Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Astutiningrum Puspa Damayanti
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian deskriptif kuantitatif ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan osteoporosis pada pegawai administrasi perempuan di Universitas Indonesia. Pengambilan sampel menggunakan desain cross sectional dan teknik random sederhana dilakukan terhadap 110 pegawai administrasi perempuan di Pusat Administrasi Universitas dan 13 fakultas di Universitas Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pegawai administrasi perempuan (43,6 % ) memiliki tingkat pengetahuan rendah tentang osteoporosis. Media cetak merupakan sumber informasi yang paling banyak digunakan untuk memperoleh informasi osteoporosis. Peneliti menyarankan kepada Universitas Indonesia untuk mengadakan promosi kesehatan untuk pegawai administrasi perempuan melalui penyuluhan osteoporosis dan mengoptimalkan jadwal olahraga rutin yang dimiliki.
ABSTRACT
This descriptive quantitative study aims to identify knowledge level of osteoporosis among women-administration employees in Universitas Indonesia. Data collection used cross sectional design and simple random sampling to 110 participants from women-administration employees at central campus university administration and thirteen faculties in Universitas Indonesia. The results showed that majority of women-administration employees (43.6% ) have low osteoporosis knowledge level. Printed media is the most used by women-administration employees to get information about osteoporosis. The authors suggested that Universitas Indonesia need to conduct health promotion regularly for women-administration employees by counseling about osteoporosis and optimize the regular schedule of exercise.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S43826
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Veronica Wijaya
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan perubahan kadar malondialdehida plasma pada perawat dan pegawai administrasi yang telah bekerja selama 7 jam berturut-turut dan mendapatkan modifikasi makanan berupa makanan dengan kandungan makronutrien sebesar 65% dari kebutuhan sehari dan asupan mikronutrien antioksidan (β-karoten, vitamin C, vitamin E, Cu, Zn, dan Se) sebesar 65% dari AKG/DRI. Penelitian ini merupakan suatu penelitian potong lintang berulang dengan rentang jangka waktu pemeriksaan pertama dengan pemeriksaan kedua adalah satu shift kerja (7 jam). Pengambilan data dilakukan di RSUD Tarakan, Jakarta pada bulan Januari sampai Februari 2013. Sebanyak 39 orang subyek bersedia ikut serta dalam penelitian ini dan sebanyak 31 orang subyek (15 perawat dan 16 pegawai administrasi) memenuhi kriteria penelitian. Data yang dikumpulkan meliputi karakteristik demografi, data antropometri (berat badan dan tinggi badan), pola asupan makronutrien dan mikronutrien antioksidan, serta pemeriksaan kadar malondialdehida plasma. Rerata persentase asupan lemak terhadap energi pada kelompok perawat (37 + 5,79 %) dan kelompok pegawai administrasi (36,57 + 6,72 %) melebihi asupan lemak total yang dianjurkan. Sebesar 42,86% subyek pada kelompok perawat dan pegawai administrasi memiliki asupan β-karoten yang kurang berdasarkan DRI, 14,29% subyek pada kelompok perawat dan 35,71% subyek pada kelompok pegawai administrasi memiliki asupan vitamin C yang kurang berdasarkan AKG. Sebagian besar subyek pada kedua kelompok memiliki asupan vitamin E, Cu, Zn dan Se yang kurang dibandingkan AKG/DRI. Terdapat peningkatan bermakna kadar MDA plasma kelompok perawat setelah bekerja dan mendapatkan asupan makanan (p = 0,001) tetapi tidak pada kelompok pegawai administrasi (p = 0,063). Tidak terdapat perbedaan bermakna antara rerata perubahan kadar MDA plasma sebelum dan setelah bekerja serta mendapatkan asupan makanan pada kelompok perawat dan pegawai administrasi. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan bermakna kadar MDA plasma setelah bekerja dan mendapatkan asupan makanan pada kelompok perawat yang menunjukkan peningkatan kerusakan oksidatif setelah bekerja.
ABSTRACT
The aim of study is to find out the differences of plasma malondialdehyde concentration in nurses and administrative workers after 7 hours of work and had meal modifications which contain 65% of total daily needs macronutrient and 65% of AKG/DRI antioxidant (β-carotene, vitamin C, vitamin E, Cu, Zn, and Se). This is a repeated cross-sectional study. The range from first examination to second examination is one work shift (7 hours). The data were obtained in Tarakan District General Hospital, Jakarta from January to February 2013. Out of 39 people whom signed the consents, 31 people matched the study criteria. The data taken in this study include demographic characteristic, anthropometric (weight and height), assessment of macronutrient and antioxidant micronutrient intake, and plasma malondialdehyde. The mean of percentage fat intake per energy in nurses group were 37 + 5,79 % and in administrative workers group were 36,57 + 6,72 %, both of them exceed the recommendation of fat intake. As much as 42,86% subjects in both group had a low β-carotene intake according to DRI, 14,29% subjects in nurses group and 35,71% in administrative workers group had a low vitamin C intake according to AKG. Most subjects in both group had a low vitamin C, Cu, Zn, and Se intake according to AKG/DRI. There was a significant increase of plasma MDA concentration after work and meal modification within nurses group (p = 0,001), but not on administrative workers? (p = 0,063). There were no significant increases of plasma MDA concentration after work and meal modification between nurses group and administrative workers group. The conclusion of this study is there was a significant increase of plasma MDA concentration after work and had meal modification within nurses group, which implicates an increase of oxidative damage after work.
2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratikh Pranita
Abstrak :
Dalam rangka mewujudkan prinsip efisiensi dan produktivitas pada pengelolaan RSUD Budhi Asih, dibutuhkan pegawai dengan komitmen organisasi yang tinggi, Menurut Greenberg dan Baron (2000:), pegawai dengan komitmen yang tinggi akan menunjukkan sikap dan keinginan yang tinggi pula untuk berbagi dan mempersembahkan sesuatu yang dibutuhkan organisasi. Komitmen yang kuat dapat dicapai dengan meningkatkan kualitas kehidupan kerja (quallty of work life).Para ahli telah mengembangkan program-program peningk:atan kualitas kehidupan kelja untuk meningkatkan motivasi, kepuasan. dan komitmen pegawai, yang mana faktor-faktor ini berperan dalam meningkatkan perfonna organisasi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Alvin (2{){)6)waktu kerja produktif pegawai administrnsi RSUD Budhi Asih banya 64.6%. Selain itu, aspekĀ­ aspek kualitas kehidupan keJja di RSUD Budhi Asih masib kurang dikembangkan., dengan kondisi kerja seperti ini, dikhawatirkan akan terjadi penurunan komitmen organisasi pegawai yang akan berdampak buruk bagi Rumah Sakit. Permasalahan utama yang diajukan dalam penelitian ini adalah gambaran hubungan aspek kualitas kehidupan kerja berdasarkan Cassio (2006) yang terdiri dari partisipasi karyawan, pengembangan karir, rasa bangga terhadap perusahaan, lingkungan kerja, penyelesaian masalah dan komunikasi, dengan komitmen organisasi pegawai administrasi instalasi Rawat Jalan bagian front office dan Laboratorium RSUD Budhi Asih. Komitmen organisasi dilihat dari masing-masing komponen berdasarkan Allen dan Meyer (1990), yaitu komitmen efektif, komitmen rasional, dan komitmen normatif. Peneltian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Dalam penelitian ini, penulis berupaya memperoleh jawaban atau informasi mendalam dari pegawai administrasi instalasi Rawat Jalan bagian front office dan Laboratorium RSUD Budhi Asih yang seluruhnya berjumlah 37 orang. Untuk memperoleh data digunakan instrumen berupa pedoman wawancara mendalam dan dokumen yang berhubungan dengan topik penelitian. Hasil wawancara mendalam menunjukkan bahwa dari 37 pegawai terdapat 11 orang dengan kualitas kehidupan kerja tinggi, 23 orang sedang, dan 3 orang rendah. Untuk komitmen, didapatkan hasil, yaitu:3 orang komitmen afektif, 29 orang komitmen rasional, dan 5orang komitmen normatif. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara kualitas kehidupan kerja dengan komitmen organisasi pegawai. Tidak berhubungannya kedua varlabel dalam penelitian kurangnya validitas internal pada instrumen penelitian. Bagi pihak manajemen rumah sak:it, disarankan untuk melakukan programĀ­ program peningkatan kualitas kehidupan kerja dan komitmen organisasi pegawai. Untuk meningkatkan kualitas kehidupan keria pegawai, dapat dilakukan peningkatkan partisipasi pegawai terhadap program dan kegiatan rumah sakit melalui pembagian angket/kuesioner, serta perwakilan pegawai pelaksana dalam rapat besar. Perlu diadakan rekreasi dan kegiatan kegiatan kekeluargaan non formal, rnenegakkan sistem reward dan punishment, mempertimbangkan program pendidikan dan pelathan bagi pegawai front office, memperbaiki situasi ruang kerja front office dari segi keamanan dan keselamatan kerja dan mengadakan program konseling bagi pegawai. Untuk meningkatkan komitmen organisasi, sebaiknya pihak manajemen mengetahui kebutuhan-kebutuhan dominan pegawai melalui pembagian angket, yang selanjutnya hal ini dapat menjadi masukan bagi pihak manajemen untuk peningkatan motivasi pegawai. Pembinaan dan pengembangan kompetensi juga perlu dilakukan, sehingga pegawai merasakan adanya dukungan dan kemudahan dalam bekerja. Untuk peneliti yang akan datang, sebaiknya meningkatkan va1iditas internal instrumen penelitian dengan disesuaikan budaya infonnan, yaitu dengan melakukan pengelompokan berdasarkan karakteristik pribadi. ......In order to fulfill the efficiency and productivity principles on the running of RSUD Budhi Asih, it is necessary to find employees with high organizational commitment. According to Greenberg and Baron (2000), employees with high organizational commitment will show some good manner and high needs to share and give the best to the organization. A strong commitment can be obtain by improving the quality of work life. Many experts have developed quality of work life improvement programs to improve motivation, satisfaction, and employees' commitment by which these factors take a very crucial part on the performance improvement scenario of the organization. Based on the research done by Alvin (2006), productive work time of RSUD Budhi Asih, clerical employees is only 64.6%. Besides, their quality of work life is not yet well-developed. With this working condition, it is possible that there will be some organization commitment degradation in the future which may affect baldy for the hospital. The main problem proposed by this research is the description of possible conection between the quality of work life aspects based on Cassio (2006) ? employee participation, carer development, pride, equitable, compensation, job security, wellness, safe environment, conflict resolution, and communication with organizational commitment of Out Patient's front office and Laboratory employees of RSUD B udhi Asih. Organizational commitment, rational commitment, and normative commitment. This research is done with some qualitative and quantitative approach. The researcher is trying to gather in-depth answer or information from front officers and Laboratory clerical employees which sum up for a total of 37 persons. To gain data the researcher used in-dept interview and documents related to research topic. In-depth interview showed that II out of 37 employees have high quality of work life. Commitment, that is: 3 people with affective commitment, 29 people with rational commitment, and 5 people with normative commitment. Analysis output showed that there is no significant relation between the quality of work life and employee's organizational commitment. This fact ls caused by the lack of internal validity on the research instruments. As for the hospital, it is suggested to do some employees commitment and quality of work life improvement programs. To improve the employee?s quality of work life, hospital management suggested to improve the employees participation on hospital programs and activities, and representativeness of employees on hospital meeting's. Hospital suggested to make recreation programs and non*forma1 activities. establish reward an punishments front officers, fix the situation of front officers working area related to safety environment. and make a counsellng's program for employees. To improve the employee's organizational commitment, hospital management should find the employee's dominant needs by questionaire, this way can be useful for hospital's management to improve employee's motivation. Competency improvement is important also, in order to support and make the job easy. For future research., it is suggested to improve internal validity on the research instruments, depend on the informans culture, by categorized the informans based on their internal characteristics.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T20877
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Levina Putri Siswidiani
Abstrak :
Obstructive sleep apnea atau OSA adalah salah satu bentuk gangguan tidur yang disebabkan oleh gangguan pernapasan, dimana terjadi obstruksi saluran napas atas berulang selama seseorang tidur. OSA dapat menyebabkan fragmentasi tidur dan akhirnya menyebabkan rasa mengantuk di siang hari. Ketika seseorang mengantuk, terjadi penurunan kemampuan persepsi dan perubahan emosi, yang mengarah pada penurunan produktivitas kerja. Pegawai administrasi yang dirasa memiliki tingkat rasa mengantuk yang tinggi saat jam kerja merupakan subjek dari penelitian ini. Subjek yang diteliti yaitu pegawai administrasi di Pusat Administrasi Universitas Indonesia yang dirasa menggambarkan karakteristik pegawai administrasi Indonesia. Subjek diminta untuk mengisi kuesioner Epworth Sleepiness Scale untuk mengukur tingkat rasa mengantuknya di siang hari dan kuesioner STOPBANG untuk mengetahui risiko OSA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa walaupun pegawai Pusat Administrasi Universitas Indonesia yang berisiko tinggi OSA mengalami mengantuk di siang hari, namun jumlahnya hanya sedikit. Sebagian besar pegawai tidak mengantuk di siang hari. Karenanya, tidak terdapat hubungan antara risiko OSA dengan tingkat rasa mengantuk pada pegawai Pusat Administrasi Universitas Indonesia. Hal ini disebabkan karena tingginya nilai kuesioner Epworth tidak dapat menentukan risiko OSA, melainkan hanya menunjukkan bahwa seseorang memiliki kualitas tidur di malam hari yang buruk.
Obstructive sleep apnea, also known as OSA, is one of sleep-related breathing disorders in which there are repeated obstructions in the upper airway during nighttime sleep. OSA can cause fragmentation of sleep that leads to excessive daytime sleepiness. When someone is sleepy, there is a slight reduction of perception and change of emotion, which leads to a decrease in work productivity. Our research subjects are administration staff of Universitas Indonesia whom we feel possess the characteristics of administration staff. They were asked to fill in the Epworth Sleepiness Scale questionnaire to grade daytime sleepiness and the STOPBANG questionnaire to predict the risk of OSA. The results showed that although the staffs those are at high risk of OSA suffer excessive daytime sleepiness, but the proportions were insufficient. Hence, there was no correlation between the values of daytime sleepiness and the risk of OSA in administration staff of Universitas Indonesia. This might be because a high score of Epworth questionnaire could not determine the risk of OSA, but only show a lack of night-time sleep.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library