Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Saerang, Frankie Tommy
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2001
T39698
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Undang Hernawan
"Wilayah muara Porong merupakan daerah yang mengalami sedimentasi tinggi. Sebaran sedimen pada muara dan perairan sekitarnya dipengaruhi oleh pasokan sedimen, batimetri dan kondisi hidrooseanografinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis, sebaran dan karakterisasi mineral lempung di daerah muara Porong dan peraiaran sekitarnya serta menggambarkan pengaruh kondisi hidrooseanografi terhadap sebaran mineral lempung di daerah ini.
Metode penelitian adalah analisis deskriptif. Lokasi contoh sedimen yang diambil dari penelitian ini adalah sebanyak 39 titik. Analisis mineral lempung yang dilakukan adalah analisis XRD dan SEM-EDX. Analisis XRD sebanyak 17 lokasi contoh dan analisis SEM sebanyak 19 lokasi contoh. Analisis contoh dilakukan di laboratorium SEM-XRD kelompok sedimen KPRT Eksplorasi, PPPTMGB Lemigas Jakarta dan sebagian sampel dianalisis di Pusat Survey Geologi Bandung. Peralatan SEM-EDX yang digunakan adalah produksi dari JEOL dengan tipe JSM-6390LA dan peralatan XRD adalah produksi dari Rigaku Japan dengan program SmartLab XRD by Rigaku Japan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mineral lempung yang terdapat di daerah penelitian adalah smektit/montmorillonit, kaolinit dan illit. Konsentrasi tertinggi dari mineral lempung secara berturut-turut adalah smektit, kaolinit dan illit dengan persentasi masing-masing 56 - 98 %, 1 - 27 % dan 0 - 31 %. Smektit umumnya terbentuk dari material vulkanik dan dari perubahan kaolinit; kaolinit terbentuk dari feldspar; illit merupakan perubahan dari smektit dan kaolinit. Kondisi oseanografi mempengaruhi sebaran mineral lempung, terutama terlihat dari kandungan mineral yang ada di mulut dan depan sungai Porong yang hanya mengandung smektit dan kaolinit. Illit tidak terdapat pada lokasi ini, dimungkinan karena illit membutuhkan proses yang lebih lama dan kondisi hidrooseanografi, sedimentasi yang relatif lebih tenang untuk dapat menyerap potassium sehingga dapat merubah smektit dan kaolinit menjadi illit.

Porong estuary region is a high sedimentation area. The distribution of sediments in the estuary and surrounding water is influenced by the supply of sediments, bathymetry and hydrooceanographic condition. The study aimed to determine the type, distribution and characterization of clay minerals in Porong estuary and its surrounding water and describe the effect of hidrooceanographic conditions on the distribution of clay minerals in this area.
The research method is descriptive analysis. Location of sediment sampling taken for this study is 39 locations. Analysis of clay minerals is done through analysis of XRD and SEM-EDX method. 17 samples were analyzed by XRD method and 19 samples by SEM method. Analysis carried out in SEM-XRD Laboratory of sediment group, KPRT Eksplorasi Lemigas Jakarta and some samples analyzed at the laboratory of Central for Geological Survey Bandung. The type of SEM equipment used in this study is JEOL JSM-6390LA type and XRD Rigaku Japan with program of SmartLab XRD by Rigaku Japan.
The results of study showed that clay minerals contained in the study area are smectite, kaolinit and illite. The highest consentration repeteadly is smectite, kaolinit and illite, with consentrations percentage are 56 - 98 %, 1 - 27 % and 0 - 31 %. Smectite generally formed of quartz, kaolinite formed from feldspar and illite has possibility of a change of smectite and kaolinit. The oseanographic condition is affecting the distribution of clay minerals, especially seen from the clay minerals content in Porong river mouth and front of Porong river mouth. Clay minerals in this area consist of smectite and kaolinit. There is no illite in this location. This is possible due to condition that illite requires a longer process and relatively calm of oceanographic condition and sedimentation to be able to absorp potassium from sea water and change smectite and kaolinite into illite.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
T45591
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suratno
"ABSTRAK
Udara yang stabil dan Berdasarkan konsep kesetimbangan energi spektral dua dimensi dalam arah dan frekuensi telah dikembangkan suatu model numerik untuk prakiraan permukaan gelombang laut di perairan Indonesia dan sekitarnya, meliputi perairan dengan batas lintang 20° S-20°N dan batas bujur 900E-1450E.
Persamaan dalam model mengandung fungsi sumber yang terdiri dari proses utama masukan dan atmosfir dan tiga macam proses disipasi. Proses utama masukan dari atmosfir adalah pertumbuhan eksponensial gelombang. Sedangkan ketiga macam proses disipasi adalah disipasi gesekan, disipasi angin berlawanan dan disipasi gelombang pecah. Perhitungan dilakukan dengan metoda beda-hingga yang telah dikoreksi dari Eiji dan Isozaki (1972).
Masukan bagi model adalah angin permukaan yang diestimasi dari angin lapisan 850 produk NWP. Hasil eksperimen dengan produk NWP dari ECMWF dalam bulan Januari dan bulan Agustus 1996, menunjukkan bahwa hasil prakiraan gelombang mempunyai korelasi yang baik dengan data kapal. "
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Marsono
"Metoda dekonvolusi dan inversi diterapkan pada rekaman seismogram gempa Biak 17 Februari 1996 untuk mendapatkan informasi distribusi spasial dan temporal momen seismik pada bidang sesar. Bidang sesar direpresentasikan dengan bidang planar seluas 200 x 100 Km berdasarkan distribusi gempa susulan dengan orientasi sesuai dengan solusi bidang sesar (4)5=129°, 5=18°, X=73° ; USGS). Pada bidang sesar tersebut dibuat grid 20 x 20 Km sebagai tempat kedudukan subevent.
Menggunakan rekaman seismogram fase P periode panjang untuk jarak teleseismik ( 30° < A < 90°) dan 8 stasiun, metoda inversi dilakukan dengan menerapkan kombinasi rise time T1 = 5 detik dan rupture time r2 = 11 detik. Dari hasil perhitungan diperoleh 9 subevent signifikan yang menyertai gempa Biak dengan waktu yang terkonsentrasi pada detik ke 13 - 42 setelah gempa utama. Subevent ini menyebar ke arah Barat Laut - Barat - Barat Daya.
Dengan membandingkan hasil tersebut dengan momen seismik gempa-gempa sebelumnya, diperkirakan bahwa momen seismik gempa-gempa sebelumnya ini tidak cukup "kuat" untuk membuat slip daerah ini secara signifikan. Diperlukan gempa sebesar gempa Biak 1996, dengan momen seismik total 6.849 x 10v dyne-cm untuk membuat daerah ini mengalami slip yang cukup berarti.
Dari model distribusi momen seismik diperkirakan bahwa bidang sesar terdiri atas bagian asperities dan bagian barrier. Bagian asperities yang merupakan bagian lemah, terdapat di sebalah timur pada kedalaman 20 Km memanjang ke arah tenggara-barat daya sekitar 40 - 60 Km, di bagian tengah bidang sesar dan cenderung melingkar, serta bagian kecil di bagian barat, sedangkan bagian barrier merupakan bagian terbesar di bidang sesar.

Deconvolution and inversion method are applied to Biak earthquake record to determine the spatio-temporal seismic moment distribution information over the fault plane. This plane is represented by planar of 200 x 100 Km base on the aftershock distribution, oriented following the Focal Mechanism Solution (4 = 129°, 8 = 18°, X = 73° , USGS). This plane is gridded by 20 x 20 Km to place some sub events.
Using the teleseismic ( 30° < A < 90°) long period P fase record from 8 stations, inversion method is applied with the combination of rise time = 5 sec and rupture time = 11 sec. We have determined 9 sub events with are concentrated at the second of 13 to 42 following the first nucleation time. These sub events were scattered in NW - SW direction.
We also have determined that the seismic moment of several events prior to Biak earthquake are not sufficient to slip the area significantly. It needed to have a great event as Biak earthquake with the total seismic moment of 6.849 x 1027 dyne-cm to make significant slip over the area.
Base on this distribution, we have estimated that the area consisted of asperities and barrier. The asperities are in the eastern part with the depth and width of 20 and 20 to 40 Km respectively, clustering at the center, and in small area at the western part, while the barrier is in the most part of the plane.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Surinati
"Kondisi Samudera Pasifik yang mempengaruhi perairan Indonesia merupakan hal penting dalam mengkaji perubahan iklim yang dipicu oleh proses terjadinya La Niña dan El Niño (fenomena ENSO/El Niño Southern Oscillation). Program MatLab digunakan untuk mengkorelasikan suhu subsurface (data 12 buoy TRITON) di Samudera Pasifik dengan perubahan suhu permukaan laut/SST 16 wilayah perairan Indonesia. Buoy 10 (8oN dan 137oE) konsisten berkorelasi signifikan (99%) dalam lag time sampai 5 bulan terhadap perubahan SST 11 dari 16 wilayah perairan Indonesia dengan kedalaman yang berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa kejadian ENSO bisa diprediksi setidaknya 5 bulan sebelumnya.
Tidak adanya buoy yang berkorelasi signifikan dengan 5 wilayah lainnya terkait dengan arus dari Samudera Pasifik menuju Samudera Hindia yang melalui perairan Indonesia (arus lintas Indonesia/arlindo). Begitu pula dengan signifikansi buoy TRITON di Samudera Pasifik terhadap perubahan SST Selat Makassar dan Laut Maluku sebagai jalur utama arlindo serta perairan utara Pulau Papua yang terletak sekitar warm pool sebagai pintu masuknya. Puncak volume transport arlindo yang masuk dan keluar diperkirakan terjadi pada waktu yang berbeda dan dipengaruhi oleh adanya El Niño dan La Niña sehingga diduga terjadi penyimpanan massa air di perairan Indonesia.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem arus di kawasan barat Samudera Pasifik sangat erat kaitannya dengan arlindo. Oleh karena itu, dengan penelitian ini program pemantauan perairan Indonesia bisa lebih ditingkatkan agar mampu memprediksi adanya El Niño dan La Niña serta pengaruh lainnya lebih awal. Untuk pemasangan buoy selanjutnya perlu mempertimbangkan posisi dan kedalaman buoy sesuai yang bisa mewakili semua wilayah perairan Indonesia untuk pemantauan ENSO sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi variabilitas iklim di Indonesia.

Affecting condition of the Pacific Ocean on Indonesia waters is important in assessing climate change that was triggered by the occurrence of La Niña and El Niño (ENSO phenomenon/El Niño Southern Oscillation). MatLab program is used to correlate subsurface temperature (12 TRITON buoys data) in the Pacific Ocean with sea surface temperature/SST anomaly in 16 regions of Indonesian waters. Buoy 10 (8oN and 137oE) consistently correlated significantly (99%) in the lag time up to 5 months to changes in SST 11 of 16 regions with different depths. This suggests that ENSO events can be predicted at least 5 months earlier. No buoy which correlated significantly with 5 other regions closely related to the current from the Pacific Ocean to the Indian Ocean through the Indonesian waters (Indonesian throughflow/ITF). Similarly, the significance of TRITON buoys in the Pacific Ocean to the SST anomaly in Makassar Strait and Molucca Sea as the main line ITF, and also in the north of Papua Island which lies about warm pool as its entrance. ITF peak volume transport in and out is expected to occur at different times and influenced by the El Niño and La Niña that is suspected storage of water mass in Indonesian waters. The results showed that the current system in the western Pacific Ocean was closely linked to ITF. Therefore, with this study Indonesian waters monitoring program could be improved to be able to predict the presence of El Niño and La Niña and other influences early. And for the next buoy installation need to consider the position and depth of buoy according to represent all Indonesian waters for monitoring ENSO as one of the factors influencing climate variability in Indonesia."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
T35524
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library