Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Indri Kartiko Sari
Abstrak :
ABSTRAK
Skripsi ini membahas hubungan karakteristik individu (usia dan Indeks Massa Tubuh), gaya hidup (asupan energi, vitamin B Kompleks, dan zat besi, konsumsi air, minuman isotonik, kafein, dan suplemen, kuantitas kualitas tidur, dan merokok), dan faktor pekerjaan (masa kerja, shift kerja, durasi mengemudi, dan waktu istirahat kerja) terhadap Tingkat Kelelahan Pengemudi Taksi Express Group di Pool Taksi Cilangkap Tahun 2014. Penelitian menggunakan disain studi cross sectional. Sampel diambil secara acak sederhana dengan jumlah sebanyak 96 orang. Data dianalisis menggunakan uji chi square, uji t independen, dan uji regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi kelelahan sebesar 74%, berusia rata ? rata 42, memiliki IMT lebih, asupan dan konsumsi mencukupi AKG 2013, kuantitas kualitas tidur buruk, dan nilai merokok rendah. Mayoritas mengambil shift sore, memiliki durasi mengemudi > 8 jam dan waktu istirahat > 2 jam. Kuantitas kualitas tidur dan shift kerja menunjukkan hubungan bermakna dengan tingkat kelelahan. Asupan energi diinterpretasikan sebagai faktor protektif terhadap tingkat kelelahan pengemudi taksi melalui analisis muktivariat. Disarankan agar para pengemudi mencatat asupan makanan harian dan menyempatkan tidur cukup terutama sebelum mengemudi pada shift malam serta meregulasi shift kerja pengemudi bagi perusahaan.
ABSTRACT
This undergraduate thesis discusses the relationship of individual characteristics (age and Body Mass Index), lifestyle (intake of energy, vitamin B-complex, iron, water, consumption of ion supply drink, caffeine, supplement, sleep quality, and smoking habits), and work related factor (years of service, work shift, driving duration, and rest break) with fatigue among Express Taxi Driver at Express Taxi Pool Cilangkap 2014. The study used cross-sectional design. Samples are taken randomly with a total of 96 people. The research data is calculated using the chi square test, t independent test, and regression logistic test. The study result showed that the prevalence of driver fatigue is 74% and majority is at 42 yo, Overweight BMI, intake and consumption fit AKG 2013, bad sleep quality, low smoking dependence, taking night shift, > 8 hours of driving duration, and > 2 hours of rest break. There are relation of sleep quality, and work shift to fatigue. Furthermore, energy intake is shown as a protective factor in fatigue among taxi driver. It is recommended that drivers should write their daily food intake and have enough sleep before night shift driving also regulating the work shift for the taxi company.
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S55657
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Rahman Aisyah
Abstrak :
Sick building syndrome (SBS) merupakan salah satu keluhan kesehatan akibat buruknya kualitas udara dalam ruang kerja. Sebanyak 20% pegawai negeri di Jakarta mengalami SBS. Kandungan bakteri udara menjadi salah satu penyebabnya karena mengeluarkan endotoksin dan menyebabkan alergi. Tujuan utama penelitian ini adalah mengetahui hubungan kejadian SBS dengan kandungan bakteri udara dalam ruang kerja. Penelitian ini menggunakan studi cross-sectional. Pengambilan sampel udara menggunakan metode volumetric air sampling, yaitu metode penghisapan bioaerosol. Keluhan gejala SBS diukur melalui kuesioner pada 228 pegawai negeri, lalu dihubungkan dengan jumlah koloni bakteri udara pada 40 titik ruang dari 5 gedung instansi pemerintahan di wilayah Jakarta. Hasil studi menunjukkan sebanyak 46,5% dari seluruh responden mengalami SBS. SBS juga ditemukan berhubungan dengan jenis kelamin (p= 0,00, OR= 0,22) dan riwayat migrain (p= 0,00, OR= 3,45). Hubungan signifikan SBS dengan jumlah koloni bakteri udara dalam ruang kerja ditemukan di gedung 2 (p < 0,05, OR 0,69). Studi ini menunjukkan jumlah koloni <700 koloni per m3 udara akan melindungi pegawai dari keluhan SBS. Menjaga kebersihan ruangan dan manajemen pengelolaan ventilasi, serta perlindungan kesehatan individu perlu dilakukan untuk mengurangi keluhan SBS pada pegawai negeri. riwayat migrain (0,00). ......Sick building syndrome is one of health complaints due poor indoor air quality in office room. There was 20% of civil servant in Jakarta experienced sick building syndrome due their office room. Airborne bacteria is the causes of SBS because release endotoxins and cause allergies. This research used cross-sectional study. Volumetric air sampling measured airborne bacteria at 40 rooms from 5 buildings of government offices in Jakarta. Sick building syndrome from 228 respondents measured through questionnaire. The result of study, sick building syndrome happened to 46.5% from all respondents. Sick building syndrome and airborne bacteria do not have relationship, measure for whole respondens statistically. Also, SBS linked with sex (p= 0,00, OR= 0,22) and migraine (p= 0,00, OR= 3,45), statictically. However, this study found the relationship of sick building syndrome and airborne bacteria at building 2 (p <0.05, OR 0.69). The bacteria colonies under 700 per m3 will protect civil servants from sick building syndrome. Manage the ventilation and office room hygiene, also protect the personal health needs to be done to reduce sick building syndrome complaints within civil servants.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S60557
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmi Dwi Kartika
Abstrak :
Obesitas sentral merupakan salah satu faktor risiko terjadinya berbagai masalah kesehatan seperti penyakit kardiovaskular. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor- faktor yang berhubungan dengan obesitas sentral. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional pada 83 orang karyawan laki- laki bagian produksi di PT. Semen Padang Sumatera Barat pada bulan April- Mei 2017. Pengambilan data dilakukan dengan pengukuran berat badan, tinggi badan, persen lemak tubuh, lingkar perut, dan pengisian kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan 50,6 responden mengalami obesitas sentral. Berdasarkan analisis bivariat diketahui bahwa terdapat hubungan bermakna antara IMT, persen lemak tubuh, aktivitas fisik, asupan energi, asupan protein, asupan lemak, dan asupan serat dengan obesitas sentral. ......Abdominal obesity is one of the risk factors for various health problems such as cardiovascular disease. This study was conducted to assess the association of risk factors for abdominal obesity. This study used cross sectional study design on 83 male employees at PT. Semen Padang Sumatera Barat in April May 2017. Data collection was done by measuring body weight, height, percent body fat, abdominal circumference, and filling questionnaire. The results showed 50.6 of respondents had abdominal obesity. Based on bivariate analysis known that there were a significant relationship between BMI, percent body fat, physical activity, energy intake, protein intake, fat intake, and fiber intake with abdominal obesity.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S66877
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library