Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Syahrul Rahmat
"Konflik perebutan kekuasaan dalam Kerajaan Johor pada abad ke-18 ikut menyeret orangorang Bugis yang ada di kawasan tersebut. Keberhasilan menaklukkan Raja Kecik membuat Upu Daeng Bersaudara mendapat jabatan penting dalam Kerajaan Johor sebagai Yang Dipertuan Muda (YDM) dan dinikahkan dengan para bangsawan Melayu serta saudara perempuan sultan. Secara tidak langsung, dua hal ini membuat identitas sebagai orang Bugis perlahan menghilang. Keturunan Bugis yang menikah dengan orang Melayu tidak lagi menyandang nama daeng, melainkan nama raja. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode penelitian sejarah, yaitu heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Hasil penelitian ini dianalisis menggunakan pendekatan identitas kultural. Penelitian ini menunjukkan bahwa keturunan Bugis yang hidup dan menetap di Kerajaan Riau Johor sejak abad ke-18 dikenal sebagai Melayu Bugis. Hal tersebut berangkat dari penggunaan nama ‘raja’, yang merupakan satu bentuk identitas kultural baru bagi orang Bugis yang sudah berbaur dengan orang Melayu. Penggunaan nama ‘raja’ dimulai sejak dilibatkannya keturunan Bugis dalam pemerintahan serta pernikahan antara bangsawan Bugis dengan Melayu"
Kalimantan Barat : Balai Pelestarian Nilai Budaya , 2023
900 HAN 7:1 (2023)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nadhila Izzati Husna
"Penelitian ini mengkaji citra dan peran perempuan dalam novel Selak Bidai Lepak Subang Tun Irang (selanjutnya disingkat SBLSTI) karya Rida K Liamsi. Novel ini terinspirasi dari naskah Tuhfat Al-Nafis karya Raja Haji Ahmad dan Raja Ali Haji. Di dalam novel SBLSTI, Liamsi merekonstruksi ulang citra dan peran salah satu tokoh yang ada di dalam naskah Tuhfat Al Nafis, yaitu Tun Irang. Rekonstruksi tokoh ini bertujuan untuk menampilkan sisi historis Tun Irang sebagai salah satu tokoh yang berperan dalam sejarah Kerajaan Riau-Lingga. Berkaitan dengan itu, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan citra perempuan Melayu pada novel SBLSTI serta mengulas peran Tun Irang dalam sejarah persebatian Melayu-Bugis. Penelitian ini merupakan penelitian studi pustaka dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Adapun data primer yang digunakan penelitian ini adalah novel Selak Bidai Lepak Subang Tun Irang, sedangkan data sekunder menggunakan teks Tuhfat Al-Nafis, buku, jurnal, dan artikel yang terkait dengan objek penelitian. Dalam mengkaji SBLSTI, digunakan dua pendekatan, yaitu kritik sastra feminis dan intertekstual. Hasil penelitian ini memperlihatkan eksistensi Tun Irang dalam SBLSTI yang dicitrakan sebagai perempuan individualistik dan berani dalam mengekspresikan pikirannya. Selain itu, hasil penelitian ini memperlihatkan peran penting Tun Irang dalam peristiwa persebatian Melayu-Bugis dan mempertahankan eksistensi Kerajaan Riau-Johor dan Pahang.

This research examines the image and role of women in the novel Selak Bidai Lepak Subang Tun Irang (hereinafter abbreviated as SBLSTI) by Rida K Liamsi. This novel is inspired by the manuscript of Tuhfat Al-Nafis by Raja Haji Ahmad and Raja Ali Haji. In the novel SBLSTI, Liamsi reconstructs the image and role of one of the characters in the Tuhfat Al Nafis manuscript that is Tun Irang. The reconstruction of this character aims to show the historical side of Tun Irang as one of the figures who played a role in the history of the Riau-Lingga Kingdom. Therefore, this research aims to describe the image of Malay women in the SBLSTI novel; besides, to review the role of Tun Irang in the history of Malay-Bugis association. Moreover, this study was a literature study using a qualitative descriptive method. The primary data used in this study was the novel Selak Bidai Lepak Subang Tun Irang. Meanwhile, the secondary data used were the manuscript of Tuhfat Al-Nafis, books, journals, and articles related to the object of research. In studying SBLSTI, two approaches were used that were feminist and intertextual literary criticism. The result of the study shows the existence of Tun Irang in SBLSTI who is imaged as an individualistic woman and brave in expressing her thoughts. In addition, the result of this study shows the important role of Tun Irang in the Malay-Bugis association and in maintaining the existence of the Riau-Johor and Pahang Kingdoms."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Ladiawati
"Penelitian tentang pola komunikasi masyarakat Dayak dan pendatang ini berawal dari seringnya terjadi konflik antar masyarakat Dayak di Pontianak dan pendatang yang mengadu nasib di daerah tersebut. Konflik terbesar adalah antara masyarakat Dayak dan pendatang Madura tahun 1996, yang berhasil melumpuhkan roda perekonomian di beberapa tempat di Kalimantan Barat. Oleh sebab itu penelitian tentang komunikasi antara masyarakat Dayak dan pendatang menjadi menarik untuk dibahas.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran tentang pola komunikasi antara masyarakat Dayak dan pendatang; serta mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terbukanya komunikasi di antara mereka.
Landasan teoritis yang digunakan untuk mengkaji pola komunikasi tersebut yaitu dengan menggunakan teori-teori yang berkaitan erat dengan komunikasi antar budaya seperti teori konvergensi dan teori interaksi simbolik. Di dalam komunikasi antar budaya, pembuat pesan adalah anggota dari suatu budaya tertentu dan penerima pesan adalah anggota dari budaya lainnya, dalam penelitian ini adalah masyarakat Dayak dan pendatang Cina, Bugis, Melayu, Jawa dan Madura. Di dalam komunikasi antar budaya , berusaha mengungkapkan apa yang terjadi ketika anggota dari dua budaya yang berlainan bertemu untuk melakukan interaksi komunikasi. Apakah komunikasi berjalan lancar atau mengalami hambatan. Adanya perbedaan antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya , merupakan suatu ciri dari komunikasi antar budaya.
Teori lainnya yang digunakan adalah teori interaksi simbolik yang pada intinya membahas tentang suatu kemampuan manusia untuk menciptakan serta mempergunakan simbol-simbol sehingga manusia menjadi mahluk hidup yang unik, dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Selain itu penelitian ini juga dibahas dengan menggunakan teori konvergensi yang membahas adanya kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan dalam kelompok masyarakat. Adanya kesamaan dan perbedaan dalam kelompok masyarakat Dayak dan pendatang dalam hal keyakinan, nilai, perilaku dan sebagainya.
Penelitian ini bersifat kualitatif dan menggunakan analisis deskriptif. Unit analisis yang digunakan adalah kpri unites Oita penelitian diperoleh dari key information melalui wawancara di lokasi penelitian.
Temuan penelitian ini menegaskan bahwa terdapat komunikasi yang efektif antara masyarakat Dayak dan pendatang Cina, Melayu, Bugis, serta Jawa, tetapi komunikasi dengan pendatang Madura berjalan kurang efektif. Komunikasi di antara mereka cenderung diwarnai prasangka dan etnosentris. Adanya komunikasi efektif dan terhambat ini disebabkan karena beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan komunikasi antara masyarakat Dayak dan pendatang yaitu kedekatan jarak fisik dan faktor kesamaan dalam karakteristik-karakteristik sosial budaya yang lebih berperan. Ditemukan bahwa tingkat pendidikan, status sosial ekonomi, agama dan persepsi, memiliki peran yang cukup berarti dalam terjadi atau tidaknya komunikasi efektif di antara mereka."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
T3916
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library