Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 31 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Faris Hafizabiyan Shahab
Abstrak :
Dalam era dunia digital yang sekarang banyak sekali penggunaan perangkat elektronik di dunia sangat tinggi, terutama di Indonesia. Banyak perangkat elektronik yang sudah using dan ketinggalan zaman menghasilkan limbah elektronik (e-waste) yang memiliki logam-logam berharga didalamnya terutama pada komponen Printed Circuit Board (PCB) yang dapat didaur ulang. Penelitian ini akan membahas tentang studi elektrokimia pada proses pelindian tembaga dengan menggunakan larutan asam klorida atau HCl yang di tambahkan aditif Hidrogen Peroksida (H2O2) pada konsentrasi 0,1M, 0,2M, dan 0,5M. Sampel yang berupa PCB akan dilakukan pengujian polarisasi dan Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS) dengan membandingkan hasil dengan lembaran Tembaga sebagai pembanding  untuk mengetahui proses pelindian yang terjadi dalam larutan. Laju pelindian pada PCB maupun pada tembaga semakin meningkat dengan bertambahnya konsentrasi Larutan, penggunaan peningkatan pada konsentrasi larutan 0,5 M pada PCB menghasilkan produk korosi dari unsur logam lain yang menghambat proses pelindian. Penelitian ini ditujukan untuk mencari larutan yang efektif dalam pengolahan limbah elektronik,dan juga menentukan Konsentrasi yang baik dalam proses pelindiannya.
In the era of the digital world, there are now very many uses of electronic devices in the world, especially in Indonesia. And electronic devices that are outdated and outdated are not used to produce electronic waste (e-waste) that has precious metals in it, especially on printed circuit board (PCB) components that can be recycled. This study will discuss electrochemical studies in the copper leaching process using a solution of chloride or HCL from which add hydrogen hydrogen peroxide (H2O2) at concentrations of 0.1M, 0.2M and 0.5M. Samples in the form of PCB will be tested for polarization and Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS) by comparing the results with Copper sheets as a comparison to determine the leaching process that occurs in solutions. The leaching rate on the PCB as well as on copper increases with increasing concentration of the solution, the use of an increase in the concentration of 0.5 M solution in the PCB produces corrosion products from other metal elements which inhibit the leaching process. This research is intended to find effective solutions in electronic waste processing, and also determine good concentration in the leaching process.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arya Abietta Irawan
Abstrak :
Pada umumnya, magnesium adalah pilihan material untuk dikembangkan pada aplikasi implan mampu luruh. Pada penelitian ini dikembangkan paduan Mg-1.6Gd dengan perlakuan pencanaian hangat searah dan menyilang dengan reduksi ketebalan masing-masing 95% dan dilihat pengaruhnya terhadap karakteristik dan mekanisme degradasi. Pencanaian material Mg-1.6Gd dilakukan pada temperatur rekristalisasi yaitu sekitar 400-560°C dengan reduksi 95% serta kecepatan 10mm/menit. Pencanaian dilakukan dengan 2 metode yaitu searah dan silang dengan masing-masing arah memiliki 2 sampel dengan variabel temperatur yang berbeda. Proses karakterisasi yang dilakukan berupa OM, SEM dan EDS. Mekanisme dan karakterisasi degradasi dianalisa dengan menggunakan metode EIS, polarisasi dan imersi dalam larutan kokubo SBF. Sampel pencanaian searah dan silang menghasilkan lapisan pasif yang memproteksi berdasarkan metode fitting sirkuit EIS dengan nilai Rct terbesar untuk sampel canai searah yaitu sebesar 1590 Ω. Serta pada hasil metode polarisasi didapatkan pencanaian searah memiliki laju degradasi lebih rendah daripada canai silang yaitu sebesar 0.126 mm/yr. Dan dengan metode imersi menunjukan bahwa sampel searah memiliki laju degradasi yang lebih rendah yaitu 14.0 mm/yr. Hal ini terjadi karena butir pada mikrostruktur di sampel canai searah lebih halus yang dapat menurunkan laju degradasi.
Generally, Magnesium is a choice of materials that has been developed for biodegradable implants. In this study, Mg-1.6Gd alloy was warm rolled by single-pass rolling and cross rolling with 95% reduction in thickness to observe the degradation characteristics and mechanisms. Mg-1.6Gd alloy was performed at a temperature range of crystallization which is 400-560°C with 95% reduction and a speed of 10mm/min. The rolling process was employed by two methods: single-pass rolling and cross rolling with 2 samples for each methods on a different temperature. Degradation characteristics and mechanisms was analyzed with EIS, polarization and immersion methods on a SBF kokubo solution. Single-pass and cross rolled creates a protective passive layer based on EIS circuit fitting method and the highest Rct value is the single-pass rolled which is 1590 Ω. In addition, polarization method results determined that the single-pass rolled showed the lowest degradation rate than the cross-rolled which is 0.126 mm/yr. And with the immersion method shows that the single-pass rolled has the lowest degradation rate which is 14.0 mm/yr. This happened because the grain on the microstructure of single-pass is more refined so that I could reduce the degradation rate.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Nabil Faiz Hidayat
Abstrak :
Magnesium telah dikembangkan sebagai material untuk implan tulang yang mampu luruh karena memiliki kemiripan nilai modulus elastisitas dengan tulang. Namun magnesium memiliki ketahanan korosi dan kekuatan yang terlalu rendah. Pada penelitian kali ini, ditambahkan gadolinium untuk meningkatkan ketahanan korosinya, dan dilakukan pencanaian untuk meningkatkan kekuatannya karena penghalusan butir. Pencanaian dingin menghasilkan butir yang halus. Namun, karena magnesium memiliki sifat yang mampu membentuk yang buruk, maka dilakukan canai hangat dengan suhu 247-375. Karakterisasi dilakukan menggunakan Mikroskop Optik, Scanning Electron Microscope (SEM) dan Energy Dispersive Spectrometry (EDS). Mekanisme korosi Mg-Gd diamati menggunakan pengujian Polarisasi dan Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS) dalam larutan SBF Kokubo untuk mensimulasi kondisi tubuh. Hasil pengujian polarisasi menyatakan bahwa sampel pencanaian menyilang memiliki nilai E yang tinggi dengan 0,15 dan -0,048 V sehingga menjadi sampel yang paling sulit untuk mengalami reaksi korosi. Hal ini disebabkan oleh lebih meratanya persebaran Gd pada pencanaian menyilang. Namun pengujian EIS menyatakan sampel pencanaian searah memiliki nilai tahanan lapisan pasif yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan oleh ukuran butir pencanaian searah cenderung lebih kecil, yang menyebabkan ruang tegangan kompresi sehingga lapisan pasif yang terbentuk lebih kuat dengan 116 dan 126. Pembentukan gas Hidrogen juga diamati menggunakan pengujian Imersi.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sidauruk, Octavianus Jonathan
Abstrak :
ABSTRAK Paduan biner Mg-Gd memiliki potensi sebagai material implan yang mudah larut dalam tubuh. Penambahan sedikit gadolinium dapat memperbaiki sifat mekanik dan laju korosi sehingga memenuhi syarat sebagai material implan yang sesuai kondisi tubuh. Pada penelitian ini paduan Mg-Gd diberikan perlakuan ekstrusi panas. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh variasi temperatur ekstrusi terhadap karakteristik dan mekanisme laju degradasi material Mg-1,6Gd. Karakterisasi dan mekanisme degradasi dari sampel Mg-1.6Gd didapatkan dengan dilakukan pengujian dengan beberapa metode. Karakterisasi material dianalisa menggunakan Optical Microscope , SEM, dan EDAX. Mekanisme degradasi diukur dalam larutan Kokubo Simulated Body Fluid (SBF) dengan metode EIS dan polarisasi. Sedangkan laju degradasi diuji menggunakan metode imersi dan evolusi hidrogen. Paduan Mg-1,6Gd membentuk senyawa intermetalik (Mg5Gd) menyebar di dalam dan dibatas butir untuk semua variasi temperatur ekstrusi. Penambahan temperatur ekstrusi menghasilkan ukuran butir yang lebih besar yaitu mencapai 20 untuk ekstrusi 550. Pada pengukuran laju degradasi didapatkan hasil laju degradasi terendah dimiliki sampel dengan temperatur ekstrusi 550 dengan laju degradasi mencapai 2,4 mm/year menggunakan metode imersi. Dari pengujian polarisasi dan evolusi hidrogen didapatkan seiring bertambahnya waktu perendaman laju korosi cenderung menurun dikarenakan telah terbentuk lapisan pasif. Hal ini dapat dilihat dengan adanya gerak garis anodik pada pengujian polarisasi. Penyataan ini juga didukung dengan besarnya nilai tahanan pada Rangkaian Ekuivalen berdasarkan hasil pengujian EIS.
ABSTRACT Mg-Gd alloy has the potential as an implant material that dissolves easily in the body. The addition of a gadolinium can improve mechanical properties and reduce corrosion rate time so that it qualifies as an implant material that matches the body's condition. In this study the Mg-Gd alloy was given hot extrusion treatment. This study aims to examine the effect of extrusion temperature variations on the characteristics and mechanism of the degradation rate of Mg-1.6Gd material. The characterization and degradation mechanism of the Mg-1.6Gd sample was obtained by testing with several methods. Material characterization was analyzed using Optical Microscope, SEM, and EDAX. The degradation mechanism was measured in a Kokubo Simulated Body Fluid (SBF) solution by EIS and polarization methods. Whereas the degradation rate was tested using the immersion method and hydrogen evolution. Mg-1,6Gd alloys form intermetallic compounds (Mg5Gd) spread inside and on the grain boundaries for all variations of extrusion temperature. The higher extrusion temperature results in a larger grain size which reaches 20μm for extrusion of 550℃. In the degradation rate measurement, the lowest degradation rate is obtained by the sample with an extrusion temperature of 550 ℃ with a degradation rate of 2.4 mm/year using the immersion method. From the polarization testing and hydrogen evolution, it was found that with increasing immersion time the corrosion rate tended to decrease, because a passive layer had formed. This can be seen by the presence of anodic passive line in polarization testing. This statement is also supported by the value of the resistance in the Equivalent Circuit on the EIS test result.
[Depok;;;, ]: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muammar Hawary
Abstrak :
Paduan aluminium silikon banyak digunakan dalam berbagai aplikasi industri, khususnya industri otomotif. Namun, kehadiran unsur besi dapat menyebabkan terbentuknya senyawa intermetalik yang dapat menurunkan sifat mekanis paduan. Modifikasi senyawa intermetalik dapat dilakukan dengan meningkatkan laju pendinginan dan penambahan unsur tertentu, salah satunya logam tanah jarang. Pada penelitian ini, digunakan simultaneous thermal analysis untuk mengamati pengaruh laju pendinginan terhadap pembentukan fasa intermetalik beta pada paduan AlFe7Si dengan penambahan lantanum sebanyak 0,3%, 0,6%, dan 1%. Mikroskop optik juga digunakan untuk mengamati hasil mikrostruktur dari paduan. Hasil menunjukkan bahwa penambahan La yang optimum adalah pada konsentrasi 0,3% dalam mengurangi ukuran fasa intermetalik beta.
Aluminium silicon alloys are widely used in several industrial applications, especially in automotive industry. However, the presence of iron could cause the formation of intermetallic compounds which would reduce the mechanical properties of the alloy. Modification of intermetallic compounds can be done by increasing the solidification rate and adding certain elements, for example, rare earth elements. In this study, simultaneous thermal analysis was used to find out the effect of cooling rate on the formation of beta intermetallic phase in AlFe7Si alloy added with lanthanum at 0,3%, 0,6%, and 1%. Optical microscopy was also used to observe the microstructure of this alloy. Results showed that the optimum addition of lanthanum was at 0,3% to reduce the size of beta intermetallic phase.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rumman Rifa Matalino
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki analisis simulasi termodinamika dan pengaruh temperatur serta penambahan NH3 selama reduksi nikel laterit saprolit sintetis. Perangkat lunak simulasi termodinamika HSC Chemistry 9.1.5® digunakan untuk memprediksi fasa-fasa yang ada, komposisi kesetimbangan, dan spontanitas reaksi. Sintesis bahan umpan melibatkan ball milling dan kalsinasi pada suhu 1200oC kemudian direduksi pada suhu 800, 900, dan 1000oC dengan variasi penambahan amonia sebesar 35, 40, dan 45%. Analisis predominance diagram menunjukkan bahwa atmosfer reduksi dengan tekanan parsial oksigen 10-18 atm atau lebih rendah diperlukan untuk transformasi fasa. Analisis diagram komposisi kesetimbangan menunjukkan perolehan nikel maksimum pada temperatur rendah, tetapi puncak perolehan Fe terjadi pada penambahan amonia 35%. Selanjutnya, dekomposisi amonia terjadi pada suhu 200oC. Analisis spontanitas reaksi menunjukkan bahwa Amonia beroperasi secara langsung dalam reduksi pada suhu yang lebih rendah dari 600°C sementara reduksi tidak langsung oksida terjadi secara spontan mulai dari suhu 900°C. Analisis x-ray diffraction menunjukkan bahwa reduksi fayalit, forsterit, dan enstatit terjadi pada suhu 900oC dengan puncak perolehan nikel dan besi pada suhu 1000oC. Analisis mikroskop optik memperkirakan adanya fasa logam.

 


This study aims to investigate thermodynamic simulation analysis and the influence of temperature and NH3 addition during the reduction of synthetic saprolitic nickel laterite. HSC Chemistry 9.1.5® thermodynamic simulation software is used to predict the phases present, equilibrium composition, and reaction spontaneity. The synthesis of feed material involves ball milling and calcination at 1200oC then reduced at temperatures of 800, 900 and 1000oC with ammonia addition variety of 35, 40, and 45%. Predominance diagram analysis showed that a reducing atmosphere with oxygen partial pressure of 10-18 atm or lower is required for phase transformation. Equilibrium composition diagram analysis revealed maximum nickel recovery at low temperature, but peak Fe recovery at ammonia addition of 35%. Furthermore, ammonia decomposition occurred at 200oC. Reaction spontaneity analysis revealed Ammonia operates directly in reduction at temperatures lower than 600°C while indirect reduction of oxides was spontaneous starting at 900oC. X-ray diffraction analysis revealed that reduction of fayalite, forsterite, and enstatite occurred at 900oC with peak nickel and iron recovery at 1000oC with optical microscope analysis predicted the presence of a metallic phase.

Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulthan Nabil
Abstrak :
Banyaknya bijih besi cadangan lateritik di Indonesia menimbulkan potensuial yang besar untuk memperkaya produksi besi dan besi baja untuk sektor industri Indonesia. Metode yang digunakan dalam mengekstraksi bijih besi lateritik tersebut umumnya adalah Direct reduction. Namun terdapat beberapa fasa slag yang terbentuk pada Direct reduction. Skripsi ini membahas tentang transformasi fasa yang dialami oleh bijih Goethite (FeOOH) dari Sebuku yang di proseskan dalam Direct Reduction dengan temperatur 1000-1200oC selama waktu tahan 30 menit – 60 menit dengan variabel batubara sub-bituminous 24% dan 16% pada campurannya. Hasil dari sponge iron yang didapatkan akan di-analisa menggunakan SEM-EDS dan XRD, untuk mendapatkan hasil yang akurat mengenai transformasi fasa yang terjadi pada bijih Goethite. Hasil yang didapatkan adalah terbentuknya fasa Fe metal, Spinel – Fe Metal + Spinel ,dan Wustit. Dengan hasil recovery terbaik diraih pada temperatur 1000oC pada komposisi batubara 24%. Fasa slag yang terbentuk adalah spinel dan Fe Metal + Spinel. ......Abundance of lateritic iron ore in Indonesia opens big potentials for Indonesia to intensify the production of ironworks and steelworks. The method to extract the lateritic ores is by Direct reduction. But in the process of Direct reduction there is some slags to be expected. The focus of this thesis is about phase transformation that occurs in Goethite ore (FeOOH) from Sebuku Mines that been processed in a Direct Reduction of 1000-1200oC with the holding time of 30 minutes – 60 minutes in a mixture of 24% and 16% sub-bituminous coal. The sponge iron that been resulted from the process is characterized with SEM-EDS and XRD, to acquire a precise and accurate data of phase transformation from the Goethite ore. The result of phase identification are Fe Metal, Spinels, Fe Metal + Spinels , and Wustites in all composition. The most high recovery value is from temperature 1000oC with the coal mixture of 24%. The slags are identified as spinels and Fe Metal + Spinels.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufiq Andika
Abstrak :
Pengaruh logam tanah jarang erbium sebagai unsur paduan Al-5Zn-0,5Cu dengan kadar 0wt, 0,1wt, 0,3wt dan 0,5wt diteliti dengan menggunakan OES, DSC, OM, dan polarisasi siklik. OES dilakukan untuk melihat komposisi kimia dari paduan. Pengujian DSC dilakukan untuk mengidentifikasi perubahan fasa dan proses solidifikasi fasa intermetalik.Pengamatan OM dilakukan untuk melihat ukuran butir dan presipitat yang terbentuk. Polarisasi siklik dilakukan untuk mengetahui perilaku korosi dari paduan. Unsur Erbium pada paduan Al-5Zn-0,5Cu-xEr membentuk presipitat yang dapat menghaluskan butir meingkatkan perilaku korosi dari material. Potensial breakdown atau Eb pada paduan cenderung menurun seiring penambahan unsur erbium, potensial breakdown terendah adalah sampel Al-5Zn-0,5Cu-0,3Er sebesar -0.89 V vs Ag/AgCl. Penambahan unsur erbium dengan kadar yang semakin besar semakin menurunkan potensial paduan menjadi semakin anodik sampai dengan -0,78 V vs SCE sehingga masih dalam batas aman untuk memproteksi baja berkekuatan tinggi.
The effect of addition of 0wt , 0.1wt, 0.3wt and 0.5wt erbium rare earth on Al 5Zn 0,5Cu alloy was investigated with Optical emission Specstroscopy, Differential Scanning Calorimetry DSC and Cyclic Polarization, complemented with Optical Microscope OM. Observation with OM was coundcuted to see the changes of the grain size and the precipitate formation. DSC was used to identify the phase transformation and solidification process of intermetallic phase. Cyclic polarization was used to know the corrosion characteristics of Al 5Zn 0,5Cu xSm. The presence of erbium formed precipitates on the grain boundary which made finer grain microstructure and enhance activation of corrosion. Breakdown potential tend to decrease as the increase of erbium content the lowest breakdown potential on this study is Al 5Zn 0,5Cu 0,3Er 0.89 V vs Ag AgCl. Addition of erbium accelerate corrosion rate by making the alloy more anodic. Potential coupling with steel structure is 0,78 V vs SCE, still safe to protect High Strength Steel material.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tentues Immanuel Pratama
Abstrak :
Pelepasan ion Al dan V pada produk komersial implan medis Ti-6Al-4V dapat menyebabkan permasalahan kesehatan karena bersifat toksik. Selain itu modulus elastisitas implan medis Ti-6Al-4V relatif lebih tinggi dari modulus elastisitas tulang manusia, sehingga dapat menyebabkan fenomena stress shielding effect. Oleh sebab itu, dilakukan pergantian unsur Al dan V dengan unsur Nb dan Mo yang tidak bersifat toksik. Kemudian ditambahkan kembali unsur low cost Mn dengan variasi 2%, 4%, dan 6% untuk mensubtitusi unsur Nb dan Mo yang termasuk unsur yang relatif mahal. Unsur Nb, Mo dan Mn merupakan unsur penstabil fasa β yang memiliki nilai modulus elastisitas lebih rendah dibanding Ti-6Al-4V. Fasa β merupakan fasa yang stabil pada suhu tinggi, sehingga dilakukan perlakuan panas untuk menstabilkan fasa ini dengan homogenisasi pada 3, 6 dan 12 jam untuk mengetahui pengaruhnya. Hasil penelitian membuktikan bahwa penambahan komposisi Mn pada paduan menyebabkan penurunan efek toksisitas dengan menstabilkan pembentukan lapisan pasif pada permukaan logam. Lalu, didapatkan perolehan fraksi volume fasa β yang meningkat seiring penambahan komposisi unsur Mn sehingga didapatkan nilai modulus elastisitas yang menurun. Pada proses perlakuan panas, waktu 6 jam merupakan waktu yang optimal untuk memperoleh fasa β yang lebih homogen dengan mengeliminasi sisa fraksi volume fasa α yang ada pada paduan. Dapat disimpulkan penambahan komposisi unsur paduan Mn akan meningkatkan perolehan fasa β dan perlakuan panas perlu dilakukan untuk mendapatkan fasa β yang stabil dan homogen, sehingga didapatkan paduan yang lebih inert dengan nilai modulus elastisitas mendekati nilai modulus elastisistas tulang manusia.
The release of Al and V ions in commercial products of Ti-6Al-4V medical implants can cause health problems because they are toxic. In addition, the modulus of elasticity of Ti-6Al-4V medical implants is relatively higher than the modulus of elasticity of human bones, so that it can cause stress shielding effect phenomena. Therefore, al and V elements are replaced with Nb and Mo elements which are not toxic. Then the low cost Mn element was added with variations of 2%, 4%, and 6% to substitute Nb and Mo elements which included relatively expensive elements. Nb, Mo and Mn elements are β phase stabilizers which have a modulus of elasticity lower than Ti-6Al-4V. The β phase is a phase that is stable at high temperatures, so heat treatment is carried out to stabilize this phase by homogenization at 3, 6 and 12 hours to determine its effect. As a result, the addition of the Mn composition to the alloy causes a decrease in the effect of toxicity by stabilizing the formation of a passive layer on the metal surface. Then, the acquisition of β phase volume fraction obtained increases with the addition of the composition of the element Mn so that the modulus of elasticity decreases. In the heat treatment process, 6 hours is the optimal time to obtain a more homogeneous β phase by eliminating the remaining α phase volume fraction present in the alloy. It can be concluded that the addition of Mn alloy element composition will increase β phase acquisition and heat treatment needs to be done to obtain a stable and homogeneous β phase, so that more inert alloys with elastic modulus values ​​are obtained close to the human bone elastic modulus.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Callista Fatima Larasati
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk membahas perlakuan Plasma Electrolytic Polishing (PeP) dengan prinsip erosi fisiokimia yang menggunakan sel elektrolitik pada implan paduan Ti-6Al-4V untuk dapat terjadi proses osseointegration. Dengan membentuk lapisan plasma dalam bentuk spark discharge dan Vapor Gas Envelope (VGE), PeP dapat menghasilkan permukaan yang sangat halus dan memiliki kilap yang tinggi jika dibandingkan dengan metode pemolesan lainnya. Sampel Ti-6Al-4V dicelupkan ke dalam variasi elektrolit dan dihubungkan pada arus DC pada tegangan 50-130 V. Pengujian topografi dan morfologi permukaan dilakukan menggunakan uji Surfcom dan SEM. Pengujian dekontaminasi permukaan dilakukan dengan uji pH dan konduktivitas dari larutan hasil pembersihan. Kekerasan dilihat dari uji kekerasan mikro Vickers.
ABSTRACT
This study aims to discuss the treatment of Plasma Electrolytic Polishing (PeP) with the principle of physiochemical erosion using electrolytic cells on Ti-6Al-4V alloy implants to enable the osseointegration process, forming a plasma layer in the form of spark discharge and Vapor Gas Envelope (VGE). PeP can produce a very smooth and high gloss surface when compared to other polishing methods. Samples of Ti-6Al-4V were dipped in electrolyte variations and connected to DC currents at 50-130 V. The topographic and surface morphology tests were carried out using Surfcom and SEM tests. Testing of surface decontamination is carried out by pH testing and conductivity of the cleaning solution. Hardness is seen from the Vickers micro hardness test.

 

2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>