Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 62 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Safitri Dian Sari
"Polikarbonat merupakan jenis plastik yang terkenal karena sifat transparan dan kekuatannya. Material ini diproduksi dalam bentuk lembar, film, dan profil. Polikarbonat berkembang pesat karena potensial untuk diterapkan pada berbagai aplikasi (botol minum, rumah lampu, lensa kaca mata dan sebagainya).
Pada bidang arsitektur, polikarbonat diterapkan sebagai material pengkacaan dengan mengandalkan sifat transparannya. Bahkan material ini mulai digemari dibandingkan kaca dengan diterapkan sebagai penutup, jendela, atap, bahkan cladding atau curtain wall. Namun apakah penerapan polikarbonat akan berhenti setelah itu? Atau mungkinkah material ini diterapkan sebagai material struktural di kemudian hari?
Karya tulis ini akan menjelaskan lebih jauh mengenai material polikarbonat (karakteristik, jenis, pengolahan, dan sebagainya) sehingga dapat diterapkan pada berbagai desain arsitektur dan menggali potensi material ini untuk dapat dikembangkan sebagai material struktural.

Polycarbonate is plastic polymer which is famous because its transparency and strength. This material is produced in sheets, films, and profiles. Polycarbonate has been growing fast because it gains potencies to be used in a lot of appliance (bottles, lamp housings, glasses lenses, etc).
In architecture, polycarbonate is used for glazing by count on its transparency. Infact, this material is started to be more desirable than glass in its appliance as coverings, windows, roofs, even claddings or curtain walls. But is that all? Or could it be used as structural material?
This paper will explain deeper about polycarbonate (characteristics, types, blends, etc) until it?s usable in many architecture design and explores its potency to be developed as structural material.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S48450
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Syam Sahril
"Fasad merupakan salah satu elemen terpenting dalam penampilan suatu bangunan. Banyak arsitek yang menggunakan olahan pada fasad untuk memberikan keindahan atau kesan khusus sesuai dengan yang diinginkan. Fasad juga memberikan citra tentang kondisi sosial suatu masyarakat dan juga dapat menggambarkan fungsi dan kegiatan yang terjadi di dalam bangunan.
Jaman dahulu kala orang menggunakan lukisan maupun ornamen geometris atau juga makhluk hidup dalam menghias muka bangunan. Seiring dengan jaman yang berkembang, kini olahan fasad makin beraneka ragam. Ada yang menampilkan transparansi dengan menggunakan material kaca, menunjukkan tekstur kekasaran atau kehalusan, warna, kedalaman, ataupun menunjukkan struktur bangunan.
Penggunaan struktur bangunan untuk ditampilkan pada fasad membutuhkan perhatian khusus yang berbeda dengan struktur yang disembunyikan dengan kulit (skin) bangunan. Namun dengan keterampilan arsitek dalam mengolah struktur bangunannya serta material dan kesan yang ingin ditampilkan dapat menjadi nilai tambah pada bangunan. Bangunan yang menunjukkan struktur pada fasadnya memberikan kesan kestabilan dan kekokohan sekaligus menunjukkan cara bangunan tersebut dapat berdiri.
Mengekspos berarti memperlihatkan sesuatu yang butuh untuk diperlihatkan. Tentu saja jika ingin diperlihatkan maka sesuatu itu harus menyenangkan bila terlihat. Memperlihatkan struktur agar menyenangkan untuk dilihat khususnya pada fasad dapat dilakukan dengan berbagai cara dan olahan bentuk. Hal tersebut tergantung dari sudut pandang mana sang arsitek memandang rencana bangunan dan lingkungan disekitarnya.
Pencarian bentuk dan fasad arsitektur sebagai faktor penting yang membentuk citra bangunan. Banyak arsitek yang menggunakan fasad sebagai citra bangunan yang menyampaikan konsepnya. Salah satunya adalah Santiago Calatrava yang kerap mengekspos struktur bangunannya pada fasad bangunan. Calatrava juga menggunakan pendekatan kehidupan dari makhluk hidup dan juga dari alam sebagai simbolisasi bentuk-bentuk arsitekturalnya. Pembahasan atas karya-karya Calatrava mencoba menekankan desain struktur dan cara mengungkapkannya sesuai dengan keinginan beliau. Ciri khas dan benang merah juga kita bisa dapatkan dari menyimpulkan beberapa analisis bangunan karya beliau."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S48449
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Adryanta
"Sejak saat pertama kali ditemukan sampai sekarang, kaca sudah mengalami kemajuan yang pesat. Kaca tidak lagi hanya berfungsi untuk hiasan, tetapi menjadi sebuah benda yang memiliki fungsi sendiri, seperti pot dan vas. Perkembangan kaca menjadi sangat cepat sejak ditemukan cara-cara baru dalam membuatnya. Dengan menambahkan unsur-unsur kimia tertentu, kaca bias memiliki sifat sesuai dengan kebutuhannya. Kaca tidak hanya menjadi lebih variatif, melainkan juga menjadi lebih kuat dan solid.
Dengan perkembangan tersebut, kaca mulai digunakan sebagai elemen pengisi bangunan, seperti dinding kaca. Tangga kaca dan lantai kaca juga mulai dipakai pada zaman sekarang, walaupun anggapan masyarakat mengenai kaca masih tidak berubah. Kaca masih dianggap sebuah material yang getas dan mudah pecah.
Dengan perkembangan teknologi, kaca bisa menjadi material yang cukup kuat untuk menjadi struktur dalam bangunan, dengan tetap mempertahankan sifat-sifat estetika kaca tersebut.

Since glass discovered, it already has a very fast development progress. Glass is not used just for decoration, but it became the subject itself, such as pot or vase. The development of glass goes more advance since the new way of producing glass were invented. By adding a certain chemicals, the characteristics of glass can be changed. It will become more varies, solid, and even stronger.
By that reason, glass nowadays is used in a building as walls, floors, and stairs. Even so, people?s opinion about glass is still the same. It still has the image as a very weak material, easy to break and crush.
With advance technology, glass can be strong enough to be used as structures, while it still has the aesthetic characteristics.
"
2008
S48422
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rully Firmansyah
"Bangunan adalah kebutuhan mutlak manusia untuk dapat melakukan berbagai macam kegiatannya. Perkembangan zaman menuntut dilaksanakannya berbagai macam pembangunan termasuk hadirnya beragam jenis bangunan sesuai dengan peruntukannya. Seiring dengan hal tersebut, lahan kota semakin terbatas, lahan hijau semakin sulit untuk ditemui, dan kepadatan terjadi dimana-mana, hal ini mengakibatkan munculnya berbagai masalah, termasuk kepada bangunan-bangunan yang telah terbangun. Sudah saatnya para perancang untuk memikirkan faktor keselamatan pada bangunan untuk mengurangi berbagai masalah yang muncul di perkotaan.
Kebutuhan rasa aman pengguna bangunan diwujudkan sebagai faktor keselamatan dalam bangunan. Intensitas kebakaran secara umum dipengaruhi oleh jumlah, sifat dan distribusi bahan yang mudah terbakar. Persyaratan keselamatan bangunan gedung salah satunya meliputi ketahanan bangunan terhadap bahaya kebakaran. Selain hal ketahanan struktur dan material bangunannya, juga perlu diperhatikan juga ketanggapan pengguna bangunan dalam hal evakuasi ke luar bangunan melalui jalur sirkulasi yang telah dirancang, terutama pada bangunan publik yang berskala besar.
Salah satu bangunan publik berskala besar yang paling banyak jenis kegiatan dan pengunjungnya adalah bangunan pusat perbelanjaan. Kebutuhan akan rasa aman sangat dibutuhkan pada sebuah bangunan besar. Perlu ditekankan bahwa bangunan di perkotaan semakin padat, gejala darurat seperti kebakaran sering terjadi belakangan ini. Dinas pemadam kebakaran membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mencapai lokasi bangunan yang sedang mengalami kebarakan akibat terjadi kemacetan dimana-mana. Oleh karena itu, desain sebuah bangunan pusat perbelanjaan harus tanggap terhadap bahaya kebakaran, terutama bagaimana koridor berfungsi sebagai jalur evakuasi pertama sebelum mencapai tangga darurat dan pintu menuju keluar bangunan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S48423
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Luigy Aditya Putra Permana
"Telah lama daur ulang digembar gemborkan sebagai cara efektif untuk melestarikan lingkungan, yaitu dengan mereproduksi material-material yang tidak bias diurai oleh alam dan mempergunakannya kembali. Dalam dunia arsitektur, penggunaan material daur ulang juga semakin diperkenalkan. Akan tetapi, banyak yang beranggapan kualitas material daur ulang kalah dengan material konvensional, selain itu daya tahannyapun jauh berkurang. Ada pula pendapat mengenai penampilan yang kurang indah.
Saya melihat sebuah kecenderungan yang ingin saya gali lebih dalam, yaitu mengenai eksplorasi material bekas untuk arsitektur. Cara ini menurut saya lebih realistis dari sudut pelestarian lingkungan, karena menggunakan barang bekas tidak memerlukan energi untuk mendaur ulangnya. Saya ingin mengeksplorasi penggunaan material bekas untuk arsitektur yang baik dalam arti bisa menghasilkan penampilan yang diinginkan dan sanggup berdiri. Saya berharap bisa mengurangi keengganan masyarakat untuk mengeksplorasi potensi material bekas dalam arsitektur. Efek jangka pendek dari penggunaan material bekas mungkin bisa menghemat biaya pembangunan. Untuk efek jangka panjang dan berkelanjutan, mungkin kecenderungan ini dapat membantu program pelestarian lingkungan yang hemat energi.

For a long time, recycling has been shouted out loudly as the effective way to preserve nature, by re-producing waste materials that cannot be demolished by nature and using them again for the second time. In architecture world, usage of recycled materials has also been brought in further. But, many people are still thinking that recycled materials lose in quality compared to the new and conventional ones. The durability is also far less. There are also opinions about lacks of beauty in appearance.
I saw a behavior which I want to explore deeper, I mention it as the exploration of dumped materials in architecture. This way, in my opinion, is more realistic when seen through the eye of nature, because using used things don?t require energy to recycle any of it. I want to explore the usage of dumped materials for architecture in good way which means able to carry out destined appearance and can withstand itself as a building. I?m hoping in a way to reduce people?s skepticism in exploring the potential of dumped materials in architecture. The short term effect of using dumped materials may lead to building cost efficiency, when in long and sustaining term may lead to an environment preserve program which requires less energy to perform."
2008
S48412
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Wulan Sari
"Public art hadir di ruang publik sebagai upaya untuk memperkenalkan seni kepada khalayak ramai dan menghadirkan benda seni sebagai bagian kehidupan sehari-hari dari masyarakat kota. Karena nilai estetisnya, maka seringkali penekanan kehadirannya adalah untuk kepentingan esetika sebuah ruang dan untuk memenuhi kebutuhan secara visual. Keadaan ini mengakibatkan public art hadir sebagai sebuah benda asing bagi pengguna ruang dimana public art diletakkan.
Sebagai sebuah benda seni yang diletakkan di ruang publik, maka kehadlran public art adalah lebih dari sekedar sebagai elemen pengisi ruang kosong dan elemen dekoratif di ruang kota melainkan juga mempunyai fungsi sosial yaitu public art harus dapat menjalin hubungan dengan pengamat yang juga merupakan pengguna ruang dimana public art diletakkan, dan merupakan pertimbangan utama dalam menilai keberhasilan pengolahan public art di ruang publik.
Pada kenyataannya tidak semua benda seni yang dijuluki public an bernasil membangun komunikasi dengan pengamatnya, sehingga keberadaan benda seni di ruang publik dianggap sebagai tindakan pemborosan Hal ini sangat disayangkan karena public art sebagaimana layaknya karya seni, berkemampuan umuk menjadi stimulus yang dapat membantu masyarakat kota untuk mengembangkan kemampuan intelektual maupun emosional secara individual selama interaksi antara public art dan pengamalnya terjadi.
Pada karya tulis ini penulis hendak mengkaji tentang keberadaan public art di beberapa ruang publik di Jakarta untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi inleraksi fisik antara pengamat dan Public art dari aspek clesain meliputi pembahasan mengenai benda seni, perilaku pengamat yang juga pengguna ruang dimana public art diletakkan dan ruang."
Depok: Universitas Indonesia, 2002
S48298
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simon Priyanto
"Arsitektur tradisional sebagai salah satu prcclak iisik budaya sangat erat hubungammya dengan sistem kepercayaan. Nilai religi pada
produk budaya., yang salah satu di antaranya adalah arsi.aictur.
Mmm pembahan budaya memang nam bisa' diuhat dan .Salah sam sudut pandang saja, karena begitu banyak unsur budaya }a ug berpotensi untuk membah suatu kebudayaan. Pembahan budaya pada dasarnya berasal dari dua macam sumber, yaitu yang herasal dari dalam dan yang berasal dari iuar. Pada pembahasan studi kasus akan teriihat bahwa perubahan nilai religi disebabkan oleh pengaruh dari Iuar.
Sedangkan perubahan budaya yang terjadi di kedua dusun secara umum memiliki faktor pendorong yang berasal dari dalam maupun luar.
Dusun Sungai Ulu Apalin dan Tanjung Kelja diambil sebagai studi kasus karena penulis sempat mengunjungi kedua dusun tersebut dan tinggal selama beberapa waktu di Sana, Keduanya memiliki kondisi yang sangat berbeda, baik dari segi ukuran rumah betang, keadaan betang, dan kemudahan pencapaian Kedua dusun ini menjadi data pembanding yang cukup baik karena keduanya berada di dalam wilayah ketumenggungan yang sama (wilayah adat), dalam desa yang sama (wilayah administrarif pemerintahan), masyarakat da.ri suku yang sama (T amambaloh), letaknya berdekatan, dan mayoritas penduduknya beragama Katolik.
Perubahan nilai religi akan dijadikan fokus pembahasan karena secara spesifik telah merubah beberapa unsur arsitektur, walaupun bukan rumah betang.
Nilai religi berubah sejak agama masuk. Ajaran agama yang masuk pada dasarnya bertentangan dengan kepercayaan tradisional. Namun akhimya agama tersebut bisa diterima dan sampai sekarang berkembang di kedua dusun Perubahan cara pandang masyarakat menyebabkan hal-hal yang pada awalnya dianggap sakral menjadi berlcurang artinya. Hal ini mempengaruhi kondisi iisik bangunan, bahkan menghilangkan beberapa di antaranya. Akibat dari hal tersebut tentu saja secara otomatis tenjadi perubahan pada pola pemukiman. "
Depok: Universitas Indonesia, 2002
S48350
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Adam Zaki
"Kita semua tahu bahwa tempat tinggal adalah salah satu dari kebutuhan manusia yang paling mendasar. Dari zaman dahulu, manusia berusaha untuk melakukan sesuatu agar kebutuhan akan tempat tinggal ini terpenuhi. Mereka mulai dengan menggunakan gua-gua alam sampai dengan memanfaatkan bahan-bahan yang tersedia disekeliling mereka. Waktu terus berjalan dan manusia tetap melakukan hal-hal tersebut dengan cara yang tentu saja lebih modem.
Semua manusia memerlukan tempat tinggal. Tidak ada pengecualian. Baik yang tinggal di kota-kota besar, sampai yang tinggal di tempat-tempat terpencil. Karena pentingnya masalah ini, masalah ini pun diangkat di dunia internasional sebagai masalah bersama yang harus ditangani secara bersama-sama pula.
Namun, walaupun tempat tinggal adalah kebutuhan yang penting bagi manusia, pada kenyataannya banyak yang belum memilikinya. Hal ini mungkin disebabkan oleh ketidak mampuan mereka untuk membuat atau membeli sebuah tempat tinggal. Akhirnya mereka banyak menempati tempat-tempat yang tidak layak untuk dihuni.
Rumah Sederhana merupakan sebuah rancangan tempat tinggal yang ditujukan bagi mereka yang tergolong tidak mampu atau miskin. Dengan adanya rumah ini diharapkan masyarakat yang berpenghasilan rendah dapat memperoleh kesempatan untuk mendapatkan tempat tinggal yang layak. Mereka tidak perlu lagi tinggal ditempat- tempat kumuh."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S48473
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Al Aida Dinasari
"Dan seperti yang dikemukakan oleh galileo, bahwa kita hanya dapat membantu anak dalam menemukan diri mereka sendiri dengan membimbing, memahami, dan mengerti anak serta mempersiapkan lingkungan yang responsif bagi anak untuk meragsang pertumbuhan kreativitasnya. Karena bakat kreativitas sesungguhnya dimiliki oleh setiap anak. Jadi kebutuhan akan lingkungan yang responsif adalah essensial dan mutlak dalam proses perkembangan intelegensi seseorang dan akan merupakan dasar dari awal pertumbuhan kreativitas.
Oleh sebab itu diharapkan ruang-ruang untuk pengembangan kreativitas anak harus sesuai dengan kebutuhan anak dan mencerminkan kebebasan psikologis sehingga anak- anak akan lebih leluasa mengembangkan potensi-potensi yang ada pada dirinya.
Telaah tentang pengaruh ruang terhadap kreativitas anak dengan meninjau tempat anak selain di rumah dan sekolah, yaitu sebuah sanggar atau yang telah menjadi trend saat ini yaitu Tempat Penitipan Anak, bagaimanakah tempat-tempat tersebut menyediakan ruang bermain dan belajar untuk anak dan sejauh apa pengaruhnya terhadap perkembangan kreativitas anak."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S50162
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emiel Afrans Titho
"Menara adalah salah satu bagian penting pada suatu bangunan masjid. Selain menjadi tempat dikumandangkannya adzan sebagai tanda tiba waktu sholat, pada kebanyakan masjid, menara menjadi salah satu ciri bangunan ibadah muslim. Keberadaan menara pada masjid bukan suatu keharusan, karena Nabj Muhammad Saw tidak membuat menara untuk masjid yang dibangun pada masanya. Tetapi seiring berjalannya waktu, keberadaan menara semakin kuat telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari identitas sebuah masjid.
Pada awal kemunculannya di masa Bani Ummayyah, menara masjid mengambil bentuk dari menara-menara gereja. Kemudian seiring berkembangnya Kekhalifahan Islam, berbagal bentuk menara muncul pada masjid-masjid yang dibangun di wilayah kekuasaan Islam dengan pengembangan serta penyesuaian terhadap arsitektur lokal.
Menara merupakan unsur bangunan masjid yang bersifat permanen, tidak banyak berubah secara fisik, sehingga dapat menjadi representasi karakteristik arsitektur pada wilayah dan masa tertentu. Sejalan dengan perkembangan desain masjid kontemporer, menara menjadi bagian yang dapat tebih dieksplorasi sehingga lahiriah bentuk-bentuk menara masjid baru yang tidak lagi menyerupai kebanyakan bentuk menara masjid di TimurTengah.
Beragam bentuk yang muncul dari menara-menara masjid di dunia menunjukkan tidak adanya ketentuan khusus mengenai bentuk menara masjid. Begitu pula dengan jumlah maupun peletakan menara tersebut dalam site plan. Sentuk, jumlah dan peletakan menara pada masjid seakan tergantung pada kehendak sang arsitek serta kemampuan finansial yang ada untuk membangun masjid tersebut.
Arti keberadaan sebuah menara pada bangunan masjid semakin terasa ketika masjid-masjid yang pada awalnya tidak memiliki menara, kemudian dibangunkan sebuah atau beberapa menara dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Sebagian menara masjid saat ini bahkan sejak awai pembangunannya tidak memiliki fungsi sebagai tempat dikumandangkannya adzan.
Bentuk menara yang menjulang tinggi dapat memberikan kesan monumental dan agung bagi orang yang melihatnya. Pada negara-negara Islam atau iingkungan yang berpenduduk muslim, menara kerap kali menjadi suatu simbol yang dibanggakan komunitas muslim. Hal-hal semacam ini ikut menjadi pertimbangan tetap dipertahankannya keberadaan menara pada sebuah masjid."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S48466
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>