Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dyah Restu Pamuji
Abstrak :
Penelitian bertujuan mengetahui identitas khamir dari saluran pencernaan lebah pekerja pengumpul polen (pollen collecting bees, PCB) Apis mellifera. Sebanyak 12 isolat khamir dari saluran pencernaan PCB yang mengunjungi bunga kapuk Ceiba pentandra di Jepara, Jawa Tengah, diidentifikasi berdasarkan data sequence daerah internal transcribed spacer (ITS) rDNA. Amplifikasi daerah ITS rDNA menggunakan primer forward ITS1 dan primer reverse ITS4. Elektroforesis produk PCR menunjukkan bahwa daerah ITS rDNA khamir-khamir tersebut berukuran antara 400--900 pb. Berdasarkan hasil pencarian homologi sequence menggunakan program basic local alignment search tool (BLAST), analisis filogenetik menggunakan metode Neighbor Joining (NJ), dan karakterisasi morfologi, 12 isolat khamir tersebut terdiri dari tujuh spesies yang termasuk dalam lima genus. Secara taksonomi, seluruh khamir tersebut termasuk phylum Ascomycota, class Hemiascomycetes, dan order Saccharomycetales. Isolat-isolat tersebut diidentifikasi sebagai Candida magnoliae (isolat JZ002), Candida orthopsilosis (isolat JZ003, JZ008, JZ011, dan JZ034), Candida rugosa (isolat JZ010); Debaryomyces hansenii (isolat JZ001); Meyerozyma caribbica (isolat JZ013 dan JZ014), Pichia guilliermondii (isolat JZ015), dan Zygosaccharomyces siamensis (isolat JZ005 dan JZ006). ......The aim of this study was to obtain the identity of yeasts from digestive tracts of pollen collecting bees (PCB) Apis mellifera. A total of 12 yeast isolates obtained from digestive tract of PCB foraging on flowers Ceiba pentandra in Jepara, Central Java, were identified based on sequence data of internal transcribed spacer of ribosomal DNA (ITS rDNA). The primer set of ITS1 (forward primer) and ITS4 (reverse primer) were used to amplify the ITS region rDNA. Gel electrophoresis result showed that the size of ITS rDNA of those yeast were varied between 400--900 base pairs. Based on sequence homology search using basic local alignment search tool (BLAST) program, phylogenetic analysis by Neighbor Joining method, and morphological characterization, those 12 isolates belong to five genera and seven species. Taxonomically, all of those isolates belong to order Saccharomycetales, class Hemiascomycetes from the phylum Ascomycota. Those 12 isolates were identified as species Candida magnoliae (isolate JZ002); Candida orthopsilosis (isolates JZ003, JZ008, JZ011, and JZ034); Candida rugosa (isolate JZ010); Debaryomyces hansenii (isolate JZ001); Meyerozyma caribbica (isolates JZ013 and JZ014); Pichia guilliermondii (isolate JZ015); and Zygosaccharomyces siamensis (isolates JZ005 and JZ006).
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S46972
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jana Tjahjana Anggadiredja
Abstrak :
Tesis ini merupakan gabungan dua makalah hasil penelitian mengenai keanekaragaman jenis rumput laut dan pemanfaatannya oleh masyarakat secara tradisional. Rumput laut atau dikenal dengan nama lain seaweed adalah alga makro yang tumbuh di laut dan digolongkan ke dalam tiga kelas yaitu; Chlorophyceae (alga hijau), Rhodophyceae (alga merah) dan Phaeophyceae (alga coklat). Penelitian keanekaragaman jenis dilakukan di perairan pantai Warambadi dan penelitian pemanfaatan rumput laut dilakukan khusunya di lingkungan masyarakat Suku Sumba dan Sabu di Kampung Warambadi dan sekitarnya, Kabupaten Sumba Timur, mulai bulan April 1997 sampai dengan bulan Maret 1998. Makalah pertama berjudul Keanekaragaman Rumput Laut di Pantai Warambadi : Fenomena Substrat dan Musim. Penelitian ini didasarkan pada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan rumput taut, yang antara lain adalah substrat, salinitas, temperatur, arus dan gelombang serta intensitas cahaya. Sedangkan salinitas, temperatur dan arus dipengaruhi oleh musim yang terjadi. Bahkan untuk beberapa kasus tertentu, kondisi substrat dipengaruhi pula oleh perubahan musim. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat keanekaragaman rumput laut di lokasi penelitian melalui pengukuran indeks keragaman jenis, dengan memperhatikan substrat pasir dan batu karang serta musim kemarau dan musim hujan. Dari pengamatan diperoleh catatan bahwa pada kedua musim dan di kedua substrat, rumput taut yang tumbuh di lokasi penelitian berjumlah 79 jenis Bari 23 genus, yang teridiri dari : 37 jenis alga hijau dari 9 genus, 22 jenis alga merah dad 8 genus dan 20 jenis alga coklat dari 6 genus. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai indeks keanekaragaman jenis pada substrat pasir dan batu karang pada musim hujan maupun kemarau tidak berbeda. Demikian pula sebaliknya bahwa indeks keanekaragaman jenis pada musim hujan dan kemarau pada substrat pasir maupun batu karang tidak berbeda. Hasil analisis menunjukkan pula bahwa nilai indeks keanekaragaman jenis dan jumlah jenis alga tidak dipengaruhi oleh perbedaan tipe substrat dan musim, tetapi sangat dipengaruhi oleh interaksi antara substrat dan musim. Adapun hasil analisis terhadap masing-masing kelas menunjukkan, bahwa indeks keanekaragaman jenis alga hijau dipengaruhi oleh tipe substrat dan musim, tetapi tidak oleh interaksi keduanya. Untuk alga merah, indeks keanekaragaman jenis dipengaruhi oleh musim dan interaksi antara substrat dengan musim, akan tetapi tidak dipengaruhi oleh tipe substrat. Sedangkan indeks keanekaragaman jenis alga coklat dipengaruhi oleh tipe substrat dan musim, tetapi tidak oleh interaksi keduanya. Hasil analisis menunjukkan pula, bahwa jumlah jenis alga hijau, alga merah dan alga coklat dipengaruhi oleh tipe substrat dan musim serta oleh interaksi keduanya. Makalah kedua berjudul Studi Etnobotani : Pemanfaatan Rumput Laut di daerah Warambadi - Panguhalodo, Sumba Timur. Makalah ini sebagai hasiI dari penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengetahuan masyarakat setempat, khususnya Suku Sumba dan Sabu mengenai pemanfaatan rumput laut. Dari hasil penelitian diketahui bahwa terdapat 55 jenis yang telah dimanfaatkan secara turun temurun sebagai makanan dan/atau obat tradisonal, dan 32 jenis di antaranya adalah jenis yang baru diinformasikan sebagai makanan dan obat. 54 jenis dari 19 genus telah terbiasa dimanfaatkan sebagai makanan, khususnya oleh masyarakat keturunan Suku Sumba dan Sabu. Jenis alga tersebut terdiri dari 17 jenis alga hijau, 17 jenis alga merah dan 20 jenis alga coklat. Diketahui pula bahwa 38 jenis dari 18 genus temyata sudah biasa pula dimanfaatkan sebagai obat tradisional oleh masayarakat, dan terdiri dari 7 jenis alga hijau, 13 jenis alga merah, 18 jenis alga coklat. Rumput laut dikonsumsi secara tradisional dalam berbagai bentuk antara lain; mentah sebagai lalap dan sayur, dibuat acar dengan bumbu rempah dan cuka, dibuat sayur dengan air santan, ditumis dengan minyak kelapa, dimasak dengan air kelapa dan gula dibuat puding atau penganan. Sebagai obat tradisional rumput laut digunakan untuk: kosmetika tradisional (dalam bentuk puderlbedak atau lotion), penurun panas, antiseptik, obat cacingan, obat batuk dan asma, mimisan dan bisul, bawasir, GAKI, gangguan lambung dan pencernaan serta gangguan saluran air kemih. Pengetahuan pemanfaatan rumput laut sebagai makanan dan obat tradisional, sampai saat ini ternyata masih dimiliki oleh masyarakat di daerah Warambadi, Desa Mburukulu Kecamatan Panguhalodo, Kabupaten Sumba Timur, khususnya Suku Sumba dan Sabu. Dengan tidak diketahui asal mulanya, pengetahuan ini telah dimanfaatkan secara turun temurun sejak ratusan tahun lalu dan dari basil wawancara ternyata diketahui pula, bahwa pengetahuan ini berkurang secara gradual sejalan dengan perubahan sosial, ekonomi dan budaya serta kondisi lokasi.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartining Saddewi Budi
Abstrak :
Mangrove forest is coastal vegetation which influenced by sea water and river flow tide. Beside as a habitat for various sea biota and natural food resources for various fish, mangrove forest also has important function to protect coastline ecosystem.

A Two kind of research have been done; first, silvofishery aspect and status and conservation mangrove forest in Muara Gembong Bekasi West Java

The first research for studying variously silvofishery ecology aspect. Result of research shows litter production around 3,0-4,8 ton/ha/year; velocity litter decomposition 55 - 77 %; temperature 30,2 - 30,9 °C; salinity 21,7 - 27,5; brightness 0,48 - 99,5 m; pH 7,9 - 8.1; oxygen 4,5 - 5,4 mgll; BOD 1.9 - 2,9 mg/l; COD 139,1 - 272,6 mgll; Nitrat-N 0,140 - 0.274 mgll: Ortho-P040 0,034 -0.062 mgll. Fitoplankton analysis got result there was 4 family 17 spesies and for zooplankton had 2 family with 6 spesies.

The second research have been done for knowing about the total mangrove plant which grew there and for giving ecology characteristics. The research shows that in research area had 14 species from 9 family. Vegetation in this area is dominated by Rhizophora, Avicenia, Exoecria, Sonneratia, Bruguiera, Achantus, Acrostichum, Aegiceros, Wedelia, Nypa.

The conclusion of two researches shows mangrove forest in Muara Gembong Bekasi West Java is unique estuarine ecosystem type with mangrove and in this area had a good potential to be developed as brackiswater area through silvofishery. According to potential area and considering need projection, management of mangrove forest area have to be developed with government support. Because we face a problem with brackwiswater farmer who always try to enlarge their brackiswater area through cut down the mangrove plant
2001
T1114
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Utami Nur Huwaida
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui preferensi pakan kupu-kupu terhadap beberapa jenis herba liar yaitu Tridax procumbens, Asystasia gangetica, Cyanthillium cinereum, dan Oxalis barrelieri yang ada di lahan terbuka Kampus Universitas Indonesia (UI) Depok. Selain itu, untuk mengetahui kupu-kupu juga memanfaatkan herba tersebut sebagai tumbuhan inang untuk peletakkan telurnya. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari?April 2016 di lima lokasi lahan terbuka Kampus UI Depok yaitu dekat gedung sabda widya, dekat pintu masuk hutan kota wales barat, belakang gedung PSJ, dekat area parkir motor gedung PPMT, dan dekat gedung DRPM. Hasil penelitian diketahui bahwa terdapat 11 jenis kupu-kupu dari famili Papilionidae (Papilio demoleus), Pieridae (Appias olferna, Delias hypareta, Eurema hecabe, Leptosia nina, Catopsilia pomona, Delias periboea) dan Nymphalidae (Junonia orithya, Hypolimnas bolina, Ypthima horsfieldii, dan Junonia almana) mengunjungi ke-empat jenis herba liar. Sebanyak 8 jenis kupu-kupu menyukai herba liar Tridax procumbens dan Asystasia gangetica. Lima jenis kupu-kupu menyukai Oxalis barrelieri dan 2 jenis menyukai Cyanthillium cinereum. Preferensi pakan kupu-kupu dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu struktur dan daya tarik bunga, ketersediaan tumbuhan di lokasi penelitian, dan sindroma bunga yang disukai oleh kupu-kupu. Tumbuhan pakan kupu-kupu dewasa berbeda dengan tumbuhan tempat kupu-kupu meletakkan telur.
This study was conducted to determine the preferences of butterflies feed on some kind of wild herbs such as Tridax procumbens, Asystasia gangetica, Cyanthillium cinereum, and Oxalis barrelieri at the Universitas Indonesia (UI) Depok open land. Moreover, the study also conducted to determine whether the butterflies also use herbs as host plants for laying eggs. The experiment was conducted in February ? April 2016 in five locations open land UI Depok Campus. The locations are closed by Sabda Widya Building, near by the entrance of the Wales Barat Woods, behind the PSJ Building, parking area near by the PPMT Building, and near by the DRPM Building. The results revealed that there are 11 species of butterfly of the family Papilionidae (Appias olferna), Pieridae (Appias olferna, Delias hypareta, Eurema hecabe, Leptosia nina, Catopsilia pomona, Delias periboea), and Nymphalidae (Junonia orithya, Hypolimnas bolina, Ypthima horsfieldii, dan Junonia almana) visited all four kinds of wild herbs. Eight species of butterflies like Tridax procumbens andAsystasia gangetica. Five species of butterflies like Oxalis barrelieri and two species like Cyanthillium cinereum. Butterfly feeding preferences are influenced by the structure and appeal of the flower, plant availability in the study site, and the syndrome of flowers favored by butterflies. Plants that is adult butterfly?s feed preference is different from plants where butterflies lay its eggs.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S63383
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fisila Aflanindya
Abstrak :
Perifiton merupakan kumpulan mikroalga yang hidup menempel pada berbagai jenis substrat. Perifiton responsif terhadap gangguan faktor fisika-kimia perairan sehingga dapat dijadikan sebagai bioindikator. Penelitian bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas perifiton sebagai bioindikator pencemaran air. Penelitian berlokasi di Situ Agathis UI yang terbagi menjadi 9 substasiun. Parameter fisika-kimia yang diukur terdiri dari suhu, turbiditas, arus, kecerahan, pH, oksigen terlarut, dan nitrat. Sampel perifiton diambil dengan mengerik cangkang M. tuberculata. Pencacahan perifiton dilakukan dengan metode subsampel. Identifikasi perifiton dilakukan sampai tingkat marga. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan Spearman Rank’s Correlation menggunakan STATCAL. Hasil penelitian menunjukkan perifiton yang ditemukan terdiri dari 16 marga yang berasal dari 6 kelas dan 5 divisi dengan rata-rata kepadatan sebesar 1.517-22.475 ind/mm². Indeks keanekaragaman perifiton tergolong sedang dan menunjukkan kondisi perairan Situ Agathis UI tergolong tercemar sedang (1 < H’ < 3). Indeks dominansi menunjukkan tidak adanya marga perifiton yang dominan dan persebaran individu tiap marga merata. Hasil uji statistik menunjukkan parameter suhu, turbiditas, dan arus berkorelasi signifikan (P-Value <0,05) terhadap kerapatan perifiton pada substrat cangkang M. tuberculata. ......Periphyton is an assembly of microalgae that live attached to various types of substrate. Periphyton is responsive to disturbances of water physico-chemical factors so that it can be used as a bioindicator. The aim of the study was to determine the periphyton community structure as a bioindicator of water pollution. The research is located at Agathis Small Lake UI which is divided into 9 substations. The physico-chemical parameters measured consisted of temperature, turbidity, current, brightness, pH, dissolved oxygen, and nitrate. Periphyton samples were taken by scraping the shells of M. tuberculata. Periphyton count was carried out using the subsample method. Periphyton identification was carried out up to the genera level. The Data obtained were analyzed statistically by Spearman Rank’s Correlation using STATCAL. The results showed that the periphyton found consisted of 16 genera from 6 classes and 5 divisions with an average of density of 1.517-22.475 ind/mm². The periphyton diversity index is classified as moderate and shows that the water conditions of Agathis Small Lake are classified as moderately polluted (1 < H’ < 3). The dominance index indicates the absence of dominant periphyton genus and the distribution of individuals for each genera is evenly distributed. The result of statistical tests showed that the parameters of temperature, turbidity, and current were significanly correlated (P-Value <0,05) with the density of periphyton on the shell substrate of M. tuberculata.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library