Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Panjaitan, Elman
Abstrak :
Penelitian presipitasi pada paduan logam ingat bentuk (shape memory alloy) TiNi dan pengaruhnya terhadap temperatur transformasi, telah banyak dilakukan. Hasilnya antara lain menyatakan bahwa terbentuknya presipitat T13Ni4 dapat mengakibatkan paduan ingat bentuk TiNi peka terhadap perubahan temperatur laku panas, tetapi apabila presipitat tumbuh hingga mencapai fasa kesetimbangan, yaitu presipitat TiNi3, paduan ingat bentuk tidak menunjukan adanya fasa antara saat terjadi transformasi. Dalam penelitian ini, telah dilakukan penelitian pengaruh proses penuaan terhadap presipitasi dan temperatur transformasi ingat bentuk paduan Ti-50.04%at. Ni, dengan tujuan untuk mengetahui karakteristik presipitat dan temperatur paduan Ti-50,04%at.Ni yang dituakan pada tempertaur 550 °C selama 1, 2, 5, 10, 20 dan 30 jam, pengamatan dilakukan menggunakan beberapa metoda yaitu mikroskop optik, mikroskop elektron transmisi (Transmission Electron Microscope - TEM) dan metoda tahanan listrik four probe. Hasil penelitian menunjukan bahwa paduan Ti-50.04%at.Ni, akibat laku panas penuaan berfasa martensit dengan orientasi pelat yang acak. Presipitat yang terbentuk adalah TiNi3 yang tumbuh pada orientasi tertentu, yaitu sesuai dengan hubungan [2021]TmNi3 // [020]Matriks, sedangkan temperatur transformasi tidak menunjukan perubahan yang berarti sebagai akibat perlakuan penuaan. ......Examination of precipitate of TiNi shape memory alloy on temperature transformation has been done by many scientists. They observed that Ti3Ni4 precipitate can affect the transformation temperature of the alloy by heat treatment. If precipitate grows into stability phase, i.e. TiNi3 phase, shape memory alloy failed to show intermediate phase. In this research work aging process on precipitation and transformation temperature of Ti-50.04%at.Ni shape memory alloy were carried out. The aim was study the characteristics of precipitate and transformation temperature of Ti-50.04 %at.Ni alloy which were aged at 550 °C for 1, 2, 5, 10, 20 and 30 hours. The testing method use optical microscope, Transmission Electron Microscope (TEM) and four-probe electric resistance. Experimental results show that Ti-50.04%at.Ni alloy, which were effected by aging treatment have martensite phase. This martensitic is arranged by fine-laths with random orientation. Type of precipitates observed is TiNi3 and they grow through fixed orientation, i.e. [2021]TiNi3 11 [020]Matrix. Furthermore in this study, the transformation temperature were not significantly affected by aging treatment.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Zulkarnain
Abstrak :
Telah dilakukan analisis pengaruh penambahan 0.5 mol berat Mn terhadap struktur kristal dan konstanta dielektrik barium titanat. Bahan percobaan terbaik yang didapat dari sintesis metalurgi serbuk dengan temperatur sintering maksimum 950°C dan perbandingan stoichiometrinya adalah 1 : 0.5 : 0.5 mol berat bahan asal BaCO3, MnO2 dan TiO2 yang merupakan reagen dari E-Merck. Difraktogram sinar-x dengan cacah kontinu dan panjang gelombang atau X (Co Ka) = 1.7889 A yang diperoleh pada suhu kamar, dianalisis menggunakan program Kristalografi GSAS. Analisis struktur memperlihatkan bahwa bahan terdiri dari 5 (lima) fasa, struktur kristal fasa utamanya adalah BaTi0.5Mno.5O3 dengan tipe struktur perovskite BaTiO3, grup ruang tetragonal P4mm, parameter kisi masing-masing, a = 3,998 A, c = 4,022 A, reduced x2 = 1,706 , I tp = '0,176, wRp = 0,230, dengan jumlah variabel 58 . Keempat fasa pengotor tersebut adalah BaCO3, MnO2, TiO2 dan Mn3Ti2 yang masing-masing mempunyai grup ruang Pnma, P42lmnm, 1411amd dan P 631mmc. Bahan uji mempunyai nilai konstanta dielektrik minimum adalah 265,23 pada temperatur ruang dan nilai konstanta dielektrik maksimum dicapai pada temperatur 110 °C.
The effect of 0.5 weight mole Mn on crystal structure and dielectric constant of barium titanate has been analyzed. The best sample in this study were synthesized using powder metallurgy with maximum sintering temperature at 950 °C and stoichiometric amounts of BaCO3, MnO2 and TiO2 that were reagents from E-Merck. The X-ray difractograms wich were obtained with continuous counts and X (Co Ka) = 1.7889 A at room temperature, were refined using the GSAS crystallographic soft ware package. Structural analysis shows that sample consist of 5 (five) phases where the parent phase is BaTio.5Mno.5G3 with the perovskite-type BaTiO3 structure, the space group is tetragonal P4mm, a = 3.999 A, c = 4.028 A, the goodness of fit x2 is of 1.864 with 56 refined variables and the residual parameters .Rp and wRp are of 18.8% and 24.2% respectively. The impurities phase are BaCO3, MnO2, TiO2 and Mn3Ti2 with the space group each are Prima, P 42lmnm, l 41/amd and P 63/mmc respectively. The sample has a minimum dielectric constant value is 265.23 at room temperature and maximum dielectric constant value is 519.32 at 110 °C temperature reached.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Supandi
Abstrak :
ABSTRAK Telah dilakukan refinement struktur kristal zeolit Bayah dari data difraksi menggunakan program Rietan. Intensitas difraksi dari zeolit diukur dengan teknik difraksi sinar-x (XRD). Hasil terbaik dari pencocokan dan refinement pola difraksi, yang menunjukkan keberadaan dua fasa klinoptilolit dan mordenit, memberikan tingkat reliabilitas (Rwp) sebesar 11,37 % pada sampel 1 (lokasi 1) dan 10,34 % pada sampel 2 (lokasi 2). Tingginya harga ini disebabkan oleh rendahnya data statistik dan adanya puncak-puncak abnormal, yang mungkin ditimbulkan oleh proses pemurnian zeolit alam yang kurang sempurna atau tingginya mobilitas beberapa atom. Berhasil dikonfirmasikan bahwa zeolit alam berasal dari Bayah mempunyai dua fasa yaitu fasa klinoptilolit dan mordenit yang berturut-turut mempunyai simetri ruang C2/m dengan sistim kristal monoklinik dan simetri ruang Cmcm dengan sistim kristal ortorombik. Pada sampel I fraksi berat masing-masing sebesar 59,26 % untuk fasa klinoptilolit bentuk uni kation K dan 40,74 % untuk mordenit bentuk poli kation K-Na. dengan formula K6,06(A16Si30O72) 3,OH2O dan K3.10 Na5.12(Al8Si40O96). 3,04H2O. Sampel 2, fraksi berat berturutturut sebesar 33,13 % untuk fasa klinoptilolit bentuk poli kation K-Mg dan 66,87 % untuk mordenit bentuk poll kation Ca-Na dengan formula K517 Mg0,16(AI6S6O72).1,0 H2O dan Ca1,13 Na5,63 (Al8Si40096) 1,2H2O. Dominasi fasa klinoptilolit dan mordenit tiap lokasi ternyata berbeda. Adanya dua tipe gugus hydroxyl dalam struktur sangkar zeolit telah diidentifikasi dengan teknik Spektroskopi Infra Merah (FTIR). Morfologi permukaan zeolit telah diperiksa dengan Scanning Electron Miceoscope Energy Dispersive X-Ray Analyzer (SEM-EDAX). Penelitian ini dapat memberikan harapan bahwa zeolit alam Bayah dapat digunakan sebagai bahan dengan pemakaian dan pengembangan zeolit yang tepat guna.
ABSTRACT The crystallographic structures of Bayah zeolite have been refined using RIETAN program from the x-ray diffraction intensity data. The best refinement gives residual factor (Rwp) of 11.37% in sample 1 (first location) and 10.34 % in sample 2 (second location) which comes from poor statistics and abnormal peaks in the data. The latter might be due to the purification problem in natural zeolite process or high mobility of same atoms. This refinement suggest that this Bayah zeolit (first sample) compound crystallizes in two phases of the clinoptilolite K-form (uni-cation) with chemical formula : K6.06 (AI6Si30O72),3.0H20 type monoclinic phase (space group C21m) and mordenite K-Na-form (poly-cation) with chemical formula K3,10 Na5.12(Al8Si40O96). 3.04H20 type orthorhombic phase (space group Cmcm) with mass fraction of 59.26 % and 40.74 % respectively. Second sample compound crystallizes also in two phases of the clinoptilolite K-Mg form (poly-cation) with chemical formula : KS.17 Mgo.16(A16Si30072).1.0 H2O type monoclinic phase (space group C21m) and mordenite Ca-Na-form (poly-cation) with chemical formula : Ca13 Na5.63(AI8Si40096).1.2 H2O type orthorhombic phase (space group Cmcm) with mass fraction of 33.13 % and 66.87 % respectively. Two types of hydroxyl group in framework were identified by using Fourier Transform Infra Red (FTIR). The surface morphology was probed with Scanning Electron Microscope Energy Dispersive X-Ray Analyzer (SEM-EDAX). The results of this investigation raise hope that the Bayah natural zeolit is able to be modified and to be used effectively.
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuli Yetri
Abstrak :
Tujuan utama pelapisan elektrogalvanisasi pada baja adalah untuk meningkatkan ketahanan korosi dan ketahanan aus, akan tetapi proses pelapisan tersebut dapat menyebabkan atom-atom hidrogen berdifusi ke dalam baja yang bisa mengakibatkan hydrogen embrittlement sehingga dapat menggetaskan material. Penggetasan ini mengarah kepada terjadinya kegagalan atau kerusakan yang tertunda (delayed brittle failure). Material yang digunakan dalam penelitian ini adalah baja karbon rendah untuk U-bolt pada salah satu komponen otomotif. Untuk mengurangi hidrogen yang berdifusi ke dalam material baja karbon rendah akibat proses galvanisasi, dalam penelitian ini dilakukan pemanasan (baking) pada temperatur 200 °C selama 15 jam, 48 jam dan 65 jam. Pengujian metalografi dilakukan menggunakan mikroskop optik, sedangkan pengujian sifat mekanik yang dilakukan meliputi pengujian kekerasan, tekuk, tank dan kelelahan. Hasil pengujian struktur mikro memperlihatkan bahwa material mempunyai struktur ferit dan perlit, dan temperatur baking 200 °C tidak merubah struktur mikro material namon merubah sifat mekanik material tersebut. Kekerasan semakin menurun dengan meningkatnya waktu baking, hal ini diduga disebabkan oleh menurunnya kadar hidrogen yang terkandung di dalam material karena terjadi difusi hidrogen ke permukaan akibat pemanasan. Dengan demikian, untuk temperatur yang sama dengan meningkatnya waktu baking, waktu perpatahan pengujian kelelahan (fatigue) juga semakin lama.
The main purpose of electrogalvanizing in steel is to improve corrosion resistance and wear resistance. Unfortunately, electrogalvanizing can cause hydrogen atoms to diffuse into the steel core which results in hydrogen embrittlement. The embrittlement of materials tends to cause failure or delayed brittle failure. Materials used in this research are low carbon steel for U-bolt used as an automotive component. To reduce hydrogen diffusion into the low carbon steel after electrogalvanizing the materials were baked at temperature 200 °C at various time, i.e. 15, 48 and 65 hours. Metallographic examination was carried out using optical microscope and mechanical properties measurements included hardness, bending, tensile and fatigue test. The micro structural examination shows that the samples have ferrite and pearlite structure. The baking temperature at 200 °C does not change the microstructure but changed the mechanical properties of the materials. The lengthening of baking time decreases the hardness due to the decreasing of hydrogen content in the materials as a result of diffusion process during the baking.
Depok: Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salomo
Abstrak :
Telah dilakukan penelitian pengaruh tekanan terhadap konstanta kisi dan konstanta dielektrik untuk material Barium Titanat dan Kuarsa sampai 2,13 x 109 Pa. Harga konstanta kisi tanpa tekanan untuk Barium Titanat adalah a = 3,99 dan c = 4,04Å dan untuk Kuarsa a = 4,91 dan c= 5,40 Å. Untuk kedua material tersebut harga konstanta kisi berbanding terbalik dengan tekanan yang diberikan. Harga konstanta dielektrik Barium Titanat tanpa tekanan adalah 1243. Harga konstanta dielektrik maksimum sebesar 16900 didapatkan pada tekanan transisi sekitar 1,79 x 109 Pa. di atas tekanan ini harga, konstanta dielektrik akan menurun kembali. Sedangkan pada Kuarsa harga konstanta dielektrik menur un dengan naiknya tekanan.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lesy Aria Agestri
Abstrak :
Kota Bengkulu merupakan ibukota dari Provinsi Bengkulu yang mempunyai wilayah pesisir dengan panjang garis pantai mencapai ± 17,22 km. Kenaikan muka air laut (sea level rise) akan mengurangi fungsi dari wilayah pesisir dan bisa menyebabkan banjir di daerah pesisir, erosi pada pantai berpasir dan terjadinya kerusakan infrastruktur yang berada di dekat pesisir. Penelitian ini dilakukan untuk memberikan gambaran secara dinamik distribusi genangan akibat berbagai skenario kenaikan muka air laut. Pertumbuhan penduduk yang tinggi tersebut meningkatkan kebutuhan akan ruang dan lahan yang dapat berdampak pada penurunan daya dukung lingkungan sehingga diperlukan prediksi terhadap ketersediaan lahan, wilayah terbangun dengan menggunakan model sistem dinamik. Berdasarkan analisa data pasang surut dari Stasiun Pasang surut Pulau Baai selama 10 tahun pengamatan (2009-2018), memperlihatkan adanya kecenderungan kenaikan muka laut di Perairan Pesisir Kota Bengkulu, yaitu sekitar 0,82 cm/tahun. Perkembangan lahan terbangun diamati melalui model sistem dinamik hubungan antara pertumbuhan penduduk dan ketersediaan lahan dalam kurun waktu 2008- 2300. Hasil prediksi model menunjukkan Luas penggunaan lahan yang terdampak pada kawasan rawan kenaikkan muka air laut memiliki hubungan yang berbanding lurus dengan tahun perkembangan penggunaan lahan. Hal ini berbanding terbalik dengan ketersediaan lahan, semakin bertambahnya tahun dan penggunaan lahan maka ketersediaan lahan akan semakin berkurang ......Bengkulu City is the capital of Bengkulu Province which has a coastal area with a coastline of ± 17.22 km. Sea level rise (sea level rise) will reduce the function and can cause flooding in coastal areas, erosion on sandy beaches and damage to infrastructure near the coast. This research was conducted to provide a dynamic description of the inundation distribution due to various scenarios of sea level rise. Population growth increases need space and land, which can have an impact on decreasing the carrying capacity of the environment so that it is necessary to predict the availability of land, the area is built using a dynamic system model. Based on the analysis of tidal data from the Pulau Baai Tidal Station for 10 years of observation (2009-2018), it shows that there is a trend of sea level rise in the coastal waters of Bengkulu City, which is around 0.82 cm / year. The development of developed land is observed through a dynamic system model of the relationship between population growth and land availability in the period 2008-2300. The prediction results of the model show that the area of land use affected in areas prone to sea level rise has a relationship that is directly proportional to the year of land use development. This is inversely proportional to the availability of land, as the number of years and land use increases, the availability of land will decrease
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puspita Deasi Wulandari
Abstrak :
Ikan badut merupakan salah satu jenis dari ikan hias laut yang menjadi primadona di pasar baik dalam negeri maupun luar negeri. Hal ini mempengaruhi ketersediaan ikan badut di alam sehingga perlu ditunjang dengan usaha budidaya. Pendekatan secara molekuler sebagai penunjang pendekatan secara morfologi dibutuhkan untuk mendapatkan induk dan benih yang berkualitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi spesies ikan badut menggunakan teknik DNA barcode dengan gen penanda 16S rRNA dan merekonstruksi pohon filogenetik molekuler ikan badut. Hasil amplifikasi PCR menghasilkan fragmen DNA berukuran 600 panjang basa (pb). Hasil analisa jarak genetik menunjukkan nilai antara 0,00-0,07. Hasil rekonstruksi pohon filogenetik membentuk pohon kekerabatan dengan 7 kluster utama. Hasil penelitian berupa informasi genetik dan hubungan kekerabatan molekuler dari tiap sampel ikan badut dapat digunakan sebagai acuan dasar untuk upaya pengelolaan, pemuliaan, dan konservasi lebih lanjut. ......Clownfish is one type of marine ornamental fish that is excellent in the market both domestically and abroad. This affects the availability of clownfish in nature so that it needs to be supported by cultivation efforts. A molecular approach to support the morphological approach is needed to get quality broodstock and seeds. This study aims to identify clownfish species using DNA barcode techniques with 16S rRNA marker genes and reconstruct the clownfish's molecular phylogenetic tree. The results of PCR amplification produced DNA fragments measuring 600 base pair (bp). The results of genetic distance analysis showed a value between 0.00-0.07. The results of the reconstruction of phylogenetic trees formed a family tree with 7 main clusters. The results of the research in the form of genetic information and molecular relationships from each clownfish sample can be used as a basic reference for further management, breeding, and conservation efforts.
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jon Arifian
Abstrak :
Data kondisi batas laut-atmosfer dari NCEP/NCAR reanalysis periode 1974-2002 telah dijadikan masukan bagi simulasi model laut global MPIOM untuk wilayah regional perairan Indonesia tepatnya di jalur Arlindo. Studi ini menggunakan sistem model dengan grid curvilinier dengan dua kutub di wilayah China dan Australia. Model mensimulasi variabilitas thermohaline dan transport pada jalur Arlindo dan focus pada enam kanal utama di jalur Arlindo yang mewakili jalur masuk dan keluar utama (Selat Makassar, Lifamatola, Halmahera, Lombok, Ombai dan Timor). Hasil validasi variabilitas temperatur dan volume transport hasil simulasi di jalur Arlindo di selat Makassar memiliki nilai korelasi berturut-turut 0.88 dan 0.71 dengan data observasi in-situ selama periode El- Niño (Januari 1997-Februari 1998). Variabilitas interannual temperatur dan salinitas di enam kanal menunjukkan bahwa lapisan thermocline (antara 47-220 meter) memiliki korelasi paling kuat dengan indeks ENSO, dibandingkan lapisan permukaan dan laut dalam. Korelasi temperatur dan salinitas dengan SOI dimajukan satu bulan tertinggi terjadi di selat Lifamatola (0.77) dan SOI dimajukan dua bulan tertinggi terjadi di selat Makassar (0.74). Hasil simulasi di selat Makassar menunjukkan bahwa volume transport terbesar terjadi di lapisan 100-385 meter. Variabilitas transport mengikuti episode ENSO dengan transport maksimum pada periode La-Niña dan transport minumum pada periode El-Niño. Rata-rata volume transport di jalur Arlindo pada periode 1974-2002 menunjukkan bahwa nilai terbesar terjadi di selat Makassar, yaitu 9.8 Sv, kemudian selat Lifamatol 5.5 Sv dan selat Halmahera 1.5 Sv. Sementara itu di tiga kanal keluar, rata-rata volume transport bulanan masing-masing adalah selat Lombok 2.4 Sv, selat Ombai 5.7 Sv dan laut Timor sebesar 10.5 Sv. ......Climatic boundary forcing fields from NCEP/NCAR re-analyses for a period between 1974 to 2002 were used as the major input forcing from atmosphere to drive the global ocean model MPIOM for the Indonesian archipelago focusing over the Indonesian Throughflow (ITF) region. This study applies a special model grid with curvilinear grid system that uses bipolar over Australian and China. The model simulates thermohaline and current variabilities within major ITF passages that represents three major inlets (Makassar, Lifamatola and Halmahera Straits) and three major outlets (Lombok, Ombai and Timor Straits). The model result validation using temperature and volume transport from the Arlindo Project gives a correlation of 0.88 and 0.71, respectively, over the Makassar Strait. The Arlindo project installed mooring buoy between January 2007 to February 2008 month or during a strong El-Niño 1997/1998. The interannual temperature and salinity variabilities in six major passages show that the thermocline (between 47 to 220 meter) has significant and better correlation with the ENSO index than the surface and deep ocean levels. Correlations of the temperature and salinity against SOI index reach the highest when time lag of one-two month is applied over the Lifamatola Strait (0.77) and over Makassar Strait (0.74). The result of simulation indicates that the largest volume transport occurs at depth of 100-385 meter. Volume transport variability follows the ENSO episodes with maximum during La-Niña and minimum during El-Niño. The average volume transport in Arlindo during the period of 1974?2002 shows that the largest volume transport occur in the Makassar strait 9.8 Sv, then the Lifamatola 5.5 Sv and the Halmahera 1.5 Sv.Meanwhile in the major outlets, average monthly volume transport in the Lombok, Ombai and Timor Straits are 2.4, 5.7 and 10.5 Sv, respectively.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
T39494
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
A. Fachri Radjab
Abstrak :
Siklon tropis merupakan salah satu fenomena alam yang turut berperan dalam mengatur dinamika atmosfer dalam skala meso. Salah satu faktor yang turut berperan dalam pertumbuhan siklon tropis di lautan adalah suhu muka laut yang hangat, yaitu lebih dari 27oC. Diseluruh dunia terdapat 7 (tujuh) daerah pertumbuhan siklon tropis, salah satunya adalah di Samudera Pasifik barat laut. Di perairan ini juga diketahui adanya daerah perairan dengan suhu muka laut tinggi, yang disebut dengan daerah kolam hangat. Melalui data pengamatan suhu laut dan dengan menggunakan metode spasial dan statistik, penelitian ini mencaoba mengungkapkan hubungan antara keberadaan kolam hangat dengan pertumbuhan siklon tropis di Samudera Pasifik barat laut. Dari hasil analisis diketahui bahwa ada korelasi yang cukup kuat antara variabel luasan kolam dengan variabel intensitas siklon tropis. Sementara pada variabel lainnya, yaitu antara kedalaman kolam hangat dan periode hidup siklon tropis, kedalaman kolam hangat dan intensitas siklon tropis serta luasan kolam hangat dan periode hidup siklon tropis tidak terlihat adanya korelasi yang siginifikan. ......Tropical cyclone is one of the natural phenomena that have an impact to the atmospheric dynamic in the meso scale. Warm sea surface temperature (27oC) is one of the important factor on the development of tropical cyclone. In all around the world there are 7 (seven) area of tropical cyclone development, one of them is in the Northwest Pacific Ocean. There is an area with the relatively high sea surface temperature in this ocean, the area so called Warm Pool. By using the sea surface temperature observation data and using the spatial and statistical method, this research is trying to reveal the correlation between the warm pool and the development of tropical cyclone in the Northwest Pacific Ocean. From the analysis founded that there is a significant correlation between the size of warm pool with the tropical cyclone intensity. On the other hand there is no significant correlation founded between the depth of warm pool with life time of tropical cyclone, depth of warm pool with tropical cyclone intensity and size of warm pool with life time of tropical cyclone.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2011
T29469
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Puji Rahayu
Abstrak :
Dipol Samudera Hindia atau disebut Dipole Mode (DM) merupakan fenomena alam yang terjadi di Samudera Hindia akibat ketidakseimbangan suhu permukaan laut antara kutub barat (WTIO) dan kutub timur (SETIO). Anomali suhu permukaan laut (ASPL) di perairan SETIO berpengaruh langsung terhadap curah hujan di wilayah Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dan pengaruh aktivitas DM positif, netral maupun negatif terhadap peningkatan/penurunan curah hujan di Sumatera bagian selatan dan Jawa bagian barat. Untuk menjelaskan kondisi fisis dan dinamis atmosfer permukaan digunakan metode analisis komposit secara spasial dan temporal, sedangkan untuk mengetahui ketersediaan uap air dilakukan dengan analisis profil vertikal.atmosfer di atas SETIO. Analisis uji korelasi dan determinasi digunakan untuk menjelaskan hubungan dan pengaruh nilai Dipole Mode Index (DMI) terhadap curah hujan di wilayah kajian. Hasil analisis korelasi antara DM positif dan DM negatif terhadap curah hujan di Sumatera bagian selatan dan Jawa bagian barat menunjukkan angka yang cukup signifikan, sedangkan pada DM netral kurang bisa dijelaskan. Pada DMI lebih besar atau sama dengan 2 oC menyebabkan rata-rata penurunan curah hujan di Sumatera bagian selatan sebesar 71,68 % dan di Jawa bagian barat sebesar 76,73%, sedangkan pada DMI lebih kecil atau sama dengan -2 oC akan meningkatkan curah hujan rata-rata sebesar 36,75 % dan 86,44 %.
Abstract
Indian Ocean Dipole usually called Dipole Mode (DM) is a natural phenomenon that occurs in the Indian Ocean due to an imbalance of Sea Surface Temperature (SST) between Western Tropical Indian Ocean (WTIO) and Southeastern Tropical Indian Ocean (SETIO). Sea surface temperature anomalies (SSTA) in SETIO directly affects rainfall in Indonesia. This study aims to determine the relationship and the influence of DM activity which is positive neutral or negative toward an increasing or decreasing rainfall in Southern part of Sumatra and Western part of Java. To explain the physical and dynamic condition of the surface atmosphere the composites analysis methods is used in spatial and temporal, while to quantification the availability of water vapor in atmosphere above SETIO the vertikal profile analysis is carried out. Analysis of Correlation test and determination is used to describe the relationship and influence of the Dipole Mode Index (DMI) to rainfall variability in the study area. The results of correlation analysis between DM positive and negative to rainfall in southern part of Sumatra and western part of Java show a significant level, whereas the neutral DM can not be explained. If Dipole Mode Index (DMI) is greater than or equal to 2 oC leads to an average decrease in rainfall in southern part of Sumatra at 71.68% and in the western part of Java for 76.73%, while the DMI is less than or equal to -2 oC will increase the average rainfall about 36.75% and 86.44%.
2012
T31384
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>