Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nahdya Maulida
"Pemanasan global dapat berasal dari gas rumah kaca, salah satunya adalah emisi karbon. DKI Jakarta menjadi salah satu wilayah di Indonesia yang memberikan dampak besar dalam peningkatan emisi karbon. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui potensi serapan dan cadangan karbon biomassa dan sedimen mangrove, pengaruh faktor lingkungan dan INP terhadap cadangan karbon mangrove, serta menganalisis spesies mangrove yang memiliki cadangan karbon tertinggi pada Pulau Rambut. Pengambilan data dilakukan dengan metode purposive sampling untuk data vegetasi mangrove, cadangan karbon biomassa menggunakan DBH, dan cadangan karbon sedimen menggunakan metode pengambilan sampel tanah di kedalaman 0—30 cm. Cadangan karbon yang didapat akan dianalisis melalui analisis Spearman untuk melihat pengaruh dari faktor lingkungan dan INP. Potensi serapan dan cadangan karbon biomasa yang yang didapatkan masing-masing sebesar 14.233 ton/ha dan 3.878 ton/ha, sedangkan pada sedimen cadangan karbon dapat mencapai 14.929 ton/ha. Spesies mangrove yang teranalisis memiliki serapan dan cadangan karbon tertinggi adalah Rhizophora mucronata. Pengaruh cadangan karbon terhadap faktor lingkungan dan INP yaitu cadangan karbon tidak berkorelasi signifikan terhadap faktor lingkungan, namun berkorelasi signifikan terhadap INP pada setiap spesies mangrove.

Global warming can come from greenhouse gases, one of which is carbon emissions. DKI Jakarta is one of the areas in Indonesia that has a big impact on increasing carbon emissions. The purpose of this study was to determine the absorption potential and carbon stocks of mangrove biomass and sediments, the influence of environmental factors and INP on mangrove carbon stocks, and to analyze the mangrove species that have the highest carbon stocks on Pulau Rambut. Data collection was carried out using a purposive sampling method for mangrove vegetation data, biomass carbon stocks using DBH, and sediment carbon stocks using soil sampling methods at a depth of 0–30 cm. The carbon stocks obtained will be analyzed through Spearman analysis to see the influence of environmental factors and INP. The potential absorption and carbon stocks of the biomass obtained are 14.233 tons/ha and 3.878 tons/ha, respectively, while in sediments the carbon stocks can reach 14.929 tons/ha. The mangrove species analyzed with the highest carbon absorption and stock was Rhizophora mucronata. The effect of carbon stocks on environmental factors and INP is that carbon stocks do not have a significant correlation with environmental factors, but are significantly correlated with INP in each mangrove species."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nainggolan, Carla Mariana
"Hutan Kota Ciganjur, Jakarta Selatan merupakan hutan kota yang dikelola oleh pemerintah daerah sebagai ruang terbuka hijau yang bermanfaat untuk lingkungan dan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dinamika fluks emisi gas karbon dioksida tanah pada perbedaan persentase tutupan kanopi vegetasi di Ekosistem Hutan Kota Ciganjur dan menganalisis hubungan antara suhu tanah, suhu udara, kelembaban tanah, dan pH tanah dengan fluks emisi gas karbon dioksida tanah. Pengambilan sampel dilakukan pada bulan September-November 2023. Sampel gas karbon dioksida diambil menggunakan metode Chamber-based pada tiga stasiun dengan persentase tutupan kanopi vegetasi yang berbeda, yaitu stasiun tutupan terbuka T1 (0%-30%), stasiun tutupan sedang T2 (31%-60%), dan stasiun tutupan tertutup T3 (61%-100%). Sampel gas yang diperoleh dikirim ke Laboratorium GRK BSIP, Pati untuk diukur. Pengukuran parameter lingkungan dilakukan langsung dilapangan. Hasil emisi gas yang diperoleh pada masing-masing tutupan terbuka, sedang, dan tertutup adalah 6,87 g CO2/m-2 hari-1, 2,57 g CO2/m-2 hari-1, dan 3,21 g CO2/m-2 hari-1. Hasil dari analisis Kruskal-Wallis menunjukkan tidak terdapat perbedaan signifikan antara tutupan kanopi vegetasi berbeda dengan fluks emisi gas karbondioksida (H hitung = 1,921; x2 tabel = 5,991). Hal ini dikarenakan terdapat faktor lain seperti suhu dan tanah, kelembapan, dan pH tanah yang mempengaruhi. Hasil analisis korelasi Spearman-rho menunjukkan terdapat korelasi dengan arah positif pada suhu udara (r = 0,28) dan pH (r = 0,34) terhadap fluks emisi gas karbon dioksida. Sebaliknya, tidak terdapat korelasi antara suhu tanah (r = 0,16) dan kelembapan (r = -0,10) terhadap fluks emisi gas karbon dioksida (rho tabel = 0,226; signifikansi = 0,05).

Ciganjur Urban Forest, South Jakarta is a urban forest managed by the local government as a green open space that is beneficial for the environment and society. The aims of this research were to to analyze the dynamics of soil carbon dioxide gas emission flux at different percentages of vegetation canopy cover in Ciganjur Urban Forest Ecosystem and analyze the relationship between soil temperature, air temperature, soil moisture and soil pH with soil carbon dioxide gas emission flux. Sampling was carried out in September-November 2023. Carbon dioxide gas samples were taken using the Chamber-Based method at three stations, namely open cover station T1 (0%-30%), medium cover T2 (31%-60%), and closed cover T3 (61%-100%). Environmental parameter measurements are carried out directly in the field. The gas emission results obtained for each open, medium and closed cover were 6,87 g CO2/m-2 day-1, 2,57 g CO2/m-2 day-1, and 3,21 g CO2/m-2 day-1. Results of Kruskal-Wallis analysis showed that there was no significant difference between different vegetation canopy cover and carbon dioxide gas emission flux (H calculated = 1,921; x2 table = 5.991). The differences are not significant because of the factors of air and soil temperature, moisture, and pH. Spearman-rho correlation analysis show a positive correlation between air temperature (r = 0,28) and pH (r = 0,34) on the carbon dioxide gas emission flux, but there is no correlation between soil temperature (r = 0,16) and moisture (r = -0,10) on carbon dioxide gas emission flux (rho table = 0,226; sig = 0,05)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Asmawari Putri
"Hutan kota di Jakarta memiliki peran penting dalam mengurangi dampak negatif pemanasan global dengan menyerap emisi gas karbon dioksida (CO2) atmosfer yang dihasilkan dari aktivitas antropogenik manusia dan menyimpannya di dalam tanah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dinamika fluks emisi CO2 tanah pada perbedaan persentase tutupan kanopi vegetasi di Ekosistem Hutan Kota Cijantung, Jakarta Timur dan menganalisis hubungan antara suhu udara, suhu tanah, kelembapan tanah, dan derajat keasaman (pH) tanah dengan fluks emisi CO2 tanah. Metode penelitian melibatkan penggunaan Chamber-Based untuk mengambil CO2 tanah, yang kemudian diukur menggunakan Gas Chromatograph Shimadzu 2014. Chamber ditempatkan pada tiga kondisi stasiun: tutupan kanopi vegetasi terbuka (0%–30%), setengah terbuka (31%–60%) dan tertutup (61%–100%). Pengukuran parameter lingkungan dilakukan untuk setiap lokasi pengambilan emisi CO2 tanah dan dianalisis korelasinya menggunakan Spearman-rho. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata fluks emisi CO2 tanah di stasiun setengah terbuka (1,443–5,050 g CO2 m-2hari-1) lebih besar daripada stasiun terbuka (0,747–3,376 g CO2 m-2hari-1) dan tertutup (1,243–2,518 g CO2 m-2hari-1). Namun, ketika dianalisis menggunakan uji Kruskal-Wallis tidak terdapat perbedaan signifikan antara fluks emisi CO2 tanah terhadap persentase tutupan kanopi vegetasi (0%–30%), (31%–60%) dan (61%–100%). Terdapat hubungan antara suhu tanah (r = -0,263) dan pH tanah (r = 0,233) dengan fluks emisi CO2 tanah, sedangkan suhu udara (r = -0,082) dan kelembapan tanah (r = -0,195) tidak memiliki hubungan dengan fluks emisi CO2 tanah. Hasil ini menyoroti kompleksitas interaksi antara faktor-faktor lingkungan dan aliran emisi gas CO2 tanah di Hutan Kota.

Urban forests in Jakarta play a crucial role in mitigating the negative impacts of global warming by absorbing atmospheric CO2 emissions from anthropogenic activities and storing them in the soil. This study aims to analyze the dynamics of soil CO2 emission fluxes based on varying percentages of canopy cover in the Cijantung Urban Forest Ecosystem, East Jakarta, and to examine the relationships between air temperature, soil temperature, soil moisture, and soil pH with soil CO2 emission fluxes. The research methodology involved using a Chamber-Based method to collect soil CO2, which was then measured using a Shimadzu 2014 Gas Chromatograph. Chambers were placed in three station conditions: open canopy cover (0%–30%), semi-open (31%–60%), and closed (61%–100%). Environmental parameters were measured at each CO2 emission sampling location, and their correlations were analyzed using Spearman-rho correlation analysis. The results showed that the average soil CO2 emission flux at the semi-open (1.443–5.050 g CO2 m-2day-1) was higher than at the open (0.747–3.376 g CO2 m-2day-1) and closed (1.243–2.518 g CO2 m-2day-1). However, the Kruskal-Wallis test revealed no significant differences between soil CO2 emission flux and vegetation canopy cover percentage (0%–30%), (31%–60%) and (61%–100%). Soil temperature (r = -0.263) and soil pH (r = 0.233) were related to soil CO2 emission flux, while air temperature (r = -0.082) and soil moisture (r = -0.195) were not. These results highlight the complexity of interactions between environmental factors and soil CO2 gas emission flows in Urban Forests"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ibrahim Arif
"Peningkatan emisi gas karbon dioksida mendorong terjadinya pemanasan global dan perubahan iklim. Tanah memiliki kemampuan menyimpan emisi gas karbon dioksida yang diserap oleh vegetasi. Kajian mengenai dinamika fluks emisi gas karbon dioksida tanah dengan perbedaan persentase tutupan kanopi vegetasi di ekosistem Hutan Kota Srengseng belum pernah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan membandingkan dinamika fluks emisi gas karbon dioksida tanah di ekosistem Hutan Kota Srengseng dengan perbedaan persentase tutupan kanopi vegetasi serta menganalisis hubungan antara suhu udara, kelembapan tanah, suhu tanah, dan derajat keasaman (pH) tanah dengan fluktuasi emisi gas karbon dioksdia tanah. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penangkapan gas rumah kaca menggunakan chamber, pengukuran faktor lingkungan, dan analisis data menggunakan uji ANOVA dan korelasi Spearman. Hasil penelitian serta kesimpulan peneleitian menyatakan bahwa nilai fluks emisi gas karbon dioksida tanah tidak berbeda signifikan di berbagai tutupan kanopi vegetasi Hutan Kota Srengseng. Lebih lanjut, faktor lingkungan yang memiliki hubungan terhadap fluks emisi gas karbon dioksida di Hutan Kota Srengseng, yakni suhu tanah, kelembapan tanah, dan derajat keasaman (pH) tanah, kecuali suhu udara.

Increasing carbon dioxide gas emissions encourages global warming and climate change. Soil can store carbon dioxide gas emissions, which are absorbed by vegetation. Studies on the dynamics of soil carbon dioxide gas emission fluxes with differences in the percentage of vegetation canopy cover in Srengseng Urban Forest ecosystem have never been carried out. This research aims to analyze and compare the dynamics of soil carbon dioxide gas emission fluxes in Srengseng Urban Forest ecosystem with different percentages of vegetation canopy cover and analyze the relationship between air temperature, soil moisture, soil temperature and soil acidity (pH) with carbon gas emission fluxes soil dioxide. The research method used is the greenhouse gas capture method, which uses a chamber to measure environmental factors and data analysis using the ANOVA test and Spearman correlation. The research results and research conclusions state that no significant difference between the percentage of vegetation canopy cover of the Srengseng Urban Forest and the flux of carbon dioxide gas emissions. Environmental factors related to the flux of carbon dioxide gas emissions in Srengseng Urban Forest are soil temperature, humidity, and acidity (pH), except air temperature.
"
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Dokumentasi  Universitas Indonesia Library