Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Primus Mitaran
"Gangguan pendengaran akibat bising masih menjadi masalah kesehatan baik di dunia maupun Indonesia. Data WHO 2005 melaporkan bahwa 278 juta 4.2 penduduk dunia mengalami gangguan pendengaran, 50 di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Tingkat kebisingan di pelabuhan udara El Tari Kupang tahun 2010 mencapai 92,2 dB pada pagi hari dan 95,2 dB pada siang hari. Pada tahun 2011 tingkat kebisingan di area apron atau area udara mencapai rata-rata 90,48dB dengan interval 74,5-120 dB dan di area terminal rata-rata 89,2 dB. Pada tahun 2013 mencapai 91,5 dB di area apron dan 97,2 dB di ruangan check in, di ruangan keberangkatan mencapai 97 dB Data Tahunan KKP Kupang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat kebisingan dengan gangguan pendengaran pada pekerja di pelabuhan udara El Tari Kupang. Penelitian ini dilakukan menggunakan desain studi cross sectional analitik. Populasi studi pada penelitian ini adalah pekerja berjenis kelamin laki-laki yang bekerja pada perusahaan ground handling di pelabuhan udara El Tari Kupang tahun 2016. Hasil penelitian menemukan prevalensi gangguan pendengaran sensorineural pada pekerja di pelabuhan udara El tari Kupang sebesar 39,5.
Hasil estimasi risiko menemukan PR=1,80: 95 CI 1,01-3,19 artinya risiko gangguan pendengaran sensorineural pada pekerja ground handling yang terpapar tingkat kebisingan > 85 dBA 1,80 kali dibandingkan dengan pekerja ground handling yang terpapar tingkat kebisingan le; 85 dBA selama 8 jam TWA sehari di pelabuhan udara El Tari Kupang.
Kesimpulan: ada perbedaan risiko kejadian gangguan pendengaran antara pekerja yang terpapar tingkat kebisingan > 85 dBA dengan pekerja yang terpapar tingkat kebisingan le; 85 dBA selama 8 jam TWA sehari. Upaya pencegahan penting dilakukan yaitu mewajibkan semua pekerja menggunakan APD ear plug atau ear muff terutama yang bekerja di area apron pelabuhan udara El Tari Kupang.
......Noise induced hearing impairment remained a health issue in Indonesia and the world. WHO 2005 reported 278 million 4.2 of the world population suffered from hearing impairment, 50 of them lives in South East Asia including Indonesia. In 2010, the noise level in El Tari airport of Kupang reached 92.2 dB in the morning and 95.2 dB in the noon time. In 2011, the noise level within the apron area or the air area reach the average of 90.48 dB with the interval of 74.5 ndash 120 dB and within the terminal area it reached the average of 89.2 dB. In 2013 the figure reached 91.5 dB within the apron area and 97.2 dB within the check in area, while within the departure area it reached 97 dB. Kupang Port Health Office, Annual Reports.
This research aims to find out the relationship between the noise level and the noise induced hearing impairment amongst the workers of El Tari airport in Kupang. The research applied cross sectional analytical design study. The study population of this research is male workers who works for the ground handling companies of El Tari airport in Kupang in 2016. The research found that the prevalence of sensorineural hearing impairment within the workers of El Tari airport in Kupang is 39.5.
The risk estimation result showed PR 1,80 95 CI 1,01 3,19. It means that the risk of suffering from sensorineural hearing impairment within the ground handling workers with the noise level exposure of more than 85 dB is 1.80 times compared to those with less or equal to 85 dBA noise level exposure for 8 TWA hours a day in the airport.
Conclusion there is a difference in the risk of suffering from sensorineural hearing impairment between the workers exposed to more than 85 dBA noise level and those exposed to less or equal to 85 dBA noise level per 8 TWA hours a day. It is crucial to take prevention efforts as in obliged the workers especially those working within the apron area of El Tari airport to use self protection devices ear plug or ear muff during their working hours within the apron area."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T47209
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putrisuvi Nurjannah Zalqis
"Kepadatan nyamuk merupakan salah satu faktor risiko terjadinya Demam Berdarah Dengue (DBD). Hal ini dapat disebabkan oleh kondisi curah hujan tinggi yang terjadi di Kecamatan Kelapa selama Januari-Februari yang menimbulkan banyaknya genangan air di sekitar rumah penduduk sebagai tempat perindukan nyamuk akibat sanitasi yang buruk. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara kepadatan nyamuk Aedes aegypti dengan kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan Kelapa Kabupaten Bangka Barat dengan menggunakan studi cross-sectional selama Mei-Juni 2016. Sampel penelitian ini adalah seluruh warga Kecamatan Kelapa yang terpilih secara acak-proporsional berjumlah 230 orang dan 60 rumah yang terpilih sebagai lokasi pengambilan sampel nyamuk dalam rumah secara acak dari 230 responden terpilih.
Hasil analisis menunjukkan bahwa kepadatan nyamuk Aedes aegypti di dalam rumah responden masih tergolong tinggi (51,7%) dan kejadian DBD sebesar 20%. Kepadatan nyamuk menunjukkan hubungan yang tidak signifikan dengan kejadian DBD (p=0,458). Faktor lain yang berhubungan dengan kejadian DBD yaitu keberadaan jentik (p=0,017), usia <15 tahun (p=0,002), kepadatan hunian tinggi (p=0,006), tidak melakukan PSN 3M Plus secara rutin (p=0,024), kebiasaan menggantung baju (p=0,033), dan rumah yang tidak dipasang kawat kasa pada ventilasi (p=0,014).
Penelitian ini menyimpulkan bahwa kepadatan nyamuk Aedes aegypti tidak berhubungan dengan kejadian DBD. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu adanya monitoring lebih lanjut terhadap populasi nyamuk dan kasus DBD, kerja sama sektoral, serta peran serta masyarakat dalam perilaku hidup bersih dan sehat.
......The density of mosquitoes is a risk factor for the occurrence of Dengue Hemorrhagic Fever (DHF). It can be caused by conditions of high rainfall that occurred in Kelapa District during January-February which raises the amount of stagnant water around houses as a breeding place due to poor sanitation. This study aimed to analyze the relationship between the density of Aedes aegypti with the incidence of DHF in West Bangka Regency Kelapa District using cross-sectional study during May-June 2016. Samples were all chosen citizens of Kelapa District with proportional random sampling and 60 chosen houses from 230 citizen?s houses as the sampling sites of mosquitoes.
The analysis showed that the density of Aedes aegypti in the house still relatively high (51,7%) and the incidence of dengue by 20%. Mosquito density showed no significant association with the incidence of DHF (p=0,458). Other factors associated with incidence of dengue are the existence of larva (p=0,017), age <15 years (p=0,002), high house density (p=0,006), did not do PSN 3M Plus regularly (p=0,024), the habit of hanging shirt (p=0,033), and the house which not fitted wire netting on ventilation (p=0,014).
This study concluded that the density of Aedes aegypti mosquitoes is not associated with the incidence of dengue. Based on this result, we need further monitoring of mosquitoes populations and dengue cases, sectoral cooperation, and community participation for clean and healthy living behavior."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S65216
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dauries Ariyanti Muslikhah
"ABSTRAK
Latar Belakang: Infeksi virus dengue di sebabkan oleh salah satu dari 4 serotype virus dengue yaitu DENV-1,DENV-2,DENV-3, DENV-4. Perjalanan infeksi dengue memiliki tiga fase yaitu fase demam, fase kritis dan penyembuhan, dengan manajemen tatalaksana yang tepat dan kemampuan mengenali tanda bahaya (warning sign) sangat menentukan kesembuhan pasien dengue berat.
Tujuan: Untuk mengetahui faktor prognosis yang mempengaruhi probabilitas kesembuhan pasien infeksi dengue PCR positif.
Metode: Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Kohort Retrospektif. Subyek adalah pasien infeksi dengue yang di rawat di RSUD Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan yang di amati sejak di diagnosis infeksi dengue sampai dinyatakan sembuh oleh dokter. Diagnosis infeksi dengue di konfirmasi virus penyebabnya dengan pemeriksaan RT PCR yang dilakukan kerjasama antara subdit Pengendalian Arbovirosis dan Balitbangkes Kemenkes RI mulai Oktober 2014 sampai dengan Desember 2016.
Hasil: Dari 125 subyek 112 (89.6%) terjadi event (sembuh) dan 13 (10,4 %) subyek mengalami sensor. Probabilitas kesembuhan secara keseluruhan 92.1% dengan median kesembuhan pada hari ke 7 dari masa pengamatan 10 hari. Faktor prognosis yang mempengaruhi probabilitas kesembuhan pasien infeksi dengue dari hasil analisis bivariat menggunakan Kaplan Meier adalah usia, lama demam sebelum masuk rumah sakit, derajat infeksi dengue (DD,DBD atau SSD), dan parameter laboratorium (trombosit, lekosit dan hematokrit).
Kesimpulan: Faktor prognosis yang berpengaruh terhadap probabilitas kesembuhan pasien infeksi dengue adalah usia, lama demam sebelum masuk rumah sakit, derajat infeksi dengue (DD,DBD atau SSD), dan parameter laboratorium (trombosit, lekosit dan hematokrit).

ABSTRACT
Background: Dengue virus infection caused by one of 4 serotypes of dengue virus is DENV-1, DENV-2, DENV-3, DENV-4. Dengue infection has three phases: the phase of fever, critical phase and convalescens, with standart management and good treatment the ability to detect early warning sign severe dengue can be saved.
Objective: To determine the prognostic factors that affect survival probability of patients with positive PCR dengue infection.
Methods: This is Retrospective Cohort design study. Subjects are dengue infection patients who are admitted in Kanujoso Hospital Djatiwibowo Balikpapan since the diagnosis of dengue infection until declared recovery by the doctor. The diagnosis of dengue infection is confirmed of PCR which is done by cooperation between Arbovirosis Control sub-directorate and National Health Research from October 2014 until December 2016.
Result: From 125 subjects 112 (89.6%) has event (recovered) and 13 (10,4%) subjected to sensor. The overall survival probability was 92.1% with median recovery on day 7 from 10-day observation period. Bivariate analysis using Kaplan Meier show that prognosis factors influence the probability of dengue infection patients are age, duration of fever before admission, diagnostic dengue infection (Dengue fever, Dengue hemarhagic fever, or Dengue Shock Syndrome), and laboratory parameters (platelets, leukocytes and hematocrit).
Conclusion: The most dominant prognostic factors affect the probability of recovery dengue infection patients are age, duration of fever before admission, diagnostic dengue infection (Dengue fever, Dengue hemarhagic fever, or Dengue Shock Syndrome), and laboratory parameters (platelets, leukocytes and hematocrit)."
2017
T47976
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library