Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ziana Naz Zahra Hidayat
Abstrak :
Belanda yang telah mengokupasi Indonesia selama berabad-abad lamanya meninggalkan sejumlah peninggalan budaya dari para pelakunya, termasuk peninggalan yang paling dekat dengan kehidupan sebagai seorang manusia; makam. Di Indonesia, tinggalan dari bangsa penjajah berupa makam dapat ditemui di seluruh wilayahnya, salah satunya adalah Bogor. Di Kabupaten Bogor, terdapat kompleks makam keluarga milik mantan tuan tanah Bogor berkebangsaan Belanda pada abad ke-19 yaitu Gerrit Willem Casimir van Motman. Kompleks makam keluarga yang dilengkapi dengan mausoleum dibangun dengan megah, sampai akhirnya penghancuran yang dilakukan secara sengaja terjadi. Pasca penghancuran identitas yang dimakamkan di kompleks pemakaman keluarga tersebut tidak lagi dapat dikenali. Bentuknya pun tidak lagi sama. Untuk memperoleh informasi serta gambaran tambahan mengenai bangunan makam keluarga van Motman, penelitian ini dilakukan dengan berfokus pada kajian bentuk makam dengan membandingkan makam keluarga van Motman di Bogor dengan Museum Prasasti menggunakan metode penelitian studi literatur dan observasi lapangan. Meskipun hasil perbandingan keduanya tidak menunjukkan perbedaan yang mencolok, perbedaan tetap ditemukan. Hal ini disebabkan oleh perbedaan tempat pembuatan bangunan makam, juga rentang waktu yang cukup jauh pada situs tersebut. ......The Dutch, who have occupied Indonesia for centuries, have left a number of cultural materials, including the closest remains to life as a human being; tombs. In Indonesia, the colonizer's cultural materials in the form of tombs can be found throughout the region, one of which is Bogor. In Bogor regency, there is a family cemetery belonging to a former Dutch Bogor landlord in the 19th century named Gerrit Willem Casimir van Motman. The family cemetery, which is equipped with a mausoleum, was built magnificently, until the deliberate destruction occurred. After the destruction the identity of those buried in the family cemetery are no longer recognizable and the tomb is no longer in its original form. In order to obtain additional information and description about the building of the van Motman family tomb, this research was conducted by focusing on the study of the shape of the tomb by comparing the van Motman family tomb in Bogor with Museum Prasasti using the research method of literature study and field observation. Although the results of the comparison of the two did not reveal significant differences, differences were still found. This is due to the difference in the place of manufacture of the tomb building, as well as the considerable time span of the sites.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Febri Anti
Abstrak :
Konservasi merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk mencegah kerusakan, menghambat proses pelapukan, serta tindakan menangani koleksi yang telah mengalami kerusakan agar koleksi museum pada kondisi yang baik sesuai dengan aslinya. Penelitian ini  membahas mengenai konservasi terpadu yang dilakukan pada pamor keris sebagai warisan budaya tak benda. Mengingat pentingnya pelestarian dilakukan, konservasi mengenai pamor masih jarang dibahas, bilah keris merupakan perwujudan dari seni teknologi tempa sehingga menghasilkan pola yang disebut pamor. Mengingat pembuatannya yang kompleks konservasi terhadap bilah keris memerlukan penanganan khusus agar konservasi yang dilakukan tidak mengubah konteks artefak atau malah merusaknya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian Robert H. Sharer dan Wendy Ashmore (2010) yang terdiri dari formulasi, implementasi, pengumpulan data, pengelolaan data, analisis, interpretasi dan publikasi. Pengumpulan data dilakukan dengan cara studi pustaka dan perekaman data di Museum Negeri Sonobudoyo. Hasil penelitian menjelaskan bahwa peran arkeolog  sebagai konservator keris, juga memperhatikan bahan-bahan penyusun pamor selain pada kerusakan keris sebagai indikator pelestarian. ......Conservation is an effort made to prevent damage, inhibit the weathering process, and act to handle collections that have experienced damage so that the museum collection is in good condition according to the original. This research discusses integrated conservation carried out on the prestige of the keris as an intangible cultural heritage. Considering the importance of preserving it, conservation regarding pamor is still rarely discussed, the keris blade is an embodiment of the art of forging technology which produces a pattern called pamor. Considering the complex nature of the construction, conservation of keris blades requires special handling so that the conservation carried out does not change the context of the artifact or even damage it. This research uses the research method of Robert H. Sharer and Wendy Ashmore (2010) which consists of formulation, implementation, data collection, data management, analysis, interpretation and publication. Data collection was carried out by means of literature study and data recording at the Sonobudoyo State Museum. The results of the research explain that the role of archaeologists as keris conservators is also to pay attention to the materials that make up the prestige apart from damage to the keris as an indicator of preservation.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library