Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tanwir Ahmad Farhan
Abstrak :
Fluid Catalytic Cracking (FCC) merupakan metode perengkahan minyak nabati menjadi fraksi yang lebih sederhana dan menghasilkan produk biofuel. Grup riset AIR mengembangkan sebuah teknologi sistem FCC skala bench untuk mengolah minyak kelapa sawit menjadi bahan bakar nabati. Salah satu komponen sistem FCC adalah FCC furnace. FCC furnace merupakan tempat terjadinya proses pembakaran dan memberikan perpindahan panas yang tinggi di seluruh sistem FCC, terutama untuk memanaskan striper. Pengujian pertama menggunakan 2 kg bricket biochar dan pengujian kedua menggunakan 1kg bricket biochar dan 1kg biochar halus. Tujuan penelitian ini untuk melakukan optimasi online menggunakan model ANN dan optimasi PSO pada FCC furnace. Optimasi pemodelan ANN dan Optimasi PSO dapat memprediksi temperatur maksimum striper terjadi dengan menggunakan 1 kg bricket biochar dan 1 kg biochar halus. Dengan menggunakan optimasi online, temperatur striper actual mencapai 131.25 oC ,dan perbedaan pada setiap temperatur distabilkan dibawah 100 oC. Pemodelan algoritma optimasi online dapat berjalan dengan baik namun belum dapat meningkatkan temperatur aktual striper mencapai temperatur striper PSO maksimum dengan baik. ......Fluid Catalytic Cracking (FCC) is a method of cracking vegetable oil into simpler fractions and producing biofuel products. The AIR research group developed a bench-scale FCC system technology to process palm oil into biofuels. One component of the FCC system is the FCC furnace. The FCC furnace is where the combustion process occurs and provides high heat transfer throughout the FCC system, especially for heating the striper. The first test used 2 kg of biochar bricks and the second test used 1 kg of biochar bricks and 1 kg of fine biochar. The purpose of this study is to carry out online optimization using the ANN model and PSO optimization on the FCC furnace. ANN modeling optimization and PSO optimization can predict the maximum temperature of the striper that occurs using 1 kg of biochar bricket and 1 kg of fine biochar. By using online optimization, the actual striper temperature reaches 131.25 oC, and the difference at each temperature is stabilized below 100 oC. Online optimization algorithm modeling can run well but has not been able to increase the actual temperature of the striper to reach the maximum PSO striper temperature properly.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farisy Yogatama Sulistyo
Abstrak :
High Temperature Gas-Cooled Reactor (HTGR) merupakan reaktor generasi keempat yang mempunyai sistem keselamatan pasif. Salah satu komponen penting dari reaktor ini adalah Hot Gas Duct (HGD). HGD merupakan komponen yang menghubungkan teras reaktor dengan steam generator secara langsung. Didalam HGD terdapat dua fluida helium yang berbeda arah dan temperatur. Salah satu masalah yang timbul dari perbedaan dua aliran ini adalah homogenitas temperatur yang akan menjadi input dari teras reaktor dan steam generator sehingga dimungkinkan akan terjadi gangguan pada operasi reaktor. Penelitian mengenai dua aliran ini penting dilakukan untuk memahami mengenai sifat aliran fluida di dalam HGD. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari perpindahan panas pada fluida dan material insulasi melalui simulasi Computational Fluids Dynamics (CFD) dengan mengambil subjek pada Hot Gas Duct Reaktor Daya Eksperimental serta melakukan optimasi desain. Hasil perilaku fluida CFD divalidasi dengan kondisi eksperimen yang dilakukan. Perbandingan antara hasil eksperimen Hot Gas Duct experimental apparatus dengan model CFD memberikan hasil yang cukup dekat dengan nilai perbedaan deviasi maksimal -21,6% dan rata-rata deviasi sebesar -5,9% dengan ketidakpastian sebesar ±3.36%. Desain optimasi ketebalan insulasi pada HGD didapatkan dengan nilai D1 sebesar 267mm dan D2 sebesar 590mm. Dengan ketebatan insulasi optimal ini akan didapatkan temperatur rata-rata outlet gas panas 690,76 C dan temperatur rata-rata outlet gas dingin sebesar 239,34 C sedangkan beda tekanan sebesar -0,000521 MPa pada jalur gas panas dan 0,0000203 MPa pada jalur gas dingin ......Hot Gas Duct (HGD) is a component that connects the reactor core with the steam generator directly. Inside the HGD there are two helium fluids with different directions and temperatures. One of the problems is the homogeneity of the temperature that will be the input from and to the reactor core and steam generator so it is possible that there will be disturbances in the operation of the reactor due to this homogeneity. This research aims to study heat transfer in fluids and insulation materials through Computational Fluids Dynamics simulation by taking the subject of Experimental Power Reactor Hot Gas Duct and performing optimization on the existing design. The results of CFD behavior were validated under the experimental conditions named Hot Gas Duct experimental apparatus (HGDea). The temperature comparison are quite close, the maximum deviation value is -21.6% and the average deviation is -5.9% with an uncertainty of ±3.36%. The optimization design of the insulation thickness on HGD was obtained with a value of D1 of 267mm and D2 of 590mm. With this optimal insulation thickness, the average hot gas outlet temperature is 690.76 C and the cold gas outlet average temperature is 239.34 C, while the pressure difference is -0.000521 MPa on the hot gas channel and 0.00000203 MPa on the cold gas cha
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Subhan Nafis
Abstrak :
Pemanfaatan biodiesel sebagai bahan bakar alternatif solar merupakan hal yang gencar dilakukan, terutama pemanfaatan minyak sawit sebagai bahan baku biodiesel di Indonesia, mengingat ketersediannya yang cukup besar. Namun disisi lain hal ini menimbulkan kontroversi akan kekhawatiran bahwa pemanfaatan minyak sawit sebagai biodiesel akan bersaing dengan pemanfaatannya sebagai bahan baku minyak goreng. Oleh karena itu dalam penelitian ini dilakukan usaha untuk mengurangi pemanfaatan minyak sawit dengan melakukan pencampuran (blending) dengan minyak jarak pagar. Studi ini berusaha mencari data tentang performan mesin diesel yang menggunakan bahan bakar biodiesel 10% (B-10), 20% (B-20), 30% (B-30), dan 100% (B-100). Komposisi bahan bakar biodiesel itu sendiri terdiri atas campuran 60% biodiesel sawit dengan 40% biodiesel jarak. Pada studi kali ini proses pembakaran dituang bakar dipelajari dengan menggunakan analisa heat release dan tekanan puncak silinder. Dari analisa ini dapat diketahui bahwa perubahan Static Injection Timing (SIT) bakar dan kecepatan putaran mesin sangat mempengaruhi tekanan yang dihasillkan dalam ruang bakar. Bahan bakar yang lebih dahulu mengalami proses pembakaran cenderung memiliki puncak tekanan (Pmax) yang lebih tinggi, dan cenderung menyebabkan emisi Nox dan HC menjadi lebih tinggi. Untuk putaran rendah, dalam hal ini 1500 rpm pembakaran pada bahan bakar solar lebih cepat tegadi dibandingkan dengan bahan bakar biodiesel, sehingga tidak terdapat perbedaan yang berarti antara penggunaan bahan bakar solar dan biodiesel. Penggunaan bahan bakar biodiesel baru menunjukkan hasil yang lebih baik dari bahan bakar solar pada kecepatan tinggi, baik dari heat release dan emisi yang dihasilkan. ......The combustion and heat release of engines using diesel fuel and bio-diesel have been investigated. The bio-diesel consists of palm and jatropha oil, and were tested in variation of static injection timing (SIT) with 1500, 2500, 3000, and 3500 Rpm engine speed. The research conduct in a Ricardo Hydra Research Single Cylinder Direct Injection Diesel Engine. Engine in cylinder pressure data were collected and use to evaluate the rate of heat release with respect to crank angle. It was observed that commonly the peak rates of heat release for all fuel blends were less than diesel fuel on low engine speed. But some of bio-diesel getting higher than diesel fuel on high speed of engine. Static Injection Timing (SIT) will give significant effect of heat release rate and emissions. The emissions from bio-diesel and diesel fuel are compared paying special attention to the most concerning emission: Nox, HC, and CO. The result show that smoke emissions further reduced when engine speed was increased. A reduction in charged temperature can reduce NO emission.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
T25977
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Cahyo Setyo Wibowo
Abstrak :
Hampir semua aktifitas industri melibatkan proses pembakaran baik sebagai unit utama maupun sebagai bagian dari unit penyedia energi dalam sistem utilitasnya. Nyala difusi merupakan salah satu proses pembakaran yang memiliki aplikasi sangat luas. Tinggi lifted nyala api difusi sangat menentukan kualitas pembakaran. Laju alir semburan udara mempengaruhi tinggi lifted nyala api difusi. Pada penelitian ini, dilakukan variasi laju alir semburan udara untuk mengetahui tinggi lifted nyala difusi. Pengaruh pemanasan awal bahan bakar LPG pada Bunsen Burner juga diamati. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi laju alir semburan udara awal menyebabkan tinggi liftedftame akan mengalami penurunan akibat fenomena flame approach. Kecepatan pembakaran maksimum berada pada Q udara 0,25 L/s dan Q bahan bakar 0,0455 Us yaitu dengan kecepatan pembakaran turbulen (ST) 19,15 m/s. Pemanasan awal menyebabkan tinggi lifted nyala api difusi mengalami penurunan. ......Almost all industrial aclivity use combustion process as their energy system supply for Utilities. Dijfusion flame is one type of combustion widely used in industry. Liftedflame distance is one parameter contributing in combustion quality, influenced by air injection flowrate. This research conduct air injection flowrate effect to lifted flame distance from dijfusion type combustion. Fuel (LPG) treatment was carry out to flnd out heating effect on burning characteristics. This research show thal air injection flowrate cattse liftedflame distance tends to decrease at the early combustion. Maximum burning velocity in the range of Qalr 0.25 L/s and Qfuel 0.0455L/s, with turbulence burning velocity (ST) 19,15 m/s. Fuel pr e heating cause liftedflame of burning dijfusion tends t o decreased.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T25961
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
M. Raja
Abstrak :
Letak Indonesia yang berada di garis khatulistiwa menjadikannya salah satu negara terkaya dengan sumber daya energi surya yang stabil. Hal ini mendorong permintaan energi surya terbarukan di seluruh negeri. Meskipun Indonesia tampaknya memiliki banyak wilayah yang potensial dalam pembangunan teknologi panel surya, ada tantangan dan berbagai faktor yang perlu dipertimbangkan untuk menilai kesesuaian implementasi teknologi ini. Oleh karena itu, dibutuhkan metode yang tepat untuk mengkaji hal tersebut. Studi ini menerapkan metode Analytic Hierarchy Process (AHP) berdasarkan algoritma Multi Criteria Decision Making (MCDM) dengan proses pengolahan data meggunakan teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG). SIG terdiri dari data berbasis satelit pada sumber daya energi dan lapisan data yang dikumpulkan secara lokal seperti penggunaan lahan, topografi, pemukiman masyarakat, jalur jalan, dan jaringan listrik, yang dianggap sebagai lapisan kriteria untuk penilaian kesesuaian lokasi. Salah satu perangkat lunak berbasis GIS yang akan digunakan yaitu ArcGis. Hasil penelitian ini berupa pemetaan wilayah di Indonesia terhadap tingkat kecocokan pembangunan panel surya dengan beberapa variabel kecocokan yang sudah dianalisis. Dari hasil pemodelan, hasil peta kecocokan dengan kawasan seluas 42.162,12 memiliki indeks kesesuaian yang sangat cocok, 559.097,36 dengan indeks kesesuaian yang cocok, 892.546,62 dengan indeks kesesuaian yang kurang cocok, dan 215238,89 dengan indeks kesesuaian yang tidak cocok. Kerangka pemodelan ini dapat mendorong energi terbarukan di Indonesia dimana pemerintah menargetkan 23% di tahun 2025 dan 31% pada 2050. ......Indonesia's location on the equator makes it one of the richest countries with stable solar energy resources. This is driving demand for renewable solar energy across the country. Even though Indonesia seems to have many potential areas in the development of solar panel technology, there are challenges and various factors that need to be considered to assess the suitability of implementing this technology. Therefore, an appropriate method is needed to study this. This study applies the Analytic Hierarchy Process (AHP) method based on the Multi Criteria Decision Making (MCDM) algorithm with data processing using Geographic Information System (GIS) technology. GIS consists of satellite-based data on energy resources and locally collected data layers such as land use, topography, human settlements, roadways, and power grids, which are considered as criteria layers for site suitability assessments. One of the GIS-based software that will be used is ArcGis. The result of this research is a mapping of regions in Indonesia to the suitability level of solar panel development with several compatibility variables that have been analyzed. From the modeling results, the results of the suitability map with an area of ​​42.162,12 have a very suitable suitability index, 559.097,36 with a suitable suitability index, 892.546,62 with a less suitable suitability index, and 215238,89 with unmatched suitability indices. This modeling framework can encourage renewable energy in Indonesia where the government is targeting 23% in 2025 and 31% in 2050.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhifan Kemal Akbar
Abstrak :
Permintaan energi dari sumber daya terbarukan terus mendorong kebutuhan pembangkit listrik tenaga angin di Indonesia. Tujuan studi adalah memaparkan pemodelan pengambilan keputusan lokasi turbin angin dan mendesain teknologi turbin angin yang baik digunakan di Indonesia. Studi ini, menggunakan metode Multi-Criteria Decision Making sebagai metode pengambilan keputusan yang diintegrasi dengan metode Geographic Information System sebagai metode penentuan lokasi dan teknologi yang cocok untuk membangun turbin angin. Selanjutnya hasil akan digunakan sebagai parameter desain awal teknologi turbin angin. Selama proses analisa, faktor berupa multivariat dipertimbangkan. Cakupan wilayah pada studi ini adalah negara Indonesia. Hasil studi berupa peta kecocokan wilayah dengan energi angin. Parameter kecocokan dibagi menjadi empat yaitu "sangat cocok", "cocok", "kurang cocok", dan "tidak cocok". Hasil menyimpulkan bahwa 40% area Indonesia masuk ke dalam kategori "cocok" dengan energi angin khususnya di Pulau Sulawesi dan Nusa Tenggara Timur. Sementara itu, 20% area Indonesia masuk ke dalam kategori "tidak cocok" berdasarkan kondisi geografi setempat, meskipun kecepatan angin yang tinggi, dan rentan terhadap bencana alam. Identifikasi area kecocokan ini akan menjadi pertimbangan awal untuk desain teknologi turbin angin yang optimal bagi Indonesia. Kerangka pemodelan ini dapat mendorong transisi energi terbarukan tanpa memandang daerah khusus yang diharapkan dapat berkontribusi sebanyak 8% dari total target pencapaian transisi energi terbarukan Indonesia 2025. ......Demand for energy from renewable sources continues to drive the need for wind power plants in Indonesia. The purpose of the study is to describe modeling decision making for wind turbine locations and to design wind turbine technology that is well used in Indonesia. This study uses the Multi-Criteria Decision Making method as a decision-making method that is integrated with the Geographic Information System method as a location determination method and suitable technology for building wind turbines. Furthermore, the results will be used as initial design parameters for wind turbine technology. During the analysis process, multivariate factors are considered. The area covered in this study is Indonesia. The results of the study are in the form of a suitability map of the area with wind energy. The match parameter is divided into four, namely "very suitable", "suitable", "less suitable", and "not suitable". The results conclude that 40% of Indonesia's area falls into the "suitable" category for wind energy, especially on the islands of Sulawesi and East Nusa Tenggara. Meanwhile, 20% of Indonesia's area falls into the "unsuitable" category based on local geographic conditions, despite high wind speeds, and is vulnerable to natural disasters. Identification of this suitability area will be the initial consideration for the optimal wind turbine technology design for Indonesia. This modeling framework can encourage the renewable energy transition regardless of special regions which are expected to contribute as much as 8% of the total target of achieving Indonesia's 2025 renewable energy transition.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library