Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andi Fildza Rafiza
"Kebisingan merupakan risiko kerja yang dapat menyebabkan gangguan pendengaran permanen, salah satu nya adalah kebisingan dari kegiatan konstruksi di galangan kapal. Galangan kapal memiliki kegiatan perbaikan dan pembuatan kapal yang dapat menimbulkan kebisingan tinggi dan terbukti memiliki hubungan yang signifikan dengan gangguan pendengaran pada pekerja. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara tingkat kebisingan dengan gangguan pendengaran yang terjadi pada pekerja lapangan di galangan kapal Tanjung Priok tahun 2019. Desain studi yang digunakan adalah desain studi dengan subjek pekerja lapangan PT. Dok & Perkapalan Kodja Bahari galangan II terdiri dari bagian produksi, fasilitas galangan, dan QHSE. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 70 responden dan 31 titik kebisingan. Hasil analisa bivariat menghasilkan hubungan yang signifikan antara tingkat kebisingan dengan gangguan pendengaran dengan p value 0,02, OR=5,44, dan CI 95%=1,263-23,464. Hasil analisis multivariat menunjukan bahwa pekerja yang terpajan kebisingan memiliki risiko 21 kali terkena gangguan pendengaran dibandingkan yang tidak terpajan setelah di kontrol variabel riwayat penyakit telinga dan usia. Temuan ini menyarankan untuk adanya pengendalian kebisingan dengan eliminasi alat kerja yang menimbulkan bising, melakukan penanaman pohon untuk mereduksi kebisingan, kontrol administrasi dengan melakukan rotasi kerja dan kegiatan edukasi pada pekerja bahaya kebisingan. 

Noise is a work risk that can cause permanent hearing loss, one of the noise is noise from construction activity in shipyard. The shipyard has repairs and shipbuilding activities that can cause high noise and are proven to have a significant relationship with hearing loss in workers. This study aimed to examine the relationship between the level of noise with a hearing impairment that occurs on field workers in the shipyard of Tanjung Priok in 2019. The study design used was a cross sectional study with a population of 164 field workers at PT. Dok & Perkapalan Kodja Bahari Galangan II consists of production parts, shipyard facilities, and QHSE. The number of samples is 70 respondents and 31 noise points. The result of bivariate analysis is that there is a significant relationship between noise level and hearing loss with p value 0,02, OR = 5,44, and 95% CI = 1,263-23,464. The results of multivariate analysis showed that workers exposed to noise had a 21 times risk of hearing loss compared to those who were not exposed after being controlled by age and history of ear disease. This finding suggests to control noise by eliminating work tools that cause noise, planting trees to reduce noise, control administration by carrying out work rotations and educational activities for noise hazard. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muharnis Supriyani Putri
"ABSTRAK
Nama : Muharnis Supriyani PutriProgram Studi : Kesehatan MasyarakatJudul : Uji Kontaminasi Staphylococcus aureus pada Makanan di TempatPengelolaan Makanan Wilayah Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhandi Jakarta Tahun 2018Penelitian ini bertujuan untuk gambaran kontaminasi Staphylococcus aureus padamakanan dan memeperoleh gambaran informasi mendalam tentang perbedaan praktikhigiene dan sanitasi cara pengolahan makanan yang dilakukan oleh penjamah makananyang sampel makanannya negatif mengandung bakteri Staphylococcus aureus danpositif mengandung bakteri Staphylococcus aureus di tempat pengelolaan makananWilayah Kerja Sebuah Kantor Kesehatan Pelabuhan di Jakarta Utara. Penelitian inidilakukan pada bulan April-Mei tahun 2018. Penelitian ini mengunakan rancanganmetode kuantitatif dan kualitatif. Metode kuantitatif pada penelitian ini menggunakandesain studi cross sectional, dengan mengambil 72 sampel makanan yang diperiksa kelaboratorium, melakukan observasi dan wawancara langsung terhadap penjamahmakanan di tempat pengelolaan makanan. Metode kualitiatif menggunakan metodepengambilan data wawancara mendalam. Hasil pemeriksaan pemeriksaan menunjkkanbahwa terdapat 1 1,40 dari 72 sampel makanan yang terkontaminasi oleh bakteriStaphylococcus aureus. Sebanyak 40 orang 55,60 , 16 orang 22,20 , 24 orang 33,30 meimiliki pengetahuan, sikap, perilaku yang baik tentang personal hygienepenjamah. Perbedaan praktik higiene dan sanitasi cara pengolahan makanan yangmencolok antara penjamah makanan yang sampel makanannya negatif mengandungbakteri Staphylococcus aureus dan positif mengandung bakteri Staphylococcus aureusadalah pada tahap penanganan makanan sisa, dimana penjamah maknan yang sampelmakanannya positif mengandung bakteri Staphylococcus aureus tidak memiliki fasilitaslemari pendingin, sehingga penjamah tersebut hana menyimpan makanan sisa di suhuruangan pada saat sebelum dan sesudah dilakukannya pemanasan ulang makanan.Kata kunci: bakteri; higiene; kontaminasi makanan; sanitasi; Staphylococcus aureus

ABSTRACT
Name Muharnis Supriyani PutriStudy Programme Kesehatan MasyarakatTitle Staphylococcus aureus contamination test in food at kitchenpremises of working area of the port health medical service inJakarta, 2018This study was aimed to evaluate food contamination with Staphylococcus aureusbacteria and to get more information about the differences of hygiene and sanitation offood handling practices between food handlers that had positive food samplecontamination and food handlers that had negative food sample contamination withStaphylococcus aureus bacteria at kitchen premises of working area of the port healthmedical service x. This research was conducted in April May 2018.This research usedquantitative and qualitative design method. Quantitative method used cross sectionaldesign study, 72 food samples were tested for Staphylococcus aureus bacteria indicatorsin the laboratory, and the researcher also conducted interview and observation on foodhandlers. Qualitative method used in depth interview for collecting data. Loboratory testresults showed that 1 1,40 from 72 food samples contaminated with Staphylococcusaureus bacteria. There were 40 55,60 , 16 22,20 , 24 33,30 food handlers hadgood scores for knowledge, attitudes, and practices about the personal hygiene. Themost obvious difference of hygiene and sanitation of food handling practices betweenfood handlers that had positive food sample contamination and food handlers that hadnegative food sample contamination with Staphylococcus aureus bacteria was at thestage of leftover food handling, where food handler that had positive food samplecontamination with Staphylococcus aureus bacteria did not have a refigerator to storethe leftover food, so the food handler just kept the leftover food at room temperature, atthe time before anf after food reheating.Kata kunci bacteria food contamination hygiene sanitation Staphylococcus aureus"
2018
T51041
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Widyana
"Kasus diare di Muara Angke masih cukup tinggi terutama di wilayah pemukiman sekitar lokasi Pengolahan Hasil Perikanan Tradisional (PHPT) karena kondisi sanitasi lingkungan yang masih tergolong kurang memadai serta perilaku higiene masyarakat yang tidak baik. Kasus diare pada kelompok umur balita lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok umur lainnya karena balita memiliki daya tahan yang lebih lemah. Air minum yang terkontaminasi dapat menjadi media penularan penyakit diare. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kontaminasi Escherichia coli pada air minum dengan kejadian diare pada balita di pemukiman sekitar lokasi Pengolahan Hasil Perikanan Tradisional (PHPT) Muara Angke Kelurahan Pluit Kota Jakarta Utara Tahun 2019. Desain penelitian ini adalah crossectional dengan jumlah sampel 95 responden. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kontaminasi Escherichia coli dalam air minum (4,67; 1,96-11,09), faktor balita [status imunisasi (5,69; 2,24-14,44)], faktor ibu [tingkat pendidikan (2,98; 1,22-7,31), tingkat pengetahuan (8,38; 2,98-23,59), status ekonomi keluarga (3,23; 1,32-7,91), perilaku mencuci tangan (5,17; 2,16-12,38), dan perilaku memasak air minum (4,75; 1,97-11,47)], faktor lingkungan [kondisi fisik jamban (14,44; 5,29-39,41)] dengan kejadian diare pada balita di pemukiman sekitar lokasi Pengolahan Hasil Perikanan Tradisional (PHPT) Muara Angke Kelurahan Pluit Kota Jakarta Utara. Faktor yang paling dominan berhubungan dengan kejadian diare pada balita di pemukiman sekitar lokasi Pengolahan Hasil Perikanan Tradisional (PHPT) Muara Angke Kelurahan Pluit Kota Jakarta Utara Tahun 2019 adalah kondisi fisik jamban (20,08; 4,65-86,81).

The case of Diarrhea in Muara Angke is still adequately high, most importantly in the residence nearby the Traditional Fishery Product Processing (PHPT) since the sanitary condition still appears inadequate, and residents’ hygenic behavior still proves unhealthy. Diarrhea cases toward toddlers seem higher than the older ones due to their weak immunity. The potable water that has been contaminated can be the medium of transmitting the disease. This study aims at understanding the relation between Escherichia coli contamination in drinking water with diarrhea among children under five years of age in settlements around location of Tradisional Fisheries Products (PHPT) Muara Angke North Jakarta in 2019. The research design of the study was crossectional with total sample of 95 respondents. The research finding showed that there was a significant correlation between the contamination of Escherichia coli in the potable water (4,67; 1,96-11,09), toddler factor [Immunization status (5,69; 2,24-14,44)], maternal factors [the level of education (2,98; 1,22-7,31), the level of knowledge (8,38; 2,98-23,59), household financial status (3,23; 1,32-7,91), hand-washing behavior (5,17; 2,16-12,38), and water-boiling behavior (4,75; 1,97-11,47)], environment factor [physical condition of latrines (14,44; 5,29-39,41)] with the Diarrhea plague towards toddlers in the residence surrounding the location of PHPT in Muara Angke, Pluit, North Jakarta. The most dominant factor relative to the Diarrhea disease towards toddlers in settlements around location of Tradisional Fisheries Products (PHPT) Muara Angke North Jakarta in 2019 is the physical condition of latrines (20,08; 4,65-86,81)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library