Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yanuartikania
Abstrak :
Kebutuhan akan plastik yang aman bagi makhluk hidup khususnya manusia dan bagi lingkungan semakin mendesak. Perkembangan yang tengah beriangsung adalah dengan memanfaatkan sumber daya alam untuk memperbaiki sifat dari polimer. Zat aditif yang ditambahkan untuk memperbaiki sifat polimer salah satunya adalah pemlastis (plasticizer), yang dapat meningkatkan fleksibilitas dan kemampuan kerja dari plastik. Salah satu yang tengah dikembangkan adalah sumber daya minyak sawit. Sintesis pemlastis berbasis turunan minyak sawit adalah antara lain melalui reaksi esterifikasi asam cleat dengan polietilen glikol 400 dan menggunakan KOH sebagai katalis, menghasilkan polietilen glikol 400 dioleat. Untuk memperoleh kondisi sintesis optimum dilakukan variasi suhu (antara 160 - 220 °C ) dengan katalis (0,1-1 %) selama 6 jam. Kemudian hasil yang diperoleh dikarakterisasi sifat fisika dan kimianya, dan dianalisa dengan menggunakan FT-IR spectroscopy. Kemudian diformulasikan kedalam resin polivinil klorida (PVC) dengan variasi konsentrasi pemlastis (antara 15-60 phr), dan diuji sifat termal (menggunakan DSC) dan sifat mekanik {tensile strength).
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lia Anggraini
Abstrak :
ABSTRAK
Selatna ini polialkohol diptoduksi dari produk turunan minyak buitii yaitu e«len oksida dan propilen oksida. Mengingat minyak bumi merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui dan persediaannya semakin menipis, maka periu dilakukan suatu kajian untuk memproduksi polialkohol dari tanaman, salah satunya adalah dari asam oleat. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji proses hidroksilasi asam oleat menjadi polialkohol (asam dihidroksistearat) dengan mengoptimasi variabel temperatur dan waktu reaksi. Metode hidroksilasi yang dilakukan menggunakan pereaksi CH3COOH dan H^Oa dalam pelarut heksana dengan katalis HaS04 50 % pada temperatur relatif tinggi. Hasil yang diperoieh kemudian dikarakterisasi yang meliputi penentuan bilangan iod, bilangan hidroksil, analisis gugus fungsi dengan FTIR dan analisis GC - MS. Dari hasil penelitian diperoieh kondisi optimum proses hidroksilasi asam oleat menjadi asam dihidroksisteamt adalah pada temperatur 60 - BSX selama 2 jam, yang ditunjukkan teijadinya penunman bilangan iod dari 101,48 mg h/100 g minyak menjadi 17,98 mg I2/IOO g minyak dengan persen konversi 82 %, kenaikan bilangan hidroksil dari 0.00 mg KOH/g menjadi 137,97,mg KOH/g, hilangnya puncak serapan vibmsi C-H sp^ pada v 3008 rr'm d an munculnya puncak vibrasi OH alkohol sebagai pita lebar pada v 3403 cm^-1
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lukmanul Hakim
Abstrak :
Nanoteknologi telah menjadi harapan dan tumpuan masyarakat dunia untuk menunjang teknologi masa depan. Material nanopartikel biasanya menunjukkan sifat elektrik, optik, magnetik dan kimia yang sangat unik yang tidak diperoleh pada material bulknya. Terutama besi oksida dan ferrite memperlihatkan sifat yang sangat menarik karena kepentingan teknologinya dalam nanoteknologi pada pasar informasi, agen kontras MRI, dan ferrofluida. Akan tetapi nanopartikel memiliki kecenderungan untuk saling beragregasi. Sehingga diperlukan senyawa tertentu untuk melapisinya. Dalam penelitian ini, nanopartikel besi oksida disintesis menggunakan asam oleat dan asam laurat sebagai molekul pelapis. Pembuatan nanopartikel besi oksida menggunakan metode dekomposisi termal dengan prekursor besi(III) asetilasetonat, Fe(acac)3. Garam Fe(III) terlebih dahulu direduksi oleh alkohol menjadi Fe(II) yang kemudian diikuti dengan dekomposisi pada suhu tinggi. Asam oleat dan asam laurat bertindak sebagai molekul pelapis (capping reagent) yang berfungsi untuk melapisi permukaan nanopartikel dan mencegah agregasi nanopartikel besi oksida. Spektra fourier transform infrared (FTIR) menunjukkan bahwa molekul asam oleat teradsorbsi pada permukaan nanopartikel magnetite. Analisis dengan scanning electron microscopy (SEM) menggambarkan asam oleat melapisi partikel dengan isolasi dan memiliki dispersibilitas yang baik. Pengukuran dengan particle size analyzer menghasilkan nanopartikel besi oksida dengan ukuran 23.3 nm.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S30374
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Andalusi
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S30683
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hesti Prihastuti
Abstrak :
ABSTRAK Poliol yang digunakan tersebut merupakan jenis poliol hidroksi metoksi yang diperoleh melalui reaksi epoksidasi, hidroksilasi dan metoksilasi, yang dikenal sebagai polio! HMGMS. Proses pembuatan foam poliuretan dilakukan dengan mereaksikan polioL HMGMS dengan MDI (4,4'-metilen difenil diisosianat) melalui metode one shoot process. Hasil penelitian menunjukkan karakterisasi poliol HMGMS didapat bilangan iod 8,92 mg 12/100 g dan bilangan hidroksi 122 mg KOH/ g sampel. Titik optimasi foam poliuretan perbandingan HMGMS dan MDI diperoleh pada perbandingan 1:3 dengan densitas foam sebesar 0,3026 g/ cm3. Pengaruh konsentrasi katalis (trietilen diamin) terhadap sifat struktur foam poliuretan menunjukkan dapat mempercepat pembentukan segmen keras lebih banyak, pengaruh konsentrasi surfaktan (silikon glikol) menunjukkan pembentukkan rongga sel "close coif' yang makin stabil dengan ukuran sel yang seragam, dan pengaruh konsentrasi pemanjang rantai (chain extender ) etilen glikol mempengaruhi pembentukan segmen lunak dengan memperpanjang rantai polimer. Didapatkan pula foam poliuretan yang semi rigid dari poliol HMGMS, sedangkan poliol PPG menghasilkan foam poliuretan yang fleksibel. Karakterisasi terhadap foam poliuretan dilakukan dengan menentukan densitas foam, kekerasan, analisa FTIR, dan SEM.
Depok: [Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;, ], 2008
S30530
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Budi Harmami
Abstrak :
ABSTRAK
Serat nano yang mempunyai efek anti mikroba dan diproduksi dengan teknik electrospinning merupakan salah satu teknologi yang berkembang pesat saat ini. Komposit polimer serat nano nylon-6,6/Ag-TiO2 berhasil dibuat melalui metode electrospinning dengan variasi tegangan kerja 10kVolt, 20 kVolt dan 30 kVolt serta variasi konsentrasi partikel nano Ag-TiO2 250 ppm, 500 ppm dan 1000 ppm . Partikel nano TiO2 dihasilkan dengan teknik top-down menggunakan Sheaker Mill, sedangkan partikel nano Ag-TiO2 dihasilkan dengan metode reduksi kimia dari perak nitrat AgNO3 . Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari sintesa partikel nano Ag-TiO2 dengan metode reduksi kimia, mempelajari preparasi komposit polimer serat nano nylon-6,6/Ag-TiO2 dengan teknik electrospinning serta mempelajari optimasi sifat antimikroba dari komposit tersebut. Pengamatan morfologi dengan Scanning Electron Microscopoy-Energy Dispersive X-ray SEM-EDX , pada komposit menunjukkan partikel nano Ag-TiO2 terdistribusi sempurna dan menghasilkan ukuran rata-rata diameter serat sebesar 201 nm ndash; 207 nm. Spektrum Fourier Transform Infrared FTIR menunjukkan adanya serapan atom Ag dan Ti masing-masing pada bilangan gelombang 612 cm-1 dan 935 cm-1 dalam komposit tersebut. Selanjutnya penambahan konsentrasi partikel nano Ag-TiO2 dapat meningkatkan titik leleh Tm sebesar 7 oC dari komposit tersebut. Dari uji aktifitas mikroba pada komposit diperoleh zona hambat pada bakteri E. coli dan S. aureus yang tertinggi masing-masing 28,2 mm dan 31,2 mm. pada komposit yang diproduksi dengan tegangan kerja electrospinning sebesar 30 kVolt. Kata kunci: serat nano, antimokroba, nylon-6,6, komposit nylon-6,6/Ag-TiO2, partikel nano Ag-TiO2
ABSTRACT
Nanofiber which has antimicrobial effect and is produced by using electrospinning technique is one of the rapidly evolving technology nowadays. Nylon 6,6 Ag TiO2 nanofiber polymer composite were prepared by electrospinning method with the applied voltage variation of 10 kVolt, 20 kVolt and 30 kVolt and concentration variation of Ag TiO2 nanoparticles at 250 ppm, 500 ppm and 1000 ppm. TiO2 nanoparticles were produced by top down technique using Sheaker Mill, while Ag TiO2 nanoparticles were prepared by chemical reduction methods from silver nitrate AgNO3 . The research aims are to study the synthesis of Ag TiO2 nanoparticles by chemical reduction method, to study the preparation of polymer nylon 6,6 Ag TiO2 nanofibers composite using electrospinning technique and to study the optimization of antimicrobial properties of the composites. Scanning Electron Microscopoy Energy Dispersive X ray SEM EDX analysis showed that the morphology of nylon 6,6 Ag TiO2 nanofiber composite was distributed perfectly and the fiber diameter was in a range of 201 ndash 207 nm. Fourier Transform Infrared FTIR spectroscopy results showed that the peak at 612 cm 1 corresponds to Ti and the peak at 935 cm 1 corresponds to stretching of Ag atoms. The addition of Ag TiO2 nanoparticles increased the melting point of 7 oC compared to the melting point of the composites. Antimicrobial activity of nylon 6,6 Ag TiO2 nanofiber composite provided inhibition zone against both of E. coli and S.aureus at 28.2 mm and 31.2 mm respectively when the applied voltage was at 30 kVolt. Kata kunci nanofiber, antimicrobial, nylon 6,6, Nylon 6,6 Ag TiO2 composite, Ag TiO2 nanoparticles
2017
T46950
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yan Irawan
Abstrak :
Telah dilakukan kegiatan penelitian sistesis bio-polimer dari turunan minyak sawit dalam hal ini adalah asam oleat. Metoda proses polimerisasi pembuatan bio polimer oleat yaitu polimerisasi kationik melalui beberapa 2 tahap. Tahap 1 (kesatu) yaitu pembuatan metil ester melalui reaksi esterifikasi asam oleat dengan metanol. Kondisi optimum reaksi esterifikasi dilakukan pada temperatur 70-80oC, waktu proses selama 4 jam, penambahan katalis asam sulfat (H2SO4) sebanyak 1% dari berat total reaktan dan perbandingan ratio antara asam oleat dan methanol sebesar 1 : 3. Konversi reaksi pembentukan metil ester oleat sebesar 97%. Tahap 2 (kedua) yaitu proses polimerisasi metil ester oleat. Proses optimum polimerisasi metil ester dilakukan pada suhu 140 oC selama 15 jam dengan katalis BF3.2H2O sebanyak 3% dari berat total reaktan, konversi reaksi yang terbentuk sebesar 66%. Produk bio-polimer yang dihasilkan dianalisa menggunakan FTIR dan H-NMR. Berat molekul dari polimer ester oleat sebesar 7588,4 gr/mol dengan menggunakan metoda viskometrik. ......Has been done research activities sistesis bio-polimer of the derivatives palm oil in this case is oleic acid.The process of making method polymerization bio polymer the cationic oleic polymerization through 2 stages. The 1 (one) that is making methyl ester by a reaction esterification oleic acid with methanol.The steady reaction esterification done at the temperature 70-80oC, when the process during, 4 hours adding a catalyst sulphuric acid ( H2SO4 ) as many as 1 % of the total weight ratio a reactant and the difference between oleic acid and methanol of 1:3. Conversion reaction methyl ester oleic formation of 97 %. Phase 2 (two) the process of polymerization methyl ester oleic.The optimum polymerization methyl ester done on the temperature 140oC for 15 hours with a catalyst BF3.2H2O as much as 3 % of the total weight of a reactant, conversion reaction formed by 66%. The product bio-polimer produced analysis using FTIR and H-NMR. Molecular weight of polymers ester oleic of 7588 using viscometric method.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
T46964
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulianti Sampora
Abstrak :
Teknik Enhanced Oil Recovery EOR menggunakan injeksi kimia dengan surfaktan anionik berperan dalam meningkatkan perolehan residu minyak, khususnya di daerah reservoar yang memiliki karakteristik tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan produk surfaktan anionik dari asam oleat dan polietilen glikol 400, sesuai dengan karakteristik yang diperlukan pada teknik EOR. Surfaktan anionik dihasilkan melalui esterifikasi asam oleat dan polietilen glikol 400 pada berbagai suhu 120 C; 140 C; dan 150 C . Setelah esterifikasi, proses dilanjutkan dengan reaksi sulfonasi pada perbandingan mol 1 : 1; 1 : 1,05; dan 1 : 1,5 dan waktu pencampuran 2 jam; 4 jam; dan 6 jam . Karakterisasi kimia dan fisik dilakukan dengan metode titrasi dan melalui pengukuran : Fourier Transform Infra Red FTIR ; Nuclear Magnetic Resonance NMR ; Particle Size Analyzer PSA ; dan Spinning Drop Interfacial Tensiometer TX 500. Hasil optimum esterifikasi Polietilen glikol dioleat PDO adalah pada suhu 150 C dan waktu 6 jam, dengan hasil bilangan asam, ester, penyabunan, dan iod, masing-masing 61,78 mgKOH/g sampel; 56,28 mg HCl/g sampel; 105,73 mgKOH/g sampel; dan 63,21 gr I2/100 g sampel. Sedangkan optimasi sulfonasi PDOS diperoleh dari perbandingan mol 1:1 dan waktu pencampuran 4 jam, dengan hasil analisa bilangan asam, ester, penyabunan, iod masing-masing sebesar 23,95 mgKOH/g sampel; 144,42 mgHCl/g sampel; 89,19 mgHCl/g sampel; dan 33,80 g I2/100 g sampel. Spektrum FTIR dan hasil analisa H-NMR menunjukkan bahwa senyawa ester dan sulfonasi telah terbentuk. Karakterisasi partikel PDOS menghasilkan ukuran partikel 4,723 ?m, potensial zeta -78,8 mV, dan tegangan antar muka IFT sebesar 0,0031 mN/m. ......Enhanced Oil Recovery EOR technique through chemical injection using an anionic surfactant improves the recovery of oil residues, particularly in a reservoir area that has certain characteristics. The present study aimed to develop an aninoic surfactant producted by oleic acid and polyethylene glycol 400, which corresponds to the characteristics required in the EOR technique. The anionic surfactant was synthesized by esterification of oleic acid and polyethylene glycol 400 at various temperatures 120 C 140 C and 150 C . After esterification, the process was then continued by sulfonation at various mole ratios 1 0,5 1 1 and 1 1,5 and mixing times 2 hours 4 hours and 6 hours . Chemical and physical characterization were performed by titration method and a number of measurements Fourier Transform Infra Red FTIR Nuclear Magnetic Resonance NMR Particle Size Analyzer PSA and Interfacial Tensiometer TX 500. The optimum results of the esterification of Polyethylene glycol dioleate PDO were achieved at the temperature of 150 C and time of 6 hours, with acid number, ester, saponification, and iod yields 61,78mgKOH g sample 56,28 mgHCl g sample 105,73 mgKOH g sample 63,21 g I2 100 g sample respectively. While sulfonation optimization PDOS was obtained at 1 1 mole ratio and 4 hours mixing time, with the results of acid number, ester, saponification, and iod yields 23,95 mgKOH g sample 144,42 mgHCl g sample and 89,19 mgKOH g sample and 33,80 gr I2 100 g sample respectively. FTIR spectra and H NMR analysis showed that ester and sulfonation compounds were formed. Characterization of PDOS particles showed that the particle size was 4,723 m, zeta potential was 78,8 mV, and interfacial tension IFT was 0,0031 mN m.Key words EOR, polymer injection, anionic surfactant, oleic acid, polyethylene glycol 400, esterification, sulfonation.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
T49340
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joddy Arya laksmono
Abstrak :
Pada penelitian ini, telah dilakukan preparasi nanokomposit serat nilon-nanosilver yang memiliki sifat antimikroba dengan metode deposisi nanosilver pada serat nilon. Nanosilver dipreparasi dengan menggunakan asam askorbat, natrium borohidrat dan trisodium sitrat, serta dilakukan penambahan polivinil alkohol (PVA) sebagai stabilizer. Proses deposisi nanosilver pada serat nilon dilakukan dengan penambahan polisiloksan sebagai bahan pengikat perak terhadap serat nilon. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa Dari hasil uji antibakteri terhadap sample koloid nanosilver, sample dengan konsentrasi AgNO3 750 ppm dengan reduktor asam askorbat (P3R1) menghasilkan aktivitas antibakteri yang paling optimal dibandingkan dengan yang lainnya. Dengan nilai hambatan yang lebih besar untuk bakteri Staphylococcus aureus dibandingkan Eschericia coli, dengan panjang gelombang maksimum (λmaks) yang dihasilkan oleh koloid nanosilver adalah 418,5 nm dengan nilai absorbansi 2,052. Berdasarkan analisis ukuran partikel, sampel P3R1 memiliki ukuran partikel sebesar 87,5 nm dengan prosentase kumulatif sebesar 68,5%, indeks refraktif sebesar 1,3328, viskositas koloid nanosilver 0,8878, dan konstanta difusi sebesar 1,797 x x10^-8 cm²/sec. Secara keseluruhan ukuran partikel koloid nanosilver antara 50-150 nm memberikan hasil yang baik terhadap aktivitas antibakteri. Hasil analisis FTIR spectrum untuk komposit serat nilon-nanosilver menunjukkan terdapat gugus-gugus amida, vinil alkohol, dan siloksan. Selain itu juga menunjukkan adanya peak baru karena terjadi crosslinking antara nilon, PVA dan polisioksan pada komposit, yang ditunjukkan pada peak 2800-3000 cm^-1. waktu deposisi tidak memberikan pengaruh terhadap kerusakan serat. Uji antibakteri untuk komposit dilakukan dengan metode Colony Forming Units (CFU). Dari uji antibakteri menunjukkan bahwa konsentrasi polisiloksan 2% dan waktu deposisi 5 menit memberikan hasil stabilitas antibakteri yang baik dengan perlakuan beberapa kali pencucian. Analisis morfologi komposit nilon-nanosilver yang telah diinkubasi oleh bakteri, menunjukkan adanya partikel nanosilver yang terdifusi kedalam sel bakteri yang menyebabkan matinya bakteri.
In this study, we have performed the preparation composite nylon fibers - nanosilver that have antimicrobial properties nanosilver deposition method on nylon fibers. Nanosilver prepared using ascorbic acid, sodium borohidrate, and trisodium citrate via reduction reaction, as well as the addition of polyvinyl alcohol (PVA) as stabilizer. Nanosilver deposition process performed with the addition of Polysiloxane as nanosilver's binder on nylon fibers. The result showed that of the antibacterial test results on samples of colloidal nanosilver, the sample with a concentration of 750 ppm of AgNO3 with the reducing agent ascorbic acid (P3R1) produce the most optimal antibacterial activity compared with the others, and have a greater resistance value to the bacteria Staphylococcus aureus than Eschericia coli. The maximum wavelength (λmaks) produced by colloidal nanosilver is 418.5 nm with the absorbance value of 2.052. According to the analysis of particle size, sample P3R1 have particle size 87.5 nm with a cumulative percentage is 68.5%, the refractive index 1.3328, nanosilver colloidal viscosity 0.8878, and diffusion constants 1.797x10^-8 cm²/sec. Overall, particle size of nanosilver colloidal between 50-150 nm give good results on antibacterial activity. FTIR spectrum analysis results for nylon-liber composites showed that there were clusters nanosilver-amide group, vinyl alcohol, and siloxane. It also showed a new peak due to the crosslinking between nylon, PVA and polysiloxane on the composite, which is shown at peak 2800-3000 cm^-1. The deposition time does not give effect to the fiber damage. Antibacterial test for composites has been carried out by Colony Forming Units (CFU) methods. From the antibacterial tests showed that the concentration of Polysiloxane 2% and deposition time 5 minutes gave good results with the stability of antibacterial with treatment of several times of washing. Morphology analysis of nylon-nanosilver composite which has incubated by bacteria, indicating the existence of nanosilver particles diffused into the bacterial cell that caused bacterial death.
Depok: Universitas Indonesia, 2010
T27897
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Evi Triwulandari
Abstrak :
Studi polimerisasi antarmuka terhadap distribusi ukuran partikel dalam pembuatan mikrokapsul poliuretan telah dilakukan dengan memvariasi beberapa parameter diantaranya yaitu waktu pengadukan, kecepatan pengadukan, konsentrasi surfaktan dan perbandingan rasio monomer isosianat dan poliol (rasio NCO/OH). Polimerisasi antarmuka merupakan reaksi polikondensasi antara dua reaktan pada antarmuka yang merupakan dua cairan yang tidak saling larut untuk membentuk film polimer yang menyalut (mengenkapsulasi) fasa terdispersi. Dalam penelitian ini, monomer/reaktan tidak saling larut yang digunakan yaitu toluena diisosianat (sebagai monomer larut minyak) dan gliserol (sebagai monomer larut air). Karakterisasi terhadap produk mikrokapsul dilakukan dengan analisa particle size (untuk mengetahui distribusi ukuran partikel mikrokapsul), penentuan persen konversi, spektroskopi FTIR (Fourier Transform Infra Red), dan analisa struktur morfologi mikrokapsul poliuretan dengan menggunakan SEM (Scanning Electron Microscope). Variasi waktu pengadukan yang digunakan yaitu 20, 30, 40, 50 dan 60 menit. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin lama waktu pengadukan maka distribusi ukuran partikel yang dihasilkan semakin sempit. Demikian halnya pada pengaruh variasi kecepatan pengadukan (8000 rpm, 9500 rpm dan 13.500 rpm) menunjukkan semakin besar kecepatan pengadukan maka distribusi ukuran partikel mikrokapsul yang dihasilkan juga semakin sempit. Berbeda dengan kedua parameter di atas pengaruh variasi konsentrasi surfaktan (0,11%, 0,22%, 0,33% dan 0,44%) menunjukkan semakin besar konsentrasi surfaktan maka distribusi ukuran partikel mikrokapsul semakin lebar. Pada variasi rasio monomer menunjukkan bahwa rentang ukuran partikel terkecil dihasilkan pada rasio NCO/OH = 1 dan rentang ukuran partikel terbesar dihasilkan oleh rasio NCO/OH = 1,5. Kondisi proses polimerisasi antarmuka yang memberikan distribusi ukuran partikel paling sempit yaitu ditunjukkan pada kecepatan pengadukan selama 60 menit, kecepatan pengadukan 13.500 rpm, konsentrasi surfaktan 0,11% dan rasio NCO/OH = 1.
Study on the interfacial polymerization toward the particle size distribution in the formation of polyurethane microcapsules have been carried out by varying several parameters, which were stirring time, stirring speed, surfactant concentration, and ratio between isocyanate monomer and polyol (NCO/OH ratio). Interfacial polymerization is a polycondensation reaction between two reactants at the interface of two immiscible liquids to form polymer film that encapsulates the dispersed phase. The immiscible monomer/reactants that were used in this study were toluene diisocyanate (as an oil-soluble monomer) and glycerol (as a water-soluble monomers). Microcapsule product were characterized with particle size analysis (to determine particle size distribution of mlicrocapsue), determination of percent conversion, FTIR (Fourier Transform Infra Red) Spectroscopy analysis, and morphological structure analysis of polyurethane microcapsule by using SEM (Scanning Electron Microscope). Stirring time was varied for 20, 30, 40, 50 and 60 minutes. The results showed that longer stirring time produced narrower particle size distribution. Similarly, the influence of variations in the stirring speed (8000 rpm, 9500 rpm and 13,500 rpm) showed that higher stirring speed gave narrower particle size distribution of the microcapsules. In contrast to those two parameters, the effect of varying the surfactant concentration (0.11%, 0.22%, 0.33% and 0.44%) showed that increasing surfactant concentration gave wider particle size distribution of the microcapsules. Variation of the monomer ratio showed that the smallest particle size distribution was obtained at the ratio of NCO/OH = 1 and the largest particle size distribution was obtained at the ratio of NCO/OH = 1.5. Process condition of interfacial polymerization which gave the narrowest particle size distribution was at stirring time of 60 minutes, stirring speed of 13,500 rpm, 0.11% concentration of surfactant and NCO/OH ratio = 1.
2012
T30027
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>