Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ariansah Margaluta
"Pada kanker kolorektal dengan metastasis hati, pemilihan regimen kemoterapi memiliki peranan penting dalam manajemen penyakit. Cetuximab diberikan pada KKR dengan gen KRAS wild-type. Studi ini bertujuan untuk melihat faktor-faktor yang memengaruhi efektivitas Cetuximab pada KKR metastasis dinilai dari respon pengobatan berdasarkan CT-Scan dan kriteria RECIST. Studi ini merupakan studi deskriptif analitik retrospektif dengan desain potong lintang menggunakan data sekunder dari rekam medik pasien di RSCM dalam 3 tahun terakhir (januari 2015 – desember 2017). Dari 19 subjek, sebagian besar merupakan laki-laki dengan respon stabil pada seluruh variabel faktor (IMT normal, SGA B, tumor sisi kanan, hemikolektomi kanan, irinotecan-based agent, performance status karnofsky 80-90, derajat histologi diferensiasi sedang, dan WHO grade toxicity 0-1). Tidak didapatkan adanya respon komplit berdasarkan kriteria RECIST dan faktor yang bermakna secara statistik (p>0,05) terhadap pengaruh efektivitas Cetuximab pada kanker kolorektal metastasis hati. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor tersebut tidak memengaruhi efektivitas Cetuximab pada pasien kanker kolorektal metastasis hati.

The choice of chemotherapy has an important role to manage a liver metastatic colorectal cancer (mCRC). Based on the newest recommendation, Cetuximab are suggestive to be given to mCRC patients with RAS wild-type. Therefore, the aim of this study is to investigate the contributing factors affecting the efficacy of Cetuximab in mCRC patients response based on CT-Scan and RECIST criteria. This study is a retrospective descriptive analtical study with cross sectional design using secondary data from RSCM’s medical records in the last 3 years (january 2015 – december 2017). From 19 subjects included in this study, most of the subjects are male with stabile disease (SD) response in all of the variable factors (normal BMI, SGA B, right-sided tumor, right-hemicolectomy, irinotecan-based chemotherapy agent, performance status Karnofsky 80-90, moderately-differentiated tumor, adn WHO grade toxicity 0-1). Complete response were not found in this study based on RECIST criteria. There were no significant factors (p>0.05) affecting the efficacy of Cetuximab in liver mCRC patients."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Ristiyanto
"ABSTRAK
Kanker kolorektal menduduki peringkat ketiga jenis kanker yang paling sering terjadi di dunia. Data mengenai gambaran tatalaksana kanker kolorektal di RSUP Fatmawati belum pernah tercatat dan belum pernah dievaluasi keberhasilanya. Untuk itu kami mengumpulkan data penderita kanker kolorektal sehingga kami bisa menggambarkan profil penderita kanker kolorektal di RSUP Fatmawati.
Metode : Penelitian ini dirancang secara potong lintang retrospektif analitik, di RSUP Fatmawati Jakarta dengan mencatat rekam medis penderita kanker kolorektal yang mendapatkan tatalaksana pembedahan dan terapi adjuvan pada tahun 2010 – 2012.
Hasil : Selama 3 tahun periode Januari 2010 sampai dengan 2012, kami dapatkan 122 penderita kanker kolorektal yang di tatalaksana di Departemen Bedah RSUP Fatmawati Jakarta, yang sesuai kriteria inklusi 85 penderita. prevalensi dari tahun ke tahun semakin tambah, dengan jenis kelamin pria lebih banyak (55%) dan wanita (45%). Kelompok usia terbanyak pada penderita usia 50 tahun ke atas (55%), dan. lokasi tumor terbanyak pada kolon kanan (21%). Sebagian besar datang mencari pertolongan dengan keluhan utama buang air besar yang berdarah dan berlendir (47%). Stadium klinis penderita datang dengan stadium I (1%), stadium II (20%), stadium III (50%), stadium IV (28%). Sebagian besar temuan histopatologi adalah adenokarsinoma, dengan differensiasi baik (42%), differensiasi baik-sedang (8%), differensiasi sedang (24%), differensiasi sedang-buruk (4%), differensiasi buruk (10%), dan musinosum (12%). Hanya 68% penderita kanker kolorektal yang mendapatkan kemoterapi adjuvan.
Simpulan : Berdasarkan penelitian ini kami menyimpulkan bahwa RSUP Fatmawati dengan jumlah insidensi kanker kolorektal bertambah tiap tahunnya. Rerata pasien yang berkunjung ke pelayanan kami adalah penderita pada stadium III. Kecenderungan insidensi pada usia muda semakin bertambah, kemoterapi adjuvan atau paliatif belum maksimal, neoadjuvan kemoradiasi atau radiasi tidak ada pada pelayanan kami. Sebagian besar penderita diberikan kemoterapi capecetabine oral. Sebagian besar terdapat ketidaksesuaian antara staging klinis dengan staging histopatologis. Data yang didapatkan ini merupakan data pertama yang kami buat di Departemen Bedah RSUP Fatmawati.

ABSTRACT
Colorectal cancer was the third most frequent type of cancer that occurs in the world. Data of colorectal cancer management in Fatmawati hospital has not been recorded and has not been evaluated. we collected the data and we can describe the profile of colorectal cancer patients in Fatmawati hospital.
Method : The study was designed as a cross-sectional retrospective analytic, in Fatmawati hospital Jakarta recorded base on colorectal cancer patient medical record who received surgery and adjuvant therapy in 2010-2012 .
Result : During the 3 years, period from January 2010 to 2012, we got the 122 colorectal cancer patients in in the Department of Surgery Fatmawati hospital Jakarta, appropriate inclusion criteria 85 patients. Prevalence from year to year was increased, with more male gender (55%) and female (45%). The age group most in people aged 50 years and over ( 55 % ). Most tumor location in the right colon (21%). Most come for help with a chief complaint of bloody and mucus stool (47%). Clinical staging of patients with stage I came (1 %), stage II (20%), stage III (50%), stage IV (28%). Most of the findings histopathology is adenocarcinoma, with good differentiated (42%), well-moderate differentiated (8%), moderate differentiated (24%), moderate-poor differentiated (4%), poor differentiated (10%), and mucinous (12%). Only 68 % of patients with colorectal cancer who received adjuvant chemotherapy.
Conclusion : Based on this study we conclude that the number of colorectal cancer patients in Fatmawati increased every each year. The most patients who visited our departement was in stage III. Tendency prevalence was increased at a young age, adjuvant or palliative chemotherapy is not maximized, neoadjuvant chemoradiation or radiation does not exist in our services. Most of the patients given oral chemotherapy capecetabine. Mostly there was a mismatch between clinical staging and histopathological staging. The data obtained was the first data that we created in the Department of Surgery Fatmawati hospital Jakarta ."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laely Yuniasari
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk meneliti apakah stadium lanjut pada kanker kolorektal berdasarkan Union for International Cancer Control Staging System, mempunyai pengaruh terhadap tingginya tingkat kebocoran anastomosis usus setelah operasi kanker kolorektal.Metode : Penelitian ini merupakan penelitian studi kohort retrospektif yang dilakukan pada 398 pasien kanker kolorektal yang datang ke RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Indonesia dari bulan Januari 2013 sampai Desember 2015, dari jumlah tersebut, terdapat 156 kasus yang menjalani tatalaksana pembedahan berupa operasi reseksi dengan anastomosis primer, ynag terdiri dari 110 pasien 70,5 kasus stadium II-III dan 46 pasien 29,5 kasus stadium IV. Tidak ditemukan pasien dengan stadium I yang datang ke RSCM. Data-data lain yang diketahui memiliki faktor risiko terhadap kebocoran anastomosis seperti jenis kelamin laki-laki, operasi elektif atau emergensi dan pengunaan ileostomi proteksi, dibandingkan antara kedua grup tersebut. Tidak ada perbedaan yang signifikan diantara kedua grup.Hasil penelitian : Tidak ada perbedaan yang signifikan pada jenis kelamin P = 0,755 , operasi emegensi atau elektif P = 0,089 , penggunaan ileostomy proteksi P = 1,00 dan stadium lanjut kanker kolorektal P = 0,084 dengan kebocoran anastomosis.Kesimpulan : Dari hasil penelitian didapatkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara stadium lanjut kanker kolorektal dengan kebocoran anastomosis pada operasi kanker kolorektal

ABSTRACT
The objective of this study was to investigate whether advanced stages of colorectal cancer Union for international Cancer Control staging system correlates with higher risk of anastomotic leakage after colorectal cancer surgery.Method A retrospective cohort study was conducted on 398 colorectal cancer cases that was admitted at National Referral Hospital, Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Indonesia from January 2013 until December 2015. Among these patients, 156 cases underwent surgical resections with primary anastomosis and consisted of 110 70,5 cases of stage II III and 46 29,5 cases of stage IV. No patients with stage I were found at the hospital. Demographic data and known risk factors for anastomotic leak were also recorded and compared between these groups, including male gender, elective or emergency surgery and use of protective ileostomy. There were no differences in these factors between the two groups.Results there were no significant differences with regards to gender P 0,755 , the type of operative setting elective or emergency with P 0,089 , use of protective ileostomy P 1,00 and advanced stages of colorectal cancer P 0,084 with anastomotic leak rate.Conclusion these results suggest there was no correlation between different colorectal cancer stages with anastomotic leak rate in colorectal surgery in National Referral Hospital, Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Indonesia"
2016
T55600
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Syafitri
"Latar Belakang: Infeksi daerah operasi (IDO) meliputi 20% dari kejadian hospital acquired infection pada pembedahan yang dilatari berbagai macam faktor, termasuk faktor internal (usia, jenis kelamin, penyakit bawaan) maupun faktor eksternal (pola makan, merokok, pengobatan yang dijalani). Selain itu, pembedahan sendiri juga membawa faktor-faktor risiko yang bisa menyebabkan IDO, seperti jenis pembedahan, lama pembedahan, dan sebagainya. Diperlukan sebuah analisis yang dilihat dari faktor-faktor tersebut dan bagaimana hubungannya terhadap kejadian IDO.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain kohort retrospektif dengan data rekam medis pasien Divisi Bedah Digestif, Departemen Bedah RSCM tahun 2012 hingga 2016. Kriteria inklusi, yakni semua pasien RSCM yang ditangani staf divisi Bedah Digestif FKUI RSCM selama periode 2012-2016 dengan rekam medik yang tercatat baik, lengkap, dan datanya tersedia dengan ekslusi, jika data rekam medis yang dibutuhkan tidak lengkap. Sampel diambil dengan cara random sampling meliputi semua pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak mengenai kriteria eksklusi, didapatkan sampel minimal 58 per kelompok. Data diambil dan dimasukkan ke dalam tabel Microsoft Excel dan kemudian dianalisis secara univariat, bivariat, dan multivariat.
Hasil: Pada uji bivariat dan multivariat, didapatkan bahwa “Derajat Kontaminasi” adalah faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap kejadian IDO.
Kesimpulan: Terdapat hubungan yang kuat antara faktor risiko intrabedah dengan IDO di RSCM. Derajat kontaminasi adalah faktor risiko yang signifikan terhadap IDO. Penelitian selanjutnya sebaiknya memakai metode kohort prospektif, dengan sampel pasien yang diikuti sejak admisi, tidak ada masalah nutrisi untuk pasien lanjut usia, dengan lama rawat pra-bedah di bawah 7 hari, dan ada perluasan jangkauan faktor risiko yang dianalisa.

Background: Surgical site infection (SSI) after gastrointestinal surgery can affect mortality and morbidity of the patients. Risk factors are needed to prevent and decrease number of SSI. This study investigated the pre-operative and intra-operative risk factors of gastrointestinal surgeries and incidence of SSI.
Methods: A retrospective audit analysis of age, nutritional status, pre-operative length of stay, length of surgery, type of surgery, degree of contamination in adult gastrointestinal surgery patients at Cipto Mangunkusumo General Hospital was conducted from the medical records from 2012 to 2016. Outcomes consisted of incidence and potential univariate risk factors were determined to investigate the independent associated factors using multivariate logistic regression.
Results: The incidence of SSI in four years is 3.4% among 4,357 gastrointestinal surgeries with 86.4% of surgical site infection appears in contaminated wound operations. Our study included 116 subjects. From univariate analysis between SSI as dependent factors and the the risks factors, age (p=0,2), pre operative length of stay (p=0,06), length of surgery (p=0,1), and degree of contamination (p=0,003) have correlative association with SSI. The risk factor with surgical site infection is surgical wound contamination (OR=1.233, p=0.011) and independent from other risk factors.
Conclusions: From pre operative and intra operative risk factors there are four factors which have correlation with SSI, there are age, pre operative length of stay, length of surgery, and degree of contamination. Degree of contamination is the significant risk factors for SSI.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Komarunisa
"Subjective Global Assessment (SGA) dan Nutritional Risk Screening (NRS) 2002 merupakan alat skrining malnutrisi yang bertujuan untuk mendeteksi passien yang mengalami malnutrisi maupun berisiko malnutrisi. Dampak malnutrisi terhadap pasien dan rumah sakit, antara lain memperpanjang lama perawatan, meningkatkan morbiditas dan mortalitas pasien, serta bertambahnya biaya pengobatan rumah sakit.
Dalam penelitian ini dilakukan pengujian terhadap alat skrining tersebut pada pasien bedah rawat inap di Ruang Rawat Bedah Gedung A RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSUPNCM ) dan membandingkan kedua hasilnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi malnutrisi pasien bedah dewasa rawat inap dan mengetahui metode skrining yang tepat dan praktis untuk mendeteksi pasien berisiko malnutrisi. Secara khusus, penelitian ini bertujuan mengetahui spesifisitas dan sensitivitas metode skrining NRS-2002, serta waktu pelaksanaan skrinng tersebut. Penelitian ini merupakan studi potong lintang pada pasien bedah dewasa rawat inap di RSUPNCM yang memenuhi kriteria penelitian dengan jumlah sampel 75 orang. Seluruh instrumen penelitian divalidasi sebelum pengambilan data. Pengumpulan data meliputi wawancara menggunakan kuesioner dan formulir metode skrining malnutrisi, pengukuran berat badan dan tinggi badan estimasi serta penilaian indeks masa tubuh.
Didapatkan prevalensi malnutrisi sebesar 40% pada pasien bedah dewasa rawat inap di RSUPNCM dengan sensitivitas NRS 83,3% dan spesifisitas 100%. Jumlah penderita malnutrisi yang tertinggi berada pada kelompok umur >60 tahun ( p = 0,04) dengan kasus bedah gastrointestinal yang malnutrisi lebih banyak signifikan (p = 0,008) dibandingkan dengan kasus bedah non gastrointestinal serta waktu pelaksanaan berbeda signifikan antara SGA dan NRS 2002 (p = 0,00).

The Subjective Global Assessment (SGA) and Nutritional Risk Screening (NRS) 2002 are screening tools aimed at detecting malnourished individuals and those at risk for malnutrition. The consequences of malnutrition for both patient and hospital include prolonged hospital length of stay, increased morbidity and mortality rate, and high hospital expenses.
In this study we examined the applicability of those screening tools in surgery hospitalized patients at Gedung A RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSUPNCM ) and compared the result.
The aim of this study is to investigate the prevalence of malnutrition in Dr. Cipto Mangunkusumo general hospital and to determine which screening tools is more appropriate and practical for identifying the risk of malnutrition. Particularly, this study is to determine specificity, sensitivity and time consuming of the NRS 2002. The study is a cross-sectional study at surgery hospitalized patient in RSUPNCM and icluded 75 patients. All of the instruments will be validated prior to data collection, which includes interview using questionnaire and malnutrition tools form, weight and height estimated measurements and the assessment of body mass index.
The prevalence of malnutrition at surgery hospitalized patient in RSUPNCM was 40% with the sensitivity and the specificity of the NRS 2002 were 83,3% and 100% consecutively. The malnourished patients were significantly higher in the age group >60 years old (p= 0,04) with cases of gastrointestinal surgery more significant (p=0,08) compared with the case of non-gastrointestinal surgery as well as the time consuming significantly different between SGA and NRS 2002 (p=0,00).
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library