Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alwi
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini didasarkan pada pengalaman pribadi bahwa kondektur bis antar kota Jakarta Bandung kurang perilaku menolongnya. Pengaruh kehidupan di kota besar yang padat dapat menyebabkan timbulnya sikap acuh sehingga perilaku menolong akan berkurang. Kondektur bus yang singgah di kota besar tentu juga akan terpengaruh gejala tersebut.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran kecenderungan tentang perilaku menolong kondektur bus antar kota yang melayani angkutan trayek Jakarta Bandung. Masalah penelitian ini adalah seberapa besar perilaku menolong kondektur bus antar kota jakarta Bandung. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif non eksperimental. Pengukuan perilaku menolong dilakukan dengan kuesioner perilaku menolong yang dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan teori Decision model of helping dari Latane & Darley (1970). Subyek yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah 68 orang kondektur bus antar kota Jakarta Bandung.

Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa rata-rata kecenderungan perilaku menolong tergolong tinggi. Sehingga secara keseluruhan dapat diketahui bahwa kecenderungan perilaku menolong kondektur bus antar kota yang melayani angkutan trayek Jakarta Bandung berada pada tingkat yang tinggi. Saran untuk penelitian lebih lanjut adalah dilakukannya studi kualitatif pada subyeksubyek yang mempunyai karakteristik khusus seperti tipe kepribadian sehingga dapat diperoleh gambaran lebih mendalam mengenai kecenderungan periiaku menolong pada subyek-subyek tersebut.
2004
S3431
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andin Andiyasari
Abstrak :
Penelitian ini berusaha menjawab inkonsistensi hasil penelitian hubungan antara kepemilikan psikologis dan inisiatif perubahan (perilaku keterlibatan aktif dan perilaku menolong) dengan menguraikan peranan dari faktor kontekstual (dukungan organisasi), faktor individual (rasa kebersamaan), dan tipe-tipe kepemilikan psikologis. Menggunakan sampel dari dua perusahaan jasa (profesi dan non-profesi), yakni Kantor Akuntan Publik X (KAP X, N=117) dan BUMN Jasa Konstruksi Z (BUMN Z, N=93), studi menemukan bahwa saat tipe organisasi tidak dikontrol, rasa kebersamaan memoderasi hubungan antara kepemilikan psikologis berbasis pekerjaan dan perilaku keterlibatan aktif. Rasa kebersamaan memperkuat efek kepemilikan psikologis berbasis pekerjaan untuk karyawan menampilkan perilaku keterlibatan aktif. Analisis pada masing-masing sampel perusahaan menemukan efek yang berbeda. Pada KAP X, dukungan organisasi berperan sebagai penyangga (substitute effect) terhadap efek negatif kepemilikan psikologis yang rendah pada perilaku keterlibatan aktif. Saat kepemilikan psikologis berbasis pekerjaan rendah, dukungan organisasi yang tinggi menjadi penyangga untuk karyawan menampilkan perilaku keterlibatan aktif. Tetapi, saat kepemilikan psikologis berbasis pekerjaan tinggi, dukungan organisasi menjadi tidak berperan. Sebaliknya pada BUMN Z, dukungan organisasi menjadi penguat (enhancer effect) hubungan positif antara kepemilikan psikologis berbasis pekerjaan yang tinggi pada keterlibatan aktif. Saat kepemilikan psikologis berbasis pekerjaan tinggi, dukungan organisasi yang tinggi memperkuat perilaku keterlibatan aktif karyawan. Rasa kebersamaan dan dukungan organisasi juga memediasi hubungan antara kepemilikan psikologis (berbasis organisasi dan pekerjaan) dengan perilaku menolong. Pada saat tipe organisasi tidak dikontrol, kedua variabel bersama-sama menjadi mediator. Tetapi saat tipe organisasi dikontrol (KAP X dan BUMN Z), ditemukan peran yang berbeda dari kedua mediator. Pada KAP X, rasa kebersamaan memediasi hubungan antara kepemilikan psikologis berbasis pekerjaan dan perilaku menolong sementara dukungan organisasi memediasi hubungan antara kepemilikan psikologis berbasis organisasi dan perilaku menolong. Sebaliknya pada BUMN Z, dukungan organisasi dan rasa kebersamaan secara simultan memediasi hubungan antara kepemilikan psikologis berbasis organisasi dan perilaku menolong. Secara ringkas, faktor kontekstual dan individual memegang peranan penting dalam memunculkan perilaku menolong dan keterlibatan aktif. Karakteristik pekerjaan yang berbeda juga berpengaruh dalam memunculkan perilaku keterlibatan aktif dan menolong. ......This study seeks to answer the inconsistency research results on the relationship between psychological ownership and change initiatives (taking charge and helping behaviors) by exploring the role of contextual factor (organizational support), individual factor (sense of togetherness), and types of psychological ownership. Using the samples from two service organizations (profession and non-profession), which is Accounting Firm (KAP) X (KAP X, N=117) dan State- Owned Enterprise (BUMN) Construction Services Z (BUMN Z, N=93), this study find that when type of organization is not controlled, sense of togetherness moderates the relationship between job-based psychological ownership and taking charge. Sense of togetherness strengthens the effects of job-based psychological ownership within employees to demonstrate taking charge. Analysis in individual organization samples find different effects. In KAP X, organizational support acts as buffer (giving substitute effect) upon the negatif impact of low job-based psychological ownership on taking charge. When job-based psychological ownership is low, high organizational support becomes buffer for employess to demonstrate taking charge. However, when job-based psychological ownership is high, organizational support loss its role. On the other side in BUMN Z, organizational support acts as enhancer upon the positive impact of high job-based psychological ownership on taking charge. When job-based psychological ownership is high, high organizational support enhances employees? taking charge behavior. Sense of togetherness and organizational support also mediate the relationship between psychological ownership (organizational- and job-based) and helping. When type of organization is not controlled, both variables simultaneously mediate such relationship. However, when type of organization is controlled (KAP X and BUMN Z), the two mediators give different effects. In KAP X, sense of togetherness mediates the relationship between job-based psychological ownership and helping while organizational support mediates the relationship between organizational-based psychological ownership and helping. On the other side in BUMN Z, organizational support and sense of togetherness simultaneously mediate the relationship between organizational-based psychological ownership and helping. In brief, contextual and individual factors play important roles in emerging helping and taking charge behaviors. Different business characteristics also have a role in such emergence.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
D1396
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Auliana Shani Ahsha
Abstrak :
Kasus bullying memiliki prevalensi yang tinggi pada anak usia sekolah. Korban bullying seringkali takut melaporkan pelaku sehingga membutuhkan bantuan dari pihak lain yang terlibat dalam bullying, seperti bystander. Kehadiran bystander memiliki kesempatan untuk menolong korban sehingga mengurangi dampak bullying. Tindakan bystander dalam menolong korban bullying dapat dimotivasi dari adanya empati. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara empati dan perilaku menolong korban bullying di sekolah. Penelitian menggunakan deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional pada 277 siswa SMP di kota Bekasi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Hasil uji korelasi Pearson didapatkan nilai r = 0,407 dengan p = 0,0001 sehingga mengartikan adanya hubungan yang bermakna antara empati dan perilaku menolong korban bullying. Hasil penelitian merekomendasikan pihak sekolah dan puskesmas untuk mengembangkan program PKPR yang sudah ada sehingga dapat meningkatkan empati siswa di sekolah. ......Cases of bullying have a high prevalence in school age children. Victims of bullying are often afraid to reporting the bullies so that requiring assistance from others who involved in bullying such as bystander. The presence of bystanders has an opportunity to help the victim then reduce the impact of bullying. Bystander action can be motivated by empathy. The purpose of this study is to determine the relationship between empathy and defending bullying victim in school. This study used descriptive correlative with cross sectional approach on 277 middle school students in Bekasi. Data collection was carried out by using a questionnaire. Pearson correlation test obtained r value 0,407 with p 0,0001 so that means there is a significant relationship between empathy and defending bullying victim. This study result recommended the school and puskesmas to developing PKPR which can increase student rsquo s empathy in school.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S69337
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ria Thalia
Abstrak :
Studi literatur menunjukkan bahwa perundungan dapat diturunkan jika para siswa yang menjadi saksi perundungan bersedia menolong korban. Kesediaan menolong korban perundungan sangat tergantung pada efikasi diri maupun efikasi komunitas mereka. Namun dampak bagi saksi siswa yang bersedia menolong masih kontradiktif; ada studi yang menunjukkan bahwa saksi penolong korban akan meningkat self esteemnya, dan ada studi-studi lain yang menunjukkan bahwa saksi penolong dan pendukung pelaku yang akan mengalami kesulitan psikososial. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan model terbentuknya permasalahan psikososial yang dapat menjelaskan peranan keyakinan efikasi diri, keyakinan efikasi komunitas dan perilaku menolong saksi. Penelitian ini dilakukan dengan metode survei menggunakan kuesioner. Partisipan dalam penelitian ini sebanyak 239 siswa. Dari pengihitungan SEM didapatkan bahwa kesulitan psikososial akan meningkat dengan menurunnya keyakinan efikasi diri melalui mediator perilaku mendukung pelaku. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa perilaku mendukung pelaku lebih rentan mengalami kesulitan psikososial dibandingkan perilaku menolong korban. ......Literature studies show that bullying can be reduced if students who bystander bullying are willing to help the victims. Willingness to help victims of bullying is very dependent on their self-efficacy and collective efficacy. But the impact for student bystander who are willing to help is still contradictory; some studies show that the self-esteem of defender will be increased, and other studies show that defender and prepetrator supporter will experience psychosocial difficulties. This study aims to find a model for the formation of psychosocial problems that can explain the role of self-efficacy beliefs, collective efficacy beliefs, and bystander’s helping behavior. This study was conducted by a survey method using a questionnaire. Participants in this study were 239 students. From the SEM calculation found that psychosocial difficulties would be increased with the decrease of self-efficacy beliefs through mediators of behavior of supporting perpretrator. Based on this result, it can be concluded that the behavior of supporting prepetrator is more prone to experiencing psychosocial difficulties than the behavior of helping the victim.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
T54525
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akbar Syakir
Abstrak :
Twenge, dkk (2007) menemukan bahwa eksklusi sosial berpengaruh negatif terhadap perilaku menolong. Ketika muncul pertanyaan apakah hal tersebut juga memiliki pengaruh yang sama pada remaja? Pentingnya perilaku menolong bagi perkembangan dan peran sosial remaja adalah alasan utama melakukan penelitian. Uji mediasi afek positif dilakukan untuk memperjelas hubungan kausalitas eksklusi sosial terhadap perilaku menolong. Manipulasi diberikan dalam bentuk false feedback tes kepribadian partisipan yang telah mengisi Eysenk Personality Quotionaire (EPQ). Skor afek positif diukur dengan Positive and Negative Affect Scale (PANAS Scale). Penelitian dilakukan pada 64 partisipan remaja pria dan wanita. Divariasikan menjadi kelompok yang mendapat eksklusi sosial (future alone, n=32) dan kelompok pembanding (future belonging, n=32). Hasil signifikan menemukan kelompok yang mendapat manipulasi eksklusi (M=0,66, SD=1,72) lebih sedikit yang ikut menolong dibandingkan kelompok pembanding (M=0,87, SD=0,33), Χ2(1,64)=4,267, p<0,05 namun manipulasi eksklusi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap skor afek positif partisipan, t(62)= -1,851, p>0,05. Hasil penelitian menunjukkan pengaruh eksklusi sosial terhadap menurunnya perilaku menolong remaja tidak dimediasi oleh afek positif yang dirasakan, z=1,44<1,96, p>0,05. ...... Twenge, et al (2007) have found social exclusion have negatively effect on helping behavior. When a question appears, whether it would also have the same effect on teens helping behaviour? Importance of helping behavior for teens developments and social role is the reason to doing this research. Testing positive affect as mediator conducted to clarify causality effect of social exclusion on helping behavior. Manipulation is given as false feedback of participant’s personality test, who have complete Eysenk Quotionaire Personality (EPQ). Positive affect measured with the Positive and Negative Affect Scale (PANAS Scale) on 64 participant male and female. Manipulation be variated as one group receiving social exclusion (future alone, n=32) and the other as comparison group (future belonging, n=32). The results significant finding group has received exclusion manipulation (M=0.66, SD=1.72) participated less helping than the comparison group (M=0.87, SD=0.33), Χ2(1,64)=4.267, p<0.05, but exclusion did not have a significant effect on participants positive affect scores, t(62)= -1.851, p>0.05. The results showed the effect of social exclusion on the decrease teenager’s helping behavior is not mediated by positive affect, z=1.44<1.96, p> 0.05.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S55812
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pradnya Corinelia
Abstrak :
Kegiatan perilaku prososial semakin sering terjadi pada situasi krisis, seperti situasi pandemi COVID-19. Dalam upaya pencegahan dan penanganan pandemi COVID-19, pemerintah membuat kebijakan pembatasan sosial sehingga memengaruhi kondisi well-being masyarakat. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk melihat adanya hubungan antara perilaku prososial dan well-being pada dewasa muda setelah berakhirnya pembatasan sosial COVID-19. Sejumlah 409 individu dewasa muda berusia 18-29 tahun yang berdomisili di Jabodetabek berpartisipasi dalam penelitian ini. Perilaku prososial diukur menggunakan alat ukur Prosocialness Scale for Adults (PSA) (Caprara dkk., 2005) dan well-being diukur menggunakan alat ukur PERMA Profiler (Butler & Kern, 2016). Hasil analisis korelasi menggunakan Pearson correlation menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara perilaku prososial dan well-being (r(409)= 0.487, p < 0.01, r2=0.237). ......Prosocial activities are happening more often during the time of a crisis, like the COVID-19 pandemic situation. As a measure to prevent and manage the COVID-19 pandemic, changes in regulations are made by the government which limit people’s daily activities and thus potentially affect their well-being. Therefore, this study aimed to see a relationship between prosocial behavior and well-being in young adults’ post COVID-19 pandemic. The study sample is 409 young adults between the ages of 18-29 years old living in Jakarta greater area (Jabodetabek). Prosocial behavior was assessed with Prosocialness Scale for Adults (PSA) (Caprara et al., 2005) and well-being was assessed with the PERMA Profiler (Butler & Kern, 2016). Result in correlation by Pearson correlation technique shows a significant and positive relationship between prosocial behavior and well-being (r(409)= 0.487, p < 0.01, r2=0.237).
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ria Irwina Savitri
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana pengaruh batasan antarkelompok dan identitas target terhadap perilaku menolong antarkelompok agama. Partisipan dalam penelitian ini adalah 74 orang mahasiswa yang beragama Islam di Universitas Indonesia. Terdapat dua manipulasi kondisi batasan antarkelompok, yaitu kentara dan semu. Perilaku menolong diukur melalui skala perilaku menolong berorientasi kemandirian dan ketergantungan yang akan diberikan kepada target yang berasal dari ingroup (sesama orang Islam) atau outgroup (orang Kristen) dalam empat ilustrasi kasus. Hasil dari pengujian MANOVA menunjukkan tidak ada pengaruh batasan antarkelompok dan identitas target terhadap perilaku menolong.
This study aims to see how the influence of group boundaries and group identity on helping behavior between religious groups. Participants in this study were 74 Muslim students at a university in University of Indonesia. Researchers provide treatment to manipulate the boundaries between groups in two conditions (salient versus not salient). Helping behavior was measured through helping behavior -oriented scale (autonomous and dependency-oriented helping) will be given to targets derived from the ingroup (fellow Muslims) or outgroup (Christians) in the four illustrative cases . The statistical test by MANOVA showed no effect of group boundaries and target‟s identity on helping behavior.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S56444
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library