Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Syifa Shabrina Salsabila
Abstrak :
Pembangunan suatu proyek perlu diawali dengan penyelidikan mengenai lapisan batuan yang ada di bawah permukaan bumi sebab lapisan batuan yang ada di bawah permukaan bumi memiliki sifat fisis yang bervariasi, salah satunya tingkat kekerasan lapisannya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kekerasan lapisan batuan yang ada di salah satu wilayah di Sulawesi Selatan berdasarkan hasil pengolahan data Seismik Refraksi dan data Geolistrik. Metode seismik refraksi dapat memberikan informasi sifat fisis batuan berdasarkan nilai cepat rambat gelombang seismik sedangkan metode geolistrik digunakan untuk mengetahui nilai resistivitas pada lapisan batuan yang ada di bawah permukaan. Telah dilakukan pengukuran seismik refraksi di salah satu lokasi yang akan dilakukan pembangunan yaitu lintasan LDSR01, LTSR02, dan LTSR03. Hasil dari pengukuran seismik refraski kemudian diolah sehingga mendapatkan velocity map serta model lapisan yang ada di bawah permukaan kemudian dikorelasikan dengan data geolistrik yang berupa penampang resistivitas lintasan GL-03 dan GL-04. Analisis dari hasil pengolahan data diinterpretasikan bahwa terdapat tiga lapisan dimana tingkat kekerasan lapisan batuan di wilayah penelitian bertambah seiring dengan bertambahnya kedalaman. Lapisan pertama dengan kedalaman 0 – 15 meter dinyatakan lapisan lapuk yang tidak terkompaksi dengan kecepatan rambat gelombang di bawah 2000 ft/s dan nilai resistivitas kurang dari 400 Ωm. Lapisan ini masuk ke dalam tingkat kekerasan very soft soil – firm cohesive soil. Lapisan kedua dengan kedalaman hingga 45 meter dinyatakan sebagai lapisan batuan dasar lapuk dengan kecepatan 2000 – 5000 ft/s dan nilai resistivitas lebih dari 400 Ωm. Lapisan ini masuk ke dalam tingkat kekerasan stiff cohesive soil – soft rock. Lapisan ketiga dengan kedalaman lebih dari 45 meter dinyatakan sebagai lapisan yang batuan dasar dengan kecepatan rambat gelombang lebih dari 5000 ft/s dan nilai resistivitas lebih dari 400 Ωm. Lapisan ini masuk ke dalam tingkat kekerasan soft rock – extremely hard rock. Berdasarkan data geolistrik, lapisan kedua dan ketiga merupakan batuan dasar yang diinterpretasikan sebagai batuan granit atau granodiorit. ......The construction of a project needs to begin with an investigation of the rock layers below the earth's surface because the rock layers below the earth's surface have varying physical properties, one of which is the level of hardness. This study was conducted to determine the level of rock layer hardness in one area in South Sulawesi based on the results of processing data from Seismic Refraction and Geoelectrical data. The seismic refraction method can provide information on the physical properties of rocks based on the value of the seismic wave propagation speed, while the geoelectric method is used to determine the resistivity value in the rock layers below the surface. Seismic refraction measurements have been carried out at one of the locations where the construction will be carried out, namely the LDSR01, LTSR02, and LTSR03 lines. The results of seismic refraction measurements are then processed to obtain a velocity map and a model of the subsurface layer and then correlated with geoelectrical data in the form of crosssectional resistivity of the GL-03 and GL-04 lines. Analysis of the results of data processing interpreted that there are three layers where the level of rock layer hardness in the study area increases with increasing depth. The first layer with a depth of 0-15 meters is declared an uncompacted weathered layer with a wave propagation speed below 2000 ft/s and a resistivity value of less than 400 m. This layer is included in the hardness level of very soft soil – firm cohesive soil. The second layer with a depth of up to 45 meters is expressed as a weathered bedrock layer with a velocity of 2000 – 5000 ft/s and a resistivity value of more than 400 m. This layer is included in the hardness level of stiff cohesive soil – soft rock. The third layer with a depth of more than 45 meters is expressed as a bedrock layer with a wave propagation velocity of more than 5000 ft/s and a resistivity value of more than 400 m. This layer falls into the hardness level of soft rock – extremely hard rock. Based on geoelectrical data, the second and third layers are bedrock which is interpreted as granite or granodiorite.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzan Kamil
Abstrak :
Penelitian nikel laterit pada daerah Kolaka menggunakan metode geolistrik yaitu tahanan jenis dan polarisasi terimbas dengan konfigurasi werner-schulmberger. Peneltian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sebaran mineral nikel dengan panjang 235 meter per lintasan dengan arah barat-timur mengikuti tomografi lokasi penelitian. Lintasan yang sejajar berjarak 100 meter dan jarak antar elektroda sebesar 5 meter. Pengolahan data geolistrik dilakukan dengan inversi 2D dimana tahanan jenis menggunakan ResIPy dan polarisasi terimbas menggunakan Res2DINV dengan terlebih dahulu menyeleksi data yang errornya besar. Hasil dari penelitian diperoleh nilai tahanan jenis lapisan nikel laterit yang terdiri atas lapisan penutup, lapisan limonit, lapisan saprolit, dan lapisan batuan dasar. Nilai tahanan jenisnya beragam sesuai dengan litologi bawah tanahnya yaitu lapisan penutup: >300 Ωm, lapisan limonit: <120 Ωm, lapisan saprolit 120-350 Ωm, lapisan batuan dasar >350 Ωm dan ditampilkan dalam model 2D dan 3D ......The research on nickel laterite in the Kolaka area uses the geoelectric method, namely resistivity and induced polarization with the Werner-Schulmberger configuration. This research aims to identify the distribution of nickel minerals with a length of 235 meters per line with a west-east direction following the tomography of the research location. The distance of parallel line is 100 meters and the distance between the electrodes is 5 meters. Geoelectric data processing is done by 2D inversion where resistivity uses ResIPy and induced polarization uses Res2DINV by first filtering and remove data with large errors. The results of the study obtained the resistivity value of the laterite nickel layer which consists of a caprock layer, limonite layer, saprolite layer, and bedrock layer. The resistivity values vary according to the underground lithology, namely the caprock layer:> 300 Ωm, the limonite layer: <120 Ωm, the saprolite layer 120-350 Ωm, the bedrock layer> 350 Ωm and is displayed in 2D and 3D models
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elfina Nurul Octaviani
Abstrak :
Informasi mengenai kondisi bawah permukaan sangat penting diketahui sebelum melakukan pembangunan suatu proyek. Seismik refraksi dipilih karena dapat mengukur variasi spasial parameter petrofisika, seperti kecepatan dan absorpsi seismik melalui analisis sinyal seismik buatan. Adapun penelitian ini mengintegrasikan penggunaan metode seismik refraksi untuk mengamati parameter fisis gelombang pada tiap lapisan batuan yang dikorelasikan dengan data hasil uji bor di daerah penelitian. Hasil pengolahan data dipetakan tingkat kekerasan di tiap lintasan seismik berdasarkan nilai kecepatan rata-rata gelombang P yang dihasilkan. Pada lapisan pertama di ketiga lintasan diketahui memiliki tingkat kekerasan tanah padat tanpa kohesi dengan nilai rata-rata Vp berturut-turut 631,13 m/s; 488,66 m/s; 750,51 m/s. Lapisan kedua pada ketiga lintasan merupakan bahan keras seperti batu dengan nilai rata-rata Vp berturut-turut 1229,69 m/s; 1087,21 m/s; 928,06 m/s. Kemudian lapisan ketiga pada lintasan 23 dan 25 merupakan batuan separuh lunak dengan nilai rata-rata Vp berturut-turut 1688,18 m/s dan 2492,36 m/s. Sedangkan pada lintasan 24 memiliki tingkat kekerasan batuan sangat keras dengan nilai rata-rata Vp 1312,69 m/s. ......Information about subsurface conditions is very important to know before carrying out the construction of a project. Seismic refraction was chosen because it can measure the spatial variation of petrophysical parameters, such as seismic velocity and absorption through artificial seismic signal analysis. This research integrates the use of the seismic refraction method to observe the physical parameters of the waves in each rock layer which is correlated with the data from the drill test results in the research area. The results of data processing mapped the level of hardness in each seismic lines based on the value of the average velocity of the resulting P wave. The first layer in the three line seismic is known to dense cohesionless soil with an average Vp value of 631.13 m/s; 488.66 m/s; 750.51 m/s. The second layer on the three lines is a hard rock – like material with an average Vp value of 1229.69 m/s; 1087.21 m/s; 928.06 m/s. Then the third layer on lines 23 and 25 is semi-soft rock with an average Vp value of 1688.18 m/s and 2492.36 m/s, respectively. While on track 24 it has a very hard rock hardness with an average value of Vp 1312.69 m/s.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adilia Okita Permatasari
Abstrak :
ABSTRAK
Pengukuran dengan metode geolistrik umumnya menggunakan pendekatan secara homogen dan isotropi. Namun, pendekatan tersebut tidak sepenuhnya sama dengan kondisi Bumi yang sebenarnya. Untuk itulah perlu dilakukan pengukuran dengan pendekatan secara inhomogen dan anisotropi. Pendekatan ini menggunakan parameter Dar-Zarouk. Parameter Dar-Zarouk ini digunakan untuk menghitung nilai resistivity media dan koefisien anisotropi. Penulisan tugas akhir ini bertujuan untuk mengidentifikasi alterasi hidrotermal yang bentuknya tidak beraturan di lapangan, maka pendekatan secara inhomogen dan anisotropi ini sangat tepat untuk digunakan dan diharapkan dapat memberikan gambaran model penampang true resistivity di bawah permukaan yang lebih jelas. Hasil model penampang dengan menggunakan parameter Dar-Zarouk mempertajam anomali sehingga keberadaan alterasi dapat lebih jelas terlihat dan teridentifikasi.
ABSTRACT
Measurement of geoelectric method is commonly using homogeneous and isotropy approachment. However, this approachment are not entirely same as the earth’s real condition. Therefore, it needs to be measured with inhomogenous and anisotropy approachment. This approachment uses the parameter of Dar-Zarouk. The parameter of Dar-Zarouk is used to calculate the values of resistivity media and coefficient of anisotropy. This thesis for identifying hydrothermal alteration which not uniform in the field, the inhomogenous and anisotropy approachment is very appropriate to be used and expected to give cross section of true resistivity in subsurface imaging to be clearer.The results of the model using the parameters of Dar-Zarouk sharpen the anomaly, hence the existence of alteration could be more visible and easier to be identified.
2016
S64329
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Septiani Eka Anjarwati
Abstrak :
Penelitian menggunakan metode tahanan jenis dan polarisasi terimbas di Pulau Maniang, Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara untuk mengidentifikasi lingkungan laterisasi nikel laterit dengan konfigurasi elektroda Wenner-Schlumberger. Terdapat lima lintasan pengukuran dengan arah lintasan Barat Laut - Tenggara dan panjang lintasan 235 meter. Lingkungan laterisasi nikel laterit di Pulau Maniang terbagi menjadi 3, yaitu batuan penutup, lapisan limonit, dan lapisan saprolit dengan nilai tahanan jenis berturut-turut sebesar > 150 Ohm.m, < 200 Ohm.m, dan > 200 Ohm.m. Faktor yang mempengaruhi pembentukan endapan nikel laterit di Pulau Maniang adalah topografi dan vegetasi. Persebaran endapan nikel laterit di Pulau Maniang berarah ke timur.
Study is carried out using resistivity and induced polarization method in Maniang Island, Kolaka Regency, Southeast Sulawesi to identify the laterization environment for nickel laterite by performing the Wenner-Schlumberger configuration. Five lines, trending Northwest - Southeast, are obtained on the length of 235 meters each. The laterization environment for nickel laterite on Maniang Island is divided into 3 layers: caprock, limonite and saprolite layers with chronological values of  > 150 Ohm.m, < 200 Ohm.m, and > 200 Ohm.m. Topography and vegetation make up the factors influencing the formation of nickel laterite deposits in Maniang Island. The distribution of nickel laterite deposits on Maniang Island is trending eastward.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Junaedi Abdulah
Abstrak :
Pembangunan jalan tol sekarang sedang marak terjadi di Indonesia. Untuk mencapai pembangunan jalan tol, dibutuhkan analisis dari beberapa bidang ilmu. Salah satu analisis yang dilakukan yaitu analisis peralihan lahan pada area galian jalan tol. Analisis yang dibutuhkan adalah analisis jenis dan estimasi volume batuan pada area galian pembangunan jalan tol. Terdapat dua metode yang digunakan untuk melakukan analisis batuan dan estimasi volume batuan pada area galian yaitu menggunakan data bor dan data geolistrik tahanan jenis. Pada penelitian ini digunakan metode geolistrik tahanan jenis dengan konfigurasi wenner dikarenakan biaya yang dibutuhkan lebih efisien. Metode geolistrik tahanan jenis digunakan untuk mengidentifikasi jenis batuan daerah galian dan melakukan estimasi volume jenis batuan. Jumlah lintasan yang digunakan sebanyak 8 lintasan dengan masing masing lintasan memiliki panjang 500 meter dan 48 elektroda. Hasil data pengukuran metode geolistrik tahanan jenis diinversi menggunakan software res2dinv dan dilakukan least square inversion untuk memperoleh penampang 2-D tahanan jenis. Hasil dari pengolahan data menunjukkan variasi tahanan jenis berkisar 6-6.000 Ωm. Untuk memperoleh analisis jenis batuan dari data tahanan jenis, dilakukan korelasi antara penampang 2-D tahanan jenis dengan data bor pada lokasi penelitian. Hasil dari korelasi menunjukkan terdapat 2 jenis batuan yang ada pada area penelitian yaitu jenis batuan lapilli lapuk sedang-kuat dan lapilli segar-lapuk ringan. Batuan jenis lapilli lapuk sedang-kuat memiliki nilai tahanan jenis <300 Ωm sedangkan lapilli segar-lapuk ringan memiliki nilai tahanan jenis >300 Ωm. Dari penampang 2-D data tahanan jenis dilakukan pemodelan 3-D untuk mengetahui estimasi volume setiap jenis batuan pada area penelitian. Pemodelan dilakukan dengan menggunakan software Rockwork. Hasil estimasi volume batuan pada area penelitian menunjukkan total volume batuan sebesar 9.599.076 m3 yang terdiri dari 3.149.704 m3 batu lapilli lapuk sedang-kuat dan 6.449.372 m3 batu lapilli segar-lapuk ringan. ......The construction of toll roads is currently happening in Indonesia. To achieve the construction of toll roads, analysis from several fields of knowledge is needed. One of the analyzes carried out is the analysis of land transition in the excavated area of ​​the toll road. The analysis required is an analysis of the type and volume estimation of rock in the excavated area for toll road construction. There are two methods used to perform rock analysis and estimate the volume of rock in the excavation area, using drill data and geoelectrical resistivity data. In this study, the geoelectric resistivity method with Wenner configuration was used because the required cost is more efficient. The geoelectrical resistivity method is used to identify rock types in excavation areas and to estimate the volume of rock types. The number of tracks used is 8 tracks with each track having a length of 500 meters and 48 electrodes. The results of the measurement data using the geoelectric method of resistivity were inverted using res2dinv software and a least square inversion was performed to obtain a 2-D section of resistivity. The results of data processing show that the resistivity varies in the range of 6-6,000 Ωm. To obtain rock type analysis from the resistivity data, a correlation was performed between the 2-D resistivity sections and the drilled data at the study site. The results of the correlation showed that there were 2 rock types in the study area, medium-strong weathered lapilli and fresh-lightly weathered lapilli. Medium-strong weathered lapilli rocks have a resistivity value of <300 Ωm while fresh-lightly weathered lapilli rocks have a resistivity value of >300 Ωm. From the 2-D section of the resistivity data, 3-D modeling was carried out to determine the estimated volume of each type of rock in the study area. Modeling is done using Rockwork software. The results of rock volume estimation in the study area showed a total rock volume of 9,599,076 m3 consisting of 3,149,704 m3 of medium-strong weathered lapilli and 6,449,372 m3 of fresh-lightly weathered lapilli.
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiara Nurul Azizah
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hasil perbandingan penggunaan dari elektroda batang dan pelat pada metode geolistrik resistivitas. Elektroda batang memiliki keterbatasan yaitu tidak dapat digunakan pada permukaan keras seperti permukaan beton karena dapat merusak permukaan beton, sedangkan elektroda pelat dapat digunakan dan tidak merusak. Pengambilan data penelitian dilakukan pada satu lintasan dengan dua kali pengukuran. Panjang lintasannya 117,5 meter dengan spasi 2,5 meter dan 48 elektroda. Hasil data pengukuran diinversikan menggunakan software Res2dinv dengan metode inversi Robust Constraint dan Least-Square untuk mendapatkan penampang 2D resistivitas masing-masing elektroda. Dilakukan analisis hasil penampang 2D berdasarkan nilai RMS Error atau Absolute Error dan kemiripannya dengan keadaan lapangan sesungguhnya. Hasil dari analisisnya adalah elektroda pelat lebih representatif jika dibandingkan dengan elektroda batang, serta elektroda pelat tidak merusak permukaan beton. Sehingga elektroda pelat dapat digunakan jangka panjang untuk pemeliharan bak air yang terdapat pada Lapangan Kiara Payung, Sumedang, Jawa Barat. Serta, elektroda pelat dapat digunakan untuk penelitian yang menggunakan metode geolistrik resistivitas lainnya di atas permukaan selain tanah tanpa merusaknya. ......This study was conducted to determine the comparative results of the use of a peak and plate electrodes in the resistivity geoelectric method. A peak electrodes have limitations that cannot be used on hard surfaces such as concrete surfaces because they can damage concrete surfaces, while plate electrodes can be used and do not damage. This research was conducted on one track with two measurements. The track length was 117.5 meters with a spacing of 2.5 meters and 48 electrodes. The measurement data results were inversed using Res2dinv software with the Robust Constraint and Least-Square inversion method to obtain a 2D cross section of the resistivity of each electrode. The 2D cross section results were analyzed based on the RMS Error or Absolute Error value and its similarity with the actual field conditions. The result of the analysis is that the plate electrode more representative compared to the peak electrode, and the plate electrode does not damage the concrete surface. So that plate electrodes can be used in the long term for the maintenance of water tanks in Kiara Payung Campground, Sumedang, West Java. Also, plate electrodes can be used for research using other resistivity geoelectric methods on surfaces other than soil without damaging them.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiara Shafina Adzra
Abstrak :
Pengembangan industri dan eskalasi ekonomi membuat pembangunan infrastruktur untuk pemukiman secara masif meningkat hingga kebutuhan dasar untuk bahan bangunan pun bertambah. Pemenuhan kebutuhan ini dimaksimalkan dengan produksi tambang galian yang sudah banyak dilakukan di Indonesia, khususnya Banyumas. Untuk itu, dilakukan penelitian untuk perencanaan kawasan tambang batuan baru berupa tambang batuan basalt di Kecamatan Jatilawang, Banyumas setelah ditemukannya indikasi berupa singkapan batuan basaltik. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode geolistrik DC resistivity konfigurasi wenner-alpha yang selanjutnya dibuat pemodelan 2D dan 3D untuk mendapat analisis sebaran dan volume batuan basalt yang akan ditambang. Survei geolistrik menggunakan 6 lintasan sepanjang 235 meter dan 48 elektroda dengan hasilnya diolah menggunakan inversi least-square untuk mendapat penampang 2D dan metode gridding IDW Anisotropic untuk mengetahui model 3D. Dari pemodelan tersebut, didapat hasil sebaran batuan basalt berada pada pada rentang resistivitas 15,95–55,95 Ωm untuk basal resistivitas rendah hingga 55,95–452,62 Ωm untuk batuan basal masif. Berdasarkan hasil analisis survei, potensi batuan basalt yang berada di Kecamatan Jatilawang dapat digunakan sebagai bahan tambang dengan sebaran yang membentang dengan arah barat-timur. Berdasarkan pemodelan 3D, basalt di jatilawang memiliki estimasi volume sebesar 1.969.308 bank cubic meter (bcm), dengan 555.343 bcm batuan basalt resistivitas rendah dan 1.413.965 bcm batuan basal resistivitas tinggi. Batuan basalt yang bersifat masif dan lebih kuat ini berada di bagian utara penelitian yang ditunjukan dengan adanya singkapan hingga elevasi 156 meter.  ......Industrial development and economic escalation have made infrastructure development for settlements massively increased that the basic needs for building materials have also increased. The fulfilment of this need is maximized by the production of quarrying which has done a lot in Indonesia, especially Banyumas. In this case, research was carried out for planning a new basalt rock mine in Jatilawang District, Banyumas after indications of basaltic rock outcrops are found. The research was carried out using the DC resistivity geoelectric method with wenner-alpha configuration which the result then made into 2D and 3D modelling to obtain an analysis of the distribution and volume of the basalt rock to be mined. The geoelectrical survey used 6 tracks with a length of 235 meters and 48 electrodes and the results were processed using the least-square inversion to obtain 2D cross-sections and the gridding IDW Anisotropic method to determine the 3D model. From this modelling, the results show that the distribution of basalt rocks is in the resistivity range of 15,95–55,95 Ωm for low resistivity basalt to 55,95–452,62 Ωm for massive basalt. Based on the results of the survey analysis, the potential for basalt rock in Jatilawang District can be used as a mining material with a distribution that stretches in a west-east direction based on 3D modelling having a volume of 1.969.308 bcm, with 555.343 bcm of low resistivity basalt rock and 1.413.965 bcm of basalt rock high resistivity. This massive and stronger basalt rock is located in the northern part of the survey which is indicated by the presence of outcrops up to an elevation of 156 meters.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Dzaky Wajdi Hardiyan Syahputro
Abstrak :
Penurunan tanah memiliki dampak yang besar terhadap infrastruktur seperti mengubah geometri permukaan. Pergerakan turunnya tanah secara vertikal (subsidence) merupakan salah satu dari banyak faktor yang menyebabkan kerusakan infrastruktur baik yang diakibatkan oleh pergerakan secara alami seperti gempa ataupun buatan seperti aktivitas pertambangan. Penelitian ini bertujuan untuk analisis penyebab subsidence melalui pemodelan 2D tomografi seismik dan 3D tomografi resistivitas di Perumahan Tranquility, Depok.  Metode tomografi seismik refraksi yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi zona subsidence berdasarkan parameter kecepatan tanah sedangkan tomografi resistivitas bertujuan untuk melihat distribusi anomaly resistivitas zona rawan subsidence. Di lokasi terjadinya subsidence telah dilakukan pengambilan data seismik refraksi dan data geolistrik resistivitas ERT. Nilai waktu tiba (arrival time) dari data seismik refraksi digunakan sebagai parameter dalam proses tomografi waktu tunda. Hasil dari pengolahan seismik refraksi berupa model kecepatan (velocity map) lapisan bawah permukaan dan grafik waktu versus jarak dari waktu tersimulasi dan waktu terobservasi di setiap lintasan refraksi. Kemudian, hasil pengolahan tomografi seismik di korelasikan dengan data pengolahan ERT berupa penampang sebaran resistivitas bawah permukaan. Analisis hasil pengolahan kedua data tersebut didapatkan bahwa terdapat 3 tipe lapisan yaitu lapisan batuan lepas (unconsolidated sediment/loose soil), lapisan batuan pasir-kerikil (sandy gravel), dan lapisan akuifer dengan kemungkinan batuan silt-clay. Lapisan batuan lepas dengan kedalaman 0-6 meter mengalami penebalan dari arah barat daya hingga timur laut dengan ketebalan rata-rata 4 meter dan memiliki nilai resistivitas antara 17-35 ohm.m dan kecepatan rambat gelombangnya 300-340. Lapisan batuan pasir-kerikil dengan kedalaman 6-12 meter dan ketebalan nya meningkat dari arah timur laut hingga barat daya. Lapisan ini memiliki nilai resistivitas 55-110 ohm.m dan kecepatan rambat gelombangnya > 340. Lapisan akuifer berada pada kedalaman 13-30 meter dengan geometri panjang 40 meter dengan nilai resistivitas 0-15 ohm.m. Lapisan akuifer ini diinterpretasikan sebagai lapisan tipe batuan silt-clay. Geometri dari lapisan batuan pasir-kerikil lintasan ERT menunjukan adanya proses pensesaran tektonik minor/zona fraktur pada bagian barat daya dan timur laut dengan ciri blok respon resistivitas yang menebal dan diskontinyu. Geometri dari pensesaran ini termodelkan dalam model resistivitas 3D. ......Subsidence has major impacts on infrastructure such as changing surface geometry. Vertical subsidence movement is one of the many factors that cause damage to infrastructure whether caused by natural movements such as earthquakes or artificial movements such as mining activities. This research aims to analyze the causes of subsidence through 2D seismic tomography and 3D resistivity tomography modeling in Tranquility Housing, Depok.  The refraction seismic tomography method carried out in this study aims to identify subsidence zones based on ground velocity parameters while resistivity tomography aims to see the distribution of resistivity anomalies in subsidence-prone zones. At the location of subsidence, refraction seismic data and ERT resistivity geoelectric data have been collected. The arrival time value of refraction seismic data is used as a parameter in the time-delay tomography process. The refraction seismic processing results in a velocity map of the subsurface and a time versus distance graph of the simulated and observed times in each refraction trajectory. Then, the results of seismic tomography processing are correlated with ERT processing data in the form of subsurface resistivity distribution cross-sections. Analysis of the results of the processing of the two data obtained that there are 3 types of layers: unconsolidated sediment/loose soil layer, sandy gravel layer, and aquifer layer with possible silt - clay rocks. The loose rock layer with a depth of 0-6 meters thickens from the southwest to the northeast with an average thickness of 4 meters and has a resistivity value between 17 - 35 ohm.m and a wave propagation speed of 300 - 340  The sand-gravel layer is 6-12 meters deep and its thickness increases from the northeast to the southwest. This layer has a resistivity value of 55-110 ohm.m and a wave propagation velocity of > 340 m  The aquifer layer is at a depth of 13-30 meters with a geometry length of 40 meters with a resistivity value of 0-15 ohm.m. This aquifer layer is interpreted as a silt-clay rock type layer. The geometry of the ERT track sand-gravel layer shows a minor tectonic faulting process/fracture zone in the southwest and northeast with thickened and discontinuous resistivity response blocks. The geometry of this faulting is modeled in the 3D model.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Triwidya Nayaprabha
Abstrak :
Kalimantan Tengah merupakan salah satu lokasi terletaknya deposit pasir kuarsa di Indonesia. Pasir kuarsa di Kalimantan Tengah memiliki kandungan SiO₂ yang tinggi, sehingga biasa disebut dengan pasir silika. Pasir silika dapat digunakan sebagai pasir industri, oleh karena itu dibutuhkan estimasi volume sebaran pasir silika untuk memenuhi kebutuhan pasir industri. Salah satu upaya untuk mengetahui jumlah estimasi volume pasir silika adalah dengan mengetahui kondisi bawah permukaan menggunakan survei geofisika. Dalam penelitian ini, digunakan metode geolistrik resistivitas dengan konfigurasi wenner-alpha serta data bor sebagai data pendukung untuk membantu proses interpretasi. Hasil dari pengukuran akan dibuat pemodelan 2D dan 3D untuk dianalisis serta mengetahui sebaran pasir silika pada wilayah penelitian dan volumenya. Penelitian ini menggunakkan 50 elektroda yang berjarak 5 meter antar elektroda dengan lintasan sepanjang 490 meter. Hasil dari pengukuran akan diolah menggunakan inversi least-square untuk mendapatkan penampang 2D dan metode gridding untuk mendapatkan model 3D. Hasil interpretasi dari 5 lintasan menunjukkan rentang nilai resistivitas sebesar 0 – 4000 Ωm dengan adanya sebaran pasir silika murni yang memiliki nilai resistivitas >1000 Ωm pada penampang geolistrik 2-D. Nilai Resistivitas diklasifikasikan menjadi 3 jenis berdasarkan litologi wilayah penelitian, yaitu nilai 100 – 300 Ωm yang merupakan lapisan lempung, nilai 300 – 700 Ωm yang merupakan lapisan lempung dengan campuran pasir silika, dan >700 Ωm yang merupakan pasir silika. Perhitungan estimasi volume pasir silika dilakukan dengan cara membuat model 3-D, didapatkan estimasi sebaran pasir silika sebesar 1438443 m³ dengan nilai resistivitas >1000 Ωm. Berdasarkan hasil penelitian, pasir silika mengalami penebalan yang mengarah ke timur laut. ......Central Kalimantan is one of the locations where quartz sand deposits are located in Indonesia. Quartz sand in Central Kalimantan has a high SiO₂ content, so it is commonly called silica sand. Silica sand can be used as industrial sand, therefore it is necessary to estimate the volume of silica sand distribution to meet the needs of industrial sand. One of the efforts to find out the estimated volume of silica sand is to know the subsurface conditions using a geophysical survey. In this study, the geoelectrical resistivity method was used with the Wenner-alpha configuration and drill data as supporting data to assist the interpretation process. The results of the measurements will be made into 2D and 3D modeling for analysis and to determine the distribution of silica sand in the study area and its volume. This study used 50 electrodes spaced 5 meters between electrodes with a path of 490 meters. The results of the measurements will be processed using the least-square inversion to obtain a 2D cross-section and the gridding method to obtain a 3D model. Interpretation of the 5 lines shows a range of resistivity values of 0 – 4000 Ωm in the presence of pure silica sand with a resistivity value of >1000 Ωm on the 2-D geoelectric cross section. Resistivity values are classified into 3 types based on the lithology of the study area, namely values of 100 – 300 Ωm which are clay layers, values 300 – 700 Ωm which are clay layers mixed with silica sand, and >700 Ωm which are silica sand. Calculation of the estimated volume of silica sand is done by making a 3-D model, obtained an estimated distribution of silica sand of 1438443 m³ with a resistivity value of >1000 Ωm. Based on the research results, silica sand is thickening towards the northeast.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>