Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 22 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sitti Aizah Lawang
"Latar Belakang: Tujuan penelitian untuk melihat neutrophil gelatinase associated lipocalin (NGAL) pada pasien sepsis. Dimana NGAL merupakan biomarker yang dini untuk acute kidney injury (AKI). Metode Penelitian Penelitian kualitatif dengan desain uji diagnostik Pengambilan sampel secara cross sectional dan consecutive sampling pada 50 orang anak yang sepsis yang terdiri dari 28 sepsis, 22 sepsis berat di ruang rawat intensif anak di RS. Ciptomangunkusomo Jakarta dan RS.Wahidin Sudirohusodo Makassar.
Hasil: Kadar NGAL urin pada pasien sepsis berat lebih tinggi dibandingkan sepsis. Nilai sensitifitas NGAL urin 100% dan spesifisitas 63,63%. NGAL urin meningkat lebih dulu bila dibandingkan dengan kreatinin serum. Kesimpulan NGAL dapat dipakai sebagai petanda dini terjadinya AKI.

Introduction: The aim of this study to observe the neutrophil gelatinase associated lipocalin (NGAL) in pediatric sepsis. From previous study NGAL was early biomarker for AKI. Methods. This study is a qualitative study for diagnostic test. Sample was collected by cross sectional and consecutive sampling on 50 sepsis children, consist of 28 sepsis, 22 severe sepsis in pediatric intensive care unit Ciptomangunkusomo Hospital Jakarta and Wahidin Sudirohusodo Hospital Makassar.
Result: The value of urinary NGAL in severe sepsis is higher than sepsis. The Sensitivity and specificity is 100% and 63,63% this study suggest that urinary NGAL increase earlier than serum creatinine. Conclusion. Therefore urinary NGAL can be used as early biomarker for AKI.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Martuti
"Malnutrisi sering ditemukan pada anak dengan pasca pembedahan dan berhubungan dengan luaran sepsis atau infeksi luka operasi. Penelitian observasional analitik ini bertujuan mengetahui pengaruh malnutrisi terhadap luaran pasien pasca pembedahan dengan mengukur penurunan kadar RBP pada hari pertama dan kelima pasca pembedahan. Dilakukan pengukuran kadar RBP, kortisol, CRP pada hari pertama dan kelima pasca pembedahan, luaran infeksi dinilai berdasarkan skor ASEPSIS. Hasil penelitiaan ini menunjukkan penurunan RBP, peningkatan CRP, usia dan skor ASA berturut-turut memberikan risiko 4,4;3,3;1,2 dan 1,3 kali terjadinya infeksi luka operasi pada pasien pasca pembedahan mayor, namun tidak didapatkan perbedaan yang bermakna.

Malnutrition is often found in children with post-surgery and associated with poor outcomes such as sepsis or surgical wound infections. This analytic observational study aims to determine the effects of malnutrition on the outcomes of patients after surgery by measuring the decrease in Retinol Binding Protein (RBP) levels on the first and fifth day post-surgery. We measured levels of RBP, cortisol, CRP in the first and fifth day post-surgery and infection outcomes were evaluated according to ASEPSIS score. The results of this study showed a decrease in RBP, an increase in CRP, age and ASA score consecutively provide risk 4.4; 3.3, 1.2 and 1.3 times for occurrence of surgical wound infections in patients after major surgery, but there were no statistically differences."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusrina Istanti
"Malnutrisi sering ditemukan pada pasien pasca bedah dan berhubungan dengan penurunan fungsi otot, respirasi, imun serta terganggunya penyembuhan luka. Penelitian observasional analitik ini bertujuan mengetahui faktor yang mempengaruhi status nutrisi akut pascabedah. Dilakukan pemeriksaan kadar retinol binding protein (RBP) hari ke-1 dan ke-5 pasca bedah sebagai indikator status nutrisi akut. Asupan nutrisi dan prosentasenya terhadap resting energy expenditure (REE) diukur tiap hari. Dilakukan pemeriksaan kortisol dan C-reactive protein (CRP) sebagai marker respons inflamasi. Dari 35 subyek penelitian sesuai kriteria inklusi disimpulkan kadar RBP hari ke-1, kortisol dan CRP berpengaruh terhadap status nutrisi akut pascabedah.

Malnutrition is common in postoperative patients and is associated with decreased muscle function, respiratory, immune and disruption of wound healing. This analytic observational study aims to determine the factors that affect the nutritional status of acute post operative patients. We examined the levels of retinol binding protein (RBP) on day 1 and 5 post-operative as an indicator of acute nutritional status. Nutrient intake was calculated for each day and the percentage from resting energy expenditure (REE). We also examined cortisol and C-reactive protein (CRP) as markers of inflammatory response. Of the 35 study subjects who met the inclusion criteria, we can conclude that RBP levels, cortisol and CRP in day 1 are indicators of acute post-operative malnutrition"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Nyoman Budi Hartawan
"Latar belakang: Penilaian fluid responsiveness merupakan masalah dalam tatalaksana pasien, terutama pasien dengan penyakit kritis. Stroke volume variation (SVV) adalah parameter hemodinamik untuk menilai fluid responsiveness. Pengukuran SVV dapat dilakukan dengan USCOM, yang merupakan alat pemantauan hemodinamik non invasif berbasis ekokardiografi Doppler
Tujuan: Mengetahui nilai cut-off point (titik potong optimal) SVV dengan USCOM sebagai prediktor fluid responsiveness pada pasien yang bernapas spontan maupn dengan ventilasi mekanik.
Metode: Penelitan dilaksanakan di Pediatric Intensive Care Unit (PICU) dan UGD (Unit Gawat Darurat). Penelitian ini merupakan uji diagnostik dengan menggunakan peningkatan stroke volume (SV) setelah challenge cairan ringer laktat 10 ml/kg berat badan selama 15 menit sebagai indek. Subyek penelitian baik yang bernapas spontan maupun dengan ventilasi mekanik. Peningkatan nilai SV ≥10% disebut responder dan < 10% disebut non responder. Pengukuran SV dengan USCOM dilakukan sebelum dan setelah challenge, dan pengukuran SVV dilakukan sebelum challenge cairan.
Hasil: Sebanyak 73 pengukuran terhadap subyek di PICU dan UGD. Area under curve (AUC) untuk seluruh subyek adalah 85,6% (95% IK 77,1% - 94,1%), p < 0,05. Titik potong optimal SVV adalah 28,5%, dengan sensitivitas 81,8% dan spesisifitas 75,9%. AUC subyek ventilasi mekanik adalah 76,6% (95% IK 60,1%-93,1%), p < 0,05. Titik potong optimal SVV adalah 30%, dengan sensitivitas 72,7% dan spesisifitas 70%. AUC subyek dengan pernapasan spontan adalah 93,7% (95% IK 84,6% - 100%), p < 0,05. Titik potong optimal SVV 28,5%, dengan sensitivitas 90,9% dan spesisifitas 84,2%.
Simpulan USCOM memilki validitas yang baik untuk menilai SVV baik pada pasien bernapas spontan maupun dengan ventilasi mekanik.

Background: Assessment of fluid responsiveness is a problem in the management of patients, particularly patients with critical illness. Stroke volume variation (SVV) is a hemodynamic parameter to assess fluid responsiveness. Measurement of SVV could be done by USCOM, which is a non-invasive hemodynamic monitoring tool based on Doppler echocardiography.
Objective: To determine the optimal SVV cut-off point measured by USCOM as a predictor of fluid responsiveness in spontaneously breathing and mechanically ventilated patients.
Methods: Research was conducted in the pediatric intensive care unit (PICU) and emergency room (ER). This study is a diagnostic test based on the increment of stroke volume (SV) after fluid challenge using Ringer's lactate 10 mL / kg body weight for 15 minutes as an index. The subjects are both spontaneously breathing and mechanically ventilated patients. Responders are those who experienced increment ≥10% from baseline SV, and non-responders are those who did not meet the criteria. Measurements of SV using USCOM were performed before and after fluid challenge, meanwhile SVV measurement was performed before fluid challenge.
Results: A total of 73 measurements were performed at the PICU and ER. Area under the curve (AUC) for all subjects was 85.6% (95% CI 77.1% - 94.1%), p value <0.05. Optimal SVV cut-off point was 28.5%, with sensitivity of 81.8% and specificity 75.9%. In mechanically ventilated subgroup, the AUC was 76.6% (95% CI 60.1% -93.1%), p value <0.05. The optimal SVV cut-off point of this group was 30%, with sensitivity of 72.7% and specificity of 70%. Lastly, the AUC of subjects with spontaneous breathing was 93.7% (95% CI 84.6% - 100%), p value <0.05. The optimal SVV cut of point in this group was 28.5%, with sensitivity of 90.9% and specificity of 84.2%.
Conclusion: USCOM is valid for assessing SVV as a fluid responsiveness predictor, in patients with spontaneous breathing and mechanical ventilation."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saptadi Yuliarto
"Tingginya angka mortalitas syok anak dapat dicegah dengan deteksi dini dan terapi adekuat. Parameter hemodinamik digunakan sebagai dasar tatalaksana syok. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perubahan parameter hemodinamik pada pasien syok anak pasca resusitasi cairan dan obat-obatan vasoaktif. Penelitian deskriptif ini dilakukan di instalasi gawat darurat dan rawat intensif RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, Januari 2013-September 2014, pada seluruh anak yang mengalami syok. Pengukuran hemodinamik dengan USCOM dilakukan pada jam I dan VI. Sebagian besar pasien mengalami syok hipodinamik dan refrakter cairan pasca resusitasi. Pasca pemberian obat-obatan vasoaktif, terjadi peningkatan inotropy pada sebagian besar kasus, namun diikuti oleh peningkatan afterload.

The high mortality rate in pediatric shock can be prevented by early detection and adequate management. Hemodynamic parameters is useful for guiding shock management. The aim of study was describing hemodynamic parameters in pediatric shock after fluid resuscitation and vasoactive drugs therapy. This descriptive study was conducted at emergency room and intensive care unit, Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta, in January 2013 ? September 2014, including all shock children. The hemodynamic was measured by USCOM in 1st and 6th hour. Most patients suffered from hypodynamic and fluid-refractory shock after fluid resuscitation. Post-administration of vasoactive drugs, inotropy and afterload increased in most cases."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desy Rusmawatiningtyas
"Latar belakang: Syok septik adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak. Sampai saat ini data epidemiologi dan faktor risiko mortalitas syok septik pada anak masih terbatas.
Tujuan: Mengetahui epidemiologi dan faktor risiko mortalitas syok septik pada anak.
Metode: Penelitian retrospektif dilakukan di RSUP DR. Sardjito dengan mencatat data rekam medis pasien anak dengan diagnosis syok septik periode 1 Nopember 2011 sampai 30 Juni 2014.
Hasil: Didapatkan 136 kejadian syok septik dalam kurun waktu pengambilan data. Median usia pasien adalah 16 bulan, 52.2% berjenis kelamin laki-laki dan 50% kejadian syok septik terjadi di PICU. Median skor awal PRISM III adalah 10 dan median skor awal PELOD adalah 22. Median hari perawatan di PICU adalah 4 hari. Mortalitas sebesar 88.2%. Pada tata laksana awal, 72.8% subyek harus mendapat terapi oksigen dengan ETT, 94,9% subyek mendapat antibiotik dalam waktu 1 jam pertama. Sebanyak 48.5% membutuhkan cairan kristaloid dan koloid dengan median jumlah 40 ml/kgbb. Median waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan tata laksana cairan adalah 60 menit. Alasan penghentian terapi cairan resusitasi pada 44.8% subyek adalah karena sudah tidak respon cairan. Tunjangan ventilator mekanik dibutuhkan pada 79.4% dan katekolamin terbanyak yang dibutuhkan adalah dobutamin sebanyak 55.9% subyek. Median waktu tata laksana yang dibutuhkan sampai syok teratasi adalah 8 jam Prosentase fluid overload > 10% ditemukan pada 58.8% subyek. Dari multivariat analisis ditemukan faktor prediktor terjadinya kematian pada syok septik adalah FO >10% OR 6.69 (95% IK 1.35-33.21) dan diperlukannya tunjangan Ventilator Mekanik pada pasien syok septik yang menunjukkan tanda distress respirasi OR 16.38 (95% IK 2.69-99.66).
Simpulan Faktor risiko kematian syok septik pada anak dari penelitian ini adalah fluid overload dan penggunaan ventilator mekanik pada pasien syok septik yang menunjukkan tanda distress respirasi.

Background: Shock is a major cause of morbidity and mortality in children. To date epidemiological data and predictors of mortality of septic shock in children is limited.
Objective: to know the epidemiology and mortality risk factor of septic shock in children.
Methods: A retrospective study was conducted in DR. Sardjito general hospital with medical record data recorded diagnosis of septic shock in children period from 1 november 2011 to June 30, 2014.
Results: A total of 136 septic shock events in the period of data collection. The median age of patients was 16 months, 52.2% male sex and 50% incidence of septic shock occurred in the PICU. Median early PRISM III score was 10 and the median score was 22. The median initial PELOD day care in the PICU was 4 days. A mortality of 88.2%. At the initial steps, 72.8% of subjects received oxygen therapy with ETT, antibiotics within 1 hour of the first was done in 94.9% of subjects. A total of 48.5% in need of crystalloids and colloids with a median amounts of 40 ml / kg. The median time required to complete the administration of fluids is 60 minutes. Reason for termination of resuscitation fluid therapy was 44.8% because had no response to fluid therapy. Mechanical ventilator allowance required at 79.4% and catecholamines most needed is dobutamine as 55.9%. Median time needed to overcome the shock is 8 hours. Percentage of fluid overload> 10% was found in 58.8% of subjects. Multivariate analysis of predictor factors for mortality found in septic shock is FO> 10% OR 6.69 (95% CI 1.35- 33.21) and the need for mechanical ventilaton support in patient with distress respiration OR 16.38 (95% IK 2.69-99.66).
Conclusion: Mortality risk factor of septic shock in children in this research is fluid overload.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Gde Doddy Kurnia Indrawan
"Kandidemia menjadi salah satu masalah di PICU karena angka kejadiannya meningkat setiap tahun dan angka kematian yang tinggi, memperpanjang masa rawat di rumah sakit. Sampai saat ini data epidemiologi pada anak masih terbatas.
Tujuan: Mengetahui epidemiologi kandidemia di PICU RSCM.
Metode: Penelitian retrospektif dilakukan di RS Cipto Mangunkusumo dengan mencatat data rekam medis pasien anak dengan diagnosis kandidemia periode 1 januari 2013 sampai 31 Desember 2014.
Hasil: Didapatkan 32 kejadian kandidemia dalam kurun waktu pengambilan data. Median usia pasien adalah 12,8 bulan, 57,7% berjenis kelamin laki-laki. Status gizi pasien sebagian besar mengalami gizi kurang. Sebanyak 69,2% merupakan kasus bedah dan 30,8% pasien non bedah. Penggunaan steroid sebanyak 11,5%. Selama perawatan di PICU, sebanyak 96,2% pasien menggunakan ETT, 100% pasien menggunakan kateter vena sentral dan kateter urin. Pasien yang menggunakan antibiotika >15 hari sebanyak 80,8%. Median skor awal PELOD adalah 12. Median waktu pemberian anti jamur 15,8 hari perawatan di PICU. Luaran hidup adalah 65,4% dan mati 34,6%. Rerata lama perawatan PICU adalah 25,8 hari. Penyakit yang mendasari pasien dirawat di PICU terdiri dari 7,7% infeksi saluran pernapasan, 3,8% infeksi sistem saraf, 19,2% syok sepsis, 3,8% pascabedah kepala leher, 11,5% pasca bedah dada, dan 53,8 pasca bedah abdomen. Rerata lama penggunaan ETT 10,04 hari, rerata lama penggunaan kateter vena sentral 15,65 hari, dan rerata lama penggunaan kateter urin 11,15 hari. Jenis kandida terbanyak sebagai penyebab kandidemia adalah kandida parapsilosis. Sebanyak 76,8% pasien mendapatkan lebih dari dua antibiotika sebelum mendapatkan anti jamur.
Simpulan: Kejadian kandidemia serupa dengan negara berkembang lainnya dan ditemukan meningkat pada pasien dengan karakteristik status gizi kurang, pasien pascabedah, penggunaan alat medis invasif, dan penggunaan antibiotika > 15 hari.

Candidemia has become an important problem in PICU because the incidence has dramatically increased every year and with a high mortality rate as well as high health care costs. To date epidemiological data in children is limited.
Objective: to know the epidemiology of candidemia in PICU RSCM
Methods: A retrospective study was conducted in Cipto Mangunkusumo general hospital with medical record data recorded diagnosis of septic shock in children period from 1 January 2013 to December 31, 2014.
Results: A total of 32 candidemia events in the period of data collection. The median age of patients was 12.8 months, 57.7% male sex. Nutritional status of patients some of which have mild malnutrition. There were 69.2 % was the case surgery and 30.8 % of patients non surgery. Using of steroid was 11.5%. At the treatment in PICU, 96.2 % of patients used ett , 100 % of patients used catheter vein central and catheter urin. Patients that received antibiotics > 15 days was 80.8%. The median initial PELOD day care in the PICU was 12. Patients received antifungal when 15.8 days care in the PICU. The outer covering of life is 65.4 % and die 34.6 % . Lenght of PICU stays was25,8 days. The underlying diseases that required PICU were 7.7% respiratory infection, 3.8%, neurology infection, 19.2% septic shock, 3.8% post head and neck surgery, 11.5% post thorac surgery, and 53.8 post abdomen surgery. Rate length of using ETT was 10.04 days, CVC 15.65 days, urine catheter 11.15 days. The most isolated candida from blood culture was candida parapsilosis. There was 76.8% received > 2 antibiotics before antifungal injection.
Conclusion: The incidens of candidemia was similar with other developing countries and found increased in patients with characteristic mild malnutrition, post surgical,using invasive medic al devices, and using antibiotics > 15 days."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Rachmi
"Kurikulum berbasis kompetensi di PSKU Universitas Mulawarman dilaksanakan mulai September 2007, menggunakan problem-based learning atau PBL yang merupakan strategi pembelajaran berdasar problem. Dalam tutorial PBL terjadi proses belajar secara kolaboratif memanfaatkan sumber pengetahuan kolektif untuk meningkatkan pembelajaran semua anggota kelompok. Partisipasi mahasiswa dalam tutorial mungkin dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kinerja tutor, kualitas problem, dan komunikasi interpersonal. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi keterkaitan antara kinerja tutor, kualitas problem, komunikasi interpersonal, dan partisipasi mahasiswa dalam PBL di PSKU Universitas Mulawarman. Penelitian ini dilakukan pada akhir uji coba PBL, diikuti oleh mahasiswa kedokteran tahun pertama dan kedua yang dibagi dalam 15 kelompok secara random pada 25 Mei 2007. Tiap mahasiswa mengisi kuesioner tentang kinerja tutor, kualitas problem, dan komunikasi interpersonal sesuai dengan persepsinya.
Partisipasi mahasiswa tiap kelompok dinilai oleh observer sesuai dengan daftar tilik. Analisa statistik dilakukan dengan regresi linier menggunakan STATA 6.0. Dari 110 mahasiswa, sebanyak 64 orang yang mengikuti uji coba, dan seluruhnya bersedia mengikuti penelitian ini. Kinerja tutor menunjukkan hubungan dengan partisipasi mahasiswa (coe//szen/Coef.=0,66;95%CI=0.38-0.94). Unsur non-sugestif (Coef.=0,76;95%CI=0,15-l,38) dari kinerja tutor mempunyai pengaruh paling kuat terhadap partisipasi mahasiswa diikuti oleh unsur non-asertif (Coef.=0,77;95%CI=0,14-l,40). Komunikasi interpersonal juga menunjukkan keterkaitan dengan partisipasi mahasiswa (Coef.=0.67; 95%CI=0.05-1.30). Koefisien regresi yang positif menunjukkan adanya hubungan yang positif antara unsur non-asertif dan non-sugestif, serta komunikasi interpersonal terhadap partisipasi mahasiswa. Sedangkan kualitas skenario menunjukkan hubungan yang lemah dengan partisipasi mahasiswa.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa peningkatan unsur non-asertif dan non-sugestif dari kinerja tutor, serta komunikasi interpersonal yang baik akan meningkatkan partisipasi mahasiswa dalam tutorial PBL."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007
T58790
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astri Kusumaningrum
"Skripsi ini membahas frekuensi distribusi komplikasi pasca ekstraksi edema dan dry socket pada pasien usia 17-76 tahun di RSGM-P FKG UI periode Januari 2003- Oktober 2008. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bersifat retrospektif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa komplikasi pasca ekstraksi gigi berupa tidak ditemukan. Tetapi, komplikasi pasca kstraksi berupa dry socket paling banyak ditemukan pada pasien berjenis kelamin wanita yang menggunakan teknik kstraksi sederhana dan banyak ditemukan setelah dilakukan pencabutan gigi posterior.

The focus of this study is the distribution and frequency of implication post tooth extraction (swelling and dry socket) in patient with age 17-76 years old in RSGM-P FKG UI periode of januari 2003-oktober 2008. This research is a uantitative and retrospective research with descriptive design. The result prove that swelling after tooth extraction was not found. But dry socket post toth extraction were found in women by using the simple technique of tooth extraction, and mostly found after posterior tooth extraction."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bina Amanda
"Skripsi ini membahas frekuensi distribusi perdarahan dan dry socket pada pasien usia 17-76 tahun di Rumah Sakit Gigi dan Mulut - Pendidikan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia periode Januari 2003 ? Oktober 2008. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bersifat retrospektif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa tidak ditemukan komplikasi pasca ekstraksi berupa perdarahan, namun ditemukan kasus komplikasi pasca ekstraksi berupa dry socket, dimana komplikasi ini terjadi pada pasien berjenis kelamin perempuan, pada tindakan ekstraksi dengan teknik ekstraksi sederhana, dan terjadi pada tindakan ekstraksi gigi di regio posterior.

The focus of this study is the distribution and frequency of bleeding and dry socket post tooth extraction, in patients with age 17-76 years old at RSGM-P Faculty of Dentistry University of Indonesia, period of January 2003 - October 2008. This research is a quantitative and retrospective research with descriptive design. The results prove that bleeding after tooth extraction was not found in this research, meanwhile dry socket post tooth extraction were found in women, by using the simple technique of tooth extraction, and found in the posterior region of tooth extraction. "
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>