Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 181 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fajri Vidian
Abstrak :
Terdapat banyaknya limbah padat tandan kosong kelapa sawit yang belum dapat dimanfaatkan sebagai penghasil energi dikarenakan oleh tingginya kandungan moisture dan polusi yang dihasilkan apabila dibakar secara langsung. Penelitian ini bertujuan untuk memfabrikasi sebuah gasifier tipe unggun tetap aliran kebawah dan pemanfaatan limbah padat tandan kosong kelapa sawit untuk menghasilkan gas mampu bakar. Gasifkasi dilakukan mengunakan teknik percampuran dengan tempurung kelapa sawit. Percobaan dilakukan pada sebuah gasifier dengan kapasitas 6 kg/jam. Refraktori gasifier terbuat dari bahan castable dengan tinggi 70 cm, diameter 30 cm dan diameter tengorokan 12 cm. Kondisi operasi bertekanan dengan temperatur operasi 422°C-889°C. Tandan kosong dan tempurung yang digunakan mempunyai kandungan air 62,29% dan 8,5%. Perbandingan campuran tandan dan tempurung adalah 50%, 60%, dan 70% untuk tandan kosong dengan laju aliran udara pembakaran 157 lpm. Hasil percobaan menunjukkan campuran tandan kosong dan tempurung kelapa sawit dapat menghasilkan gas mampu bakar (CO, CH4, C2H4, H2, C3Hg ,C4H10). Variasi perbandingan tandan terhadap tempurung mempengaruhi temperatur gasifikasi dan kualitas gas yang dihasilkan. Kualitas gas paling baik didapat pada perbandingan 50% tandan kosong dengan nilai kalor 4,8 MJ/m3.
The utilization of empty fruit bunches (EFB), as energy is very low since its moisture content high enough and also producing high pollution effect to environment when it burned through a direct combustion. The current research purpose is to design, fabricate and test a downdraft gasifier to gases or burn EFB under sub-stoichiometric condition. It is expected that this gasification process could produce a combustible gas as an alternative energy sources. During conducting the test, EFB is mixed by palm oil shell. Gasification reactor has capacity of 6 kg/h. Reactor refractory lining is a tastable material with of 70 cm height, 30 cm of diameter and 12 cm of throat diameter. During conducting the test, operational under pressure condition, working temperature 422°C- 889°C . EFB and shell has moisture contain of 62.29% and 8,5%, respectively. There 3 mixing ratio of EFB and shell, namely, 50%, 60% and 70% of EFB content and air flow rate 157 lpm. The result show that this mixing fuel could produce combustible gas (CO, CH4, C2H4, H2, C3H8 ,C4H10). Different EFB content influence gasification temperature and gas quality. The best quality is reached at 50% of EFB content with calorific gas value of 4.8 MJ/m3.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
T14786
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuswanto Andono
Abstrak :
Penelitian terhadap swirl-burner telah banyak dilakukan untuk menunjukkan bahwa swirl-burner berpotensi sebagai tungku pembakar gas dengan kemampuan pengaturan kekuatan penjalaran nyala api (flame). Pada penelitian ini, pengujian dilakukan pada non pre-mixed swirl burner yang didesain dengan sistem injeksi gas mampu bakar / producer gas secara aksial. Sebagai penetrasi aliran producer gas pada ruang bakar (combustion chamber) digunakan aliran udara tangensial yang dilengkapi dengan swirl vane yang mempunyai derajat kemiringan vane blade 500 pada leher burner. Swirl burner ini digunakan sebagai tungku pembakaran tingkat kedua dari proses pembakaran tingkat pertama yang terjadi pada gasifier jenis fixed bad tipe aliran ke bawah (down draft gasifier) dengan umpan tempurung kelapa (coconut shell) untuk menghasilkan producer gas. Hasil pengujian mengindikasikan bahwa swirl burner dengan efek pusaran (swirl-effect) oleh swirl vane 500, dan sistem injeksi producer gas dilengkapi konis dengan sudut kemiringan 100, mempercepat pertukaran momentum (interchange momentum) producer gas dengan udara pembakaran. Hal ini berakibat pada perubahan karakteristik flame, dimana dengan kenaikan bilangan pusaran (swirl number, S) menyebabkan terjadinya kenaikan temperatur flame dari temperatur flame yang terendah 637 °C pada S= 0,27 sampai dengan 785 °C pada S= 1,15. Kenaikan temperatur flame ditandai oleh adanya perubahan warna flame dari kuning kemerahan menjadi kuning terang.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
T16148
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rudi Hariyanto
Abstrak :
Salah satu kendala yang menghambat program pengembangan gasifikasi biomassa sampai saat ini adalah gas produk gasifikasi siap pakai mengandung kadar tar diatas standar yang diijinkan yaitu <2 g/Nm3 (Energi Engineering- What is Gasification.htm). Sedang syarat yang ideal untuk berat kadar tar yang keluar gasifier tidak lebih dari 1% dari berat gas produk yang digunakan. Penelitian ini sebenarnya merupakan pengembangan penelitian dari tesis Saudara Fajri Vidian, 640202014Y, yang baru sampai tahap penelitian komposisi gas produk gasifikasi. Pengembangan penelitian yang dimaksud disini adalah memberikan penambahan udara pada udara pembakaran. Berdasarkan penelitian JH Howson, kandungan tar dalam gas secara proporsional dapat diturunkan dengan adanya penambahan udara. Oleh karenanya pengujian ini difokuskan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variasi kapasitas udara terhadap nilai kadar tar dan nilai kalor (CV) gas produk khususnya yang keluar dari gasifier dan perbandingannya terhadap standar yang ditetapkan. Dari hasil pengujian yang dilakukan ternyata didapatkan bahwa penggunaan lowrate udara bakar 413,73 lpm atau bukaan katup udara bakar 40° untuk proses gasifikasi biomassa 50% tandan kosong dan 50% tempurung kelapa sawit adalah yang mampu menghasilkan kualitas gas produk paling optimum. Penilaian ini didasarkan atas gas produk yang dihasilkan mempunyai nilai kalor tertinggi yaitu 13,307 MJ/m3 dan prosentase kadar tar di dalam gas produk yang bernilai 0,65%. Nilai ini dibawah dari standar ideal yang ditetapkan sebesar 1% berdasar berat.
One of problem which to pursue the biomassa gasification development program until now is gasification that ready to use are containing tar more than 2 g/Nm3 (Energi Enginering - What is Gasification. htm) from standard allowed. The ideal criteria for tar contain of gasifier is not more than 1% from producer gas weight used. This examination is development from last tesis of Mr. Fajri Vidian, 640202014Y, just from composition exam of the producer gas. The development point of this examination is air addition of acombustion air. Based on JH Howson exam, tar contains on gas in proportional can reduced with air addition. Cause of that this exam focus on knowing the size can influence air flowrate variation with tar and calory (CV) specialy on producer gas. From experimental results that known if the addition of air significantly reduced the level of incondensable hydrocarbons (tar) of the gas. Using 413,73 lpm of the combustion air flowrate with ER = 0,62 resulted the optimum quality of producer gas. The producer gas have a caloricic value (CV) 13,307 MJ/m3 and a level of tar in the gas 0,65% by weight. Its under of 1% that is a standard level and a reasonable design basis for a downstream gas-treatment plant.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
T16906
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nanang Ruhyat
Abstrak :
Thesis ini diberi judul 'Rancang Bangun Incinerator Fluidized Bed Untuk Sampah Organik' dimana pada analisa ini, Penulis melakukan ekperimentasi dengan merancang sekaligus membuat alat rancangan yang akan dijadikan sebagai suatu solusi alternatif dalam pengembangan teknologi pembakaran sampah organik modern yang merupakan penjajakan awal pembuatan prototype incinerator skala laboratorium. Fluidisasi merupakan suatu kondisi yang terjadi pada partikel solid, dalam hal ini adalah pasir, ditransformasikan ke dalam kondisi seperti fluida. Yakni ketika udara masuk vertikal melalui bed dan partikel pasir berada di atas bed, preasure drop pada bed terus meningkat seiring dengan laju aliran massa sampai mencapai berat bed pada level yang sama dengan pressure drop bed. Dan jika udara di suplai sampai terbentuk aksi bubbling pada partikel serta kecepatan lateral dengan tingkat keseragaman temperature udara yang melalui bed. Kondisi fluidisasi terjadi ketika partikel di atas bed mulai terangkat dari bed, terlihat interstitial diantara partikel serta partikel tersebut akan terapung - apung di dalam tungku seperti fluida. Pengamatan hasil eksperimen dari pengujian yang dilakukan pada alat hasil rancangan ini adalah : ( i ) Kecepatan fluidisasi dicapai pada kecepatan 23,927 m/s. ( ii ) Kecepatan bubbling pada kecepatan 19,939 m/s. ......The title of the thesis is 'the construction of incinerator fluidized bed for organic waste'. In analyzing phase, the author conducted an experiment by designing and creating a designing tool which is going to be utilized as an alternative solution in the development of organic waste burning as the modern technology. The technology is a preliminary trial for the incinerator prototype design in laboratory scale. Fluidization is a condition happening to a solid particle, in this matter is sand. It will be transformed to a condition as fluid. The condition is when the air vertically infiltrates through the bed and the sand is on the bed. It will cause the pressure drop on the bed increases along with the mass flow until the weight of the bed reaches the same level as the pressure drop bed. As if the air supplied until it creates the bubbling action on the particle, and the lateral velocity with the similarity air temperature which flows through the bed. The fluidization happens when the particles on the bed starting to lifted from the bed. It is shown interstitially, the particle amidst will float inside the bed such as fluid. The results of the experiment conducted for the tool of the designing are: (i) fluidization velocity reaches to 23,927 m/s (ii) bubbling velocity in the speed 19,939 m/s.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
T24765
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Agung Santoso
Abstrak :
Keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan akses merupakan aspek utama dalam pertimbangan desain. Pola pembangunan perkotaan membutuhkan pemahaman yang lebih baik mengenai pentingnya pemanfaatan ruang bawah tanah. Dalam desain stasiun kereta bawah tanah, menyediakan akses untuk cahaya alami tidak hanya meningkatkan kesehatan ruang bawah tanah, tetapi juga menyediakan kemungkinan untuk memperpanjang batas waktu evakuasi pada kondisi darurat. Studi ini mempelajari dinamika asap kebakaran dengan menggunakan model skala laboratorium dan model numerik untuk memprediksi pergerakan asap kebakaran stasiun bawah tanah. Uji kebakaran dilakukan pada model stasiun kereta bawah tanah tipikal skala 1:25, sedangkan "eksperimen numerik" dilakukan dengan menggunakan Fire Dynamic Simulator versi 5. Dua skenario kebakaran umum pada studi ini merupakan model stasiun dengan sistem ventilasi paksa dan sistem gabungan yang merupakan gabungan antara sistem ventilasi paksa dan efek ventilasi natural (efek cerobong asap) sebagai manajemen asap hasil kebakaran. Pengaruh lokasi kebakaran pada distribusi penyebaran asap diukur secara simultan pada model stasiun. Studi ini dapat menunjukkan adanya keserupaan hasil antara model numerik dan eksperimental pada daerah tertentu. Sistem ventilasi gabungan terbukti lebih edektif dalam menyediakan kondisi lingkungan yang kondusif pada saat kebakaran terjadi. Selanjutnya, atrium dengan bukaan pada langit - langit dan terhubung dengan lingkungan terbuka dapat memberikan bantuan penyediaan cahaya alami pada stasiun. ......Safety, health, comfort and accessibility are major important aspects in building design consideration. Trends in urban development requires better understanding on the importance of underground space utilisation. In a subway station design, providing access for natural light not only improve the health of underground space, but also has the possibility to extent the evacuation time during emergency evacuation. This paper models scaled fire tests and numerical modelling to predict smoke movement in subway station's fire. Fire test was carried out in a 1:25 scale of typical subway station, while numerical modelling was performed with the NIST Fire Dynamic Simulator V5. Two main scenarios was selected, i.e. a forced ventilation system and a hybrid system combining the forced ventilation and the natural ventilation effect (the chimney effect). The effect of fire locations on the distribution of smoke spread was measured simultaneously along the station model. This study found a good agreement between the results of numerical study and the scaled experimental works in certain regions. The hybrid ventilation system effectively removed smoke across the station space, hence provided longer time for evacuation time. Furthermore, the open atria installed through the platform level may provide natural light to station levels.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T35955
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pratomo Setyadi
Abstrak :
Penelitian tentang biomass gasifier, mengenai pengaruh diameter venturi, letak inlet, jumlah inlet dalarn venture, dalam pembentukan gas semakin berkembang. Variasi-variasi yang dilakukan adalah untuk mendapatkan pembakaran tak sempuma yang dapat menghasilkan gas yang mudah terbakar. Bila penelitian dikerjakan secara eksperimental, maka biaya yang dibutuhkan akan sangat besar dan waldu yang cukup lama. Untuk menghemat biaya dan waktu, maka dilakukan simulasi sebelum dilakukan eksperimen sehingga dapat diketahui kekurangan-kekurangan yang ada pada rancangan. Simulasi biomass gasyier dilakukan dengan memvisualisasikan pola aliran udara di dalam reaktor, keeepatan, turbulensi, sehingga dapat diketahui apakah geometri dari reaktor sesuai dengan yang diharapkan. Analisa simulasi dilakukan dengan menggunakan computer yang dilengkapi dengan software analisis Fluent 5.3. Proses simulasi dimulai dengan penggambaran geometri sesuai perancangan awal menggunakan CAD Solidworks2001+, pembuatan grid/mesh dikerjakan menggunakan Gambit 1.2, dan simulasi aliran fluida di dalam reaktor menggunakan Fluent 5.3. Variasi yang dilakukan dalam simulasi ini adalah mengubah letak inlet berdasarkan ketinggian dari perrnukaan atas reaktor. Ketinggian yang digunakan adalah 350mm, 300mm, 250mrn. Berdasarkan hasil simulasi dapat diketahui bahwa aliran, kecepatan, turbulensi membentuk pola-pola yang bermacam-macam untuk setiap inlet yang berbeda. Letak inlet yang berubah-ubah mempengaruhi bentuk aliran di dalam Venturi khususnya. Pergesekan fluida yang diharapkan terjadi, menimbulkan turbulensi dan dapat divisualisasikan. Arah aliran udara di dalam reaktor sudah sesuai yang diharapakan dari simulasi aliran ini. Hal ini menunjukkan bahwa visualisasi dangan simulasi CFD sangat ditentukan oleh nilai-nilai masukan yang didapatkan dari perhitungan perancangan sebelumnya ataupun nilai asumsi yang ditentukan.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S37503
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salman Fernando
Abstrak :
Penukar kalor (Heat Exchanger) adalah alat yang berfungsi untuk menaikkan atau menurunkan temperatur yang akan digunakan pada proses selanjutnya. Hear Exchanger dalam bentuk yang sederhana, yaitu double pipe, sebuah pipa didalam pipa Iain. Bila Shell and Tube yaitu beberapa pipa di dalam sebuah pipa. Terdapat 2 fluida yang mengalir dengan kondisi tidak tercampur. Fluida panas mengalir didalam tube sedangkan fluida dingin didalam shell. Hal ini karena sebagai faktor keamanan dalam pengoperasian, dan dapat dilakukan pembersihan Tingkat pembersihan terganlung dari pengoperasiannya. Hal ini akan mempengaruhi dalam pemilihan lay-our tube yang akan digunakan. Triangular lay-out digunakan apabila tingkat pembersihannya relatif kecil, sedangkan Square lay-our sebaliknya. Perancangan Hear Exchanger Shell and Tube dengan metode Kern tidak jauh berbeda dengan metode lain. Perbedaarmya terletak pada langkah-langkah perhitungan Serta rumus-rumus yang di gunakan. Metode perhitugau Kern terlihat lebih jelas dan lebih mudah untuk dipahami, karena urutan perhitungan serta rumus-rumus yang digunakan ditampilkan dengan jelas. Tahapan penyelesaian perancangan masih menggunakan Cara coba-coba (trial and error). Cara coba-coba dapat juga dikatakan perancangan dengan metode manual (non-programming). Dengan melakukan perancangan menggunakan cara coba- coba, maka diharapkan cara ini dapat dlpahami dengan jelas, karena urutan perhitungan akan ditampilkan secara rinci. Langkah ini sangat baik dan berguna bagi kalangan pemula atau mahasiswa, karena dengan menggunakan metode ini maka diharapkan kita dapat mengerti urutan perhitungan dan rumus-rumus yang digunakan.
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S38710
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Enang Sukmono Sakti
Abstrak :
Efisiensi adalah adalah kata ungkapan yang sangat populer dalam dunia industri dan bisnis saat ini terutama dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat pada saat ini. Dengan moto "Hari esok lebih baik dari hari ini dan hari ini lebih baik dari hari kemarin", membuat nilai efisiensi yang sekecil apapun menjadi sangat berarti, dan patut untuk terus dicari dan dikejar. Didalam Industri yang menggunakan Boiler sebagai salah satu alat utamanya, penghematan penggunaan bahan-bakar sangat tepat untnk dikaji, mengingat bahan-bakar adalah komponen biaya utama pada pengoperasiannya. Salah satu alternatifnya adalah dengan memaksimalkan pemanfaatan panas yang dihasilkan dari proses pembakaran bahan-bakar tersebut Gas asap setelah digunakan untuk memanasi air dan uap air pada boiler packed yang digunakan dalam industri ini masih memiliki nilai kalor yang cukup tinggi, pada temperatur kira-kira 300 °C. Nilai kalor tersebut digunakan untuk memanasi udara pembakaran dengan menggunakan mesin pemindah kalor (heat exchanger) yang dalarn hal ini digunakan Turbular Gas Air Heater. Dengan luas penarnpang pemanasan {heating surface)± 278 m2 akan mampu memindahkan kalor sebesar ± 3106329 kl/jam. Pertarnbahan nilai kalor tersehut akan terakumulasi pada nilai kalor hasil pembakaran, sahingga dengan tidak berubahnya kebutuban kalor Boiler akan menurunkan konsumsi bahan-bakar sebesar ± 5,6 % pada setiap satuan waktu operasinya, yang pada gilirannya dapat menekan biaya bahan-bakar relative pada nilai prosentase tersebut Untuk menambah alat ini tentu saja membutuhkan biaya investasi, sehingga nilai keuntungan tidak langsung dapat dirasakan pada saat alat dioperasikan. Keuntungan baru didapat setelah titik Break event point terlampaui yaitu pada antara bulan ke 17 sampai 18 masa operasi normal secara terus-menerus.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S37484
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Robinson Tonggok
Abstrak :
DKI Jakarta merupakan kota metropolitan yang mengalami perkembangan yang pesat, khususnya dari sisi kependudukan, Prediksi yang dilakukan oleh Dinas Kebersihan DKI Jakarta menyatakan bahwa jumlah penduduk DKI Jakarta pada tahun 2005 mencapai 10,3 juta jiwa, dengan produksi sampah sejumlah 28.000 m'lhari. Jumlah yang besar ini sebagian besar ditangguiang1 dengan metode sanitary landfilling yang efisiensinya sangat rendah sehingga menimbulkan permasalahan penimbunan sampan yang memiliki berbagai dampak buruk bagi lingkungan termasuk masyarakat di sekitar area landfilling, Setiap tempat, di mana ada aktivitas mahluk hidup di dalamnya pasti ada produksi sampan, tidak terkecuali di Fakultas Teknik Universitas lndonesia ini. Hal ini yang mendasari perancangan insinerator untuk menangani masalah sampah di kampus kita ini. lnsinerator adalah sistem pembakar sampah dengan pengendalian temperatur sehingga volume sampah dapat dikurangi dan gas buang hasil pembakaran terkendali. Dalam merancang suatu sistem pembakar sampah diperlukan infonnasi mengenai teknologi 1nsinerator yang sudah ada disesuaikan dengan karakteristik sampah pada daerah yang dikaji. Teknologi insinerator yang ada dapat dlbagi menjadi dua jenis besar yaitu insinerator curah dan sinambung, Dengan berbagai pertimbangan, khususnya karakteristik sampah yang ada insinerator yang dapat diterapkan di DKl Jakarta adalah insinerator curah. Insinerator sendiri banyak jenisnya. lnsineralor yang akan dirancang ini terdiri atas dua ruang bakar, yaitu ruang bakar primer dan ruang bakar sekunder peralatan pengendali gas buang dan sebuah cerobong. Ruang bakar primer atau ruang bakar pertama digunakan untuk membakar semua sampah yang ada, menghasilkan abu dan gas buang. Ruang bakar kedua digunakan untuk membakar gas buang dari ruang bakar pertama dengan tujuan agar gas huang yang akan dilepaskan ke lingkungan tidak berbahaya bagi lingkungan maupun kesehatan manusia, Peralatan pengendall gas buang digunakan untuk menyaring partikular yang tidak terbakar pada ruang bakar sekunder atau kedua, sehingga gas buang yang keluar melalui cerobong mengandung emisi gas buang yang mernenuhi peraturan yang ada. Perancangan ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan penanganan permasalahan sampah yang ada sekarang ini.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S37803
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kristian Budhi Hartono
Abstrak :
Gasifikasi adalah salah satu proses konversi termokimia yang mengkonversikan biomassa padat menjadi gas mampu bakar. Studi penelitian untuk mendapatkan dan membandingkan karakteristik operasional gasifikasi berbagai jenis biomassa sangat diperlukan karena setiap biomassa mempunyai properti yang tidak sama. Metoda yang digunakan untuk mendapatkan dan membandingkan karakteristik operasional gasifikasi biomassa adalah pengujian eksperimental dengan menggunakan downdraft gasifier. Biomassa yang digunakan yaitu sekam padi dan tempurung kelapa, untuk perbandingan karakteristik diuji dengan suplai udara primer 51 lpm. Beberapa indikasi karakteristik operasional gasifikasi biomassa yang didapat dari pengujian eksperimental yaitu start-up, penyetabilan nyala api, pengaruh flowrate udara primer terhadap flowrate produser gas, distribusi temperatur reaktor, kandungan abu, konsumsi bahan bakar biomassa, dan foto kondisi visual api. Perbandingan karakteristik menunjukkan bahwa gasifikasi tempurung kelapa lebih mudah daripada sekam padi karena tempurung kelapa dapat digasifikasi dengan suplai udara primer dari 42-51 lpm.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S37546
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>