Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 18 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bennadi Adiandrian
Abstrak :
Latar Belakang: Obesitas merupakan suatu keadaan terdapatnya jaringan lemak dalam tubuh yang berlebihan. Kondisi ini berhubungan dengan penyakit kardiovaskular, salah satunya adalah aterosklerosis. Aterosklerosis pada sistem pembuluh darah karotis hingga saat ini merupakan penyebab terbesar stroke iskemik di dunia dengan jumlah kasus terbanyak pada rentang usia 45-64 tahun. Dengan menggunakan teknik single slice CT-scan dapat dihitung komposisi lemak viseral (VAT) maupun lemak subkutan (SAT) tubuh dengan baik. Sedangkan USG merupakan modalitas radiologi yang baik untuk skrining aterosklerosis pada arteri karotis komunis dengan mengukur ­Intima-Media Thickness (IMT). Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan komposisi lemak yang berhubungan terhadap aterosklerosis karotis komunis dan lingkar pinggang. Metode: Sebanyak 32 subjek penelitian yang melakukan pemeriksaan CT-scan regio abdomen, dilakukan penghitungan luas penampang VAT, SAT dan rasio VAT/SAT dengan menggunakan software volumetri SyngoTM, pengukuran IMT arteri karotis komunis kanan dan kiri menggunakan USG yang dilengkapi dengan software auto-IMT, dan pengukuran lingkar pinggang. Kemudian dilakukan analisa korelasi antara VAT, SAT, dan rasio VAT/SAT terhadap IMT karotis serta lingkar pinggang (WC). Hasil: Terdapat korelasi lemah antara luas penampang VAT terhadap IMT karotis komunis (ρ = 0,21 ; p = 0,248), antara luas penampang SAT terhadap IMT karotis komunis (ρ = 0,37 ; p = 0,036) dan korelasi negatif lemah antara rasio VAT/SAT terhadap IMT karotis komunis (ρ = -0,24 ; p = 0,193). Selain itu didapatkan korelasi kuat antara VAT terhadap lingkar pinggang (ρ = 0,73 ; p < 0,05), korelasi positif sangat kuat antara SAT terhadap lingkar pinggang (ρ = 0,87 ; p < 0,05), dan korelasi negatif lemah antara rasio VAT/SAT terhadap lingkar pinggang (ρ = -0,37 ; p = 0,038). Kesimpulan: Luas penampang VAT dan SAT berkorelasi lemah terhadap IMT karotis komunis. Luas penampang VAT berkorelasi kuat terhadap lingkar pinggang, luas penampang SAT berkorelasi sangat kuat terhadap lingkar pinggang. Rasio VAT/SAT memiliki korelasi negatif lemah terhadap IMT karotis komunis dan lingkar pinggang. Pengukuran lingkar pinggang dapat digunakan unuk memprediksi volume VAT dan SAT. ......Backgorund: Obesity is a condition with high level of fat deposition in the body. This condition is related to cardiovacular diseases including atherosclerosis. Carotid athersclerosis until now is known as the main cause of ischemic stroke in the world with the most cases ranged between 45-64 years old. With single slice CT-scan technique, we can estimate the composition of visceral adipose tissue (VAT) and subcutaneous adipose tissue (SAT) very well. USG is the best modality for carotid atherosclerosis screnning by measuring ­Intima-Media Thickness (IMT) of the common carotid artery. Purpose: of this study is to determine which one of these fat is correlated to carotid atherosclerosis and waist circumference (WC). Methods: Thirty two subjects that underwent an abdominal CT-scanning were calculated for their area of VAT, SAT, dan VAT/SAT ratio using SyngoTM volumetric software. Measurement of the IMT was done by using auto-IMT software in USG. Their waist circumference were also measured. Correlational analysis were done between VAT, SAT, VAT/SAT ratio with carotid IMT and waist circumference (WC). Result: There was a low correlation between VAT and common carotid IMT (ρ = 0,21 ; p = 0,248), SAT and common carotid IMT (ρ = 0,37 ; p = 0,036). Low negative correlation was shown between VAT/SAT ratio and carotid IMT (ρ = -0,24 ; p = 0,193). This study also showed a strong correlation between VAT and waist circumference (ρ = 0,73 ; p < 0,05), very strong correlation between SAT and waist circumference (ρ = 0,87 ; p < 0,05), also low negative correlation between VAT/SAT ratio and waist circumference (ρ = -0,37 ; p = 0,038). Conclusion: There are low correlation between VAT and SAT and common carotid IMT. There is strong correlation between VAT and waist circufmerence, very strong correlation between SAT and waist circumference. There is low inverse correlation between VAT/SAT ratio and waist circumference. Therefore the measurement of waist circumference can be used to predict VAT and SAT volume.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Feni Nugraha
Abstrak :
ABSTRAK
Obesitas merupakan masalah global dengan prevalensi yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Obesitas merupakan salah satu faktor risiko terjadinya defisiensi vitamin D. Hal ini disebabkan karena meningkatnya simpanan vitamin D di jaringan adiposa, yang dapat diperburuk dengan kurangnya pajanan sinar matahari dan asupan vitamin D inadekuat. Defisiensi vitamin D berhubungan dengan resistensi insulin dan dapat meningkatkan risiko terjadinya sindrom metabolik. Peningkatan lingkar pinggang LP dan peningkatan kadar trigliserida TG serum atau hypertriglyceridemic waist dapat digunakan sebagai kriteria sederhana untuk skrining awal identifikasi sindrom metabolik. Penelitian dengan desain potong lintang ini dilakukan di klinik diabetes Rumah Sakit MRCCC Siloam Semanggi, Jakarta, yang bertujuan untuk mengetahui korelasi antara kadar vitamin D serum dengan LP dan kadar TG serum pada penyandang obesitas berusia >18-
ABSTRACT
Obesity has reached epidemic proportions globally, with increasing prevalence in recent years. Obesity is one of the risk factors in vitamin D deficiency. The low levels of serum vitamin D in obesity has been attributed to multiple factors like excessive storage of vitamin D in the adipose tissue, decreased exposure to sunlight and an inadequate vitamin D intake. Vitamin D deficiency is associated with insulin resistance and increases the risk of developing metabolic syndrome. Increased waist circumference WC and elevated serum triglyceride TG levels or hypertriglyceridemic waist can be used as a simple clinical phenotype for early screening to identify patients with metabolic syndrome. This cross sectional study was conducted at the Diabetes Clinic of MRCCC Siloam Semanggi Hospital, Jakarta, which aims to determine correlation between serum vitamin D levels with WC and serum TG levels in obese individuals aged 18 years to
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni'matun Nurlaela
Abstrak :
Saat ini salah satu cara untuk mengetahui individu terkena penyakit kardiovaskular adalah dengan pemeriksaan kadar lemak dalam darah yaitu melalui laboratorium. Pemeriksaan secara laboratorium membutuhkan biaya yang relatif mahal dan memerlukan peralatan yang tidak sederhana. Berbagai penelitian telah membuktikan pengaruh pengukuran antropometri (indeks massa tubuh, lingkar perut dan lainnya) terhadap risiko penyakit kardiovaskular, namun sedikit penelitian yang menggunakan pengukuran tersebut sebagai alat skrining kadar lemak dalam darah. Salah satu pengukuran antropometri yang dianggap mudah dan sederhana adalah mengukur berat badan, tinggi badan dan lingkar perut. Metode penelitian cross sectional dengan menggunakan sampel orang dewasa sejumlah 20.782 jiwa. Hasil penelitian menunjukkan proporsi hiper LDL 16,07%, hipo HDL 18,83%, hiper trigliseridemia 4,23%, hiperkolesterolemia 8,37%, dislipidemia definisi pertama 14,42% dan dislipidemia definisi kedua 33,88%. Hampir semua kelainan lemak darah, proporsi pada perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki kecuali hipo HDL lebih tinggi laki-laki dibandingkan perempuan. Rata- rata indeks massa tubuh dan lingkar perut akan semakin meningkat terhadap kejadian kelainan lemak darah untuk semua kondisi, baik laki-laki maupun perempuan. Jika dibandingkan berdasarkan jenis kelamin, rata-rata indeks massa tubuh dan lingkar perut perempuan lebih besar daripada laki-laki. Dengan menggunakan analisis ROC didapatkan bahwa lingkar perut lebih baik dalam memprediksi dislipidemia dibandingkan dengan IMT dengan nilai AUC 59,56% pada laki-laki dan 60,93% pada perempuan. ......Until now one way to determine the potential of individuals exposed to cardiovascular disease is to check the level of fat in the blood directly through the laboratory. Laboratory examination requires a relatively expensive cost and requires equipment that is not simple. Various studies have proven the effect of anthropometric measurements (body mass index, abdominal and other circumference) on the risk of cardiovascular disease, but few studies have used such measurements as a screening tool for blood lipid levels. Anthropometric measurements can be done in various ways, one of which is considered easy and simple that is by measuring the weight, height and abdominal circumference. Methods of cross sectional study using an adult sample of 20,782 inhabitants. The results showed that the proportion of hyper LDL 16.07%, hypo HDL 18.83%, hyper triglyceridemia 4.23%, hypercholesterolemia 8.37%, dyslipidemia first definition 14.42% and dyslipidemia second definition 33.88%. Almost all blood fat abnormalities, the proportion in women more than men except HDV hypo is higher for men than for women. The average body mass index and abdominal circumference will increase in the incidence of blood lipid abnormalities for all conditions, men or women. When compared by sex, the average body mass index and abdominal circumference of women greater than men. ROC analysis showed that abdominal circumference was better in predicting dyslipidemia compared with BMI with AUC 59.56% in male and 60.93% in female.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudha Puspa Handini
Abstrak :
ABSTRAK
Sindrom metabolik adalah sekelompok kelainan metabolik yang terdiri dari obesitas, resistensi insulin, dislipidemia dan hipertensi. Setiap komponen dari sindrom metabolik sebagai faktor risiko mayor kardiovaskular. Dislipidemia sebagai faktor risiko utama penyakit kardiovaskular. Penanganan sindrom metabolik memerlukan tatalaksana yang menyeluruh baik farmakologik maupun non farmakologik. Penelitian menunjukkan bahwa akupunktur dapat memperbaiki dislipidemia seperti menurunkan kadar kolesterol total, trigliserida dan LDL serta meningkatkan HDL. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas terapi kombinasi elektroakupunktur dan medikamentosa terhadap profil lipid dan lingkar perut penderita sindrom metabolik. Uji klinis acak tersamar tunggal dengan kontrol sham dilakukan pada 50 penderita sindrom metabolik yang dialokasikan secara acak menjadi kelompok terapi kombinasi elektroakupunktur dan medikamentosa kelompok elektroakupunktur atau kelompok terapi kombinasi elektroakupunktur sham dan medikamentosa kelompok kontrol . Kadar kolesterol total, HDL, LDL, trigliserida dan lingkar perut digunakan untuk mengukur keluaran penelitian. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan bermakna lingkar perut kelompok elektroakupunktur sebesar -4,00 -5,00 ndash; -2 cm dibandingkan kelompok kontrol 0,00 -2 ndash; 3,00 cm
ABSTRACT
Metabolic syndrome is a group of metabolic abnormalities including obesity, insulin resistance, dyslipidemia and hypertension. Each component of the metabolic syndrome is a major cardiovascular risk factor. Dyslipidemia is a major risk factor for cardiovascular disease. Treatment of metabolic syndromes requires a comprehensive management of both pharmacologic and nonpharmacologic. Study showed that acupuncture can improve dyslipidemia such as lowering total cholesterol, triglycerde, LDL and increasing HDL. This study aims to determine the effectiveness of combination therapy of electroacupuncture and medicatian on lipid profile and waist circumference of metabolic syndrome patients. Single blinded randomized clinical trials with sham control were performed on 50 patients with metabolic syndrome that randomized into a combination group of electroacupuncture and medication electroacupuncture group or a combination group of sham electroacpuncture and medication control group . Total cholesterol levels, HDL, LDL, triglycerides and waist circumference used to measure the study outcomes. The results showed that waist circumference in electroacupuncture group decreased significantly 0f 4,00 5,00 ndash 2 cm compared to the control group of 0,00 2 ndash 3,00 cm, p
2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Wibawanti
Abstrak :
Latar belakang: Pilot dapat mengalami obes yang berkaitan dengan jam terbang total atau faktor risiko lainnya. Oleh karena itu, perlu diidentifikasi kaitan jam terbang total dan faktor lainnya terhadap risiko obes pada pilot sipil di Indonesia. Metode: Studi ini memakai metode potong lintang dengan sampel purposif pada pilot yang melakukan pemeriksaan kesehatan berkala di Balai Kesehatan Penerbangan tanggal 14-24 Mei 2013. Data yang dikumpulkan yaitu karakteristik demografi, pekerjaan, kebiasaan makan dan olahraga, tinggi dan berat badan serta lingkar pinggang. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara dan pemeriksaan fisik. Analisis menggunakan regresi Cox dengan waktu yang konstan. Subjek dikategorikan menjadi obes (indeks massa tubuh (IMT) 25 atau lebih untuk ras Asia, dan 30 atau lebih untuk ras Kaukasia), dan normal (IMT 18.5-22.9) Hasil: Di antara 612 pilot yang berusia 18-61 tahun, diperoleh 133 subjek obes dan 41 subjek normal. Faktor-faktor dominan yang berkaitan dengan obes adalah jam terbang total dan lingkar pinggang. Faktor kebiasaan makan makanan berlemak dan cepat saji tidak terbukti mempertinggi risiko obes. Dibandingkan subjek dengan lingkar pinggang normal, subjek dengan lingkar pinggang besar memiliki kemungkinan 77% lebih tinggi untuk obes [risiko relatif suaian (RRa) = 1,77; 95% interval kepercayaan (CI) =1,41-2,14]. Dibandingkan subjek dengan jam terbang kurang dari sama dengan 1000 jam, subjek dengan jam terbang total lebih dari 1000 jam memiliki risiko obes 33% lebih tinggi (RRa = 1,77; 95% CI = 1,11-1,59) Kesimpulan: Jam terbang total 1001-29831 dan lingkar pinggang besar mempertinggi risiko obes di antara pilot sipil di Indonesia. ......Background: Pilot may obese which is related to total flight hours and other risk factors. This study aimed to identify the relationship between total flight hours and other factors related to obese in civil pilots in Indonesia. Methods: A cross-sectional study with purposive sampling among pilot undergoing periodic medical check up in 14-24 Mei at Aviation Medical Center (Balai Kesehatan Penerbangan). Data collected were demographic and work characteristics, eating habit, exercise habit, height, weight and waist circumference, high fat diet and fast food consumption were not found to increase the risk of obese. Subject were classified into obese (Body Mass Index = BMI) was 25 or more for Asians and 30 or more for Caucasian) and normal (BMI 18.5-22.9). Results: A number of 612 pilots, aged 18-61 years old, 133 available for this study which consisted of 133 obese pilots and 41 normal body weight. Subjects with large waist circumference than normal waist circumference had 77% increased risk of obese [relative risk adjusted (RRa) = 1.77; 95% confidence interval (CI) = 1.41-2.14]. Total flight hours 1001 or more, than less 1000 hours had 33% increased risk to be obese (RRa = 1.33; 95% CI =1.11-1.59). Conclusions: Total flight hours of 1001-29831 hours and large waist circumference increased the risk of obese in civil pilots in Indonesia.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Bernadine Gracia Duindrahajeng
Abstrak :
Latar Belakang: Prevalensi obesitas sentral di Indonesia sedang meningkat dan populasi yang cukup terpengaruh oleh ini adalah wanita umur reproduktif, terutama pada masa beranak karena banyaknya paparan faktor risiko. Salah satu faktor risiko yang dapat dieksplor lebih jauh adalah kualitas diet, dimana teori menunjukkan bahwa nilai buruk pada indeks kualitas diet menjadi prediktif terhadap status gizi yang buruk, salah satunya ukuran lingkar perut. Studi ini memiliki tujuan untuk menganalisis hubungan antara kualitas diet dan lingkar perut pada wanita 6-bulan postpartum. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitikal numerik dengan bentuk potongan melintang menggunakan data sekunder dari projek besar ‘BRAVE’ oleh Grand Challenges Canada di Human Nutrition Research Center (HNRC) IMERI yang diambil dari wanita 6-bulan postpartum. Wanita pada studi diambil dari beberapa daerah di Jakarta dalam rentang umur 20-40 tahun, lalu dilakukan randomisasi untuk mengambil 130 data demi analisis study. Nilai kualitas diet diukur dengan Alternate Healthy Eating Index for Pregnancy (AHEI-P) dan lingkar perut diukur oleh tim riset dari BRAVE menggunakan pemeriksaan fisik langsung pada subjek. Hasil: Penelitian ini menunjukkan bahwa rerata nilai AHEI-P subjek adalah 39.42± 8.12 , dengan 77.7% termasuk dalam kategori buruk dan 22.3% termasuk dalam kategori butuh peningkatan. Prevalensi obesitas sentral di populasi adalah 76.9%. Tidak ada hubungan ditemukan antara nilai AHEI-P dan lingkar perut. Melalui multiple linear regression, ditermukan bahwa 1-unit peningkatan AHEI-P score meningkatkan lingkar perut 0.055 cm (p = 0.50, Adjusted β = 0.055, 95% CI = -0.11 - 0.22) namun asosiasi tidak dapat ditegakkan antara AHEI-P dan lingkar perut meskipun sudah disesuaikan dengan perancu. Kesimpulan: Studi menunjukkan kualitas diet pada populasi subjek termasuk buruk dan prevalensi obesitas sentral termasuk tinggi, dengan tidak ditemukan adanya hubungan antara nilai AHEI-P yang mengukur kualitas diet dengan lingkar perut, bahkan setelah disesuaikan dengan perancu. Studi lebih lanjut dapat dilakukan dengan meningkatkan jumlah subjek untuk melakukan konfirmasi pada penemuan. ......Background: The prevalence of central obesity in Indonesia has been increasing, with the majority affecting women of reproductive age, especially during childbearing ages due to the many risk factors they are exposed to. One risk factor that has not been extensively analyzed is diet quality in postpartum women and its association with nutritional status such as waist circumference. This study aims to find the association between diet quality and waist circumference in 6-month postpartum women. Methods: This research is cross-sectional design study using secondary data from the end line measurement from the ‘BRAVE’ study from Grand Challenges Canada of the Human Nutrition Research Center (HNRC) IMERI on 6-month postpartum women. The women are recruited from xx areas in Jakarta within the age range of 20-40 years old. Randomly selected 130 women’s WC and diet data were analyzed in the study. The diet quality score is measured by the Alternate Healthy Eating Index for Pregnancy (AHEI-P) and WC are measured by primary BRAVE researchers through home visits physical examination. The association were analyzed by a numerical correlation analysis. Results: This study found that the subjects has a mean AHEI-P score of 39.42± 8.12, with 77.7% considered in the poor category and 22.3% in the needing improvement (22.3%) category. Prevalence of central obesity in the population is 76.9%. Between AHEI-P score and waist circumference measurement, no association can be concluded between the two. Through multiple linear regression with the adjusted model, 1 (one) unit increase of AHEI-P score, the WC measurement would increase by 0.055 cm (p = 0.50, Adjusted β = 0.055, 95% CI = -0.11 - 0.22), but no association could be established between the two even after adjustments with the confounders. Conclusion: The study shows that the diet quality is poor and prevalence of central obesity is high in the study population, with no association found between AHEI-P score and waist circumference measurements even after adjustment with significant confounding. However, further study with bigger sample sizes is needed to confirm the finding.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rahma Listyandini
Abstrak :
ABSTRAK
Akhir-akhir ini, berbagai studi berfokus pada indeks antropometri untuk obesitas seperti lingkar pinggang (LP), rasio lingkar pinggang-lingkar pinggul (RLPP), dan rasio lingkar pinggang-tinggi badan (LP-TB) sebagai faktor prediksi sindrom metabolik. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi cut-off points dengan sensitivitas dan spesifistas optimal dari indeks antropometri untuk obesitas dalam mendefinisikan sindrom metabolik menurut kriteria NCEP-ATP III pada pegawai di area Tanjung Priok di Jakarta. Desain penelitian adalah cross sectional. Analisis data menggunakan kurva Receiver Operating Characteristic (ROC) untuk mengindentifikasi cut-off points optimal dari LP, RLPP, dan LP-TB dalam memprediksi sindrom metabolik. Total sampel diperoleh sebanyak 256 responden (174 pria dan 82 wanita) berusia 20- 58 tahun, yang bekerja di instansi pemerintah di area pelabuhan Tanjung Priok. Berdasarkan area under curve (AUC), didapatkan indeks antropomteri dengan angka terbesar hingga terkcecil secara berurutan yaitu LP-TB, LP, dan RLPP. Didapati cutoff point LP ≥88 cm pada pria dan ≥85 cm pada wanita. Cut-off points RLPP pada pria ≥0,9 dengan sensitifitas 63% dan spesifisitas 60%, sedangkan RLPP pada wanita ≥0,83 dengan sensitifitas 73% dan spesifitas 62%. Didapatkan LP-TB dengan cut-off points 0,5, dengan sensitivitas 66% (pria) dan 67% (wanita) serta spesifisitas 65% (pria) dan 62% (wanita). Sebagai faktor prediksi sindrom metabolik, indeks antropometri dapat dipilih dengan pertimbangan kemudahan pengukuran. LP dinilai lebih mudah dipraktikkan karena pengukuran tidak berbentuk rasio dan hanya melibatkan satu pengukuran antropometri saja, sehingga bias pengukuran dapat diminimalisir. Dibutuhkan studi longitudinal untuk memperkuat hasil penelitian ini.
ABSTRACT
Recently, many studies have focused on anthropometric indices for abdominal obesity as waist circumference (WC), waist to hip ratio (WHR), and waist to height ratio (WHtR) to define metabolic syndrome (MetS). This study aimed to compare WC, WHR, and WHtR and define an optimal cut-off values, which is most closely predictive of the components of the NCEP-ATP III MetS definition among employees in Port of Tanjung Priok, Jakarta. This study was cross-sectional study. Receiver Operating Characteristic (ROC) analysis was used to examine discrimination and find optimal cut-off values of WC, WHR, and WHtR to predict components of MetS. It included 256 subjects (174 men and 82 women) aged 20-58 years, who worked in Port of Tanjung Priok. According to area under curve, we found WHtR with the highest score, followed by WC, and followed by WHR with the lowest score. WC cutoff points were ≥88 cm in men dan ≥85 cm in women. WHR cut-off points were ≥0,9 in men (sensitivity 63%; specificity 60%), ≥0,83 in women (sensitivity 73%; specificity 62%). WHtR cut-off points was 0,5, in men and women (sensitivity 66% and specificity 65% in men; sensitivity 67% and specificity 62% in women). Anthropometric indices for metabolic syndrome prediction could be determined by considering measurement complexity. WC was considered as an easy measurement because it`s not in ratio and involved one measurement. Bias of measurement could be minimized. Longitudinal studies is needed to evaluate the consistency of the findings.
2016
T47064
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mursid Tri Susilo
Abstrak :
ABSTRAK
Lingkar perut WC , rasio lingkar perut-tinggi badan WHtR , dan rasio lingkar perut-lingkar panggul WHR berpotensi memberikan informasi status obesitas. Penelitian ini membandingkan indikator tersebut dengan berat badan menurut tinggi badan WHZ dan indeks masa tubuh menurut umur BMI-age . Penelitian belah lintang dilakukan pada balita 24-59 bulan nested dengan penelitian kohort ldquo;Tumbuh Kembang Anak dan Penyakit Tidak Menular rdquo;. Kurva ROC dan sistem klasifikasi z-score digunakan untuk menemukan cut-off yang tepat. Tidak terdapat perbedaan proporsi obesitas antara WHtR dengan WHZ p=0.070 . Tidak terdapat perbedaan WHtR p=0.125 dan WC p=0.070 dibandingkan dengan BMI-age. WC dan WHtR dipertimbangkan sebagai indikator dalam penyaringan obesitas balita.
ABSTRACT
WC, WHtR and WHR were to be concern given information about obesity status. The study obtained those data and also compared to obesity proportion by WHZ BMI for Age. A cross sectional study was conducted among 24 59 months old children nested with the cohort of ldquo Tumbuh Kembang Anak dan Penyakit Tidak Menular rdquo . ROC curved and z score classification system were used to found the appropriate cut offs. There was no difference proportion of obesity between WHtR and WHZ indicators p 0.070 . Meanwhile, WHtR p 0.125 and WC p 0.070 were no difference proportion compare to BMI for age. WC and WHtR considered as screening indicators to detect obesity.
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vika Ardianto Laksono
Abstrak :
Latar Belakang: Obesitas merupakan beban berat terhadap kesehatan di seluruh dunia. Salah satu cara menangani obesitas adalah dengan latihan fisik. Namun untuk beberapa populasi khusus seperti osteoartritis, keefektifan latihan fisik perlu dipertanyakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terapi latihan fisik selama enam minggu efektif dalam menurunkan lingkar pinggang pada pasien obesitas dengan osteoartritis lutut. Subyek: Subyek dari penilitian ini adalah pasien wanita dengan osteoartritis lutut dan obesitas yang mengunjungi Klinik Obesitas di Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo. Studi ini menggunakan data sekunder yang diambil dari status pasien lewat rekam medis. Sebanyak 35 pasien digunakan dalam studi ini. Metode: Studi ini merupakan studi deskriptif dengan satu kelompok dan membandingkan karakteristik sebelum dan sesudah intervensi. Data yang diambil dari rekam medis berupa lingkar pinggang, umur, metode pembayaran, berat badan, tinggi badan dan indeks masa tubuh. Data yang diambil merupakan data sebelum dan sesudah terapi latihan. Hasil dan Kesimpulan: Hasil penelitian menunjukan penrurunan signifikan di lingkar pinggang setelah enam minggu terapi p<0.05 (p=0.001) biarpun tidak ada korelasi positif antara lingkar pinggang awal dan penurunan lingkar pinggang p<0.05 (p=0.54). Penelitian ini membuktikan terapi latihan enam minggu efektif dalam menurunkan lingkar pinggang. ...... Background: Obesity had become a major burden all over the world. One approach of managing obesity is done by physical exercise. However, for certain population such as osteoarthritis, physical exercise efficaciousness is questionable. This study is devised to examine how effective a therapeutic exercise which is held for six weeks in reducing the waist circumference of obese patient with knee osteoarthritis. Subjects: All of the subjects are female patients who visited Obesity Clinic in Cipto Mangun Kusumo Hospital and diagnosed with knee osteoarthritis along with obesity. This study uses secondary data obtained from the patients’ status from the medical record. Total of 35 subjects are included in this study. Methods: This is a descriptive study which has one group with pre-test and post-test design. Subject’s baseline characteristics including waist circumference, age, body weight, body height and payment method are collected along with the data after the program had been completed. Results and Conclusion: Result shows significant changes in waist circumference after the six weeks therapeutic exercise p<0.05 (p=0.001) however there is no positive correlation between initial waist circumference with the total loss of waist circumference p<0.05 (p=0.54). This study shows that six weeks therapeutic exercise is effective in reducing the waist circumference of the patient.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadiyah Saleh Aziz
Abstrak :
ABSTRAK
Lingkar pinggang merupakan sebuah alat ukur obesitas sentral yang berpengaruh pada kejadian sindrom metabolik. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh faktor dominan yang mempengaruhi nilai lingkar pinggang pada petugas satpam laki-laki Universitas Indonesia. Penelitian ini menggunakan desain studi crosssectional dengan pendekatan kuantitatif. Variabel independen yang dinilai berhubungan signifikan dengan nilai lingkar pinggang berdasarkan penelitian ini antara lain adalah umur, indikator lemak tubuh (indeks massa tubuh, persen lemak tubuh, dan level lemak viseral), aktivitas fisik, serta kebiasaan merokok. Hasil penelitian ini menunjukkan level lemak viseral sebagai faktor dominan terhadap nilai lingkar pinggang dengan rata-rata nilai lingkar pinggang responden sebesar 79,3 cm.
ABSTRACT
Waist cicumference is an indicator of central obesity which leads to metabolic syndrome. This study was conducted to find the dominant factor of waist circumference of male security guard of University of Indonesia in 2014. This study uses cross-sectional design with quantitive method. The independent variables that corelate significantly with the waist circumference are age, indicator of body fat (body mass index, body fat percentage, visceral fat level), physical activity, and smoking habit. The result of this study showed that visceral fat level was the dominant factor of waist circumference with the average waist circumference of the subject are 79,3 cm.
2014
S55935
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>