive biases in Forensic Medicine and Medicolegal field in Indonesia. Research was conducted through interviews on 24 board-certified Forensic and Medicolegal Specialists with topics of potential cognitive biases, and further analyzed through associating with Bloom’s Taxonomy, and Competency and Subcompetency of Forensic and Medicolegal Specialist in Indonesia. There was 763 unique scenarios identified from interviews. Cognitive domain of Bloom’s Taxonomy with highest association identified are Apply, Analyze, and Remember. Competency and Subcompetency with highest association identified are 1st competency about Profession ethics and Professionalism in Forensic Medicine and Medicolegal (Etika Profesi dan Profesionalitas Luhur Kedokteran Forensik dan Medikolegal), 2nd competency about Self-introspection, personal development and long-life learning (Mawas Diri, Pengembangan Pribadi dan Belajar Sepanjang Hayat), and 5th competency about Scientific-based forensic medicine (Landasan Ilmiah Kedokteran Forensik). Identified potential cognitive biases can be given as input for stakeholders in forming Forensic and Medicolegal Specialists, specifically Faculty of Medicine and Indonesian College of Forensic Medicine and Medicolegal (Kolegium Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Indonesia), to compose learning materials, trainings, and assessments to form Forensic and Medicolegal Specialists that avoids giving biases in expert testimonies."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library