Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Amanda Trixie Hardigaloeh
"Latar Belakang: Diabetes melitus masih menyebabkan tingginya angka morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia. Capaian kontrol glikemik masih merupakan masalah di Indonesia. Perilaku kesehatan pada DM tipe 2 yang tercermin dalam rutinitas aktivitas perawatan diri memegang peranan penting dalam keberhasilan terapi.
Tujuan: 1) Mengetahui rerata aktivitas perawatan diri pasien DM tipe 2 yang menjalani edukasi dan 2) Mengetahui gambaran faktor ancaman, manfaat, hambatan dan efikasi diri pasien DM tipe 2 yang menjalani edukasi dalam melakukan aktivitas fisik dan olahraga serta pemantauan gula darah mandiri (PGDM)
Metode: Penelitian ini merupakan studi potong lintang yang menggunakan pendekatan data mixed methods desain sekuensial eksplanatori. Penelitian kualitatif dilakukan dengan design fenomenologi, pengambilan data wawancara semi terstruktur dengan panduan health belief model. Analisis dilakukan dengan menggunakan thematic analysis.
Hasil: Olahraga dan PGDM (n=71) memiliki nilai median SDSCA paling rendah yaitu 1 dan 3.5 hari. Sebagian besar memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi (73.2%), tingkat distress emosi sedang-tinggi (61%) serta HbA1c > 7% (75%). Wawancara olahraga (n=21) memberikan tema keyakinan tidak melakukan aktivitas fisik dan olahraga dapat memengaruhi kesehatan, aktivitas fisik dan olahraga memberikan manfaat pada kemampuan fisik, psikologis dan penampilan, hambatan dan stimulus dalam melakukan aktivitas fisik dan olahraga serta efikasi diri yang dapat memengaruhi rutinitas olahraga. Sedangkan wawancara PGDM (n=4) memberikan tema tidak melakukan PGDM akan memengaruhi kesehatan, PGDM memberikan manfaat bagi kesehatan dan kemudahan pengobatan, hambatan dan stimulus pasien dalam melakukan PGDM serta efikasi diri memengaruhi rutinitas PGDM.
Kesimpulan: Diperoleh gambaran keyakinan ancaman, manfaat, hambatan, stimulus serta efikasi diri dalam melakukan aktifitas fisik dan olahraga serta PGDM yang merupakan komponen aktifitas perawatan diri dengan nilai median hari yang paling rendah.

Introduction: Diabetes mellitus still cause high morbidity and mortality in the world. Glycemic control is still a challenge in Indonesia. Health behaviour in type 2 DM reflected by self-care activites play an important role in successful therapy.
Aim: 1) Knowing the value of self-care activities in type 2 DM patient undergoing education. 2) Knowing about the perceived threat, benefits, barriers and self-efficacy in type 2 DM patients undergoing education in performing exercise and self monitoring blood glucose.
Method: This is a cross sectional study using mixed methods explanatory sequential design approach. The qualitative phase of this study was a phenomenological study design and used semi-structured interview based on health belief model. Analysis was done by thematic analysis.
Result: The first phase in this study involved 71 respondents. Self monitoring blood glucose (SMBG) and exercise had the lowest median SDSCA scores being 1 and 3.5 days, respectively. Most of them had a high level of knowledge (73.2%) with moderate to high levels of diabetes distress in 61% patients. There were 75% of patients with HbA1c levels > 7%. Qualitative research on exercise involved 21 respondents while SMBG involved 4 respondents. Five themes in exercise, namely not doing exercise can affect health, exercise provide benefits on physical, psychological and appearance, patient barriers and stimulus factors in performing exercise and self-efficacy can affect exercise. While five themes in SMBG include not doing SMBG can affect health, SMBG provides health benefits and ease of treatment, barriers, and stimulus factors for patients in doing SMBG and self-efficacy can affect SMBG.
Conclusion: We obtained a descriptive data on perceived threats, benefits, barriers, cues on action and self-efficacy in doing physical activity and exercise among diabetic patients, alongside SMBG activity which is a component of self-care with the lowest median number of days.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mokoagow, Muhammad Ikhsan
"Latar Belakang: Coronavirus Disease-2019 (COVID-19) yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 merupakan masalah kesehatan global dan saat ini case fatality rate COVID- 19 di Indonesia melebihi angka global. Komorbiditas berkontribusi terhadap luaran klinis yang buruk. Pasien COVID-19 dengan Diabetes melitus (DM) berisiko mengalami luaran buruk akibat interaksi dari kerentanan terhadap infeksi, adanya komplikasi menahun dan komorbiditas penyerta. Penelitian terkait hubungan DM pada pasien COVID-19 dengan perawatan intensif dan mortalitas saat perawatan di Indonesia masih terbatas. Di samping itu, parameter laboratorium yang dapat memprediksi luaran tersebut layak untuk diteliti. Tujuan: Mengetahui hubungan DM pada pasien COVID-19 terkonfirmasi dengan kejadian perawatan intensif dan mortalitas, serta mengetahui performa/kemampuan dari CRP, LDH, feritin, d-dimer, NLR, MLR, dan glukosa darah sewaktu pada pasien DM dalam memprediksi kejadian perawatan intensif atau kematian. Metode: Penelitian ini merupakan suatu kohort retrospektif yang mengambil seluruh pasien COVID-19 yang dirawat di RSUP Fatmawati selama kurun waktu Maret hingga Oktober 2020. Kriteria inklusi adalah pasien COVID-19 terkonfirmasi yang berusia 18 tahun ke atas dan kriteria eksklusi adalah data rekam medis tidak lengkap dan pasien sedang hamil serta pasien yang langsung masuk perawatan dieksklusi untuk analisis kejadian perawatan intensif. Hasil: Sebanyak 506 subjek diikutsertakan dengan median usia 51 tahun (IQR:22), perempuan (56,32%), komorbiditas terbanyak adalah hipertensi (30,80%), DM (28,46%), dan penyakit ginjal kronik (24,20%), Pada kelompok DM, proporsi usia lanjut, laki-laki, komorbiditas, median kadar glukosa darah, CRP, Feritin, d-dimer, dan LDH lebih tinggi. DM meningkatkan kejadian perawatan intensif dengan OR adjusted sebesar 2,57 (95%CI:1,08-6,12). Proporsi mortalitas saat perawatan pada kelompok DM lebih tinggi (45,14% vs. 20,72%). DM meningkatkan mortalitas dengan OR adjusted sebesar 2,50 (95%CI:1,61-3,89). Dalam memprediksi perawatan intensif, hanya parameter NLR yang memiliki performa yang baik (sensitivitas 0,709 dan spesifisitas sebesar 0.804). Sementara itu terkait dengan prediksi mortalitas, seluruh parameter laboratorium yang dinilai tidak memiliki performa yang baik. Simpulan: Diabetes melitus meningkatkan kejadian perawatan intensif dan kematian pada pasien COVID-19 terkonfirmasi dalam perawatan di rumah sakit. Parameter NLR memiliki performa yang baik dalam memprediksi terjadinya perawatan intensif namun seluruh parameter laboratorium dalam penelitian ini tidak memiliki performa yang baik dalam memprediksi mortalitas.

Background: Coronavirus Disease-2019 (COVID-19) caused by SARS-CoV-2 virus has emerged as global health problem dan currently its case fatality rate in Indonesia exceeded the global rate. Presence of comorbidity contribute to poor clinical outcome. COVID-19 patients with diabetes is at risk of developing poor outcome during hospitalization. Study related to diabetes in COVID-19 patients and intensive care admission and in-hospital mortality in Indonesia is limited at present. Moreover, identifying potential laboratory parameters to predict unfavourable outcome merits investigations. Objectives: This study aims to determine association between diabetes in confirmed cases of COVID-19 and intensive care admission and in-hospital mortality. Also, to evaluate performance of CRP, LDH, ferritin, d-dimer, NLR, MLR, and blood glucose on admission to predict intensive care admission or mortality in diabetic patients. Method: This study was a retrospective cohort recruiting all confirmed cases of COVID- 19 who aged 18 years and older hospitalized in Fatmawati General Hospital during March to October 2020. Exclusion criteria were incomplete medical record and pregnant women. Those who directly admitted to intensive care unit are excluded for intensive care analysis. Results: Five hundred six subjects were enrolled with median age of 51 years (IQR:22), female (56.32%), prevalent comorbidities include hypertension (30.80%), diabetes (28.46%), and chronic kidney disease (24.20%). In diabetes group, proportion of elderly, male, comorbidities, median of blood glucose, CRP, LDH, ferritin, and d-dimer was found higher. Proportion of intensive care admission is higher in diabetes group (38,18% vs. 10,06%). Diabetes increased intensive care admission with an adjusted OR 2,57 (95%CI:1,08-6,12). Proportion of mortality is higher in diabetes group (45.14% vs 20.72%) and diabetes increased mortality with adjusted OR 2.50 (95%CI:1.61-3.89). In predicting intensive care admission, NLR has a good performance (sensitivity: 0.709 and specificity: 0.804) while none of the laboratory parameters in this study has a good performance in predicting mortality. Conclusion: Diabetes mellitus increases intensive care admission and mortality in confirmed cases of COVID-19 during hospitalization. NLR has a good performance in predicting intensive care admission but none of the laboratory parameters in this study has a good performance in predicting mortality."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library