Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Erza Rahma Hajaty
"Penelitian ini mengenai neighborhood dan ruang interaksi imajiner. Neighborhood sebagai hubungan psikis antar penghuni yang bermukim dan bertempat tinggal menetap pada lingkungan permukiman yang sama, idealnya selalu berinteraksi khususnya menggunakan ruang-ruang yang dirancang sebagai ruang berkumpul. Penelitian menunjukkan adanya fenomena individualisme di perumahan formal, namun di sisi lain terbentuk ruang-ruang interaksi lain pada ruang-ruang yang tidak diperuntukkan sebagai ruang berkumpul yang seringkali digunakan sebagai tempat berinteraksi oleh kelompok-kelompok kecil neighborhood, di tempat yang sama, sehingga terbentuk citra ruang interaksi, yaitu ruang interaksi imajiner. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana neighborhood membentuk ruang interaksi imajiner dengan metode kualitatif menggunakan pendekatan grounded theory. Keseharian dalam melaksanakan tanggung jawab, melakukan aktivitas yang disukai dan berkumpul bersama anggota neighborhood membentuk realisasi rasa, realisasi kehendak, kecocokan, dan pemahaman bersama di dalam neighborhood, sehingga melahirkan hubungan psikis yang ‘enjoyable’, menikmati interaksi yang terjadi hingga seakan-akan berada di dalam ‘sphere’, dan tanpa disadari ‘lupa’ akan fungsi ruang yang sebenarnya. Kebebasan mengkonsumsi waktu dan ruang, kebebasan berekspresi dan beraktivitas bersama menghadirkan ‘free’ pada ruang. Maka “free-spheretopia” sebagai kontinuitas kebebasan dalam hubungan yang enjoyable, sebagai perantara antara ruang nyata dengan ruang yang dibayangkan, bersifat mental dan absolut, melatarbelakangi terbentuknya ruang interaksi imajiner.

This research is about neighborhood and imaginary interaction space. Neighborhood as a psychological relationship between residents who live and reside in the same residential environment, ideally always interact, especially using spaces designed as gathering spaces. Research shows that there is a phenomenon of individualism in formal housing, but on the other hand, other interaction spaces are formed in spaces that are not designated as gathering spaces which are often used as places of interaction by small groups of neighborhoods, in the same place, so that an image of interaction space is formed, namely imaginary interaction space. This research aims to find out how neighborhoods form imaginary interaction spaces with a qualitative method using a grounded theory approach. Everyday life in carrying out responsibilities, doing preferred activities and gathering with neighborhood members forms a realization of feelings, realization of will, compatibility, and mutual understanding in the neighborhood, giving birth to an 'enjoyable' psychological relationship, enjoying the interactions that occur until it seems to be in the 'sphere', and unwittingly 'forgetting' the actual function of space. The freedom to consume time and space, the freedom of expression and joint activities bring 'free' to the space. Thus, "free-spheretopia" as a continuity of freedom in enjoyable relationships, as an intermediary between real space and imagined space, mental and absolute, underlies the formation of imaginary interaction spaces."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alzena Araminta
"Tempat tinggal merupakan salah satu kebutuhan primer manusia karena berfungsi untuk menaungi dan mengakomodasi berbagai aktivitas. Salah satu pemenuhan kebutuhan hunian adalah pembangunan perumahan formal, seperti tipe cluster yang ditujukan untuk membentuk lingkungan hunian yang berkualitas dan tertata. Perumahan tipe cluster dibangun oleh pengembang dengan bentuk dan desain yang seragam sehingga berpotensi menimbulkan ketidakpenuhan kriteria tempat tinggal penghuni. Fenomena ini menjadi satu dari berbagai alasan penghuni cluster melakukan housing adjustment dengan cara adaptasi hunian –tindakan pemodifikasian dan penyesuaian rumah atas situasi tertentu-. Dalam prosesnya, terdapat beberapa variabel, seperti tahap siklus dan gaya hidup keluarga yang memengaruhi adaptasi sebagai cara penyesuaian rumah terhadap hunian tipikal pada perumahan cluster. Mengingat, setiap hunian terdiri dari jumlah anggota keluarga, umur, latar belakang, dan persepsi yang berbeda. Skripsi ini membahas bagaimana penghuni rumah tipikal berusaha memodifikasi rumah berdasarkan siklus hidup anggota keluarga sesuai dengan aktivitas dan gaya hidupnya. Berdasarkan hasil peninjauan terhadap studi kasus di Cluster Savia, skripsi ini menunjukkan bahwa para penghuni cenderung melakukan adaptasi hunian untuk melengkapi kubutuhan yang belum terpenuhi. Skripsi ini menyimpulkan setiap keluarga menghasilkan bentuk penyesuaian yang variatif dan unik meskipun mereka tinggal di dalam rumah dengan luas dan tata ruang yang tipikal.

Dwelling is one of the primary human needs because it functions to shelter and accommodate various activities. One of the fulfillment of dwelling needs is the construction of formal housing, such as the cluster type which is intended to form a quality and orderly residential environment. Developers build cluster-type housing with a typical form and design that has the potential to cause non-fulfillment of the criteria for occupant housing. This phenomenon is one of the various reasons for the occupants of the cluster to make housing adjustments using residential adaptation – the act of modifying and adjusting their homes to certain situations. In the process, there are several variables, such as the lifecycle stage and family lifestyle that influence adjustment as a way of adjusting to typical occupancy in housing clusters. Bearing in mind, each residence consists of several family members, ages, backgrounds, and different perceptions. This study discusses how the typical occupant tries to modify the house based on the life cycle of family members according to their activities and lifestyle. Based on the results of reporting on case studies in the Savia Cluster, this thesis shows that the occupants tend to make adjustments to their residences to fulfill their unfulfilled needs. This study concludes that every family produces varied and unique adjustment forms even though they live in a house with a typical area and layout."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library