Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Carolin
"Obesitas merupakan penurun kualitas hidup, menggangu emosi dan keuangan individu, keluarga dan sosial mereka. Subjek juga akan mengalami peninhgkatan resiko yang berkaitan dengan kondisi seperti penyakit jantung koroner, dibetes tipe II, stroke, osteoartritis dan kanker. Indeks massa tubuh, gambaran lemak dan skor nafsu makan merupakan indeks yang sering digunakan dalam mengontrol obesitas. Modifikasi diet, intervensi gaya hidup, intervensi farmakologi dan pembedahan merupakan pilihan terapi obesitas, namun pilihan terapi yang aman dan efektif sangat diperlukan.
Terapi akupunktur secara signifikan dapat menurunkan indeks massa tubuh dengan mereduksi jaringan lemak viseral abdomen, yang mengarah ke regulasi metabolisme lemak. Laserpunktur merupakan intervensi yang menstimulasi titik akupunktur tradisional mengguankan terapi laser. Dibandingkan dengan akupunktur manual, laserpunktur memiliki berbagai kelebihan seperti aplikasi yang mudah, dosis yang dapat tepat diukur , tidak nyeri dan tidak invasif.
Penelitian ini menilai efek kombinasi laserpunktur dan intervensi diet terhadap kadar high density lipoprotein, trigliserida, indeks massa tubuh dan skor nafsu makan pasien obesitas. Tiga puluh delapan pasien dibagi secara acak menjadi dua kelompok, kelompok laserpunktur dan intervensi diet (n = 19) dan kelompok laserpunktur sham dan intervensi diet (n = 19). Kedua kelompok menerima intervensi diet dan sesi laserpunktur yang sama, 3 kali/minggu selama 4 minggu. Pengukuran kadar high density lipoprotein, trigliserida, indeks massa tubuh dan skor nafsu makan dilakukan sebelum dan sesudah sesi terapi.
Hasil menunjukkan terdapat perbedaan bermakna pada indeks massa tubuh (p=0,000, CI 95%) dan skor nafsu makan (p=0,000, CI 95%) antara kelompok laserpunktur dan intervensi diet dengan kelompok laserpunktur sham dan intervensi diet. Kelompok laserpunktur dan intervensi diet juga menunjukkan adanya perbedaan bermakna pada kadar high density lipoprotein (p=0,000, CI 95%) dan trigliserida (p=0,000, CI 95%) sebelum dan sesudah sesi terapi. Penemuan ini menunjukkan bahwa kombinasi laserpunktur dan intervensi diet memberikan efek yang baik terhadap kadar high density lipoprotein, trigliserida, indeks massa tubuh dan skor nafsu makan pada pasien obesitas.

Obesity is a detriment to quality of life, places emotion and financial burden on the individual, their families, and society. Subjects also have an increased risk of associated conditions, such as coronary heart disease, type II diabetes, stroke, osteoarthritis, and cancers. Body mass index, lipid profile, and appetite score are the indices commonly used for controlling obesity. Dietary modification, lifestyle interventions, pharmacological interventions, and surgery are treatment choices for obesity, but more safe and effective treatment options are needed.
Acupuncture therapy significantly reduces body mass index by reducing the abdominal visceral adipose tissue content, which lead to regulating lipid metabolism. Laserpuncture is an intervention that stimulates traditional acupoints using laser therapy. Compared to manual acupuncture, laserpuncture has multiple advantages, including ease of application, dose measurement precision, painlessness, and noninvasiveness.
This study investigates the effect of combined laserpuncture and diet intervention on high density lipoprotein level, trigliceride, body mass index, and appetite score in obese patient. Thirty eight patients were divided randomly into two groups, laserpuncture with diet intervention group (n = 19) and sham laserpuncture with diet intervention group (n =19). Both group received the same diet intervention and sessions of laserpuncture, 3 times/week for 4 weeks. Body mass index measurement, high density lipoprotein levels, trigliceride levels, and appetite score were assessed before and after the treatment course.
The result shows there is a statiscally significant difference on body mass index (p=0,000, CI 95%) and  appetite score (p=0,000, CI 95%) between the laserpuncture with diet intervention group and sham laserpuncture with diet intervention group. The laserpuncture with diet intervention group also shows a statiscally significant difference on high density lipoprotein level (p=0,000, CI 95%) and trigliceride level (p=0,000, CI 95%) before and after treatment course. These findings suggest that combined laserpuncture and diet intervention has good effect on high density lipoprotein level, trigliceride, body mass index, and appetite score in obese patient.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Permata Sari
"Pendahuluan : Retensi urine pasca-persalinan (RUPP) adalah ketidakmampuan berkemih spontan 6 jam pasca persalinan dengan residu urine 200 ml. Penatalaksanaan RUPP dengan pemasangan kateter urine. Elektroakupunktur meningkatkan kontraksi detrusor dan mendorong buang air kecil serta mengurangi volume residu urine dengan efek samping minimal. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efektivitas elektroakupunktur dalam mempercepat terjadinya proses berkemih dan mengurangi volume residu urine pada pasien dengan RUPP.
Metode: Desain penelitian adalah uji klinis acak tersamar ganda. Penelitian diikuti oleh 60 orang subjek penelitian yang dibagi kedalam kelompok elektroakupunktur (n=30) dan sham (n=30). Pada kelompok elektroakupunktur dilakukan penusukan jarum akupunktur kemudian dihubungkan ke stimulator elektroakupunktur dengan gelombang continuous 2 Hz selama 30 menit. Pada kelompok sham jarum hanya ditempelkan saja, disambungkan ke stimulator elektroakupunktur namun rangsang listrik tidak diberikan. Elektroakupunktur dilakukan 2 kali dalam 24 jam pemasangan kateter urine. Luaran yang dinilai adalah waktu miksi pertama dan volume residu urine 6 jam setelah pelepasan kateter.
Hasil: Waktu miksi spontan pertama pada kelompok elektroakupunktur lebih cepat (p<0,001) dan volume residu urine lebih sedikit dibandingkan kelompok sham (p=0,005).
Kesimpulan: elektroakupunktur mempercepat terjadinya miksi spontan dan mengurangi volume residu urine pada pasien dengan RUPP.

Introduction : Post-partum urinary retention (PPUR) defined as the inability to urinate spontaneously after 6 hours postpartum with residual urine ≥ 200 ml. Management of PPUR by inserting an urinary catheter. Electroacupuncture increased detrusor contractions, encourage micturition and reduce residual volume with minimal side effects. The purpose of this study was to determine the effectiveness of electroacupuncture in accelerating micturition and reducing residual urine in patients with PPUR.
Methods : this is a double-blind randomized clinical trial. This study was followed by 60 subjects who divided into electroacupuncture (n = 30) and sham (n = 30) groups. In the electroacupuncture group, an acupuncture needle was inserted and connected to electroacupuncture stimulator with continuous wave 2 Hz for 30 minutes. In the sham group the needles only attached and there’s no electrical stimulation was given. Electroacupuncture was performed 2 times within 24 hours while patient using catheter.
Results : The first spontaneous micturition in the electroacupuncture group faster (p<0.001) and residual volume was less in the electroacupuncture group than the sham group (p=0.005).
Conclusion: electroacupuncture accelerates spontaneous micturition and reduces residual urine volume in patients with PPUR.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Febby
"Opioid Induced Constipation (OIC) merupakan efek samping yang sering terjadi pada pasien yang mendapatkan pengobatan nyeri akibat kanker maupun non kanker. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitas kombinasi terapi akupunktur dengan terapi standar untuk menangani OIC dibandingkan dengan terapi standar saja. Uji klinis acak tersamar tunggal dilakukan pada 46 yang menderita OIC sesuai dengan kriteria ROME IV. Terdapat kelompok akupunktur dengan terapi standar (AT) dan kelompok terapi standar (TS). Kelompok AT mendapatkan 3 sesi terapi akupunktur dalam 1 minggu, selama 30 menit tiap sesinya dengan titik ST25 dan ST37. Terapi standar berupa laktulose 30 mL/hari. Perubahan skor BFI dan PAC-QOL akan di catat dan analisis pada sebelum terapi, 3 hari, 6 hari setelah terapi pertama, dan tambahan pada 13 hari setelah terapi pertama untuk PAC-QOL. Penurunan BFI antar kelompok lebih unggul kelompok AT pada 3 hari (p=0,005) dan 6 hari (p=0,002). Penurunan PAC-QOL antar kelompok lebih unggul kelompok AT pada 3 hari (p<0,001), 6 hari (p=0,001), dan 13 hari (p=0,021). Intervensi akupunktur dengan terapi standar dapat menurunkan skor BFI dan memperbaiki skor PAC-QOL lebih baik dibandingkan dengan terapi standar saja sejak hari ketiga sampai tiga belas hari setelah terapi pertama.

Opioid Induced Constipation (OIC) is a side effect that often occurs in patients receiving pain medication due to cancer or non cancer. The purpose of this study was to determine the effectiveness of a combination of acupuncture therapy with standard therapy to treat OIC compared to standard therapy alone. A single-blind randomized clinical trial was conducted in 46 patients with OIC according to ROME IV criteria. There is an acupuncture group with standard therapy (AT) and a standard therapy group (TS). The AT group received 3 sessions of acupuncture therapy in 1 week, for 30 minutes each session with points ST25 and ST37. Standard therapy is lactulose 30 mL/day. Changes in BFI and PAC-QOL scores will be recorded and analyzed before therapy, 3 days, 6 days after the first therapy, and an additional 13 days after the first therapy for PAC-QOL. The decrease in BFI between groups was superior to the AT group at 3 days (p=0.005) and 6 days (p=0.002). The reduction in PAC-QOL between groups outperformed the AT group at 3 days (p<0.001), 6 days (p=0.001), and 13 days (p=0.021). Acupuncture intervention with standard therapy can reduce BFI scores and improve PAC-QOL scores better than standard therapy alone from the third day to thirteen days after the first therapy."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ramadia Yunita
"
Pendahuluan: chemotherapy induced nausea and vomiting (CINV) adalah mual dan muntah yang terjadi pasca kemoterapi merupakan salah satu efek samping kemoterapi yang sering terjadi. Ketidaknyamanan yang ditimbulkan akibat kemoterapi sering kali menimbulkan kecemasan terutama pada remaja. Perlindungan lengkap obat antiemetik standar terhadap gejala CINV pada anak-anak dan remaja yang menerima obat kemoterapi emetogenik sedang dan kuat kurang dari 50%. Akupunktur adalah salah satu penatalaksanaan non farmakologi yang telah terbukti memperbaiki gejala CINV. Pemilihan modalitas akupunktur khususnya pada remaja merupakan hal penting dalam menunjang keberhasilan terapi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai efektivitas laserpunktur dalam memperbaiki gejala CINV terhadap skor Rhodes index of nausea, vomiting and retching (RINVR) pada pasien remaja yang menjalani kemoterapi.
Metode: Desain penelitian ini adalah uji klinis acak terkontrol ganda dengan kontrol sham. Penelitian ini diikuti 58 pasien kanker remaja yang menjalani kemoterapi yang dilakukan pengelompokkan secara acak ke dalam kelompok perlakuan (n=29) dan kontrol (n=29). Kelompok perlakuan mendapatkan laserpunktur dan antiemetik standar serta kelompok kontrol mendapatkan sham laserpunktur dan antiemetik standar. Tindakan laserpunktur ataupun sham laserpunktur dilakukan sekali sehari selama pasien menjalankan kemoterapi. Penilaian gejala CINV dengan menggunakan skor RINVR yang dilakukan dari 2 jam sebelum kemoterapi, saat kemoterapi hingga 3 hari pasca kemoterapi.
Hasil: Skor RINVR pada kelompok laserpunktur dan antiemetik standar dibandingkan kelompok laserpunktur sham dan antiemetik standar pada 2 jam sebelum kemoterapi, hari kemoterapi dan 3 hari pasca kemoterapi mempunyai skor RINVR yang lebih rendah serta perbedaan skor RINVR antara kedua kelompok berbeda bermakna secara statistik.
Kesimpulan: Kombinasi laserpunktur dan antiemetik standar efektif dalam memperbaiki gejala CINV berdasarkan skor RINVR pada pasien kanker remaja yang menjalankan kemoterapi.

Introduction : Chemotherapy induced nausea and vomiting (CINV) is nausea and vomiting that occurs after chemotherapy, which is one of the frequent side effects of chemotherapy. The discomfort caused by chemotherapy often causes anxiety, especially in teenagers. Complete protection of standard antiemetic drugs against CINV symptoms in children and adolescents receiving moderately and strongly emetogenic chemotherapy drugs was less than 50%. Acupuncture is a non-pharmacological treatment that has been proven to improve CINV symptoms. The choice of acupuncture modality, especially for adolescents, is important in supporting the success of therapy. The aim of this study was to assess the effectiveness of laserpuncture in improving CINV symptoms on Rhodes index of nausea, vomiting and retching (RINVR) scores in adolescent patients undergoing chemotherapy.
Methods : The design of this study was a randomized double-blind clinical trial with sham control. This study followed 58 adolescent cancer patients undergoing chemotherapy who were randomly grouped into treatment (n=29) and control (n=29) groups. The treatment group received laserpuncture and standard antiemetics and the control group received sham laserpuncture and standard antiemetics. Laserpuncture or sham laserpuncture is performed once a day while the patient is undergoing chemotherapy. CINV symptom assessment using the RINVR score was carried out from 2 hours before chemotherapy, during chemotherapy to 3 days after chemotherapy.
Results : The RINVR score in the laserpuncture and standard antiemetic group compared to sham laserpuncture and standard antiemetic group at 2 hours before chemotherapy, the day of chemotherapy and 3 days after chemotherapy had a lower value and the difference in RINVR score between the two groups was statistically significant.
Conclusion : The combination of laserpuncture and standard antiemetics is effective in improving CINV symptoms based on RINVR scores in adolescent cancer patients undergoing chemotherapy.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Imelda Dimara
"Latar Belakang: Mukositis oral adalah efek samping radioterapi pada kanker kepala dan leher yang menyebabkan kerusakan akut jaringan normal, nyeri hebat, dan penurunan kualitas hidup. Terapi akupunktur manual merupakan metode non-farmakologis yang efektif untuk mengelola nyeri, mengurangi penggunaan obat anti-nyeri termasuk opioid, serta meningkatkan kualitas hidup pasien. Metode: Penelitian ini adalah studi serial kasus pada 5 pasien kanker Nasofaring dengan Mukositis oral. Terapi akupunktur manual dilakukan selama 20 menit, dengan luaran yang dinilai meliputi skor nyeri (VAS) dan kualitas hidup menggunakan kuesioner EORTC QLQ-H&N35. Hasil: Terapi akupunktur manual secara signifikan menurunkan nyeri berdasarkan VAS pada setiap sesi terapi (Mean Difference VAS: -3.4 hingga -3.8, p < 0.05). Penilaian kualitas hidup berdasarkan EORTC QLQ-H&N35 belum menunjukkan perbedaan signifikan secara statistik, namun analisis individual menunjukkan perbaikan pada beberapa aspek kualitas hidup. Kesimpulan: Terapi akupunktur manual aman dan dapat diberikan pada pasien kanker Nasofaring dengan Mukositis oral untuk mengurangi nyeri tanpa efek samping.

Background: Oral mucositis is a side effect of radiotherapy for head and neck cancer, causing acute damage to normal tissues, severe pain, and reduced quality of life. Manual acupuncture therapy is a non-pharmacological method effective in managing pain, reducing the use of pain medications, including opioids, and improving patients' quality of life. Methods: This study is a case series involving 5 Nasopharyngeal cancer patients with oral Mucositis. Manual acupuncture therapy was performed for 20 minutes, with outcomes measured by pain scores (VAS) and quality of life using the EORTC QLQ-H&N35 questionnaire. Results: Manual acupuncture therapy significantly reduced pain as measured by VAS in each therapy session (Mean Difference VAS: -3.4 to - 3.8, p < 0.05). Quality-of-life assessment based on EORTC QLQ-H&N35 did not show statistically significant differences overall; however, individual analysis indicated improvements in several quality-of-life aspects. Conclusion: Manual acupuncture therapy is safe and can be administered to Nasopharyngeal cancer patients with oral Mucositis to alleviate pain without side effects."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Darwin Harpin, examiner
"Sepsis merupakan suatu keadaan disfungsi organ yang mengancam jiwa yang disebabkan oleh gangguan respon sistem imun pasien terhadap infeksi. Syok sepsis adalah suatu kondisi yang paling berkontribusi terhadap terjadinya gagal ginjal akut pada pasien kritis. Pada sepsis, terjadi produksi yang berlebihan dari sitokin - sitokin proinflamasi yang disebabkan oleh endotoksin bakteri dan suatu keadaan dimana terjadi ketidakseimbangan mediator proinflamasi dan antiinflamasi. Elektroakupunktur diketahui dapat meregulasi sistem neuro endokrin imun melalui stimulasi nervus vagus dan saraf kolinergik yang mempunyai efek antiinflamasi, dengan efek samping minimal. Penelitian ini menilai pengaruh elektroakupunktur pada titik ST36 Zusanli bilateral terhadap kadar prokalsitonin dan fungsi ginjal melalui pemeriksaan ureum dan kreatinin. Dua puluh delapan tikus Wistar jantan dibagi secara acak kedalam empat kelompok, kelompok kontrol (n=7), kelompok sepsis (n=7), kelompok elektroakupunktur (n=7) dan kelompok elektroakupunktur sham (n=7). Tindakan elektroakupunktur diberikan 30 menit sebelum induksi bakteri hidup Eschericia coli ATCC 25922. Enam jam kemudian, dilakukan pemeriksaan kadar prokalsitonin, ureum dan kreatinin dengan memberikan hasil yang signifikan pada perbedaan rerata kadar ureum (p<0,001, CI 95% 57,1-76,6) dan kreatinin p=0,005, CI 95% 0,14-0,62) pada kelompok sepsis dengan kelompok elektroakupnktur dan ditemukan rerata kadar prokalsitonin yang lebih rendah pada kelompok elektroakupunktur (0,53 ± 0,11 ng/ml) dibandingkan dengan kelompok sepsis (0,69 ± 0,09 ng/ml). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tindakan elektroakupunktur pada ST36 Zusanli dapat mengurangi inflamasi dan mencegah kerusakan ginjal.

Sepsis is life threatening organ dysfunction caused by dysregulated host response to infection. Septic shock is the most common contributing factor to acute kidney injury in critically patients. It is considered that the pathogenesis is closely related to an excessive production of pro-inflammatory cytokines caused by bacterial endotoxins and an imbalance between pro-inflammatory and anti-inflammatory mediators. Electroacupuncture can regulate nerve endocrine immune system with less side effects. It is known that electroacupuncture stimulates the vagus nerve and regulate inflammatory responses through the cholinergic anti-inflammatory pathways. This study investigates the effect of electroacupuncture at ST36 Zusanli bilateral on plasma procalcitonin and renal function by measuring the plasma ureum and creatinine. Twenty eight male Wistar rats were divided randomly into four groups, control group (n=7), sepsis group (n=7), electroacupuncture group (n=7) and sham acupuncture group (n=7). Electroacupuncture was carried out once for 30 minutes before the administration of live bacteria Eschericia coli ATCC 25922 by intraperitoneal route. Six hours later after the bacteria administration was chosen as the study endpoint. The result shows there is a statiscally significant difference in mean different on ureum (p<0,001, CI 95% 57,1-76,6) and creatinine (p=0,005, CI 95% 0,14-0,62) between the sepsis and control group. The electroacupuncture group also shows decreased on plasma procalcitonin compared to the sepsis group (0,53 ± 0,11 ng/ml; 0,69 ± 0,09 ng/ml). These findings suggest electroacupuncture pretreatment at ST36 Zusanli attenuated the bacteria induced inflammatory response and mitigated acute kidney injury."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Emilia Puspitasari Winarno
"Pendahuluan: Nyeri miofasial yang ditandai dengan titik pemicu (TP) miofasial merupakan penyebab umum nyeri muskuloskeletal dan penyebab utama dari nyeri leher maupun bahu pada populasi pekerja, terutama pekerjaan kantor yang berhubungan dengan komputer berisiko lebih tinggi akibat gerakan berulang, postur tubuh statis, lamanya berada di depan komputer, serta peningkatan penggunaan perangkat genggam. Bila penanganan nyeri miofasial gagal dilakukan tepat waktu, maka dapat mengakibatkan disfungsi, kecacatan, dan kerugian finansial bagi pasien. Akupunktur tanam benang (ATB) merupakan modalitas akupunktur baru yang dapat memberikan stimulasi jangka panjang yang bertujuan memperpanjang efek terapeutik yang sama dengan akupunktur konvensional. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek terapi ATB terhadap skor nyeri, Neck Disability Index (NDI), dan ambang nyeri tekan (ANT) pada nyeri miofasial otot upper trapezius.
Metode: Desain penelitian pada penelitian ini adalah sebuah uji klinis acak tersamar ganda. Penelitian ini diikuti oleh 44 orang subjek penelitian yang dibagi kedalam kelompok ATB (n=22) dan sham ATB (n=22). Pasien dengan nyeri miofasial otot upper trapezius TP laten di kedua kelompok akan menerima satu kali terapi ATB menggunakan benang polydioxanone monofilamen merk CARA ukuran 29G x 50 mm atau sham ATB (benang dibuang) pada satu titik pemicu di otot upper trapezius yang akan di follow up pada 3 hari, 1 minggu, 4 minggu, dan 8 minggu setelah terapi.
Hasil: Kedua kelompok terdapat perbaikan intensitas nyeri, disabilitas, dan ANT yang bermakna pada 3 hari, 1 minggu, 4 minggu, maupun 8 minggu setelah terapi (p<0,001). Terapi ATB memiliki efektivitas yang lebih baik terhadap perbaikan intensitas nyeri pada 4 minggu (p=0,007) dan 8 minggu setelah terapi (p=0,004), penurunan skor NDI pada 8 minggu setelah terapi (p=0,004), dan peningkatan nilai ANT pada 4 minggu (p=0,04) dan 8 minggu setelah terapi (p=0,002) dibandingkan sham ATB.
Kesimpulan: ATB memperbaiki intensitas nyeri, disabilitas, dan ANT pasien nyeri miofasial otot upper trapezius.

Introduction: Myofascial pain characterized by myofascial trigger point (MTrP) is a common cause of musculoskeletal pain and the main cause of neck and shoulder pain in the working population, especially computer-related office work which is at higher risk due to repetitive movements, static body postures, and long periods in front of the computer, as well as increased use of handheld devices. If myofascial pain treatment fails to be carried out promptly, it can result in dysfunction, disability, and financial loss for the patient. Thread embedding acupuncture (TEA) is a new modality that can provide long-term stimulation to prolong the same therapeutic effect as conventional acupuncture. This study aimed to determine the effect of ATB therapy on pain scores, Neck Disability Index (NDI), and pressure pain threshold (PPT) in upper trapezius muscle myofascial pain.
Method: The research design in this study was a double-blind, randomized clinical trial. This study was attended by 44 research subjects divided into TEA group (n=22) and sham TEA group (n=22). Patients with latent MTrP in the upper trapezius muscle in both groups will receive once TEA therapy using CARA brand monofilament polydioxanone thread 29G x 50 mm or TEA sham (thread removed) at one TrP in the upper trapezius muscle which will be followed up on 3 days, 1 week, 4 weeks, and 8 weeks after therapy. Results: Both groups experienced significant improvements in pain intensity, disability, and PPT at 3 days, 1 week, 4 weeks, and 8 weeks after therapy (p<0.001). TEA therapy had better effectiveness in improving pain intensity at 4 weeks (p=0.007) and 8 weeks after therapy (p=0.004), NDI scores at 8 weeks after therapy (p=0.004), and PPT at 4 weeks (p=0.04) and 8 weeks after therapy (p=0.002) compared to sham ATB. Conclusion: TEA improves pain intensity, disability, and PPT for patients with myofascial pain in the upper trapezius muscle.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nike Estu Renaning Tyas
"Pendahuluan: Di Amerika Serikat kanker pada anak terjadi pada 2% dari seluruh kasus kanker. Setelah trauma, kanker merupakan penyebab kematian kedua terbanyak pada anak-anak usia lebih dari satu tahun. Beberapa tahun belakangan, kemajuan protokol terapi memberikan perbaikan yang signifikan terhadap prognosis pada pasien kanker anak. Selain itu juga menimbulkan permasalahan baru salah satunya adalah nyeri kanker. Studi klinis terbaru menunjukkan bahwa hampir 50% pasien kanker rawat jalan mengalami nyeri yang belum tertangani dengan baik. Efek samping dari nyeri yang tidak tertangani dengan baik seperti : menurunnya kualitas hidup, susah tidur, peningkatan sensitivitas terhadap nyeri, dan kesulitan dalam tindakan medis, hambatan dalam aktivitas sosial, dan berkembangnya masalah perilaku dan emosional. Akupunktur telah terbukti merupakan terapi tambahan yang efektif jika dilakukan bersama pengobatan farmakologi konvensional untuk mengatasi nyeri kanker dan dapat mengurangi dosis analgetik dan efek sampingnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan obat analgetik, perubahan skor VAS intra kelompok, dan keberhasilan terapi pada kelompok akupunktur dan medikamentosa dan kelompok medikamentosa saja pada nyeri kanker anak.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain kohort retrospektif dengan mengambil data di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM). Populasi terjangkau penelitian ini adalah pasien anak dengan nyeri kanker yang dirawat di Gedung Pusat Kesehatan Ibu Anak (PKIA) RSCM Kiara pada bulan Januari 2022- Juli 2023.
Hasil: Kedua kelompok dapat menurunkan skor VAS dan terdapat beda signifikan. Akupunktur dan medikamentosa mempunyai peluang untuk dapat mengurangi penggunaan jenis obat analgetik, penggunaan ekstra obat dan pengurangan dosis total morfin harian, namun diperlukan penelitian lebih lanjut. Kedua kelompok memberikan hasil yang baik pada luaran keberhasilan terapi
Kesimpulan: Akupunktur dan medikamentosa mempunyai peluang untuk dapat mengurangi obat analgetik, mengurangi skor VAS, dan memberikan hasil yang baik untuk keberhasilan terapi, namun diperlukan penelitian lebih lanjut.

Introduction: In the United States, childhood cancer occurs in 2% of all cancer cases. After trauma, cancer is the second leading cause of death in children over one year old. In recent years, advances in therapeutic protocols have provided significant improvements in the prognosis of pediatric cancer patients. Apart from that, it also creates new problems, one of which is cancer pain. Recent clinical studies show that nearly 50% of outpatient cancer patients have untreated pain. Side effects of pain that is not handled properly include: decreased quality of life, difficulty sleeping, increased sensitivity to pain, and difficulties in medical procedures, obstacles in social activities, and the development of behavioral and emotional problems. Acupuncture has been shown to be an effective adjunctive therapy when performed alongside conventional pharmacological treatment to treat cancer pain and can reduce analgesic doses and associated effects. The aim of this study was to determine the use of analgesic drugs, changes in intra-group VAS scores, and the success of therapy in the acupuncture and medication group and the medication alone group for childhood cancer pain.
Methode: This study used a retrospective cohort design by taking data at RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM). The reachable population for this study is children with cancer pain who are treated at the Pusat Kesehatan Ibu Anak (PKIA) RSCM Kiara in January 2022-July 2023.
Results: Both groups can reduce the VAS score and there is a significant difference. Acupuncture and medication have the opportunity to reduce analgesic drugs, reduce extra drug use and reduce the total daily dose of morphine, but further research is needed. Both groups gave good results in terms of therapeutic success.
Conclusion: Acupuncture and medication have the opportunity to reduce the use of analgesic drugs, reduce VAS scores, and provide good results for successful therapy, but further research is needed.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Shalista Feniza Hasny
"Pendahuluan: Kanker adalah penyebab kematian terbesar pada anak dan remaja di seluruh dunia dan merupakan ancaman serius bagi kesehatan masyarakat karena insidensinya terus meningkat. Kemoterapi merupakan metode terapi yang umum digunakan untuk mengobati kanker. Penggunaan kemoterapi dapat menimbulkan efek samping salah satunya mual dan muntah akibat kemoterapi atau Chemotherapy Induced Nausea and Vomiting (CINV). Penggunaan terapi antiemetik saat ini masih belum optimal dalam menangani CINV karena efek terapeutiknya belum maksimal, efek samping yang terjadi serta dari segi biaya. Akupressur dan Press Needle merupakan metode akupunktur yang dapat membantu mengurangi intensitas dan frekuensi mual dan muntah yang terkait dengan kemoterapi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan efektivitas akupresur dan press needle terhadap skor Rhodes Index of Nausea, Vomiting and Retching (RINVR) pasien kanker anak yang menjalani kemoterapi. Metode: Desain penelitian pada penelitian ini adalah sebuah uji klinis acak tersamar tunggal. Penelitian ini diikuti oleh 52 orang subjek penelitian yang dibagi kedalam kelompok akupresur (n=26) dan kelompok press needle (n=26). Pada kelompok akupresur dilakukan penekanan pada titik PC6 dan ST36 selama 2 menit tiap titiknya minimal 3 kali sehari, sementara pada kelompok press needle dilakukan pemasangan press needle pada titik yang sama dan dilakukan 1 kali perangsangan di awal. Terapi akupresur dan pemasangan press needle dilakukan sebelum kemoterapi dan dan dipertahankan hingga 3 hari pasca kemoterapi. Evaluasi mual muntah dilakukan setiap hari hingga 6 hari pasca kemoterapi menggunakan kuesioner Rhodes index of nausea, vomiting, and retching.
Hasil: Terdapat penurunan skor RINVR pada kelompok akupresur dan press needle antara hari kemoterapi, 1 hari pasca kemoterapi, 3 hari pasca kemoterapi pada kelompok akupresur namun tidak signifikan (p>0,05). Efek terapi press needle bertahan hingga 6 hari pasca kemoterapi dengan hasil signifikan (p=0,018), namun tidak pada kelompok akupresur (p=0,233).

Background : Cancer is the largest cause of death in children and adolescents throughout the world and is a serious threat to public health because its incidence continues to increase. Chemotherapy is a therapeutic method commonly used to treat cancer. The use of chemotherapy can cause side effects, one of which is Chemotherapy Induced Nausea and Vomiting (CINV). The current use of antiemetic therapy is still not optimal in treating CINV because of the therapeutic effect is not optimal, the side effects that occur, and in terms of cost. Acupressure and Press Needles are acupuncture methods that can help reduce the intensity and frequency of nausea and vomiting due to chemotherapy. The aim of this study was to compare the effectiveness of acupressure and needle pressure on the Rhodes Index of Nausea, Vomiting and Retching (RINVR) scores in pediatric cancer patients undergoing chemotherapy.
Method : The research design in this study was a single-blind, randomized clinical trial. This study was attended by 52 research subjects who were divided into the acupressure group (n=26) and the press needle group (n=26). In the acupressure group, pressure was applied to points PC6 and ST36 for 2 minutes per point at least 3 times a day, while in the press needle group, press needles were placed at the same points and stimulation was carried out once at the beginning. Acupressure therapy and press needle placement are carried out before chemotherapy and maintained for up to 3 days after chemotherapy. Evaluation of nausea and vomiting was carried out every day until 6 days after chemotherapy using the Rhodes index of nausea, vomiting, and retching questionnaire. Result: There was a decrease in the RINVR score in the acupressure and press needle groups between the day of chemotherapy, 1 day after chemotherapy, and 3 days after chemotherapy in the acupressure group but it was not significant (p>0.05). The effect of press needle therapy lasted up to 6 days after chemotherapy with significant results (p=0.018), but not in the acupressure group (p=0.233).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sebayang, Robby Gunawan
"Obesitas merupakan penurun kualitas hidup, menggangu emosi dan keuangan individu, keluarga dan sosial mereka. Subjek juga akan mengalami peninhgkatan resiko yang berkaitan dengan kondisi seperti penyakit jantung koroner, dibetes tipe II, stroke, osteoartritis dan kanker. Waist hip ratio (WHR), gambaran gula dan insulin dan skor kualitas hidup merupakan indeks yang sering digunakan dalam mengontrol obesitas. Modifikasi diet, intervensi gaya hidup, intervensi farmakologi dan pembedahan merupakan pilihan terapi obesitas, namun pilihan terapi yang aman dan efektif sangat diperlukan. Terapi akupunktur  secara signifikan dapat menurunkan indeks massa tubuh dengan mereduksi jaringan lemak viseral abdomen, yang mengarah ke regulasi metabolisme lemak. Laserpunktur  merupakan intervensi yang menstimulasi titik akupunktur tradisional mengguankan terapi laser. Dibandingkan dengan akupunktur manual, laserpunktur memiliki berbagai kelebihan seperti aplikasi yang mudah, dosis yang dapat tepat diukur , tidak  nyeri dan tidak invasif. Penelitian ini menilai efek kombinasi laserpunktur dan intervensi diet terhadap kadar gula darah puasa, insulin, waist hip ratio (WHR) dan skor kualitas hidup pasien obesitas. Tiga puluh delapan pasien dibagi secara acak menjadi dua kelompok, kelompok laserpunktur dan intervensi diet (n=19) dan kelompok laserpunktur sham dan intervensi diet (n=19). Kedua kelompok menerima intervensi diet dan sesi  laserpunktur yang sama, 3 kali/minggu selama 4 minggu. Pengukuran kadar gula darah puasa, insulin, waist hip ratio (WHR) dan skor kualitas hidup dilakukan sebelum dan sesudah sesi terapi. Hasil menunjukkan terdapat perbedaan bermakna pada waist hip ratio (WHR) (p=0,000, CI 95%) dan skor kualitas hidup (p=0,000, CI 95%) antara kelompok laserpunktur dan intervensi diet dengan kelompok laserpunktur sham dan intervensi diet. Kelompok laserpunktur dan intervensi diet juga menunjukkan adanya perbedaan bermakna pada kadar gula darah puasa  (p=0,000, CI 95%) dan insulin (p=0,000, CI 95%) sebelum dan sesudah sesi terapi.  Penemuan ini menunjukkan bahwa kombinasi laserpunktur dan intervensi diet memberikan efek yang baik terhadap kadar gula darah puasa, insulin, waist hip ratio (WHR) dan skor kualitas hidup pada pasien obesitas.

Obesity is a detriment to quality of life, places emotion and financial burden on the individual, their families, and society. Subjects also have an increased risk of associated conditions, such as coronary heart disease, type II diabetes, stroke, osteoarthritis, and cancers. Waist hip ratio (WHR), Glucose and insulin levels, and quality of life score are the indices commonly used for controlling obesity. Dietary modification, lifestyle interventions, pharmacological interventions, and surgery are treatment choices for obesity, but more safe and effective treatment options are needed. Acupuncture therapy significantly reduces body mass index by reducing the abdominal visceral adipose tissue content, which lead to regulating lipid and glucose metabolism. Laserpuncture is an intervention that stimulates traditional acupoints using laser therapy. Compared to manual acupuncture, laserpuncture has multiple advantages, including ease of application, dose measurement precision, painlessness, and noninvasiveness. This study investigates the effect of combined laserpuncture and diet intervention on fasting blood glucose levels, insulin levels,waist hip ratio (WHR), Quality of life score in obese patient. Thirty eight patients were divided randomly into two groups, laserpuncture with diet intervention group (n=19) and sham laserpuncture with diet intervention group (n=19). Both group received the same diet intervention and sessions of laserpuncture, 3 times/week for 4 weeks. Fasting blood glucose levels, insulin levels,waist hip ratio (WHR), Quality of life score were assessed before and after the treatment course. The result shows there is a statiscally significant difference on waist hip ratio (p=0,000, CI 95%) and quality of life score (p=0,000, CI 95%) between the laserpuncture with diet intervention group and sham laserpuncture with diet intervention group. The laserpuncture with diet intervention group also shows a statiscally significant difference on blood glucose levels (p=0,000, CI 95%) and insulin level (p=0,000, CI 95%) before and after treatment course. These findings suggest that combined laserpuncture and diet intervention has good effect on fasting blood glucose levels, insulin levels,waist hip ratio (WHR), Quality of life score in obese patient.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library