Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 110 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hilman Taufik Wijayasomantri
Abstrak :
Dalam kurun waktu lima tahun terakhir ISPA terutama pneumonia masih merupakan penyumbang terbesar dalam kejadian kematian bayi di Indonesia pada umumnya dan di Kabupaten Sumedang khususnya. Hasil penelitian Depkes tahun 1997 menunjukkan penatalaksanaan kasus ISPA yang tepat dapat mencegah secara efektif sekitar 60-80 % kematian akibat pneumonia. Keadaan ini menjadi titik tolak Depkes untuk mengintensifkan program penanggulangan penyakit ISPA dengan salah satu program prioritasnya adalah meningkatkan kemampuan petugas dalam manajemen penatalaksanaan penyakit ISPA pada bayi yang dititikberatkan pada kepatuhan dalam pelaksanaan SOP ISPA. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji pengaruh pelatihan terhadap tingkat kepatuhan petugas dalam pelaksanaan SOP ISPA dan dampaknya kepada kepuasan ibu bayi setelah memperoleh pelayanan oleh bidan di puskesmas. Pendekatan penelitian adalah quasi experimental dan panel survey non equivalent group design. Ada dua sampel penelitian. Kelompok pertama yaitu 10 orang bidan puskesmas di wilayah bekas Pembantu Bupati Darmaraja dan Tanjungsari Kabupaten Sumedang yang diukur kepatuhan dalam pelaksanaan SOP ISPA sebelum dan sesudah pelatihan. Kelompok kedua adalah 110 ibu bayi yang membawa bayinya berobat ke puskesmas di lokasi yang sama dengan keluhan batuk/sesak. Tingkat kepuasannya diukur setelah memperoleh pelayanan. Kelompok kontrol dengan jumlah bidan dan ibu bayi yang sama di 10 puskesmas pada wilayah bekas Pembantu Bupati Kota dan Congeang di Kabupaten Sumedang. Tingkat kepatuhan bidan dalam pelaksanaan SOP ISPA dianalisa secara univariat untuk menilai distribusi frekuensi dan besarnya proporsi diantara sampel. Sedangkan Mc Nemar test dipergunakan untuk menilai pengaruh pelatihan terhadap tingkat kepatuhan. Hasil analisa statistik menunjukkan rata-rata skor kepatuhan Bidan dalam pelaksanaan SOP ISPA dan skor kepuasan ibu bayi sebelum pelatihan pada kedua kelompok dalam keadaan setara. Dengan uji Mc Nemar menunjukkan bahwa kepatuhan sesudah pelatihan meningkat pada kelompok intervensi (p = 0,0001 dan OR = 5,8). Terdapat perbedaan proporsi tingkat kepuasan ibu bayi sebelum dan sesudah Bidan mendapat pelatihan (p = 0,028) dan ada hubungan yang bermakna antara tingkat kepatuhan Bidan dengan kepuasan ibu bayi (p = 0,018). Kesimpulan yang didapat, Bidan pada kelompok intervensi yang mendapat pelatihan manajemen penatalaksanaan ISPA mempunyai peningkatan skor kepatuhan lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok yang tidak mendapat pelatihan. Ibu bayi yang dilayani oleh Bidan pada kelompok intervensi mempunyai skor kepuasan lebih tinggi dibandingkan ibu bayi yang dilayani Bidan yang tidak mendapat pelatihan manajemen penatalaksanaan ISPA.
The Influence or Acute Respiratory Infection Management Training for Midwives of Community Health Centers and Its Impact on Baby Mothers' Satisfaction in Sumedang District, 2001/2002In the last five years acute respiratory infection (ARI) disease especially pneumonia has been the main contributor for the death of babies in Indonesia in general and in Sumedang District in particular. Data of Indonesian Ministry of Health research in 1997 showed that the appropriate management to handle ARI cases could effectively reduce the death of babies from pneumonia by 60 to 80 %. This data has been assigned as a basis to intensify the program of preventing AFT. One of the priorities of the program is to improve the capability of health providers in managing ARI prevention for babies emphasized on the health providers' compliance with conducting SOP of ARI. This research is aimed to investigate the influence of training on the degree of health providers' compliance with conducting SOP of ARI and its impact on baby mothers' satisfaction on the quality of services from the community health centers' midwives. This research employs quasi experimental and panel survey non equivalent group design. There were two groups of samples. The first group was 10 community health centers' midwives in the former region of Darmaraja and Tanjungsari Regent Assistant in Sumedang District who were measured their degree of compliance with managing ARI before and after they had been trained. The second group was 110 baby mothers who visited community health centers in the same place with coughs and short-winded complaints. Their satisfactions of the service quality were measured. The control group samples were the same number of midwives and baby mothers in 10 community health centers in the former regions of Sumedang City dan Congeang Regent Assistant in Sumedang District. The midwives' compliance with ARI management was subjected to univariate analysis to determine frequency distribution and proportion compliance among them. Further, Mc Nemar test was applied to determine whether or not the training influenced the degree of compliance. Statistical analysis showed that, before the training, the average score of both midwives' compliance with conducting SOP of ARI and the baby mothers' satisfaction was equal. By Mc Nemar test, the data revealed that the degree of compliance had improved after they had been trained in the experimental group (p = 0.0001 and OR = 5.8). Furthermore, there was a different proportion of the degree of baby mothers' satisfaction before and after the midwives had been trained (p = 0.028). The degree of midwives' compliance is significant associated with the baby mothers' satisfaction (p = 0.018). It is concluded that the midwives from the experimental group who had been trained on ARI management have higher score of compliance than those who had not been trained. Accordingly, the baby mothers who received health services from the trained midwives have higher score of satisfaction than those who were served by the untrained midwives on ARI management.
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T 10816
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edwin Nasli
Abstrak :
Kolam renang adalah salah satu tempat yang diminati masyarakat, namun mempunyai potensi gangguan kesehatan karena pajanan gas klor ketika hasil disinfeksi yang menggunakan kaporit. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi tingkat risiko kesehatan yang disebabkan oleh pajanan gas klor pada pengguna kolam renang Cilandak Sport Centre Cilandak Jakarta Selatan Tahun 2013. Penelitian ini menggunakan metode estimasi risiko kesehatan lingkungan dengan disain tipe I (ATSDR, 1998) dengan besar sampel 100 pengguna kolam renang. Data konsentrasi dan variable lainnya dikumpulkan melalui pengukuran, wawancara dan observasi. Tingkat risiko kesehatan non karsinogenik diestimasi dengan membagi rata-rata asupan harian gas klor dengan dosis respon gas klor (0,00006 mg/M3). Hasil analisis menunjukkan bahwa konsentrasi klor (0,1004; 0,0690 - 0,1389) mg/M3 (SD=0,0299), dengan RQ>1 98% (1 - 447) dan hanya 2% yang mempunyai RQ≤1. Keluhan pengguna adalah mata merah dan perih, iritasi kulit dan hidung dan tenggorokan panas/rasa terbakar. Disimpulkan bahwa penggunaan disinfeksi dengan kaporit saat ini sangat berisiko mengganggu kesehatan oleh pajanan gas klor. Dirumuskan pengendalian penggunaan kaporit harus dikurangi dari 8 kg menjadi 0,167 kg dan waktu beraktivitas tidak lebih dari 1,82 jam per hari. ......Swimming pool is one place that the public interest, but have potential health problems due to exposure to chlorine gas when the result of disinfection using chlorine. The purpose of this study was to estimate the health risks caused by exposure to chlorine gas among the swimming pool attendant in Cilandak Sport Center Swimming Pool Cilandak South Jakarta Year 2013. This study uses estimates of environmental health risk assessment (EHRA) with design of Type-I (ATSDR, 1996) with a sample of 100 attendant. Concentration chlorine gas and data of other variables collected through measurements, interviews and observation. Non carcinogenic health risk estimated by dividing the average daily intake of chlorine gas with chlorine gas response dose reference (0,00006 mg/M3). The result of research shows us that of chlorine concentrate (0,1004; 0,0690 - 0,1389) mg/M3 (SD=0,0299) with RQ>1 is 98% (1 - 447) and only 2% have RQ≤1. The complaints are red and burning eyes, skin irritation and nose and throat hot/burning sensation. The conclusion is health risk of non carsinogenic affects all attendant. By being so, it’s a must to do risk management by reducing chlorine from 8 kg to 0,167 kg and time dose not more than 1,82 hours per day.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T39235
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zani Suhananto
Abstrak :
Kepadatan kendaraan di jalan Raya Bogor, Kota Depok menyebabkan tingginya masalah polusi udara di jalan tersebut dan dapat mengganggu kesehatan. Penanaman pohon di pinggir jalan dipercayai dapat mengurangi kadar polutan di udara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh adanya vegetasi sebagai pembatas jalan terhadap konsentrasi PM10 dan gangguan kesehatan penduduk. Penelitian ini menggunakan metode analisis risiko kesehatan lingkungan untuk mengestimasi pajanan PM10 pada jalan raya terhadap gangguan kesehatan penduduk setempat. Dipilih dua kawasan yang berbeda yaitu jalan raya yang terdapat vegetasai sebagai pembatas jalan dan jalan raya yang tidak bervegetasi. Dipilih 6 titik sampel dengan rincian 3 titik sampel di jalan raya bervegetasi dan 3 titik sampel di jalan raya yang tidak bervegetasi. Pada setiap titik sampel diukur pada titik 5 meter dan 50 meter dari jalan raya. Diambil juga data antropometri penduduk yang beraktivitas di sekitar lokasi sampling. Hasil pengukuran didapatkan nilai tingkat risiko (Risk Quotient) pada responden wilayah tidak bervegetasi lebih tinggi dari responden wilayah bervegetasi. Penghijauan di pinggir jalan raya perlu dilakukan untuk mengurangi konsentrasi PM10 di jalan raya.
Density of vehicles on higway Bogor, Depok, resulting in high air pollution problems on the road and can damage the health of local residents. Planting trees on the roadside is believed can reduce the levels of pollutants in the air. This study aims to determine the effect of the vegetation as a roadblock to the concentration of PM10 and health problems of population. This study used environmental health risk analysis methods for estimating the exposure of PM10 on highways with local health disorders. Selected two distinct areas that are highway with vegetation as a roadblock and were not vegetation. We selected 3 sampel points on the highway with vegetation and 3 sample points on a highway that is no vegetation. At each sample point chosen by a distance of 20 meters from the highway. Anthropometric data of residents are also taken on this study. The measurement results are analyzed to obtain the value of intake and risk quotient (RQ).
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S44498
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Hastuti
Abstrak :
Infeksi Saluran Pernafasan Akut merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak dengan manifestasi ringan sampai berat (Pneumonia). Di dunia dperkirakan lebih dari 2 juta balita meninggal karena Pneumonia dari 9 juta total kematian balita. Pelitian ini bertujuan untuk mengetahui Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut pada Balita di wilayah Kecamatan Ngombol Kabupaten Purworejo. Penelitian ini merupakan penelitian survei dengan pendekatan kuantitatif dan rancangan penelitian cross sectional. Populasi penelitian adalah semua balita yang berada di wilayah Kecamatan Ngombol Kabupaten Purworejo. Sampel penelitian berjumlah 323 balita yang diambil dengan cara Quota sampling. Analisis data dan uji statistik menggunakan chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara status gizi dan status imunisasi dengan Kejadian ISPA pada Balita (p=1.000, OR=1.579) dan (P=0.437, OR=1.439). Ada hubungan kejadian ISPA pada Balita dengan pencemaran asap rokok oleh anggota keluarga (p=0.006, OR=2.102), pemberian ASI Eklsklusif (p=0,19, OR=1.847) dan status ekonomi orang tua (p=0.34, OR=1,754). Kesimpulan hasil penelitian: Status imunisasi dan status gizi tidak berhubungan dengan kejadian ISPA pada Balita, Pencemaran asap rokok oleh anggota keluarga, pemberian ASI Eksklusif dan status ekonomi orang tua mempunyai hubungan dengan kejadian ISPA pada Balita di Kecamatan Ngombol Kabupaten Purworejo.
Acute Respiratory Infection (ARI) is a common disease in children with mild to severe manifestations (Pneumonia). In the world is estimated at more than 2 million Under Five Years Children died of pneumonia than 9 million total under-five deaths. The research aimed to determine Factors Associated with Acute Respiratory Infection incidence in Under Five Years Children in Ngombol District Purworejo Regency. This research is a research survey with quantitative approach and cross sectional research design. Research population was all children Under Five Years Children located in Ngombol District, Purworejo Regency.Number of sample was 323 Under Five Years Children were taken by Quota sampling. Data analysis and statistical test using chi square. The results showed that there was no relationship between nutritional status and immunization status of in Under Five Years Children with ARI incidence (p=1.000, OR=1,579) and (P=0.437, OR=1.439). No association ARI genesis in Under Five Years Children in with cigerette smoke pollution by family members (p=0.006, OR=2.102), Exclusive breastfeeding (p=0.19, OR=1,847) and parents' economic status (p=0:34, OR=1.754). The conclusion of the research : immunization status and nutritional status was not associated with the incidence of ARI in Under Five Years Children, smoke pollution by family members, exclusive breastfeeding and economic status of the parents had a relationship with the incidence of ARI in Under Five Years Children in Ngombol District, Purworejo Regency.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S47443
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Putri Ramadhani
Abstrak :
Selama tahun 2004, berdasarkan laporan Balai Besar/Balai POM di seluruh Indonesia telah terjadi kejadian luar biasa (KLB) keracunan pangan sebanyak 153 kejadian di 25 propinsi. Kasus keracunan pangan yang dilaporkan berjumlah 7347 kasus termasuk 45 orang meninggal dunia. Ditinjau dari sumber pangannya, yang menyebabkan keracunan pangan adalah makanan yang berasal dari masakan rumah tangga 72 kejadian keracunan (47.1%), industri jasa boga sebanyak 34 kali kejadian keracunan (22.2%), makanan olahan 23 kali kejadian keracunan (15.0%), makanan jajanan 22 kali kejadian keracunan (14.4%) dan 2 kali kejadian keracunan (1.3%) tidak dilaporkan. Penelitian ini bertujuan menganalisis besar risiko kesehatan pajanan boraks dalam jajanan yang dikonsumsi oleh anak-anak kelas enam sekolah dasar di Kota Depok. Desain studi penelitian ini menggunakan metode analisis risiko kesehatan lingkungan (ARKL). Hasil penelitian didapatkan intake terbesar terdapat pada konsumsi lontong hampir di semua kecamatan di Kota Depok. ...... During 2004, according to a report BPOM in Indonesia has been extraordinary occurance (KLB) food poisioningsmany as 153 events in 25 provinces. Cases of food poisoning were reported totaling 7347 cases including 45 deaths. Judging from its food source, which causes food poisoning is a food derived from food poisoning incidents 72 households (47.1%), industrial catering as much as 34 times the incidence of poisoning (22.2%), processed food 23 times the incidence of poisoning (15.0%), food snacks 22 times the incidence of poisoning (14.4%) and 2 times the incidence of poisoning (1.3%) not reported. This study aims to analyze the health risks of exposure to borax in snack consumed by children in sixth grade elementary school in the city of Depok. The design of this research study using the method of analysis of environmental health risks (ARKL). The result obtained are the largest intake on the consumption of rice cake in almost all district in the city of Depok.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Akhmad Kismed
Abstrak :
Pemeriksaan parasit dari sediaan darah adalah salah satu langkah penting dalam menegakkan diagnosis malaria. Jika dibandingkan dengan kabupaten lain di Propinsi Kalimantan Barat, cakupan pemeriksaan sediaan darah penderita tersangka malaria di Kabupaten Sambas masih tergolang rendah. Dalam studi ini dilakukan penelitian terhadap hal-hal yang berhubungan dengan kepatuhan petugas puskesmas terhadap standar pelayanan penderita malaria dan pemeriksaan sediaan darah. Studi kualitatif ini dilakukan pada 10 puskesmas dengan melibatkan 20 orang paramedis, 10 orang petugas laboratorium, 10 orang kepala puskesmas dan 1 orang wasor malaria kabupaten sebagai informan. Pengetahuan, sikap dan tindakan petugas laboratorium ditelaah melalui wawancara mendalam, sedangkan untuk paramedis dilakukan diskusi kelompok terarah. Observasi juga dilakukan terhadap ketersediaan sarana laboratorium untuk melakukan pemeriksaan parasit sediaan darah. Analisa data yang terkumpul menunjukkan bahwa pengetahuan paramedis tentang standar pelayanan penderita malaria sudah cukup baik, demikian juga halnya dengan pengetahuan petugas laboratorium tentang prosedur pemeriksaan sediaan darah. Sikap petugas paramedis maupun laboratorium pada umumya setuju dan mendukung pemeriksaan sediaan darah penderita tersangka malaria, tetapi pengetahuan dan sikap tersebut tidak diikuti dengan kepatuhannya dalam melakukan pemeriksaan sediaan darah. Namun demikian, sebagian besar petugas paramedis telah memberikan pelayanan kepada penderita malaria sesuai standar dengan merujuk penderita ke laboratorium untuk pemeriksaan sediaan darahnya. Juga diamati bahwa pada sebagian puskesmas ketersediaan sarana laboratorium untuk pemeriksaan sediaan darah malaria masih kurang, sedangkan kerjasama diantara petugas paramedis dan laboratorium dalam melakukan pemeriksaan sediaan darah malaria sudah berjalan dengan baik. Selanjutnya pengawasan dari pimpinan puskesmas kepada petugas paramedis dalam melakukan rujukan penderita ke laboratorium untuk pemeriksaan sediaan darah masih kurang. Studi ini menyimpulkan bahwa kurangnya perhatian dan tanggung jawab pimpinan puskesmas, kurangnya tenaga analis dan kurangnya sarana laboratorium berhubungan dengan rendahnya kepatuhan petugas puskesmas terhadap standar pelayanan malaria dan prosedur pemeriksaan sediaan darah serta sistem pencatatan dan pelaporan puskesmas merupakan salah satu penyebab rendahnya cakupan pemeriksaan sediaan darah penderita tersangka malaria. ......Compliance Analysis of Public Health Centre Provider in Performing Blood Sample Examination of Malaria Patient in Kabupaten Sambas, 2000Parasitic examination of human blood sample is an important step in the diagnosis of malaria. However, compared to other district in West Kalimantan, in Kabupaten Sambas the coverage of blood sample examination of suspected malaria cases is lower. In this study, relevant issues associated with the compliance of the Public Health Centre (PHC) providers to the standard services of malaria and procedure of blood sample examination are investigated. Qualitative study has been carried out in ten PHCs involving twenty paramedics, ten laboratory analysts, ten PHC managers, and a district supervisor of malaria as informer. Knowledge, attitude and practice of the laboratory analysts, were assessed through in-depth interview, while focus group discussion were applied to the paramedics to analyze the same issues. Laboratory facilities for parasitic examination of the blood sample were also observed. Content analysis of the collected data shows that the paramedics have good knowledge in the standard services of malaria, similar to those of the laboratory analysts in the standard procedure for blood examination_ Generally, paramedics and laboratory analysts agree with and support blood sample examination of the suspected malaria patient, but their knowledge and attitude are not consistent to their compliance with the blood examination. However, most of the paramedics have served malaria patients with the standard services by referring them for laboratory examination. It was also observed that at some PHCs the laboratory facilities for blood sample examination is insufficient, although collaboration between paramedics and laboratory analysts is good enough. Furthermore, some of PHCs' managers do not supervise strongly their staffs thoroughly to comply with the referring blood sample examination. This study concluded that the low attention and responsibility of PHC manager, lack of laboratory analysts and insufficient laboratory facilities are associated with the low compliance of the PHC providers to comply with the standard services of malaria and procedure of blood sample examination. Improper recording and reporting system is one of the causes of low coverage of blood sample examination of suspected malaria cases.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T3630
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aris Munandar
Abstrak :
Rumah Sakit merupakan institusi yang berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan, terutama dari limbah cair yang dihasilkan karena kegiatan sehari-hari. Penanganan limbah cair dapat dilakukan dengan cara fisik, kimia dan biologis atau gabungan dari ketiganya. Salah satu pengolahan limbah cair secara biologis adalah menggunakan Rotating Biological Contactors (RBC). Metode ini memanfaatkan kemampuan mikrobia daiam merombak bahan cemaran sampai menjadi senyawa yang stabil.

Penelitian ini dilatar belakangi masih tingginya parameter limbah cair Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi, yang angkanya masih diatas Baku Mutu Limbah Cair Rumah Sakit sehingga dimungkinkan dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan sekitarnya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penurunan kandungan BOD, COD, P04, TSS, NH3 dan MPN Coli limbah cair Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi setelah diolah dengan RBC sebagai unit pengolahan limbah cair secara biologis, sehingga didapatkan limbah cair yang kualitasnya lebih baik. Disamping itu juga untuk mengetahui penurunan terbaik parameter limbah cair tersebut berdasarkan waktu tinggal dan waktu putar (3 rpm).

Jenis penelitian adalah Eksperimen dengan rancangan One Group Pretest-Postest, dimana sebelum penelitian dilaksanakan terlebih dahulu dilakukan aklimasi.

Hasil penelitian menunjukan bahwa limbah cair Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi setelah diolah dengan RBC, terdapat penurunan parameter berdasarkan variasi waktu tinggal dan waktu putar (3 rpm). Hasil penelitian dilapangan ditemukan penurunan parameter BOD, COD, P04, pada waktu tinggal 60 menit dengan putaran 3 rpm, merupakan penurunan yang optimum. Artinya dalam waktu 60 menit diolah dengan RBC maka parameter BOD, COD, dan PO4 terjadi penurunan yang memenuhi Standar Baku Mutu Limbah Cair Rumah Sakit yaitu BOD = 14,25 mg/L, COD = 22,25 mg/L, dan P04 = 0,72 mg/L. Sedangkan waktu tinggal 120 menit, 180 menit, 240 menit dan 300 menit terjadi penurunan parameter BOD, COD dan P04 tetapi penurunannya sangat kecil.

Parameter TSS dan NH3 terjadi penurunan pada semua waktu tinggal tetapi, penurunan yang terjadi hasilnya masih diatas Standar Baku Mutu Limbah Cair Rumah Sakit yaitu TSS antara 1,64 mg/L sampai dengan 174,75 mg/L dan NH3 antara 1,31 mg/L sampai dengan 1,52 mg/L.

Sedangkan parameter bakteriologis terbukti terjadi penurunan MPN Coli yang optimum oleh karena dari semua waktu tinggal yang digunakan hasilnya menunjukan penurunan MPN Coli dapat memenuhi Standar Baku Mutu Limbah Cair Rumah Sakit yaitu antara 2090 sampai 5260.

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa :
1. RBC dapat menurunkan kandungan parameter limbah cair Rumah Sakit.
2. Penurunan kandungan parameter yang optimum berdasarkan waktu tinggal adalah BOD, COD, PO4 dan MPN Coli.
3. Penurunan kandungan parameter TSS dan NH3 terjadi berdasarkan waktu tinggal tetapi hasil penurunan tersebut masih diatas Standar Baku Mutu Limbah Cair Rumah Sakit.
Untuk itu disarankan kepada manajemen RSUD Raden Mattaher Jambi, dapat menggunakan metode RBC ini yang dimodifikasi sesuai volume limbah cair yang dihasilkan. Disamping itu perlu mengfungsikan kembali aerator yang ada pads IPAL. Sedangkan kepada peneliti lain yang berminat untuk penelitian lanjutan agar metode ini lebih sempurna.
Processing of the Liquid Garbage at the General Hospital of Raden Mattaher, Jambi by Rotating Biological Contactors (RBC) (Case Study at the General Hospital of Raden Mattaher, Jambi)Hospital is an institution that having potency in rising of environment contamination, especially to liquid garbage that resulted from the daily activities. The management of liquid garbage can be conducted by physical, chemical and biological ways or combination of them. One of liquid garbage biologically processing, it was using Rotating Biological Contactor (RBC). This method is utilizing the capability of microbial in changing the pollution material up to stable compound.

The background of this study, it is still high the content parameter of liquid garbage at the General Hospital of Raden Mattaher, Jambi, which is the rate still over than the Basic Quality of liquid garbage of Hospital, so it is possibility raising the negative impact to the surroundings environmental.

The objective of this study is to determine the reducing of BOD, COD, P04, TSS, NH3 contents, and MPN Collie liquid garbage at General Hospital, Raden Mattaher, Jambi after processing by RBC as processor unit of liquid garbage biologically, so it obtained liquid garbage in good quality. Besides that, it is to determine the best reducing on content parameter of liquid garbage based on stay time and cycle time (3 rpm).

This study is experimental with the design one group pretest posttest, where before conducting the study, it done acclamation in the previous.

The result of this study shows that the liquid garbage at General Hospital of Raden Mattaher, Jambi after processing with RBC, there was reducing parameter based on variation of staying time and cycle time (3 rpm) in differently. The result at the field found that the reducing parameter of BOD, COD, P04, on the stay time is 60 minutes with 3 rpm, it is optimum reducing. It means that in 60 minutes processing by RBC, so the parameter of BOD, COD, and P04, shows reducing that meet with the Standard of Basic Quality of liquid garbage at the Hospital that is BOD = 14.25 mg/L, COD = 22.25 mg/L, and PO4 = 0.72 mg/L. While the stay time 120 minutes, 180 minutes, 240 minutes and 300 minutes shows reducing parameter of BOD, COD, and P04, but the reducing is very small.

The parameter TSS and NH3 shows the reducing on all stay time, however the reducing the showed still above the Standard of Basic Quality of liquid garbage at the Hospital that is TSS between 1.64 mg/L - 174.75 mg/L, and NH3 between 1.31 mg/L - 1.522 mg/L.

While the parameter of bacteriologic proves occur reducing MPN Collie that optimum, because out of all the stay time that used result shows reducing MPN Collie meet with the Standard of Basic Quality of liquid garbage at the Hospital those are between 2090 to 5260.

Based on the result above, it can be concluded as the followings:
1. The RBC could reduce the parameter contents of liquid garbage of hospital.
2. The reducing of optimum parameter content based on the stay time is BOD, COD, P04, and MPN Collie.
3. The reducing parameter content of TSS and NH3 occur based on stay time, but the result of reducing is still above the Standard of Basic Quality of liquid garbage at the hospital.
It is recommended to the management of the General Hospital of Raden Matther Jambi to use the RBC method that modified according to the volume of liquid garbage that resulted. Besides that, it should reutilize aerator that available on IPAL. While the other researchers that interested to do further study to make this method more perfectly.
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T4697
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Harsuyanti Rawiyah
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang posisi perlindungan kesehatan reproduksi perempuan pekerja dalam kebijakan pengusaha. Kerangka pikir yang melandasi penelitian ini adalah kebijakan pengusaha, dunia industri yang kapitalis dan patriarkis, dan perlindungan hak dan kesehatan reproduksi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif berperspektif perempuan, studi kasus peremuan pengusaha garmen industri kecil menengah di Jakarta. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan sebagai pengusaha tidak menganggap penting perlindungan kesehatan reproduksi karena kentalnya pengaruh sistem kapitalis dan patriarki di dunia industri. Akibatnya kesehatan reproduksi terabaikan dan perempuan pekerja tereksploitasi. Hal itu sesuai dengan yang dijelaskan oleh feminis marxis-sosialis yang mengatakan bahwa sistem kapitalis membentuk dominasi antar kelas. Perempuan pengusaha sebagai suatu kelas tersendiri mendominasi perempuan pekerja sebagai kelas yang lain. Dengan demikian, perempuan tidak akan memperoleh kesempatan yang sama, jika masih hidup di masyarakat yang berkelas. Perempuan akan tetap terekploitasi oleh siapa pun yang menguasai kapital. Perbedaan antar kelas perlu dipersempit dengan menggugah kepekaan gender pengusaha. Kepekaan gender akan membuat pengusaha lebih berempati kepada perempuan pekerjanya, sehingga mereka mau memperhatikan kepentingan pekerjanya.
The Protection of Women Worker's Reproductive Health under Entrepreneur Policy: A Case Study at Two Female-Headed Small-Medium Garment Industry in Jakarta This research aims to investigate whether or not women worker's reproductive health protected by entreupener's policy. Frame of thought referred in this research includes entrepreneur's policy, capitalism and patriarchy nature of industry world, reproductive right and health protection Using qualitative method with women's perspective approach, data gathered through in-depth interviews and observation. This research was conducted at two small-medium garment industries with two women entrepreneurs as key informants and four women workers with the enterprise as supporting informants. Research result indicates that woman, as entrepreneur is unlikely to have a particular policy to protect women's reproductive health due to pervasive capitalistic and patriarchal nature of the world of industry. This is in line with Marx-socialist feminism' thesis that capitalism produces class domination. In this case, women entrepreneurs of upper class dominate women's workers of lower class. Women thus will not be granted the same opportunities as long as they live in a society divided by class. Women will remain to be exploited by whoever holds capital. In conclusion, entrepreneur's gender sensitivity should be sharpened so as to take side on women worker's best interest.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2002
T 10715
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Didik Supriyono
Abstrak :
Penyakit tuberkulosis paru di Kabupaten Bogor merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang sangat serius dengan jumlah kasus TB Paru BTA (+) tentu meningkat dari 744 tahun 1999 menjadi 1410 tahun 2002. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor risiko lingkungan fisik rumah, karakteristik individu dan kebiasaan kegiatan yang dilakukan penghuni di dalam rumah dengan kejadian penyakit TB Paru BTA (+). Studi kasus kontrol telah dilaksanakan di Wilayah Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor dengan 125 kasus TB Paru BTA (+) dart 125 kasus TB Paru BTA (-). Untuk menentukan kasus dan kontrol dilakukan pengambilan data dari register TB 01, TB 03, TB 04 dan TB 06 yang berasal dari puskesmas. Data faktor risiko lingkungan fisik rumah dikumpulkan dengan cara observasi dan pengukuran meliputi sinar matahari masuk ke dalam ruangan rumah, sinar matahari masuk ke kamar tidur, luas ventilasi rumah, kelembaban rumah, kepadatan hunian, keadaan terbukanya jendela ruangan rumah, keadaan terbukanya jendela kamar tidur, jenis lantai dan jenis dinding rumah. Data karakteristik individu dikumpulkan dengan cara wawancara meliputi umur, jenis kelamin, dan status imunisasi. Data faktor risiko kebiasaan kegiatan yang dilakukan penghuni di dalam rumah dikumpulkan dengan cara observasi, meliputi kebiasaan merokok, penggunaan obat nyamuk bakar, penggunaan bahan bakar untuk memasak dan kebiasaan membersihkan lantai rumah. Seluruh data yang terkumpul selanjutnya dianalisis secara bivariat dan multivariat. Hasil analisis bivariat menunjukan bahwa ada 5 variabel faktor risiko lingkungan fisik rumah yang menunjukan hubungan bermakna dengan kejadian penyakit TB Part BTA (+) yaitu sinar matahari masuk ke dalam ruangan rumah (p = 0,000, OR = 5,525 & 95% CI = 3,155-9,674), sinar matahari masuk ke dalam kamar tidur (p = 0,000, OR = 7,098 & 95% CI = 4,045-I2,455), luas ventilasi rumah (p = 0,000, OR = 5,196 & 95% CI = 2,992-9,026), keadaan terbukanya jendela ruangan rumah (p = 0,000, OR - 3,218 & 95% CI = 1,875-5,521) dan keadaan terbukanya jendela kamar tidur (p = 0,000, OR = 6,780 & 95% CI = 3,887-12,140). Dari faktor risiko kebiasaan kegiatan yang dilakukan penghuni di dalam rumah hanya kebiasaan membersihkan lantai rumah yang bermakna (p = 0,003, OR = 4,319 & 95% CI = 1,188-15,701). Selanjutnya, analisis multivariat menunjukan bahwa variabel yang paling dominan dalam mempenganihi terjadinya penyakit TB Paru BTA (+) adalah luas ventilasi rumah. Model persamaan regresi logistik menunjukan bahwa seseorang dengan faktor risiko tinggal di rumah dengan tidak ada sinar matahari yang masuk ke kamar tidur, luas ventilasi rumah yang tidak memenuhi syarat dan tidak terbukanya jendela kamar tidur mempunyai probabilitas untuk menderita penyakit TB Pani sebesar 19 kali lebilh besar dibandingkan dengan seseorang yang tidak mempunyai faktor risiko tersebut. Dapat disimpulkan bahwa lingkungan fisik rumah merupakan faktor risiko yang terbesar dalam mempengaruhi kejadian penyakit TB Paru BTA (+) dibandingkan dengan faktor risiko karakteristik individu dan kebiasaan kegiatan yang dilakukan penghuni di dalam rumah. Daftar bacaan ; 43 ( 1980 - 2002 )
Physical Environments of House as Risk Factors of Positive Acid Fast Bacilli (AFB+) TB at Ciampea Subdistrict, District of Bogor, 2002 In Bogor District Tuberculosis is a serious problem of public health with AFB+ cases increasing from 744 in 1999 to 1410 in 2002. Previous researches indicate that TB is associated with physical environments, individual characteristics and daily habit in the house. This research is intended to investigate the association of physical environments of house with AFB+ TB cases. A case-control study has been carried out in Ciampea Subdistrict, District of Bogor, with 125 respondents of AFB+ as cases and 125 respondents of negative AFB as control. Register Form of TB 01, TB 03, TB 04, and TB 06 filled up by Health Center (Puskesmas) was used to determine the case and control. Data on sunlight into dining room, sunlight into bedroom, ventilation width, relative humidity, window opening of dining room, window opening of bedroom, type of wall, type of floor, and house density as physical environments were collected by direct observation and measurement, while data on age, sex and immunization status as individual characteristics were collected by interview. In addition, smoking, use of mosquito coil, use cooking fuels, and floor cleaning as daily habits were collected by observation. Bivariate and multivariate analysis were employed to all collected data. Bivariate analysis shows that five physical environments of house are significantly associated with AFB+ TB cases, i.e. sunlight into dining room (p = 0.000, OR = 5.25, 95% CI = 3.155 - 9.674), sunlight into bedroom (p = 0.000, OR = 7.098, 95% CI = 4.045 - 12.455), width of house ventilation (p = 0.000, OR = 5.196, 95% CI = 2.992 - 9.026), window opening of dining room (p = 0.000, OR = 3218, 95% CI = 1.875 - 5.521), and window opening of bedroom (p = 0.000, OR = 6.780, 95% CI = 3.887 - 12140). In addition, of daily habit factors only floor cleaning is significantly associated (p = 0.003, OR = 4.319, 95% CI = 1.188 - 15.701). Further, multivariate analysis shows that the dominant risk factor associated with AFB+ TB is house ventilation. Meanwhile, logistic regression model indicates that probability of having AFB+ TB of those who reside in a house with no sunlight coming into bedroom, under standard ventilation width, and closed bedroom window is 19 fold higher than (hose with no such risk factors. It is concluded that physical environments of house are major risk factors compared with individual characteristics and daily habitual activities. References: 43 (1980 2002)
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T11254
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leli Nurohmah
Abstrak :
Penelitian ini mengungkapkan pengalaman perempuan dalam menjalani perkawinan poligami. Hal ini digali melalui pemaknaan mereka pada perkawinan poligami dan strategi bertahan dalam perkawinan poligami. Untuk mengetahui makna perkawinan dalam persepsi perempuan dan strategi yang mereka terapkan, penelitian ini menggunakan konsep perkawinan, perkawinan poligami, dan perkawinan menurut perspektif feminis. Selain itu, digunakan teori kuasa Foucault dan teori strategi bertahan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang berperspektif perempuan dan mengumpulkan data melalui wawancara mendalam. Subjek penelitian berjumlah sepuluh orang perempuan Betawi Cinere yang menjalani perkawinan poligami. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan memberi makna yang beragam pada perkawinan mereka, di antaranya perkawinan sebagai wadah untuk menyatukan rasa cinta, Fase hidup yang harus dilalui sebagai perempuan, pengabdian pada orang tua dengan menerima perjodohan, dan melepaskan status janda. Perkawinan poligami sebagian besar dimaknai sebagai taqdir yang harus mereka lalui. Dalam perjalanannya, perkawinan poligami lebih banyak menimbulkan kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak, karena perlakuan tidak adil dari suami. Bentuk kekerasan yang dialami oleh perempuan dan anak-anak terjadi karena tidak dipenuhinya hak dasar manusia meliputi pemenuhan sandang, pangan, papan dan kasih sayang. Selain itu menimbulkan kekerasan baik kekerasan fisik, ekonomi, psikis, dan seksual. lni menunjukkan bahwa pencapaian keluarga sakinah mawaddah dan rahmah dalam keluarga sangat mungkin tidak tercapai dalam perkawinan poligami. Dalam menjalani kehidupan tersebut ada strategi yang dilakukan oleh para subjek : pertama, strategi resistensi berupa "perlawanan sehari-hari" walaupun tidak bertahan lama karena sering menjadi stimulus tindak kekerasan suami. Kedua, strategi adaptasi melalui kepasrahan perempuan pada kondisi yang mereka hadapi, sikap menerima, dan mengabdikan diri sepenuhnya pada tugasnya sebagai perempuan ; serta berbaik hati dengan keadaan menjadi salah satu upaya yang dilakukan oleh para subjek agar mereka tetap bertahan dalam menjalani perkawinan poligami.
This research exposes women experience in passing through and living on polygamy marriage. It is explored through their understanding on polygamy marriage and endurance strategies in polygamy marriage. To find out the meaning of marriage in women's understanding and their survival strategies, this research uses the concept of wedding, polygamy marriage, and marriage as indicated by feminist perspective. The authority theory of Foucault and theory of endurance strategy are used, too. This research applies a qualitative approach of women perspective and compiles data through in-depth interview. The research subject is the ten Betawi women in Cinere, which live in polygamy marriage. The research result said that women have various understanding on marriage, e.g. marriage is such space to share love and affection with her spouse, marriage is part of the living stage that must be passed through as women, and dedication for the parents by accepting the future husband from their parents, or just releasing a widowhood status. Most of women interpret polygamy marriage as destiny that should be passed through. In its implementation, polygamy marriages develop more violence against women and children because they receive injustice treatment from their husband: Violence against women and children is occurred since there is no fulfillment for basic human rights such as clothes, food, home and affection. It also extends in any physical, economical, psychological and sexual violence. This could be said that to establish a "sakinah mawaddah and rahmah" (peaceful and blessing) family in such polygamy marriage. In passing through such life, the subjects conduct strategies i.e.: first, strategy of everyday form of resistance. However, it sometimes does not work since this become stimulus for any violence of their husbands. Second, adaptation strategies such as surrender and accept with those conditions, and dedicate totally their nature as women; and be warm-hearted and have forgiving heart with the condition become an effort of the subject to live on polygamy marriage.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T11896
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>