Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurrani Mustika Dewi
"ABSTRACT
Skripsi ini membahas mengenai pengembangan prototipe aplikasi pelaporan rumah sakit di RSIA Kemang Medical Care pada tahun 2014. Pengembangan sistem ini merupakan salah satu bentuk pengembangan office automation system untuk mendukung pekerjaan petugas pelaporan di unit rekam medis dalam mengerjakan laporan-laporan rumah sakit. Penelitian ini merupakan sebuah penelitian kualitatif yang dilakukan dengan observasi, wawancara mendalam, serta telaah dokumen untuk pengumpulan data. Untuk pengembangan aplikasi, penelitian ini menggunakan metode Rapid Application Development (RAD), di mana pengembangan aplikasi yang dilakukan memberdayakan komponen-komponen yang telah ada pada sistem informasi yang sedang berjalan saat ini. Dengan dikembangkannya aplikasi pelaporan rumah sakit, dampak yang diharapkan dapat terjadi adalah pengerjaan laporan internal dan eksternal yang lebih cepat, serata pengurangan beban kerja petugas pelaporan rekam

ABSTRACT
This thesis discuss about prototype development of hospital reporting application in Kemang Medical Care Women and Children Hospital in 2014. The system development is an office automation system development to support the reporting staffs of medical record departement in finishing hospital reports. This study is a qualitative study conducted with the observation, in-depth interviews, and document review to collect the data. For application development, Rapid Application Development (RAD) is used, in which the development of application is using components that already exist in the information systems used in the hospital now. The expected impact to occur after the development of this hospitals reporting application is that internal and external hospital reports can be done faster than before, and also to reduce the workload of reporting staff of medical records departement."
2014
S56042
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Nyoman Putra
"Pelayanan Farmasi merupakan pelayanan yang tidak dapat dipisahkan dari pelayanan rumah sakit. Lamanya waktu tunggu di farmasi akan memengaruhi mutu layanan di rumah sakit secara menyeluruh. Demikian juga di RSU Bali Royal, didapatkan waktu tunggu di atas dari standar pelayanan minimal rumah sakit. Lamanya waktu tunggu di farmasi rawat jalan disebabkan belumber jalannya manajemen mutu yang baik di RSU Bali Royal.
Peneitian ini akan melihat bagaimana proses pelayanan farmasi rawat jalan dengan menggunakan metode lean, di tahun 2017 dengan observational action process research, dengan melakukan observasi terhadap 15 pasien dari bulan oktober 2017 sampaidengan Januari 2018 di farmasi rawat jalan RSU Bali Royal, dengan melihatwaste yang ada.
Ditemukan kegiatan yang bersifat value added sebesar 45,65 dan kegiatan non value added waste sebesar 54,28. Waste yang banyak ditemukan adalah waste waiting dan waste defect. Eliminasi waste yang sudah ditemukan dengan implementasi intervensi antara lain: memindahkan konterkasir, merubah lay out farmasi, membuat loket antara konter farmasi denganruang pengerjaan obat mengunci pintu ruang farmasi dan merubah alur layananfarmasi rawat jalan, sehingga kegiatan non value added dapat di eliminasi menjadi 18,28 dan kegiatan value added menjadi 81,72. Dari segi outcome dapat dilihat adanya perbaikan waktu tunggu, perbaikan kepuasan pelanggan, peningkatan kunjungan dan peningkatan omset di farmasi.
Peneitian ini menyimpulkan adanya peningkatan mutu layanan setelah dilakukan perbaikan proses pelayanan farmasi rawat jalan dengan menggunakan metode lean.

Pharmaceutical Services is a service that cannot be separated from hospitalservices. The length of waiting time in the pharmacy will satisfy the overallquality of hospital services. Currently the waiting time in Bali Royal Hospitalpharmacy for out patient is still above the standard waiting time, which is not inaccordance with the hospital guidelines. The standard waiting time for outpatientpharmacy cannot be achieved due to lack of quality management at RSU BaliRoyal.
This study will look at how the process of outpatient pharmacy serviceusing lean method, in 2017 with observational action process research, byobserving 15 patients from October 2017 to January 2018 at outpatientpharmaceutical RSU Bali Royal, by looking at the waste.
It is founded that thereare 45.65 value added activities and non value added activities vaste of54.28 . Most of the wastes that are found are waste waiting and waste defect.Elimination of waste that has been done by the implementation of intervention,among others moving cashier counters, changing the lay out of pharmacy,making counter between the pharmaceutical counter with space lock pharmaceutical door lock and change in outpatient pharmacy service, so that non value added activities can be eliminated to 18.28 and value added activities to81.72. In terms of outcome can be seen the improvement of waiting time, improvement of customer satisfaction, increased visits and increased turnover inpharmacy.
This study concludes that there is a significant improvement of servicequality after the refinement of outpatient pharmacy service process using leanmethod.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T51398
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putu Aditya Saputra
"Keterlambatan waktu mulai sebuah operasi elektif dapat mengakibatkan penundaanmulainya operasi berikutnya, mengurangi utilisasi kamar operasi, serta risikomenimbulkan keluhan pasien dan operator. Metode penelitian ini adalah action research,yaitu dengan melakukan observasi untuk mengamati alur proses pelayanan operasi elektifagar diperoleh rekomendasi dan usulan perbaikan dalam upaya mengurangiketerlambatan waktu mulai operasi elektif dan meningkatkan utilitas kamar operasidengan pendekatan lean thinking dan six sigma. Hasil penelitian menunjukkan bahwaaktivitas yang tidak memberi nilai tambah non value added selama proses operasi elektifadalah sebesar 62,92 pada pasien yang menggunakan jaminan asuransi, 59,80 padapasien umum, dan 52,34 pada pasien rawat inap. Usulan perbaikan denganmenggunakan pendekatan lean thinking dan six sigma menghasilkan perbaikan padaproses pelayanan operasi elektif dengan menurunkan kegiatan non value added secaraberturut-turut menjadi 34,62 untuk pasien asuransi, 36,41 untuk pasien umum, serta14,50 untuk pasien rawat inap.Kata kunci: waktu mulai operasi, metode lean thinking, six sigma, kegiatan value added,kegiatan non value added.

The delayed time of starting an elective operation can cause delay to the next scheduledoperation, decrease utilization of an operating room, increase risk of complaint frompatients and operator doctors. This study was an action research study by observing toanalyzing the current state of elective operating room process and value flow, in purposeto reduce the delayed starting time of elective operation and increasing the utilization ofoperating room using lean thinking and six sigma approach. The result of this study showsthat the non value added activities of elective operation process is 62,92 for patientwho use insurance, 59,80 for the out of pocket patient, and 52,34 for inpatientcategory. By the implementation of recommended solution for the operation process ableto decrease the non value added activities to 34,62 for patient with insurance, 36,41 for out of pocket patient, and 14,50 for inpatient category.Keyword start time of operation, lean thinking and six sigma method, value added, nonvalue added."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T51053
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Makassari Dewi
"Saat ini data peritonitis rate dan angka kematian pasien penyakit ginjal kronik (PGK) stadium akhir pengguna terapi Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) di Asian Tenggara masih terbatas. Angka peritonitis rate dan angka kematian pasien CAPD merupakan key performance indicator (KPI) yang diperlukan untuk melakukan evaluasi dan perbaikan mutu pelayanan secara berkelanjutan/continuous quality improvement (CQI) terhadap pelayanan terapi CAPD di rumah sakit. Peritonitis dapat menyebabkan kegagalan terapi CAPD sehingga pasien beralih ke metode hemodialisis atau berujung kematian. Metode CAPD memiliki keunggulan dibandingkan hemodialisis karena lebih hemat biaya, memberikan kualitas hidup lebih baik dan tidak memerlukan perawatan khusus di pusat hemodialisis. Metode ini cocok diterapkan di negara Asia Tenggara yang mengalami peningkatan jumlah penderita PGK tahap akhir yang membutuhkan biaya terapi sangat besar namun memiliki dana serta sumber daya terbatas. Tujuan utama systematic review ini untuk mengetahui peritonitis rate dan angka kematian pasien CAPD di Asia Tenggara. Systematic review menggunakan data renal registry serta basis data PubMed dan ProQuest khusus berbahasa Inggris dan Indonesia sejak tanggal 1 Januari 1992 sampai dengan 1 November 2022. Semua jenis studi yang memberikan informasi terkait peritonitis rate dan angka kematian pasien CAPD diambil dalam penelusuran systematic review. Penulis menyaring, memilih dan mengekstrak data sesuai skema systematic review PRISMA 2020. Artikel terpilih diberikan tinjauan kritis dan dilakukan sintesis data. Hasil sintesis data dilaporkan secara secara naratif serta diperjelas dengan tabel dan diagram. Dalam melakukan systematic review penulis menggunakan aplikasi Mendeley dan Microsoft Exel 2010 sebagai alat bantu. Hasil: Dari pencarian database Pubmed (1397) dan Proquest (422) serta laporan renal registry total terjaring 1819 artikel dan 5 laporan renal registry. Setelah proses penyaringan dan tinjauan kritis diperoleh 34 artikel dan 3 laporan renal registry. Hasil analisis menunjukkan telah terjadi penurunan tingkat peritonitis rate di Asia Tenggara dalam kurun waktu 1993-2022. Terdapat 4 negara yaitu Indonesia (0,25 episode per pasien-tahun),Vietnam (0,19 episode per pasien-tahun), Singapura (0,31-0,339 episode per pasien-tahun) dan Malaysia (0,13-0,33 episode per pasien-tahun) secara umum mencapai target International Society for Peritoneal Dialysis (ISPD)2022 yaitu tingkat peritonitis dibawah 0,4 episode episode per pasien-tahun. Adapun Thailand (0,39-0,864 episode per pasien-tahun) dan Brunei Darussalam (0,38-0,49 episode per pasien-tahun) belum mencapai target yang telah ditetapkan oleh International Society for Peritoneal Dialysis (ISPD) 2022. Sebagian besar angka kematian di bawah 20%. Angka kematian akibat peritonitis berkisar 3,2-5,5%. Mikroorganisme penyebab peritonitis yang paling sering ditemukan adalah Staphylococcus aureus dan Coagulase-negative Staphylococcus. Faktor risiko peritonitis yang ditemukan yaitu faktor usia tua (60 tahun keatas); diabetes milletus; sosial ekonomi rendah; tidak adanya sumber air bersih; hipoalbuminemia; kemampuan pasien CAPD dalam menerapkan tindakan aseptik saat pertukaran cairan dialisat yang buruk; rasio pasien-perawat lebih dari (50:1); jarak rumah yang jauh dari pusat dialisis; letak geografis dan penggunaan mupirocin topikal pada exit-site CAPD. Penggunaan cairan dialisat Dextrosa 4,2% yang sering dan terus menerus meningkatkan risiko kematian pada pasien CAPD sebanyak 2 kali lipat. Kesimpulan: Sebagian besar Negara di Asia Tenggara memiliki kualitas pelayanan yang baik terhadap pasien penyakit ginjal kronik stadium akhir pengguna terapi CAPD. Untuk mencapai kualitas pelayanan CAPD yang baik diperlukan bagi rumah sakit untuk memperhatikan faktor risiko peritonitis dan faktor risiko kematian dalam melakukan seleksi terhadap pasien CAPD serta melakukan pelatihan terhadap pasien CAPD sesuai rekomendasi International Society for Peritoneal Dialysis (ISPD).

Currently data on the peritonitis rate and mortality rate of end-stage chronic kidney disease (CKD) patients using Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) therapy in Southeast Asia are still limited. The peritonitis rate and mortality rate of CAPD patients are key performance indicators (KPI) needed to evaluate and improve continuous quality improvement (CQI) for CAPD therapy services in hospitals. Peritonitis can lead to failure of CAPD therapy so that patients switch to hemodialysis methods or lead to death. The CAPD method has advantages over hemodialysis because it is more cost-effective, provides a better quality of life and does not require special treatment at a hemodialysis center. This method is suitable for use in Southeast Asian countries where there is an increasing number of end-stage CKD patients who require very large therapeutic costs but have limited funds and resources. The main aim of this systematic review is to determine the peritonitis rate and mortality rate of CAPD patients in Southeast Asia. The systematic review used renal registry data and the English and Indonesian PubMed and ProQuest databases from January 1 1992 to November 1 2022. All types of studies that provided information regarding the peritonitis rate and mortality rate of CAPD patients were included in a systematic review search. The author filters, selects and extracts data according to the PRISMA 2020 systematic review scheme. Selected articles are given a critical review and data synthesis is carried out. The results of data synthesis are reported in a narrative manner and clarified by tables and diagrams. In carrying out a systematic review, the author uses the Mendeley application and Microsoft Exel 2010 as a tool. Results: From a search of the Pubmed (1397) and Proquest (422) databases and renal registry reports, a total of 1819 articles and 5 renal registry reports were captured. After screening and critical review, 34 articles and 3 renal registry reports were obtained. The results of the analysis show that there has been a decrease in the peritonitis rate in Southeast Asia in the period 1993-2022. There are 4 countries namely Indonesia (0.25 episodes per patient-year), Vietnam (0.19 episodes per patient-year), Singapore (0.31-0.339 episodes per patient-year) and Malaysia (0.13-0, 33 episodes per patient-year) generally achieves the International Society for Peritoneal Dialysis (ISPD) 2022 target of a peritonitis rate below 0.4 episodes per patient-year. Meanwhile, Thailand (0.39-0.864 episodes per patient-year) and Brunei Darussalam (0.38-0.49 episodes per patient-year) have not yet reached the target set by the International Society for Peritoneal Dialysis (ISPD) 2022. Most of them mortality rate below 20%. The mortality rate from peritonitis ranges from 3.2-5.5%. The most common microorganisms that cause peritonitis are Staphylococcus aureus and Coagulase-negative Staphylococcus. The risk factors for peritonitis found were old age (60 years and over); milletus diabetes; low socioeconomic; lack of clean water sources; hypoalbuminemia; poor ability of CAPD patients to apply aseptic measures during dialysate fluid exchange; patient-nurse ratio more than (50:1); the distance from the house to the dialysis center; geographic location and use of topical mupirocin in CAPD exit-sites. Frequent and continuous use of Dextrose 4.2% dialysate fluid increases the risk of death in CAPD patients by 2 times. Conclusion: Most countries in Southeast Asia have good quality of care for patients with end-stage chronic kidney disease using CAPD therapy. To achieve good quality CAPD services, it is necessary for hospitals to pay attention to risk factors for peritonitis and risk factors for death in selecting CAPD patients and conducting training for CAPD patients according to the recommendations of the International Society for Peritoneal Dialysis (ISPD)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Arimby
"Waktu tunggu merupakan salah satu indikator dari mutu pelayanan di rawat jalan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis proses pelayanan rawat jalan poli penyakit dalam di RS Simpangan Depok melalui pendekatan Lean Six Sigma (LSS). Desain penelitian ini adalah kualitatif dengan pengumpulan data yang didapatkan melalui pengamatan dan pencatatan waktu (time motion) dalam setiap tahapan proses rawat jalan, penggalian informasi secara mendalam kepada informan dan pertanyaan terbuka kepada tiga puluh enam responden serta telaah dokumen. Pemilihan informan dilakukan menggunakan teknik purposive sampling dan dilakukan wawancara terbuka kepada pasien untuk mendapatkan value dari perspektif customer. Data yang didapatkan kemudian dianalisis untuk mendapatkan faktor penyebab lamanya waktu tunggu pelayanan di rawat jalan dengan menggunakan fishbone diagram sehingga dapat diberikan rekomendasi perbaikan yang dapat dilakukan oleh rumah sakit. Hasil penelitian yang dilakukan pada bulan Juni-Juli 2023 didapatkan rata-rata waktu tunggu pelayanan di rawat jalan adalah 03:05:23 (dengan nilai VAR 10%) yang berarti masih kurang dari 30% dan dikategorikan sebagai Un-Lean. Beberapa faktor penyebab terjadinya waste adalah keterlambatan dokter, keterbatasan SDM, prosedur rawat jalan kurang praktis, belum ada penerapan e-resep, dan keterbatasan sarana prasarana.

Waiting time is one indicator of the quality of outpatient services. This study aims to analyze the process of outpatient internal medicine services at Simpangan Depok Hospital through the Lean Six Sigma (LSS) approach. The design of this study was qualitative with data collection obtained through observation and recording of time (time motion) in each stage of the outpatient process, in-depth exploration of informants and open-ended questions to thirty-six respondents as well as document review. Informants were selected using a purposive sampling technique and open interviews were conducted with patients to obtain value from a customer perspective. The data obtained is then analyzed to obtain the factors causing the long waiting time for outpatient services using a fishbone diagram so that recommendations for improvements can be given by the hospital. The results of research conducted in June-July 2023 found that the average waiting time for outpatient services was 03:05:23 (with a VAR value of 10%), which means that it is still less than 30% and is categorized as Un-Lean. Some of the factors that cause waste are delays in doctors, limited human resources, less practical outpatient procedures, no e-prescription implementation, and limited infrastructure."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library