Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 58 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Simatupang, Ria Fuzy Oktavia
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan tipe nilai dan kecurangan akademik pada mahasiswa Universitas Indonesia. Penelitian ini menggunakan alat ukur Portrait Value Questionnaire (PVQ) dari Schwartz (1992) untuk mengukur nilai dan menggunakan alat ukur kecurangan akademik dari Lin dan Wen (2000) untuk mengukur perilaku kecurangan akademik. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian pada 179 mahasiswa menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif dan signifikan antara tiga tipe nilai yaitu tipe nilai self direction, conformity, universalism, dengan kecurangan akademik. Dengan kekuatan korelasi yang cukup lemah self direction (r= -.193; n= 179; p <0,001, one tail), conformity (r =-.198; n= 179; p <0,001, one tail) dan universalism (r= -.0148; n= 179; p <0,001, one tail). Karena lemahnya korelasi antara kedua variabel, maka terdapat beberapa saran yang direkomendasikan untuk penelitian selanjutnya mengenai kecurangan akademik dan nilai.
This research is using Portrait Value Questionnaire (PVQ) from Schwartz (1992) for measuring values, and using academic dishonesty questionnaire from Lin and Wen (2000) for measuring academic dishonesty behavior. This research is conducted to describe correlation between type of values and academic dishonesty in University of Indonesia students. This study is a correlation study with quantitative approach. A sample of 179 college students was used to investigate the relationship between values and academic dishonesty behavior. The result indicate that there is a relationship between three type of values self direction, conformity, and universalism with academic dishonesty behavior. With weak correlation self direction (r= -.193; n= 179; p <0,001, one tail), conformity (r =-.198; n= 179; p <0,001, one tail) dan universalism (r= -.0148; n= 179; p <0,001, one tail) . Based on the advice given in the thesis, further research is needed.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S57718
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arum Puspitarini Darminto
2010
S3611
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Audya Medina
Abstrak :
Skripsi ini meneliti body image pada remaja putri tahap awal dan wanita dewasa muda pasca melahirkan anak pertama. Kepedulian terhadap penampilan fisik sering dihubungkan dengan body image (Duffy&Atwater, 2004). Body image mengalami perubahan seiring dengan perubahan fisik yang signifikan seperti saat memasuki pubertas pada remaja awal dan pasca melahirkan. Penelitian ini termasuk ke dalam tipe applied research, deskriptif, dan kuantitatif dengan desain penelitian non-eksperimental. Partisipan di dalam penelitian ini adalah remaja putri tahap awal berusia 10-13 tahun yang berjumlah 30 individu dan wanita dewasa muda pasca melahirkan anak pertama yang berjumlah 30 individu dengan teknik pengambilan sampel berupa accidental sampling. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang signifikan pada pada body image remaja putri tahap awal dan body image wanita dewasa muda pasca melahirkan anak pertama. Wanita dewasa muda pasca melahirkan anak pertama memiliki body image yang lebih positif jika dibandingkan dengan body image yang dimiliki oleh remaja putri pada masa pubertas.
This thesis examines body image of early adolescent girls and women after their first child labor. Concern for physical appearance often associated with body image (Duffy & Atwater, 2004). Body image changes along with significant physical changes such as early puberty in adolescent and postpartum. This study belongs to the type of applied research, descriptive, and quantitative non-experimental research design. Participants in the study were 30 early adolescent girls aged 10-13 years, and 30 postpartum first child women. The sampling technique was accidental sampling. The result obtained from this study is the significant difference in body image in early adolescent girls and body image after the first child labor. Women after the first child labor had a more positive body image or high compared with early adolescent girl’s body image.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S45397
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eda Arthaputri
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara body image dengan kepuasan seksual pada wanita dewasa madya. Penelitian ini termasuk ke dalam tipe penelitian korelasional, dan kuantitatif dengan desain penelitian cross-sectional study, retrospektif, dan non eksperimental. Partisipan dalam penelitian ini adalah 51 wanita dewasa madya yang sudah mengalami menopause dan yang memiliki pasangan. Teknik pengambilan sampel menggunakan incidental sampling. Melalui korelasi Pearson, hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi signifikan antara body image dengan kepuasan seksual pada wanita dewasa madya. ......The purpose of this research is to find the correlation between body image and sexual satisfaction among middle aged women. This study belongs to the type of correlational and quantitative research designed with cross-sectional studies, retrospective and non-experimental studies. Participants in this study were 51 middle aged women in the menopausal status who still have spouse. This research uses incidental sampling as the sampling technique. Using Pearson Correlation, the result shows significant correlation between body image and sexual satisfaction among middle aged women.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S44608
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irsyad Farhah
Abstrak :
Hubungan yang baik antara guru dengan siswanya dapat mempengaruhi well-being pada guru. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat peran moderasi dari pengalaman guru mengajar pada hubungan kedekatan guru dengan siswanya terhadap well-being guru. Hubungan kedekatan guru-siswadiukur dengan menggunakan Student-Teacher Relationship Scale (STRS) milik Aldrup (2018), sedangkan well-being guru diukur dengan alat ukur Teacher Subjective Well-Being Questionnaire (TSWQ) milik (Renshaw et al., 2015). Responden dalam penelitian ini berjumlah 289 orang yang merupakan guru pada jenjang sekolah menengah (SMP,SMA/Sederajat). Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi sederhana. Hasil uji hipotesis pada penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat peran dari pengalaman guru mengajar dalam memperlemah atau memperkuat hubungan kedekatan guru-siswaterhadap well-being guru. Namun, hasil uji korelasi pada penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara hubungan kedekatan guru-siswa dan well-being guru. ...... A good relationship between teachers and students can influence the well-being of teachers. This study was conducted to determine whether there is a moderating role of the teaching experience of the teacher in the relationship between the teacher and his students towards the teacher's well-being. The teacher-student closeness relationship was measured using Aldrup's (2018) Student-Teacher Relationship Scale (STRS), while the teachers well-being was measured by the teacher's Subjective Well-Being Questionnaire (TSWQ) measuring instrument (Renshaw et al., 2015). Respondents in this study totaled 289 people who were teachers at the secondary school level (junior high school, high school / equivalent). The analysis technique used is simple regression analysis. The results of hypothesis testing in this study indicate that there is no role of the teaching experience of teachers in weakening or strengthening the close relationship between teacher-student and teacher well-being. However, the results of the correlation test in this study indicate that there is a positive relationship between the teacher-student closeness relationship and the teachers well-being.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indira Utama Pramasta
Abstrak :
ABSTRAK Terdapat pengaruh dari hubungan yang terjalin dari guru dengan siswanya terhadap bagaimana seorang guru mempersepsikan dirinya berkaitan dengan fungsi kesuksesan dan kesehatannya dalam pekerjaannya di sekolah atau biasa disebut dengan teacher well-being. Namun dalam pengaruh tersebut terdapat kaitan yang menarik dengan jenis kelamin guru pada jenjang sekolah menengah. Untuk itu peneliti ingin untuk melihat apakah jenis kelamin guru memoderasi pengaruh dari hubungan guru-siswa terhadap teacher well-being pada guru sekolah menengah. Alat ukur yang akan digunakan pada penelitian ini adalah Teacher Subjective Well-being Questionnaire (TSWQ) dan Student-Teacher Relationship Scale (STRS). Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 284 guru sekolah menengah yang terdiri dari guru laki laki dan perempuan. Hasil analisis statistik menggunakan macro PROCESS menyatakan hasil bahwa jenis kelamin memoderasi pengaruh dari hubungan guru-siswa terhadap teacher well-being (b3 = -0,272; t = -2,055; p = 0,041 [-0,533; -0,012]). Dengan demikian jenis kelamin pada guru memperkuat atau memperlemah pengaruh dari hubungan guru-siswa terhadap teacher well-being.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sekar Aulia Winesa
Abstrak :
Beban kerja yang berat dapat membuat guru memiliki persepsi negatif tentang teacher well-being karena itu guru membutuhkan kemampuan resiliensi untuk tetap bertahan dengan beban kerjanya yang begitu berat sehingga dapat menjaga well-being mereka. Berdasarkan latar belakang tersebut, tujuan penelitian ini adalah menemukan hubungan antara resiliensi dan teacher well being. Diasumsikan bahwa resiliensi dapat menjadi prediktor terhadap teacher well-being. Partisipan merupakan 263 orang guru yang aktif mengajar di berbagai jenjang sekolah dengan lama mengajar dimulai dari 6 bulan hingga di atas 30 tahun. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis korelasi pearson untuk melihat hubungan antarvariabel dan regresi linear sederhana untuk melihat peran resiliensi terhadap teacher well-being. Hasil penelitian dengan analisis regresi linear memperlihatkan bahwa resiliensi menjelaskan 11,1% variansi teacher well being. Penelitian ini memberikan kesadaran bahwa resiliensi pada guru dapat menjadi salah satu hal yang penting diperhatikan untuk meningkatkan teacher well-being. Berdasarkan hasil yang didapatkan, peneliti berharap dunia Pendidikan dapat memberikan intervensi terkait resiliensi untuk meningkatkan teacher well being. ......eavy workload could make teachers have negative perceptions about teacher well-being, therefore teachers need resilience to withstand the heavy workloads to maintain their well being. Based on the background, the purpose of this study is to find a relationship between resilience and teacher well-being. It is assumed that resilience can be a predictor of teacher well-being. Participants are 263 teachers who actively teach at various levels of school with teaching duration ranging from 6 months to above 30 years. Data analysis was performed using Pearson correlation analysis to see the relationship between variables and simple linear regression to see the role of resilience to teacher well-being. The results of linear regression analysis showed that resilience explained 11.1% of the teacher well-being variance. This study provides awareness that resilience to teachers can be one of the important things to consider to improve teacher well being. Based on the results obtained, researchers hope the world of education can provide interventions related to resilience to improve teacher well being.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Utami Sulistianingtyas
Abstrak :
ABSTRAK

Sekolah merupakan sebuah lingkungan sekunder bagi seorang remaja setelah lingkungan keluarga. Siswa memiliki anggapan bahwa dunianya adalah sekolah, tugas sekolah. Gambaran dan penilaian seorang siswa tentang diri sendiri pada saat sekarang akan berpengaruh pada apa yang terjadi di masa mendatang saat pengerjaan tugas sekolah. Konsep diri yang dimiliki oleh siswa dapat memengaruhi tingkah laku siswa untuk menentukan cara untuk menyelesaikan tugas sekolah dan mendapatkan prestasi yang baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan konsep diri dengan menyontek pada siswa di Sekolah Menengah Kejuruan. Partisipan penelitian ini terdiri dari 93 orang pada siswa yang berada di Sekolah Menengah 1 Palopo. Penelitian ini menggunakan alat ukur TSCS (William H.Fitts), untuk mengukur konsep diri, dan Pattern of Adaptive Learning Scales (PALS, dari Midgley 2000), untuk mengukur tingkah laku menyontek. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan skor yang signifikan antara konsep diri dan tingkah laku menyontek.


ABSTRACT

School is adolescent’s secondary environment, after family. Students think that school was their world. Students judgment and perception about themselves will affect how they do shoolwork, and their future. Students self-concept could affect their behavior in doing schoolwork and getting academic achievements. This study aims to discover the relationship between self-concept behavior on high school students. Participants of this study consists of 93 high school students from Palopo high school. Measurments used in this study was TSCS for measuring self-concept and PALS to measure cheating behavior. Results showed that there’s a significant score relationship between self-concept and cheating behavior.

Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S56669
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amelya Dwi Astuti
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan perbedaan pola interaksi antara pemelajaran tatap muka dan forum diskusi asinkronus dalam blended learning di Universitas Indonesia. Vrasidas and McIsaac (1999) mendefinisikan interaksi sebagai proses yang terdiri dari tindakan timbal balik dari dua atau lebih pelaku dalam konteks yang tersedia. Pola interaksi yang dilihat adalah pelaku interaksi yang paling banyak melakukan interaksi, kategori interaksi yang paling banyak dilakukan dosen, dan kategori interaksi yang paling banyak dilakukan mahasiswa baik pada forum diskusi asinkronus maupun pemelajaran tatap muka. Konten interaksi dari sampel Matakuliah Pengembangan Terintegrasi B (MPKT B) tersebut dianalisis menggunakan Analisis Interaksi Pembelajaran Campuran. Hasil analisis konten kualitatif dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pola interaksi pada pelaku interaksi dan kategori interaksi yang paling banyak dilakukan dosen. Sementara itu, tidak ditemukan perbedaan kategori interaksi yang paling banyak dilakukan mahasiswa.
ABSTRACT
This research was conducted to find the differences of patterns of interaction in face-to-face learning and asynchronous discussion forums in blended learning at the University of Indonesia. Vrasidas and McIsaac (1999) defines the interaction as a process that consists of reciprocal action of two or more actors in the given context. Patterns of interaction which is seen are which actors who do more interactions, which category of interaction that most teachers do, and which category of interaction that most students do both on the asynchronous discussion forums and face-to-face learning. Content of interactions of the sample from Matakuliah Pengembangan Kepribadian Terintegrasi B (MPKT B) were analyzed using the Analisis Interaksi Pembelajaran Campuran. Results of the qualitative content analysis of this research shows that there are differences in patterns of interaction of interaction actors and category of interaction that most teachers do. Meanwhile, there is no differences in the category of interaction that most students do.
2015
S59026
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yeni Atika
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara persepsi kebebasan dalam memilih aktivitas waktu luang dan efikasi diri pengambilan keputusan karier pada remaja di Indonesia. Neulinger (1974) mendefinisikan persepsi kebebasan dalam memilih aktivitas waktu luang sebagai keadaan dimana individu merasa apa yang dia lakukan dalam aktivitas waktu luangnya didasarkan oleh keinginan dan pilihannya sendiri. Kemudian, efikasi diri pengambilan keputusan karier merupakan kepercayaan individu untuk dapat menyelesaikan berbagai tugas yang diperlukan dalam membuat keputusan karier dengan sukses (Taylor & Betz, 1983). Pengukuran persepsi kebebasan dalam memilih aktivitas waktu luang dilakukan dengan menggunakan Perceived Freedom in Leisure (Short Form) Scale yang dikembangkan oleh Witt dan Ellis (1985). Di samping itu, pengukuran efikasi diri pengambilan keputusan karier, dilakukan dengan menggunakan Career Decision-Making Self-Efficacy – Short Form (CDSE-SF) yang dikembangkan oleh Betz, Klein & Taylor (1996). Secara keseluruhan, terdapat 211 remaja (15 sampai 24 tahun) yang berpartisipasi dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara persepsi kebebasan dalam memilih aktivitas waktu luang (M = 72.49, SD = 7.468) dan efikasi diri pengambilan keputusan karier (M = 113.76, SD = 14.211) pada remaja di Indonesia dengan r = 0.534 dan p < 0.05. ...... This research conducted to examine the correlation between perceived freedom in leisure and career decision making self-efficacy among Indonesian adolescents. Neulinger (1974) define perceived freedom in leisure as a state where the individual feels that what he/she does in leisure activities based on his/her own desires and his/her own choice. Then, career decision making self-efficacy is an individual’s belief that he/she can complete various tasks required in making career decisions successfully (Taylor & Betz, 1983). Perceived freedom in leisure was measured by using Perceived Freedom in Leisure (Short Form) Scale, developed by Witt and Ellis (1985). Beside, career decision making self-efficacy was measured by using Career Decision-Making Self-Efficacy - Short Form (CDSE-SF) developed by Betz, Klein and Taylor (1996). Overall there are 211 adolescents (15 - 24 years) that include in this research. The result showed a significant positive correlation between perceived freedom in leisure (M = 72.49, SD = 7.468) and career decision making self-efficacy (M = 113.76, SD = 14.211) in Indonesian adolescents with r = 0.534 and p < 0.05.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S64831
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>