Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Syifa Amalia Hanif
Abstrak :
Rokok dan stroke memiliki keterikatan erat yang diduga berkorelasi dengan peningkatan viskositas darah yang menjadi faktor terjadinya stroke. Pemeriksaan viskositas darah yang sekarang tersedia harus dilakukan pada laboratorium besar. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur hubungan merokok dengan viskositas darah yang diukur menggunakan Mikrokapiler Digital, suatu alat baru yang mudah dibawa, sederhana dan terjangkau. Penelitian adalah merupakan penelitian cross-sectional. Subjek penelitian terdiri atas dua kelompok, yaitu kelompok perokok dan non perokok. Data penelitian didapatkan dari data sekunder Pos Binaan Terpadu Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang diambil pada bulan Januari dan Maret 2015 dengan jumlah sampel 197 orang terdiri dari kelompok perokok dan kelompok non perokok. Hasil uji korelasi yang dilakukan dengan data sekunder Posbindu menunjukan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara merokok dengan viskositas darah. Perbedaan hasil ini diduga diakibatkan pada data Posbindu pasien yang merokok tenyata memiliki faktor risiko lain yang dapat meningkatkan viskositas darah. ......Cigarette smoking will increase blood viscosity which raises the risk of stroke. Newer and handier tool to check blood viscosity with Digital Microcapillary tool can be used in primary care. This research is done to find correlation between cigarette smoking and blood viscosity parameter checked by Digital Microcapillary tool. This was cross sectional study with two subject group consists of, cigarette smoker and non cigarette smoker. Research database was obtained from secondary data in Pos Binaan Terpadu Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (Posbindu) taken between January and March 2015 with total sample 197 patients. However, there was no significant correlation between cigarette smoker and non cigarette smoker patients from Posbindu. This results perhaps due to confounding factors in non cigarette smoker patients which will increase blood viscosity.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hansa Nurhaida
Abstrak :
ABSTRAK Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia yang perlu diperhatikan karena angka penderita obesitas (IMT >30) meningkat secara signifikan setiap tahun. Penderita obesitas perlu lebih waspada karena kemungkinan komorbiditas penyakit lain meningkat, termasuk salah satunya adalah stroke. Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya stroke yang dapat diukur serta dipengaruhi status obesitas adalah nilai viskositas darah. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan antara obesitas sebagai faktor risiko stroke dengan viskositas darah. Pada penelitian ini juga digunakan alat baru portable untuk mengukur viskositas darah yaitu Mikrokapiler Digital. Penelitian ini dilakukan dengan desain cross-sectional dari data sekunder 194 rekam medik pasien yang melakukan pemeriksaan kesehatan pada Pos Binaan Terpadu (Posbindu) Kelurahan Pisangan Timur dibawah binaan Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas pada bulan Januari dan Maret 2015. Data dianalisis dengan menggunakan uji kolerasi spearman dan uji chi-square. Pada uji kolerasi spearman antara obesitas dengan nilai viskositas darah tidak ditemukan adanya hubungan kolerasi yang signifikan dengan nilai p 0,304. Jika data numerik diolah secara kategorik dengan uji chi-square, tidak didapatkan adanya hubungan antara obesitas dan peningkatan viskositas darah dengan nilai p 0,719. Hasil tersebut dapat terjadi karena pada penelitian ini faktor perancu lain diabaikan. Sehingga pada pasien non obesitas masih ada kemungkinan pengaruh hal hal lain seperti hipert.
ABSTRACT Obesity is one of the health problem that need be considered because the numbers of obese people (BMI> 30) increased significantly every year. Obese people have greater possibility of other co-morbidities diseases, including stroke. One of the causes of stroke that can be measured and influenced the status of obesity is the value of blood viscosity. Therefore, this study aimed to explore the relationship between obesity as a risk factor of stroke and blood viscosity. In this study, researcher also used Mikrokapiler Digital, a new portable instrument for measuring the viscosity of the blood. This research was conducted with a crosssectional design. This research using 194 medical records from patients who performed medical check up on the Pos Binaan Terpadu(Posbindu) Kelurahan Pisangan Timur under the guidance of the Department of Community Medicine. The medical check up held in January and March 2015. Data were analyzed using Spearman correlation test and chi-square test. In the Spearman correlation test between obesity and blood viscosity value did not reveal any significant correlation relationship with a p-value 0.304. When the numerical data converted into categorical data and analyzed using the chi-square test, it also shows no association between obesity and increased blood viscosity with a p-value 0.719. These results happen because in this study other confounding factors are ignored. So that the nonobese patients can possibly influenced by other factors which can increase the viscosity value such as hypertension, diabetes mellitus and dyslipidemia.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
IGN. LR. Djatmiko Boedihartono
Abstrak :
ABSTRAK
Globalisasi dalam dunia bisnis merupakan suatu fenomena yang tidak dapat dielakkan oleh semua pelaku-pelaku bisnis. Kondisi ini meinberi kesempatan seluas-luasnya kepada perusahaan untuk berkembang, tetapi sekaligus menimbulkan ancaman dengan semakin terbukanya kemungkinan munculnya pesaing-pesaing baru yang akan menawarkan produk dengan teknologi yang lebih baik.

Bagi perusahaan yang turut serta dalam globalisasi dengan mengembangkan usahanya ke luar dari negara basisnya, aspek yang paling terpengaruh dengan kondisi ini adalah aspek manajemen dalam perusahaan itu sendiri. Hal ini timbul karena masing-masing negara mempunyai karakter yang berbeda-beda, seperti sosial budaya, sistem pemenntahan, sistem hukum, sistem perbankan, mata uang dan lain sebagainya yang tentunya menyebabkan manajemen manghadapi permasalahan yang lebih kompleks.

Uang merupakan salah satu sumberdaya dalam perusahaan yang memegang peranan sangat penting dalam perekonomian modern. Kemampuan suatu perusahaan dalam mengelola keuangannya turut menentukan keberhasilan perusahaan tersebut dalam menjalankan dan mengembangkan usahanya. Pengelolaan keuangan; khususnya cash management (cash inflow dan cash outflow); bagi perusahaan yang melakukan ekspansi usahanya ke luar negeri membutuhkan penanganan yang khusus mengingat perbedaan-perbedaan tersebut di atas dapat menimbulkan resikoataupun keuntungan, diantaranya yangditimbulkan dari exchange rate dan floating time.

Tujuan penulisan ini adatah mempelajari keadaan cash management yang sedang dijalankan oleh manajemen PT Garuda Indonesia, berikut Sistem Informasi Keuangan serta melihat permasalahan-permasalahan yang dihadapinya. Pemilihan PT Garuda Indonesia dalam tulisan ini didasarkan atas wilayah usaha PT Garuda Indonesia yang cukup luas mencakup wilayah domestik dan internasional. Dalam menyusun lulisan ini, penulis juga mempelajari literatur serta bahan-bahan kuliah yang berkaitan dengan topik yang diambil, sehingga diharapkan dari tulisan ini dapat diambil suatu manfaat yang dapat dipakai oleh manajemen PT Garuda Indonesia dalam menentukan kebijakan di masa datang. Di akhir penulisan ini, penulis berusaha mengambil beberapa kesimpulan dan membuat beberapa saran yang mungkin dapat dilaksanakan guna penyempurnaan cash management di PT Garuda Indonesia.
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ruhaya Fitrina
Abstrak :
ABSTRAK
Latar Belakang: Ankle Brachial Index (ABI) merupakan pemeriksaan noninvasif sederhana dan akurat untuk penyaring dan diagnostik Penyakit Arteri Perifer (PAP). Nilai ABI abnormal merupakan prediktor penting terjadi aterosklerosis sistemik yang menjadi penyebab stroke dan penyakit kardiovaskuler. Nilai ABI rendah berhubungan dengan telah tezjadi aterosklerosis sistemik atau PAP. Setelah lima tahun kemudian 25-35% penderita PAP akan mendenita stroke atau infark miokard. Faktor risiko stroke iskemik yang berhubungan dengan proses aterosklerosis adalah hipertensi, dislipidemia, homosisteinemia, merokok, infeksi dan hiperglikemia.

Tujuan: Mengetahui gambaran nilai ankle brachial index pada penderita stroke iskemik di RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta.

Metode: Penelitian ini dilakukan menggunakan disain potong lintang deskriptif analitik pada 73 penderita stroke iskemik. Kemudian dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik umum, pemeriksaan neurologi rutin, pemeriksaan kadar total kolesterol darah, trigliserida, LDL, HDL, GDS, dan dilakukan pemeriksaan ABI. Pasien yang tidak memiliki CT scan / MRI kepala tidak masuk dalam penelitian.

Hasil: Dari 73 subyek penelitian didapatkan sebaran umur terbanyak pada kelompok umur 55-64 tahun (42,5%) dan sebagian besar subyek (78.1%) memiliki hipertensi. Proporsi nilai ABI abnormal pada penderita stroke iskemik adalah 26,0 %. Faktor risiko yang bermakna Secara Statistik dengan analisis bivariat adalah kadar total kolesterol darah p=0,039 dan umur p=0,034. Seclangkan hasil analisis multivariate menunjukkan bahwa kelompok umur merupakan faktor risiko independen yang bermakna terhadap nilai ABI abnormal dengan p-value 0,023 (OR 2,556; IK 95% 1,136- 5,752).

Kesimpulan: Penderita stroke iskemik berumur lebih dari 55 tahun merupakan faktor risiko yang berhubungan terhadap kejadian nilai ABI abnormal. Sedangkan hiperkolesterolemia merupakan faktor risiko yang mempunyai hubungan yang bermakna dengan nilai ABI abnormal.
2007
T21316
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Anastasia
Abstrak :
ABSTRAK
Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama stroke yang dapat berakibat fatal bagi penderitanya. Pada beberapa penelitian, ditemukan bahwa pada penderita hipertensi terdapat peningkatan viskositas darah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara hipertensi sebagai faktor risiko stroke dengan viskositas darah yang diukur dengan alat Mikrokapiler Digital. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan mengambil data sekunder hasil pemeriksaan tekanan darah dan viskositas darah (n = 194) di Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) binaan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) oleh Departemen Ilmu Kesehatan Komunitas pada bulan Januari dan Maret 2015. Pengukuran viskositas darah menggunakan alat Mikrokapiler Digital. Terdapat proporsi hipertensi sebesar 34,5% (n = 67) dan proporsi terbesar pada subjek penelitian adalah penderita prehipertensi (37,6%). Sebaran nilai viskositas darah tidak normal pada seluruh subjek berdasarkan uji Kolmogorov-Smirnov, yaitu 6,04 (3,04-8,67). Pada uji korelasi Spearman tidak ditemukan adanya hubungan korelasi yang signifikan (r = 0,072; p = 0,319) antara tekanan darah sistolik dengan viskositas darah, namun terdapat korelasi positif berkekuatan sangat lemah dan bersifat signifikan (r = 0,176; p = 0,014) antara tekanan darah diastolik dengan viskositas darah. Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara tekanan darah diastolik dengan viskositas darah.
ABSTRACT
Hypertension is one of the main risk factor for stroke, which can be fatal. In several study, it has been observed that blood viscosity is higher in hypertensive patients. The aim of this study is to find the correlation between hypertension as a stroke risk factor and blood viscosity measured with Mirkokapiler Digital. This study used secondary data from Departemen Ilmu Kesehatan Komunitas. Blood viscosity and blood pressure were taken cross-sectionally (n = 194) in Pos Binaan Terpadu (Posbindu) from January until March 2015. Blood viscosity was measured with Mikrokapiler Digital. The proportion of hypertensive subject is 34,5% (n = 67) and the highest proportion is the subject with prehypertension (37,6%). Distribution of blood viscosity is not normal in all subjects based on Kolmogorov-Smirnov normality test, which is 6,04 (3,04-8,67). Spearman correlation between systolic blood pressure and blood viscosity showed no significant correlation (r = 0,072; p = 0,319), but there is a very weak and significant positive correlation between diastolic blood pressure and blood viscosity (r = 0,176; p = 0,014). In conclusion, there is correlation between diastolic blood pressure and blood viscosity.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitria Oktaviani
Abstrak :
Latar belakang: Penyakit ginjal kronik sendiri dapat menjadi faktor risiko penyakit serebrovaskular karena ginjal dan parenkim otak memiliki kemiripan pembuluh distal (pada nefron dan arteriole di otak). Pembuktian korelasi antara penyakit ginjal kronik terhadap CSVD dapat dilakukan melalui evaluasi penurunan nilai laju filtrasi glomerulus (LFG) dan evaluasi temuan MRI kepala. Metode: Studi ini merupakan studi korelasi potong lintang dengan evaluasi MRI kepala dan penilaian sesuai acuan STRIVE, kemudian ditentukan korelasi terhadap rerata nilai estimasi laju filtrasi glomerulus penderita. Hasil: Terdapat korelasi negatif antara penyakit ginjal kronik terhadap CSVD (r = - 0,39 dan p = 0,029). Nilai median total skor CSVD adalah 2,5 dengan rerata nilai estimasi LFG pada penelitian ini 40 ml/menit per 1,73 m2. Kesimpulan: Terdapat korelasi negatif antara penyakit ginjal kronik terhadap CSVD. Diperlukan penelitian lanjutan dengan jumlah sampel lebih besar untuk menentukan nilai estimasi LFG yang menjadi cut-off point bagi pasien untuk menjalani MRI kepala, serta untuk mengetahui kaitan total skor CSVD dengan faktor risiko lainnya. ......Background: Cerebral Small Vessel Disease (CSVD) and chronic kidney disease (CKD) have similar and overlapping risk factors. CKD itself can be a risk factor for cerebrovascular diseases because of the similarities between small vessels in the brain and kidneys (nephrons). Correlation between CKD and CSVD can be proven by evaluating estimated GFR values and head MRI quantitatively. Method: This study was a cross sectional study to determine the correlation between mean estimated GFR values in CKD and quantitative head MRI evaluation of CSVD. Result: There was a weak negative correlation between mean estimated GFR values with CSVD. Median of total score CSVD from all subjects were 2,5 with mean estimated GFR values was 40 ml/minutes per 1,73 m2 (range 4,6 – 59 ml/minutes per 1,73 m2). Conclusion: There was negative correlation between CKD and CSVD. Further studies are needed with larger sample to determine cut off point for estimated GFR values to perform head MRI in CSVD, also to determine relationship of CSVD total score with other risk factors.
2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fadila Asmaniar
Abstrak :
Latar Belakang. Miastenia gravis (MG) adalah penyakit autoimun kronis yang bermanifestasi sebagai kelemahan otot di berbagai lokasi dengan insiden yang meningkat sejak beberapa dekade terakhir. Kualitas hidup merupakan aspek yang perlu dinilai dalam penatalaksanaan MG. Berbagai faktor telah diketahui berpengaruh terhadap kualitas hidup pasien MG, tetapi saat ini di Indonesia belum ada studi yang meneliti gambaran kualitas hidup pasien MG. Studi ini bertujuan untuk mengetahui gambaran secara umum kualitas hidup pasien MG serta faktor-faktor yang memengaruhinya di RSUPN Cipto Mangunkusumo, DKI Jakarta yang merupakan rumah sakit rujukan nasional. Metode. Studi potong lintang dilakukan di RSUPN Cipto Mangunkusumo, DKI Jakarta pada bulan Februari hingga April 2023. Pasien yang telah didiagnosis miastenia gravis dan mendapatkan terapi baik terapi simtomatik maupun imunospresan minimal 6 bulan direkrut ke dalam penelitian. Subjek dilakukan wawancara menggunakan kuisioner dan pencatatan data rekam medik sesuai variabel yang diteliti. Analisis bivariat dan multivariat dilakukan untuk menguji hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Hasil. Sebanyak 80 subjek memenuhi kriteria inklusi penelitian. Rerata usia subjek adalah 44,73 ± 13,09 tahun. Mayoritas subjek adalah perempuan (68,8%), sudah menikah (65%), memiliki riwayat pendidikan menengah (42,5%), pekerjaan blue collar (76,2%), dan tidak latihan fisik (73,8%). Median IMT subjek adalah 24,86 kg/m2 (16,77–128,57 kg/m2). Median durasi penyakit subjek adalah 60 bulan (9–504 bulan). Rerata usia saat terdiagnosis adalah 38,73 ± 14,24 tahun. Mayoritas subjek memiliki awitan gejala EOMG (73,8%), gejala MG generalisata (72,5%). Sebanyak 38,8% pasien memiliki riwayat timoma. Dari 31 subjek dengan timoma, 83,9% subjek dilakukan timektomi. Kebanyakan subjek tidak diperiksakan status antibodinya (63,8%). Sebanyak 37,5% subjek memiliki status MGFA normal dan median MGCS 1,59 (0–13). Mayoritas subjek memiliki gejala yang stabil (78,7%) dan mendapatkan azathioprine (50%). Sebanyak 33,8% subjek menggunakan steroid dengan median dosis 16 mg (2–64 mg) dan 29,6% subjek memiliki tampilan cushingoid. Kebanyakan subjek tidak mengalami depresi (48,8%) maupun ansietas (71,2%). Median skor support sosial subjek adalah 70 (12–84). Median skor MG-QOL15 INA adalah 21 (2–56). Berdasarkan analisis bivariat, variabel yang berhubungan bermakna dengan kualitas hidup pasien MG adalah status antibodi, konsumsi steroid, depresi, dan ansietas. Berdasarkan analisis multivariat, variabel yang berhubungan bermakna dengan kualitas hidup pasien MG adalah latihan fisik dan depresi. Kesimpulan. Latihan fisik dan depresi merupakan faktor penting yang memengaruhi kualitas hidup pasien MG secara bermakna ......Backgrounds. Myasthenia gravis (MG) is a chronic autoimmune disease that manifests as muscle weakness in various locations, which its incidence has been increasing over the past few decades. Quality of life is an essential aspect in the management of MG. Several factors have been known to influence the quality of life in MG patients. This study aimed to provide a general overview of the quality of life of MG patients and the associated factors at the national referral hospital, Cipto Mangunkusumo National General Hospital, Jakarta. Methods. A cross-sectional study was conducted at Cipto Mangunkusumo National General Hospital from February to April 2023. Myasthenia gravis patients in therapy, both symptomatic and immunosuppressant, for at least 6 months were recruited for the research. Subjects were interviewed using a questionnaire, and medical record data were recorded based on the variables under investigation. Bivariate and multivariate analyses were performed to examine the relationships between the independent and dependent variables. Results. A total of 80 subjects met the inclusion criteria for the study. The mean age of the subjects was 44.73 ± 13.09 years. The majority of the subjects were female (68.8%), married (65%), had secondary education (42.5%), had blue-collar jobs (76.2%), and did not engage in physical exercise (73.8%). The median BMI (Body Mass Index) of the subjects was 24.86 kg/m2 (16.77-128.57 kg/m2). The median duration of the disease for the subjects was 60 months (9-504 months). The mean age at diagnosis was 38.73 ± 14.24 years. Most subjects had early-onset myasthenia gravis (EOMG) (73.8%) and generalized MG symptoms (72.5%). About 38.8% of the patients had a history of thymoma. Out of the 31 subjects (83.9%) with thymoma, underwent thymectomy. The majority of the subjects did not have their antibody status checked (63.8%). About 37.5% of the subjects had a normal MGFA (Myasthenia Gravis Foundation of America) status, and the median MGCS (Myasthenia Gravis Composite) score was 1.59 (0-13). Most subjects had stable symptoms (78.7%). Around 33.8% of the subjects used steroids with a median dose of 16 mg (2-64 mg). There were 29.6% of the subjects with steroid exhibited Cushingoid features. There were 50% of the subjects received azathioprine. The majority of the subjects did not experience depression (48.8%) or anxiety (71.2%). The median score for social support was 70 (ranging from 12 to 84), and the median score for MG-QOL15 INA (Myasthenia Gravis Quality of Life 15 Indonesia) was 21 (ranging from 2 to 56). Based on bivariate analysis, variables significantly associated with the quality of life of MG patients were antibody status, steroid usage, depression, and anxiety. Based on multivariate analysis, variables significantly associated with the quality of life of MG patients were physical exercise and depression. Discussions. Physical exercise and depression independently affected the quality of life of MG patients.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhayati M. Rasyid
Abstrak :
Rasio neutrofil limfosit (RNL) adalah salah satu biomarker prognostik yang sudah banyak dipakai untuk memprediksi luaran klinis berbagai penyakit. Nilai RNL yang tinggi berhubungan dengan luaran klinis yang buruk pada pasien stroke iskemik. Asupan energi dan protein yang cukup selama rawatan di rumah sakit (RS) dapat membantu menurunkan kadar RNL yang tinggi saat admisi. Asupan nutrisi yang cukup selama rawatan membantu mempertahankan sistem imun, meningkatkan proliferasi limfosit dan produksi antibodi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan kecukupan energi dan protein selama rawatan di RS terhadap perubahan nilai RNL pada pasien stroke iskemik di RSCM dan RSUI. Penelitian menggunakan desain kohort prospektif pada subjek berusia ≥18 tahun yang dirawat di RSCM dan RSUI. Diperoleh 52 subjek dengan kelompok cukup asupan energi dan protein sebanyak 26 subjek dan kelompok yang tidak cukup sebanyak 26 subjek. Rerata usia subjek 62,34 + 11,8, laki – laki 61,5%, subjek dengan status nutrisi obesitas derajat 1 berdasarkan indeks massa tubuh (IMT) 23,1%, dan faktor risiko hipertensi sebanyak 82,7%. Tidak terdapat hubungan bermakna antara kecukupan energi dan protein dengan penurunan nilai RNL selama rawatan. Namun, sebagian besar subjek yang mendapat asupan cukup energi dan protein mengalami penurunan nilai RNL. Penelitian lanjutan diperlukan dengan menggunakan subjek lebih banyak dan menganalisis faktor – faktor lain yang dapat memengaruhi penurunan nilai RNL dan asupan makan pada pasien stroke iskemik yang dirawat. ......Neutrophil-lymphocytes ratio (NLR) is one of the prognostic biomarkers that has been widely used to predict clinical outcomes of various diseases. High NLR values are associated with poor clinical outcomes in ischemic stroke patients. Adequate energy and protein intake during hospitalization can help reduce high NLR levels at admission. Adequate nutritional intake during treatment helps maintain the immune system, increase lymphocyte proliferation and antibody production. This study aims to look at the relationship between energy and protein adequacy during hospitalization and changes in NLR values in ischemic stroke patients at RSCM and RSUI. The study used a prospective cohort design on subjects aged ≥18 years who were hospitalized at RSCM and RSUI. Total 52 subjects and then divided into two groups, an adequate energy and protein groups 26 subjects and an insufficient groups 26 subjects. The mean age of the subjects was 62.34 + 11.8, male 61.5%, subjects with nutritional status of grade 1 obesity based on body mass index (BMI) 23.1%, and risk factors for hypertension were 82.7%. There was no significant relationship between energy and protein adequacy group and the decrease in NLR values during hospitalization. However, most subjects who received energy and protein adequate experienced a decrease in NLR. Further research is needed by using more subjects and analyzing other factors that can affect the decrease in NLR value and food intake in stroke patients during hospitalization.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Fadhilah
Abstrak :
Stroke iskemik merupakan penyebab utama disabilitas jangka panjang dengan beban ekonomi serta angka kematian yang tinggi di Indonesia. Malnutrisi pada pasien stroke iskemik berhubungan dengan masa rawat inap lebih lama, luaran fungsional lebih buruk, dan mortalitas yang lebih tinggi. Malnutrisi ditandai oleh adanya penurunan massa otot yang dapat dinilai dengan pemeriksaan indeks massa bebas lemak (fat free mass index, FFMI) menggunakan bioelectrical impedance analysis (BIA). Inflamasi sebagai salah satu penyebab malnutrisi pada pasien stroke iskemik dapat ditandai oleh peningkatan rasio neutrofil terhadap limfosit (neutrophil-to-lymphocyte ratio, NLR). Penelitian ini merupakan studi potong lintang untuk melihat korelasi antara FFMI dan NLR pada 47 subjek dengan stroke iskemik akut berusia >18 tahun hingga 65 tahun yang dirawat di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) dan RS Universitas Indonesia (RSUI) selama bulan November–Desember 2023. Hasil penelitian menunjukkan rerata usia subjek adalah 57±7,1 tahun dan sebagian besar subjek adalah laki-laki (61,7%). Hipertensi merupakan faktor risiko tertinggi yang ditemukan pada subjek penelitian (83%). Sebagian besar subjek memiliki status gizi berat badan normal (31,9%) dan obesitas (31,9%), sedangkan subjek dengan malnutrisi sebesar 8,5%. Rerata nilai FFMI pada subjek penelitian adalah 18±2,2 kg/m2 dan diperoleh 12,8% subjek dengan kategori FFMI rendah. Rerata nilai NLR adalah 3,7±1,3 dan diperoleh 36,2% subjek dengan kategori NLR tinggi. Nilai FFMI dan NLR pada subjek penelitian memiliki korelasi negatif signifikan dengan nilai korelasi r=-0,38, p<0,01. ......Ischemic stroke is a leading cause of long-term disability with a high economic burden and mortality rate in Indonesia. Malnutrition in ischemic stroke patients is associated with longer hospitalization, worse functional outcomes, and higher mortality. Malnutrition is characterized by a decrease in muscle mass that can be assessed by examining the fat free mass index (FFMI) using bioelectrical impedance analysis (BIA). Inflammation as one of the causes of malnutrition in ischemic stroke patients can be characterized by an increase in the neutrophil-to-lymphocyte ratio (NLR). This study is a cross-sectional study to see the correlation between FFMI and NLR in 47 subjects with acute ischemic stroke aged >18 years to 65 years who were admitted to Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital (RSCM) and University of Indonesia Hospital (RSUI) during November-December 2023. The results showed that the mean age of the subjects was 57±7.1 years and most of the subjects were male (61.7%). Hypertension was the highest risk factor found in the study subjects (83%). Most subjects had a nutritional status of normal weight (31.9%) and obesity (31.9%), while subjects with malnutrition amounted to 8.5%. The mean FFMI value in the study subjects was 18±2.2 kg/m2 and 12.8% of subjects with low FFMI category were obtained. The mean value of NLR was 3.7 ± 1.3 and 36.2% of subjects with high NLR category were obtained. The FFMI and NLR values in the study subjects had a significant negative correlation with a correlation value of r = 0.38, p <0.01.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Beny Rilianto
Abstrak :
Latar Belakang: Trombolisis merupakan terapi definitif pada stroke iskemik hingga saat ini. Efektivitas trombolisis sangat bergantung waktu pemberian. Salah satu faktor yang memengaruhi luaran trombolisis pada stroke iskemik akut adalah waktu door to needle. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari faktor-faktor yang memengaruhi waktu DTN pada penderita yang mendapat terapi trombolisis. Metode: Penelitian berupa potong lintang untuk melihat faktor klinis dan logistik yang memengaruhi waktu DTN pada penderita stroke iskemik yang mendapat terapi trombolisis periode November 2014 hingga Oktober 2018 di rumah sakit Cipto Mangunkusumo. Hasil: Total 94 subjek didapatkan proporsi waktu DTN > 60 menit sebanyak 68(71,3%). Faktor yang secara dependen berpengaruh terhadap waktu DTN adalah: nilai NIHSS awal (OR: 0,29; CI: 0,091-0,938), penggunaan antitrombotik (OR: 0,128; IK: 0,024-0,692), dan lokasi CT scanner (OR: 0,168; IK: 0,046-0,611). Simpulan: Nilai NIHSS awal, penggunaan antirombotik, dan lokasi CT scan berhubungan terhadap waktu DTN. ......Background: Thrombolysis is the definitive therapy in ischemic stroke to date. The effectiveness of thrombolysis is very time-dependent. One of the factors that influence the outcome of thrombolysis in acute ischemic stroke is the door to needle time. The aims of this study was to look for factors that influence DTN times in patients receiving thrombolysis therapy. Methods: A cross-sectional study to look at clinical and logistical factors that influence DTN times in patients with acute ischemic stroke who received thrombolysis therapy from November 2014 to October 2018 at Cipto Mangunkusumo Hospital. Results: A total of 94 subjects obtained a proportion of DTN time > 60 minutes of 68 (71.3%). Factors that are dependent on DTN times are: initial NIHSS (OR: 0.29; CI: 0.091-0.938), antithrombotic use (OR: 0.128; CI: 0.024-0.692), and CT scanner location (OR: 0.168; CI: 0.046-0.611). Conclusions: Initial NIHSS, antithrombotic use, and CT scan location are associated to DTN times.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>