Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Annisa Rahmah Furqaani
Abstrak :
Latihan fisik merupakan salah satu faktor penting yang dapat meningkatkan kemampuan belajar dan memori. Latihan fisik dapat meningkatkan kadar serotonin pada otak, termasuk hipokampus, dengan cara meningkatkan transpor triptofan yang merupakan prekursor serotonin menuju otak. Serotonin merupakan neurotransmiter yang diketahui dapat mempengaruhi berbagai fungsi otak, termasuk proses belajar dan memori. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh latihan fisik aerobik intensitas ringan terhadap kemampuan belajar dan memori serta kadar serotonin pada hipokampus. Latihan fisik dilakukan menggunakan treadmill pada kecepatan 15 m/menit selama empat minggu, dengan durasi latihan 15 menit untuk minggu ke-1 dan 25 menit untuk tiga minggu berikutnya. Pada akhir masa perlakuan, hewan coba didekapitasi, jaringan hipokampus diisolasi dan ditimbang. Kemudian serotonin dan triptofan diekstraksi dari jaringan hipokampus, pengukuran kadar serotonin dan triptofan dilakukan dengan menggunakan HPLC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa latihan fisik aerobik intensitas ringan dapat meningkatkan performa hewan coba dalam menyelesaikan uji belajar dan memori pada perangkat water-E maze. Pada kelompok perlakuan, penurunan waktu tempuh yang signifikan terlihat pada minggu ke-1, namun hal tersebut baru terlihat pada minggu ke-4 pada kelompok kontrol. Penurunan jumlah kesalahan yang signifikan pada kelompok perlakuan terlihat pada minggu ke-2, tetapi penurunan jumlah kesalahan yang signifikan belum terlihat sampai dengan minggu ke-4 pada kelompok kontrol. Analisis statistik komparatif hasil belajar dan memori antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna dalam hal waktu tempuh yang diperlukan untuk menyelesaikan uji belajar dan memori baik oleh kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan. Jumlah kesalahan yang dilakukan oleh hewan coba pada kelompok perlakuan lebih sedikit secara signifikan pada uji belajar dan memori minggu ke-3 dan ke-4 (p<0,05). Berat total hipokampus kelompok perlakuan lebih berat secara signifikan dibandingkan kelompok kontrol (p<0,05). Kadar serotonin pada hipokampus kelompok perlakuan lebih tinggi secara signifikan dibandingkan kelompok kontrol (p<0,05). Kadar triptofan lebih tinggi pada kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol, namun perbedaan tersebut tidak signifikan secara statistik. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa peningkatan kadar serotonin pada hipokampus yang diinduksi oleh latihan fisik terlibat dalam meningkatkan fungsi dan struktur hipokampus sehingga berperan dalam meningkatkan kemampuan belajar dan memori spasial. ...... Physical exercise is one of the most important factors that can improve learning and memory. Physical exercise can enhance serotonin level in the brain by increasing tryptophan (serotonin precursor) transport to the brain, including the hippocampus. Serotonin is a neurotransmitter that influencing many brain functions, including learning and memory. The objective of this research was to investigate the effect of low intensity of aerobic exercise on learning and memory ability and serotonin level in adult male wistar rats hippocampus. Physical exercise was done for four weeks using animal treadmill at 15 m/min in speed, 15 minutes for 1st week and 25 minutes for the next three weeks in duration. At the end of the treatment period, animals were decapitated, the hippocampus tissues were isolated and weighed. Then serotonin and tryptophan extracted from hippocampal tissue, the measurements of hippocampal serotonin and tryptophan levels were done using HPLC. The results showed that low intensity of aerobic exercise can improve animal performance in completing the learning and memory tests on the water-E maze. The duration time to finish learning and memory test was significantly decrease at 1st week in exercised group, but it was seen at 4th week in the control group. The number of errors was significantly decrease at 2nd week in exercised group, but significant decrease in the number of errors have not been seen until the 4th week in the control group. Statistical comparative test of learning and memory between the control group and the exercised group showed that there was no significant difference in terms of duration time needed by both groups to complete learning and memory tests (p>0,05). Statistically significant difference of error numbers had ben shown by exercised group at 3rd and 4th week (p<0,05). The total weight of the hippocampus of exercised group was significantly heavier than the control group (p<0,05). Serotonin levels in the hippocampus of exercised group significantly higher than that in control group (p<0,05). Meanwhile, triptofan levels was also higher in the hippocampus of exercised group although not significantly different. These results indicate that the enhancement of serotonin levels in the hippocampus induced by low intensity of aerobic exercise was involved not only in improving the function and stucture of the hippocampus but also spatial learning and memory ability as well.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rezania Razali
Abstrak :
Monosodium glutamat (MSG) merupakan penyedap rasa makanan yang sangat sering digunakan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa MSG dalam dosis tinggi dapat bersifat neurotoksik/eksitotoksik bagi sel saraf di sistem saraf pusat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh MSG terhadap pembentukan memori khususnya memori spasial dan pengaruh MSG terhadap selsel saraf di hipokampus mengingat area ini sangat berperan dalam proses pembentukan memori. Subjek penelitian adalah 25 ekor tikus putih jantan galur Sprague Dawley (berusia 8-10 minggu, berat 150-200 gr) yang dibagi menjadi 5 kelompok (dua kelompok kontrol dan tiga kelompok perlakuan masing-masing mendapat MSG sebanyak 2 mg/gr, 4 mg/gr dan 6 mg/gr yang diberikan secara oral selama 30 hari). Uji memori spasial dilakukan dengan menggunakan water-E maze, sebelum pemberian MSG dimulai dan setiap minggu hingga minggu ke-4 (dilakukan 5x pengujian). Setelah hari terakhir pemberian MSG, seluruh hewan coba dikorbankan. Jaringan otak diambil dengan hati-hati, segera difiksasi dalam cairan formalin untuk selanjutnya diwarnai dengan pewarnaan HE. Data hasil penelitian dianalisis dengan one way ANOVA dan dilanjutkan dengan uji Post Hoc. Hasil uji memori dengan perangkat water-E maze menunjukkan adanya peningkatan jumlah kesalahan yang dilakukan oleh kelompok perlakuan dosis 4 mg/gr dan 6 mg/gr serta peningkatan durasi waktu yang dibutuhkan oleh semua kelompok perlakuan untuk menyelesaikan uji memori yang signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol setelah pemakaian MSG selama 30 hari. Gambaran histologi hipokampus menunjukkan peningkatan persentase kerusakan sel saraf di hipokampus pada seluruh kelompok perlakuan yang signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol. Penggunaan MSG dalam dosis tinggi seperti yang digunakan pada penelitian ini menyebabkan terjadinya kerusakan sel saraf di hipokampus tikus dan menurunkan fungsi pembentukan memori spasial. ...... Monosodium glutamate (MSG) is commonly used as a flavor enhancer in modern nutrition. Recent studies have shown that high dose of MSG was neurotoxic/excitotoxic to neuronal cells in Central Nervous System. The present study aimed to investigate the effect of MSG on spatial memory formation and neuronal cells in hippocampus which play the role in forming memory. Twenty five male albino Sprague Dawley rats (age: 8-10 weeks, weight: 150-200 gr) were divided into five groups (two control groups and three treated groups with varying doses of MSG: 2mg/gr, 4 mg/gr and 6 mg/gr respectively received MSG dissolved in normal saline by oral gavage for a period of 30 days). To measure the spatial memory, the animals were exposed to the water-E maze before treatment and every week until the 4th week (5 times measurement). The rats were sacrified after the last day of MSG treatment. The brain was carefully dissected out and quickly fixed in 10% buffered formaldehyde and then stained with HE staining. Result were analyzed by one way ANOVA followed by a Post Hoc test. Water-E maze performance showed a significant increase in the number of errors in the 4 mg/gr and 6 mg/gr MSG treated groups and increase duration time to finish the spatial memory task in all treated groups compared to control groups after 30 days of MSG treatment. Histological structure of hippocampal showed significant increase in the percentage of neuronal cells damage. The study conclude that high dose of MSG at the doses administered was damaged neuronal cells in the rat's hippocampus and impaired the spatial memory formation.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mitra Handini
Abstrak :
Monosodium glutamat (MSG) merupakan garam natrium dari glutamat yang merupakan asam amino nonesensial yang dapat bersifat eksitotoksik. Terdapat dugaan bahwa glutamat berpotensi menyebabkan kerusakan di ginjal dengan mekanisme yang sama dengan eksitotoksisitas karena reseptor glutamat juga ditemukan di ginjal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran histologis dan fungsi ginjal pada tikus jantan dewasa setelah pemberian MSG dan setelah penghentiannya. Sebanyak 27 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) jantan dewasa dibagi menjadi 3 kelompok: kelompok kontrol (diberi akuades), kelompok MSG 4 g/kg dan kelompok MSG 6 g/kg. Perlakuan diberikan melalui sonde selama 30 hari. Setiap kelompok kemudian dibagi lagi menjadi 3 berdasarkan waktu mematikannya (hari ke-31, hari ke-45, dan hari ke-59). Sampel darah diambil untuk pemeriksaan kadar urea dan kreatinin, serta ginjal untuk pemeriksaan histologis. Kelompok MSG 6 g/kg yang dimatikan pada hari ke-31 dan hari ke-45 menunjukkan kerusakan berupa edema glomerulus dan edema tubulus, dimana luas kerusakan pada kelompok yang dimatikan pada hari ke-45 lebih kecil daripada yang dimatikan pada hari ke-31 (p=0,046). Kadar urea dan kreatinin darah tidak berbeda antara kelompok kontrol dan perlakuan yang dimatikan pada hari yang sama. Penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian MSG pada dosis 6 g/kg menyebabkan kerusakan ginjal dengan adanya pemulihan setelah penghentian pemberian MSG selama 2-4 minggu, tetapi tidak menyebabkan perubahan fungsi ginjal. ...... Monosodium glutamate (MSG) is the sodium salt of glutamate which is a nonessential amino acid, that may cause excitotoxicity. Since glutamate receptors were also found in the kidney, it is suggested that glutamate can cause kidney damage by a mechanism similar to excitotoxicity. The aim of this study was to determine the renal histological and functional changes in adult male rats after exposure of MSG and after termination of exposure. A total of 27 adult male albino rats (Rattus norvegicus) were divided into 3 groups: 1 control group (given distilled water), 2 treatment groups (given 4 g/kg MSG or 6 g/kg MSG). Treatment was given for 30 days by oral gavage. Each group was then devided into 3 smaller groups based on the day of sacrifice (31st, 45th, and 59th day). Urea and creatinine levels, as well as the kidney histological changes were examined in all groups. Rats in the group treated with 6 g/kg MSG sacrificed on day-31 and day-45 showed glomerular and tubular edema, with less extensive damage observed in the group that was sacrificed on day-45 (p=0.046). Blood urea and creatinine levels did not differ between groups sacrificed on the same day. Our results revealed that administration of 6 g/kg MSG caused kidney damage which recovered after 2-4 weeks of cessation, but did not cause any alteration in renal function.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Harmelia
Abstrak :
Hipoksia adalah keadaan yang menjadi penyebab penting terjadinya cedera sel dan kematian sel. Hal ini disebabkan karena pada keadaan hipoksia terjadi penurunan oksigen yang mengakibatkan kerusakan sel akibat deplesi ATP. Sel otot rangka yang mengalami hipoksia mengalihkan jalur glikolisis aerob ke glikolisis anaerob. Perolehan ATP pada glikolisis anaerob sangat tidak efisien, sehingga mempengaruhi pembentukan kreatin fosfat sebagai sumber energi otot rangka yang lain. Enzim kreatin kinase mengkatalisis reaksi perubahan kreatin fosfat menjadi kreatin secara reversibel, kreatin bebas yang tidak terikat lagi oleh fosfat secara spontan akan didegradasi menjadi kreatinin dan diekskresi melalui urin. Pada penelitian ini dilakukan pengukuran aktivitas spesifik enzim kreatin kinase dan kadar kreatinin pada otot rangka tikus dengan kondisi normoksia dan hipoksia. Hewan coba yang digunakan adalah tikus (Rattus sp Strain Sprague Dawley). Kondisi hipoksia dilakukan dengan cara memasukkan tikus ke dalam hypoxia chamber yang dialiri campuran gas oksigen 10% dan nitrogen 90%. Tikus dibagi dalam 6 kelompok perlakuan, yaitu kelompok I adalah kelompok kontrol tanpa perlakuan hipoksia (normoksia), sedangkan kelompok II, III, IV, V dan VI dengan perlakuan yaitu dipaparkan pada keadaan hipoksia selama 1 hari untuk kelompok II, 3 hari untuk kelompok III, 5 hari untuk kelompok IV, 7 hari untuk kelompok V dan 14 hari untuk kelompok VI. Aktivitas spesifik CK diukur secara spektrofotmetri menggunakan kit CK NAC (Creatine kinase N-acetyl-L- cysteine) (Randox®), sedangkan kadar kreatinin diukur menggunakan metode Folin. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan antara aktivitas spesifik kreatin kinase otot rangka tikus normoksia dengan hipoksia. Pada kelompok tikus hipoksia 1 hari, hipoksia 3 hari , 5 hari, 7 hari, dan 14 hari aktivitas spesifik CK menunjukkan perbedaan yang bermakna dibanding dengan kelompok kontrol (p < 0.05). Kadar kreatinin otot rangka tikus juga menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara tikus kelompok kontrol dengan kelompok hipoksia 14 hari (p<0.05). ...... Hypoxia is a condition that causing cell injury and cell mortality. It is because of decreased oxygen that makes cell damaged due to the ATP depletion. A hypoxia in skeletal muscle shift aerobe glycolysis way into anaerobe glycolysis. ATP’s amount in anaerobe gylcolysis is inefficient. That condition influence phosphate creatine formation as an energy source for another skeletal muscle. Creatine kinase enzyme catalyze changing creatine phosphate reaction become creatinine in reversible, free creatine which isn’t tied by phosphate will be scattered as a creatinine and excreted with urine. Measuring activity of creatine kinase specific enzyme and creatinine degree on mouse skeletal muscle with normoxia and hypoxia condition conducted in this research. Experimental animal used was a mouse (Rattus sp Strain Sprague Dawley). Put the mouse into the hypoxia chamber which flowed by mixing 10% oxygen gas and 90% nitrogen gas conducted in order to know hypoxia condition. Mouse divided into 6 groups experimental, there are group I is a group with no hypoxia treatment (normoxia), whereas group II, III, IV, V and VI with a hypoxia treatment. Group II with 1 day hypoxia treatment, group III with 3 days hypoxia treatment, group IV with 5 days hypoxia treatment, group V with 7 days hypoxia treatment, and group VI with 14 days hypoxia treatment. Activity of CK specific measured on spectrophotometry using kit CK NAC (Creatine kinase N-acetyl-L-cysteine) (Randox®), while creatinin degree measured with Folin metode. The result shows there are differences between creatine kinase specific normoxia and hypoxia in skletal muscle mouse. In group II, III, IV, V and VI shows significant differences compared group I (p < 0.05). skeletal muscle mouse creatinine degree also shows significant differences between group I and group VI (p < 0.05).
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nita Afriani
Abstrak :
ABSTRAK
Kanker kolorektal merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas ketiga terbanyak pada laki-laki maupun perempuan di seluruh dunia. Penelitian ekspresi HER2 pada kanker kolorektal memiliki rentang yang cukup jauh yaitu 0-83% dan belum pernah dilakukan di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menilai ekspresi HER2 pada kanker kolorektal serta dihubungkan dengan parameter prognostik histopatologi berupa jumlah mitosis per 10 LPB, kedalaman invasi sel kanker, dan invasi sel kanker di limfovaskuler. Penelitian menggunakan desain retrospektif terhadap 51 sediaan blok parafin kanker kolorektal rentang tahun Januari 2011-Desember 2012. Penilaian karakteristik sampel diambil dari rekam medis dan penilaian parameter prognosis histopatologi dinilai dari sediaan HE pasien kanker kolorektal. Pulasan imunohistokimia HER2 menggunakan antibodi poliklonal anti HER2(DAKO). Rata-rata usia penderita adalah 57.8±13.54 tahun, 58.8% penderita adalah laki-laki dan 41.2% perempuan. Hitung mitosis per 10 LPB didapatkan median 11 mitosis dengan rentang 3-34 mitosis per 10 LPB. Berdasarkan grading histopatologi, ditemukan low grade sebanyak 39(76.5%) dan high grade sebanyak 12(23.5%) kasus. Invasi sel kanker di limfovaskuler ditemukan sebanyak 37(72.5%) kasus. Ekspresi HER2 positif ditemukan sebanyak 5(9.8%) kasus. Semua kasus positif terdapat pada invasi sel tumor sedalam serosa (pT3). Dari penelitian ini dapat disimpulkan tidak terdapat korelasi yang bermakna antara ekspresi HER2 dengan derajat diferensiasi (p=0.663), mitosis (p=0.354), kedalaman invasi (p=0.983), dan invasi limfovaskuler (p=0.790).
ABSTRACT
Kanker kolorektal merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas ketiga terbanyak pada laki-laki maupun perempuan di seluruh dunia. Penelitian ekspresi HER2 pada kanker kolorektal memiliki rentang yang cukup jauh yaitu 0-83% dan belum pernah dilakukan di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menilai ekspresi HER2 pada kanker kolorektal serta dihubungkan dengan parameter prognostik histopatologi berupa jumlah mitosis per 10 LPB, kedalaman invasi sel kanker, dan invasi sel kanker di limfovaskuler. Penelitian menggunakan desain retrospektif terhadap 51 sediaan blok parafin kanker kolorektal rentang tahun Januari 2011-Desember 2012. Penilaian karakteristik sampel diambil dari rekam medis dan penilaian parameter prognosis histopatologi dinilai dari sediaan HE pasien kanker kolorektal. Pulasan imunohistokimia HER2 menggunakan antibodi poliklonal anti HER2(DAKO). Rata-rata usia penderita adalah 57.8±13.54 tahun, 58.8% penderita adalah laki-laki dan 41.2% perempuan. Hitung mitosis per 10 LPB didapatkan median 11 mitosis dengan rentang 3-34 mitosis per 10 LPB. Berdasarkan grading histopatologi, ditemukan low grade sebanyak 39(76.5%) dan high grade sebanyak 12(23.5%) kasus. Invasi sel kanker di limfovaskuler ditemukan sebanyak 37(72.5%) kasus. Ekspresi HER2 positif ditemukan sebanyak 5(9.8%) kasus. Semua kasus positif terdapat pada invasi sel tumor sedalam serosa (pT3). Dari penelitian ini dapat disimpulkan tidak terdapat korelasi yang bermakna antara ekspresi HER2 dengan derajat diferensiasi (p=0.663), mitosis (p=0.354), kedalaman invasi (p=0.983), dan invasi limfovaskuler (p=0.790).
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bantari Wisynu Kusuma Wardhani
Abstrak :
Latar Belakang: Studi pendahuluan ekstrak mahkota dewa menunjukkan aktivitas hepatoprotektif melalui jalur NFkB-TNF dan penurunan peroksidasi lipid. Jalur tersebut terlibat dalam patogenesis fibrosis hati yang hingga saat ini belum memiliki terapi standar. Penelitian lanjutan ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antifibrosis dan mekanisme kerja ekstrak tersebut pada model fibrosis in vivo yang diinduksi dengan karbon tetraklorida (CCl4). Metode: Tikus Sprague-Dawley diinduksi dengan CCl4 melalui injeksi intraperitoneal 2 mL/kgBB selama 2 minggu pertama dan dilanjutkan dengan dosis 1 mL/kgBB2 kali seminggu selama 6 minggu. Terapi silimarin 100 mg/kgBB/hari (Sil) dan ekstrak mahkota dewa pada dosis 75 mg/kgBB/hari (T75) dan 150 mg/kgBB/hari (T150) diberikan per oral mulai minggu ketiga. Hewan coba diterminasi setelah 8 minggu perlakuan untuk diambil darah dan organ hatinya. Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan aktivitas enzim penanda fungsi hati (aktivitas ALT, AST dan ALP plasma), kerusakan sel dan fibrosis (histopatologi), penanda stres oksidatif (kadar MDA dan rasio GSH/GSSG), aktivitas antifibrogenik (TGF-1) dan fibrolisis (MMP-13). Hasil: Silimarin dan ekstrak mahkota dewa dapat memperbaiki penanda kerusakan hati melalui penurunan aktivitas ALT, AST dan ALP yang signifikan. Hasil ini diikuti perbaikan parameter stres oksidatif melalui penurunan kadar MDA sekaligus peningkatan rasio GSH/GSSG. Hasil tersebut menunjukkan bahwa ekstrak air buah mahkota dewa memiliki aktivitas antioksidan sehingga dapat mencegah kerusakan hepatosit akibat CCl4. Aktivitas tersebut akan menurunkan aktivasi HSC (hepatic stellate cells) sehingga sitokin profibrogenik (TGF-1) mengalami penurunan. Studi ini menunjukkan penurunan TGF-1yang signifikan juga terjadi pada semua kelompok terapi. Seiring dengan penurunan aktivasi HSC, penurunan persentase area positif MMP-13 pun terjadi pada semua kelompok terapi dibandingkan CCl4. Hal ini menunjukkan adanya aktivitas fibrolisis ekstrak tersebut pada fibrosis hati. Perbaikan parameter biokimiawi tersebut didukung dengan tendensi penurunan persentase area fibrosis. Kesimpulan: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak air buah mahkota dewa dapat memperbaiki fibrosis hati yang disebabkan oleh CCl4 melalui jalur yang melibatkan TGF-1 dan MMP-13.
Background: Previous study of mahkota dewa extract showed its hepatoprotective activity through NFkB-TNF pathway dan decreased lipid peroxidation. This pathway played a major role in the pathogenesis of liver fibrosis. Up to date, there has no known standard therapy in liver fibrosis. This study was aimed to determine the antifibrotic activity and the mechanism of mahkota dewa extract in CCl4-(carbon tetrachloride) induced liver fibrosis in male rats. Methode: Sprague-Dawley rats were injected intraperitoneally with 2 mL/kg CCl4 in olive oil (1:1) twice weekly for 2 weeks, followed by 1 mL/kgBB injection for 6 weeks. Treatments given starting 3 weeks of CCl4 induction were silymarin 100 mg/kgBB/day, mahkota dewa extract 75 mg/kgBB/day (T75) and 150 mg/kgBB/day (T150) orally. On the eighth week, rats were sacrificed. Blood and liver were for the analysis of liver function test (ALT, AST and ALP activity), hepatotoxicity and liver fibrosis marker (histopathology analysis), oxidative stress markers (MDA levels and GSH/GSSG ratio), pro fibrogenic cytokine (TGF-1)and fibrolysis marker (MMP-13). Result: This study showed that silymarin and mahkota dewa extract decreased the activity of ALT, AST and ALP. This is followed by amelioration of stress oxidative by decreasing MDA levels and increasing GSH/GSSG. All parameters examined showed that mahkota dewa has antioxidant activity that decreased HSCs activation. This is in accordance to the reduction of TGF- levels in all treatment groups. In aggrement to those, decreased levels of MMP-13 were shown in all treatment groups compared to CCl4. There were tendencies of decreased fibrotic area that followed improvements of biochemical parameters. Conclusion: Mahkota dewa extracts ameliorate CCl4-induced liver fibrosis through TGF- and MMP-13 pathways.
Jakarta: Fakultas kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Ayu Woro Setyaningrum
Abstrak :
Adrenomedulin merupakan peptida dengan berbagai aktivitas biologi baik pada keadaan fisiologis maupun pada keganasan. Pada keganasan adrenomedulin berperan sebagai faktor stimulasi proliferasi, menghambat apoptosis, serta menginduksi angiogenesis. Ekspresi adrenomedulin terutama dipengaruhi oleh hipoksia sehingga adrenomedulin banyak ditemukan pada berbagai tumor solid. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis ekspresi Adrenomedulin jaringan karsinoma payudara invasif NST baik yang metastasis dan non-metastasis, serta dilihat hubungan adrenomedulin dengan jumlah mitosis dan apoptosis yang dilakukan dengan memeriksa ekspresi Caspase-3. Metode penelitian: pada 50 kasus karsinoma payudara invasif NST dengan 25 sampel non-metastasis (N0) dan 25 sampel sisanya adalah sampel metastasis (N1) dilakukan pemeriksaan ekspresi adrenomedulin dan Caspase-3 dengan pulasan imunohistokimia, serta jumlah mitosis dengan pulasan HE. Hasil : ada perbedaan bermakna ekspresi Adrenomedulin pada jaringan karsinoma payudara invasif NST metastasis dengan non-metastasis (p=0,002) dan terdapat korelasi (koefisien korelasi Spearman 0, 490) antara ekspresi adrenomedulin dengan metastasis, ada perbedaan bermakna ekspresi Caspase-3 pada jaringan karsinoma payudara invasif NST metastasis dengan non-metastasis (p=0,038) dan ada korelasi (koefisien korelasi Spearman 0, 327) antara ekspresi Caspase-3 dengan metastasis, namun tidak ada perbedaan bermakna jumlah mitosis pada jaringan karsinoma payudara invasif NST metastasis dengan non-metastasis (p=0,004) dan tidak ditemukan korelasi (koefisien korelasi Spearman 0,188) antara mitosis dengan metastasis, tidak ada perbedaan bermakna antara ekspresi adrenomedulin dengan ekspresi Caspase-3 (p=0,697) maupun dengan mitosis (p=0,711) pada jaringan karsinoma payudara invasif NST metastasis dengan non-metastasis. ...... Adrenomedullin is a peptide hormone with many biological activities either in physiological conditions or malignancy. Adrenomedullin in malignancy acts as a factor in stimulating proliferation, inhibiting apoptosis, and induces angiogenesis. Its secretion is influenced by hypoxia condition and cytokine secretion. Adrenomedullin is found in variety of solid tumors. The purpose of this study was to analyze the expression of adrenomedullin in invasive carcinoma NST of the breast tissue both metastatic and non-metastatic, and its relations with mitosis count and apoptosis. Methods: in 50 cases of invasive carcinoma NST of the breast with 25 samples of non-metastatic (N0) and 25 metastastic (N1) samples were examined for the expression of adrenomedullin and Caspase-3 that investigated by immunohistochemistry staining, and mitosis count by HE staining. Apoptosis was investigated by the expression of caspase-3. Results: There is significance differences of Adrenomedullin expression in breast invasive cancer NST tissue with metastasis compare to non-metastasis (p = 0.002) and correlation between the expression of adrenomedullin with metastasis to regional lymph node (Spearman coefficient correlation 0.490), there is significance differences of Caspase-3 expression in breast invasive cancer NST tissue with metastasis compare to non-metastasis (p = 0.038) and there is correlation between the expression of Caspase-3 with metastasis to regional lymph node (Spearman coefficient correlation 0.327), but there isn‟t significance differences in mitosis count between metastasis and non-metastasis (p = 0.906), there is no correlation between the expression of adrenomedullin and the expression of Caspase-3 (Spearman coefficient correlation 0.089) and mitosis (Spearman coefficient correlation 0.099). Conclusion: adrenomedullin expression are found correlate to metastasis to the lymph nodes in breast cancer invasive NST, but there were no correlation with mitosis and apoptosis.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irman
Abstrak :
Pendahuluan: COVID-19 merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus SARS-CoV-2. Gejala klinis COVID-19 yang paling sering dialami adalah demam dan batuk. Infeksi SARS-CoV-2 ke dalam tubuh pejamu akan menimbulkan respon imun dari pejamu yang akan menyebabkan terjadinya inflamasi sistemik. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan berbagai penanda inflamasi, salah satunya adalah C-Reactive Protein (CRP). Saat ini belum ada terapi spesifik yang efektif untuk mengatasi COVID-19. Akupunktur yang merupakan modalitas terapi non-farmakologi yang telah terbukti dapat memberikan efek anti-inflamasi. Saat ini belum ada penelitian uji klinis akupunktur yang meneliti penanda inflamasi terhadap pasien COVID-19 yang telah dipublikasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana efektivitas akupunktur dalam menurunkan kadar CRP dan memperbaiki gejala batuk yang dialami pasien COVID-19 gejala ringan-sedang. Metode: Sebuah penelitian pilot dengan desain studi uji klinis acak tersamar tunggal. Dua puluh dua pasien COVID-19 terkonfirmasi melalui pemeriksaan RT-PCR yang memiliki gejala ringan-sedang yang sedang dirawat inap di rumah sakit dikelompokan dalam dua kelompok: kelompok perlakuan yang mendapat terapi standar dan intervensi akupunktur manual dan kelompok kontrol yang mendapat terapi standar. Intervensi akupunktir manual dilakukan setiap 2 hari dengan total 6 sesi terapi. Sebelum intervensi dilakukan pengukuran kadar CRP dan penentuan onset batuk dan setelah 6 sesi akupunktur dilakukan dilakukan pengukuran kadar CRP dan penentuan periode lama batuk. Hasil: Terjadi penurunan rerata kadar CRP pada kedua kelompok (p=0,397). Penurunan kadar CRP pada kelompok perlakuan lebih besar dibandingkan kelompok kontrol. Gejala batuk lebih singkat pada kelompok perlakuan dibandingkan pada kelompok kontrol dan perbedaan ini bermakna secara statistik (p = 0,01). Kesimpulan: Kombinasi akupunktur manual dan terapi standar menurunkan kadar CRP dan penurunannya lebih besar dibandingkan dengan terapi standar. Namun, penurunan kadar CRP tidak bermakna secara statistik. Dan mempersingkat gejala batuk yang dialami pasien COVID-19 gejala ringan-sedang secara bermakna. ......Introduction: COVID-19 is a disease that caused by infection of SARS-CoV-2. The most common clinical symptoms of COVID-19 are fever and cough. SARS-CoV-2 infection into the host's body will cause an immune response which will cause systemic inflammation. This can be seen from the increase in various inflammatory markers, one of which is C-Reactive Protein (CRP). Currently there is no specific therapy that is effective for curing COVID-19. Acupuncture is a non-pharmacological therapeutic modality that has been shown to provide anti-inflammatory effects. Currently, there are no published studies of acupuncture clinical trials examining inflammatory markers in COVID-19 patients. The purpose of this study was to determine how effective acupuncture in reducing CRP levels and improving cough symptoms experienced by COVID-19 with mild-moderate symptoms patients. Methods: A pilot study with an experimental study design single blind randomized clinical trial. Twenty-two COVID-19 patients confirmed by RT-PCR examination who had mild-moderate symptoms who were being hospitalized were divided into two groups: the treatment group who received standard therapy and manual acupuncture intervention and the control group who received standard therapy. Manual acupuncture intervention was performed every 2 days for a total of 6 therapy sessions. Before the intervention, the CRP level was measured and the onset of the cough was determined and after 6 acupuncture sessions, the CRP level was measured and the period of cough was determined. Results: There was a decrease in the mean of CRP levels in both groups (p = 0.397). The decrease in CRP levels in the treatment group was greater than the control group. Cough symptoms were shorter in the treatment group than in the control group and this difference was statistically significant (p = 0.01). Conclusion: The combination of manual acupuncture and standard therapy reduced CRP levels and the decrease was greater than that of standard therapy. However, the reduction in CRP levels was not statistically significant. And shorten the cough symptoms experienced by mild-moderate COVID-19 patients significantly.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library