Search Result  ::  Save as CSV :: Back

Search Result

Found 10 Document(s) match with the query
cover
Evan Prasidya Mahiswara
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh nanofluida sebagai media pendinginan cepat dalam proses perlakuan panas baja S45C. Nanofluida dibuat dengan mencampurkan nanopartikel karbon dengan oli sebagai fluida dasar. Nanopartikel karbon dibuat dengan melakukan proses penggilingan selama 15 jam dan dengan kecepatan 500 rpm. Nanopartikel karbon dan oli dicampurkan dengan metode ultrasonik. Kadar karbon di dalam nanofluida pada penelitian ini di adalah 0,1, 0,2, 0,3, 0,4, 0,5 w/v. Sampel karbon di karakterisasi menggunakan FESEM-EDS dan XRD. Nanofluida dikarakterisasi dengan menggunakan PSA dan Pengujian Konduktivitas Termal. Sampel baja S45C dikarakterisasi dengan menggunakan OES, serta uji kekerasan Vickers dan pengamatan mikrostrukur pada keadaan sebelum dan sesudah pedinginan cepat. Hasil yang didapatkan secara umum adalam peningkatan kekerasan dan konduktivitas termal seiring dengan penambahan kadar karbon. Namun, bila konsentrasi melebihi nilai optimum, maka akan menurunkan hasil yang didapat.

This research is conducted to know the effect of nanofluid as quench medium in the heat treatment of S45C steel. The nanofluid was made by mixing carbon nanoparticles and oil as base fluid. The nanoparticle was made by milling carbon particle for 15 hours and in 500 rpm. Carbon Nanoparticle and oil was mixed by ultrasonic. The carbon content that used in this research is 0,1, 0,2, 0,3, 0,4, 0,5 w v. Carbon sample was characterized with FESEM EDS and XRD. Nanofluid are characterized with PSA and thermal conductivity test. S45C steel are characterized with OES, Vickers hardness testing and metallographic observation before and after the quenching procedures. The result of mentioned testing was generally an increase in hardnes and thermal conductivity with the increasing of carbon content. However, if the concentration exeeds the optimum number, the result will decrease."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silalahi, Nick Holson M
"Satu set baja JIS G4404 SKD61 di carbonitriding dengan tujuan meningkatkan karakteristik mekanik maupun ketahanan korosi. Proses Carbonitriding dilakukan di dalam furnace dengan suhu 750°C, 850°C, 950°C selama 120, 240, dan 360 menit untuk mengevaluasi pengaruh waktu selama perlakuan Carbonitriding terhadap kualitas lapisan carbonitriding. Evolusi mikrostruktur dari senyawa dan lapisan difusi dipelajari dengan memindai analisis difraksi mikroskop elektron. Dari karakterisasi mekanis, peningkatan kekerasan mikro diamati terutama secara kontinyu dengan berbagai parameter komposisi powder nitrogen dan karbon untuk menemukan kekerasan mikro yang lebih baik serta ketahanan korosi pada temperature tinggi. Pengujian korosi dengan metode EIS menunjukan bahwa mekanisme Carbonitriding dengan berbagai variasi parameters agar terbentuk pasif layer yang dapat menghambat laju korosi permukaan baja JIS 4404 memperlihatkan hasil yang berbeda beda. Metode penelitian ini mendapatkan hasil yang paling baik adalah metode sample C4N yang menghasilkan laju korosi 0,04 mm/year sedangkan hasil yang paling buruk adalah C2N2 yang menghasilkan laju korosi 0,9 mm/year. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa white layer compound yang terbentuk dari hasil carbonitriding membuat nilai laju korosi menjadi excellent yang dapat dibandingkan dengan laju korosi dalam mpy dengan beberapa satuan metris dimana laju korosi 0,02 < 0,1 mm/year.

A set of JIS G4404 SKD61 steels were Carbonitriding with the aim of improving their performance as matrices and pins. The Carbonitriding process was performed in furnace at 750°C, 850°C,950°C for 120, 240, and 360 minutes in order to evaluate the effect of time during the Carbonitriding treatment on the quality of the Carbonitriding layer. Microstructural evolution of the compound and diffusion layers were studied by scanning electron microscopy diffraction analysis. From mechanical characterization, improving micro hardness was observed mainly a continuous with variety parameters nitrogen and carbon compositions In order to find better micro hardness and find the best corrosion resistant in hight temperature corrosion term. Corrosion testing using the EIS method shows that the carbonitriding mechanism with various parameters to form a passive layer which can reduce the corrosion rate of the JIS 4404 steel surface shows different results. This research method gets the best results is the sample method C4N which produces a corrosion rate of 0.04 mm / year while the worst result is C2N2 which produces a corrosion rate of 0.9 mm / year. The results showed that the white layer compound formed from the results of carbonitriding made the corrosion rate excellent, which could be compared with the corrosion rate in mpy with several metric units where the corrosion rate was 0.02 <0.1 mm / year."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendy Setiawan
"Sebuah perusahaan minyak dan gas di Subang, PT. X merupakan salah satu asset penting negara di Jawa Barat, dimana hasil produk dari perusahaan ini memberikan konstribusi terhadap perekonomian di pulau Jawa, khususnya di Jawa Barat. Input feed gas yang diperoleh PT. X ini memiliki konsentrasi CO2 cukup tinggi sebesar 23%, pemisahan CO2 removal dimaksudkan untuk mengurangi kandungan CO2 hingga kurang dari 5%. Hal ini karena CO2 dengan kadar > 5% sangat korosif tergantung pada tekanan (pressure) dan temperature. Proses pemurnian gas dilakukan oleh 2 unit identic CO2 removal, dimana sistem perpipaan menjadi penting untuk menyalurkan gas dari satu tempat ke tempat lain. Hasil analisa menunjukkan mekanisme kerusakan aktual pada pipa adala korosi CO2. Nilai laju korosi tertinggi sebesar 0,24 mm/year pada tahun 2020 karena adanya reaksi antara Fe dengan H2CO3 sebagai akibat dari perubahan temperature dan partial pressure CO2 model laju korosinya adalah Y = 0,0001x2 – 0,0297x + 1,5599 untuk pengaruh temperature dan Y = 9E-05x2 – 0,0228x + 1,5436 untuk pengaruh partial pressure CO2. Dari matriks kekritisan didapatkan 1-line number pada peringkat resiko medium high sehingga action yang perlu dilakukan adalah bersifat corrective maintenance dengan interval setiap 4 tahun sekali dan metode inspeksi nya adalah ultrasonic test. Hasil analisa kelayakan menunjukkan bahwa pipa yang diteliti masih layak beroperasi karena nilai MAWP masih di atas working pressure pipa tersebut. Model polynomial Y = 42,097x2 – 607,42x + 2724,8 sebagai model prediksi MAWP pada tahun 2025 mendatang dimana nilainya juga masih berada di atas working pressure sehingga masih layak digunakan sampai 2025.

An oil and gas company in Subang, PT. X is one of the important state assets in West Java, where the products of this company contribute to the economy on the Java, especially in West Java. Feed gas input obtained by PT. X has a high enough CO2 concentration up to 23%, the separation of CO2 removal us intended to reduce the CO2 content to less than 5%. This event is required due to CO2 concentration >5% is corrosive depending on pressure and temperature. The gas purification process is carried out by two identical CO2 removal unit, where the piping system is important to transfer gas from one place to another. The analysis result shows that the actual damage mechanism is CO2 corrosion. The highest corrosion rate value is 0,24mm/year in 2020, because of the reaction between Fe and H2CO3 as a result of changes in temperature and partial pressure CO2, the corrosion model is Y = 0,0001X2- 0,0297x + 1,5599 for the effect of themperature and Y = 9E-05X2 – 0,0228x + 1,5436 for the effect of CO2 partial pressure. From the critilically matrix, it is obtained one line number at the risk rating for medium high, so the action that need to be done is corrective maintenance at interval every 4 years and the inspection method is the ultrasonic test. The result of the feasibility analysis show that the pipe under study is still feasible to operate because the MAWP value still above the pipe’s working pressure. Polynomial model Y = 42,097x2 – 607,42x + 2724,8 as a prediction mode for MAWP in 2925 where the value also still above it it means the pipe still suitable for use until 2025."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laksmana Putra Leuvinadrie
"Lapangan-X merupakan salah satu penyumbang gas terbesar di Jawa Barat, dimana
pelanggan gasnya merupakan perusahaan-perusahaan yang memberikan konstribusi
terhadap keberlangsungan perekonomian di pulau Jawa. Gas alam lapangan-X memiliki
kandungan CO2 dengan konsentrasi tinggi sebesar 23%, pengoperasian pemisahan CO2
removal dimaksudkan untuk mengurangi kandungan CO2 sehingga memiliki heating
value yang tinggi. Hal ini karena CO2 dengan kadar > 5% dapat mempengaruhi heating
value gas, toxicity dan sangat korosif khususnya pada pelanggan untuk memproses lebih
lanjut produknya. Pada proses pemurnian gas di lapangan-X, bejana tekan Absorber, LP
Flash Column dan Rich Solution heater memiliki peranan utama dalam proses absorbsi
CO2. Hasil analisa menunjukkan mekanisme kerusakan aktual bejana tekan dengan
standard amine treating pada API RP 571 memiliki perbedaan, khususnya mekanisme
kerusakan amine corrosion pada ketiga bejana tekan dan chloride stress corrsion cracking
pada LP Flash Column. Nilai corrosion rate tertinggi sebesar 0,604 mm/year pada tahun
2020 karena adanya peningkatan jumlah HCO3- dalam bentuk kondensasi asam (HSAS)
yang dapat bereaksi dengan Fe akibat perubahan temperatur proses melalui model
corrosion rate Y = -0,0556x + 4,6359 (head) dan Y = -0,0161x + 1,3682 (shell) pada
bejana tekan. Dari matriks kekritisan didapatkan 2 bejana tekan pada peringkat resiko
medium dan 1 bejana tekan medium high, sehingga respon inpeksi/maintenance yang
perlu dilakukan adalah bersifat corrective maintenance dengan interval setiap 6 tahun
sekali dan ruang lingkup inspeksi pada kategori medium. Model polynomial Y =
0,0007X2 – 0,0099X + 3,7452 (head) dan Y = 0,0005X2 – 0,0842X + 3,3876 (shell)
sebagai model prediksi amine corrosion rate pada temperatur rentang 40 s/d 1300C
menunjukkan perbedaan grafik antara aktual dan standard API RP 581, hal ini disebabkan
karena pada standard prediksi corrosion rate digunakan untuk amine treating pada sistem
H2S dan CO2 sedangkan pada grafik polynomial aktual digunakan untuk prediksi
corrosion rate untuk amine treating pada sistem CO2 tanpa adanya H2S.

Field-X is one of the largest gas contributors in West Java, where gas customers are
companies that contribute to the sustainability of the economy in Java. X-field natural
gas has a high CO2 content of 23%, the CO2 removal operation is intended to reduce the
CO2 content so that it has a high heating value. This is because CO2 with levels> 5% can
affect the heating value gas, toxicity and is very corrosive, especially for customers to
further process the product. In the gas purification process in field-X, the Absorber
pressure vessel, LP Flash Column and Rich Solution heater have a major role in the CO2
absorption process. The analysis results show that the actual damage mechanism of the
pressure vessel with the standard amine treating on API RP 571 has a difference,
especially the damage mechanism of amine corrosion in the three pressure vessels and
chloride stress corrosion cracking on the LP Flash Column. The highest corrosion rate value
is 0.604 mm / year in 2020 due to an increase in the amount of HCO3- in the form of acid
condensation (HSAS) which can react with Fe due to changes in process temperature
through the corrosion rate model Y = -0.0556x + 4,6359 (head) and
Y = -0.0161x + 1.3682 (shell) in the pressure vessel. From the criticality matrix, there
are 2 pressure vessels at the risk rating for medium and 1 pressure vessel for high medium,
so that the inspection / maintenance response that needs to be done is corrective
maintenance at intervals every 6 years and the scope of the inspection is in the medium
category. Polynomial model Y = 0.0007X2 - 0.0099X + 3,7452 (head) and
Y = 0.0005X2 - 0.0842X + 3,3876 (shell) as a prediction model for amine corrosion rate
at temperatures ranging from 40 to 1300C shows the difference in the graph between the
actual and the API RP 581 standard is because the prediction standard of corrosion rate
is used for amine treating in H2S and CO2 systems while the actual polynomial graph is
used for prediction of corrosion rate for amine treating in CO2 system without H2S.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hadhi Santoso
"Ketahanan Nasional (Tannas) tidaklah serta merta terwujud dengan penjumlahan antar gatra yang ada dalam Tannas, melainkan harus ada integrasi yang dinamis antar gatra tersebut dan saling isi mengisi. Dapat saja untuk periode tertentu Tannas bercirikan beberapa gatra yang menonjol sedang gatra lainnya bersifat menunjang. Yang penting, integrasi gatra-gatra tersebut merupakan suatu sistem yang utuh, yang mampu menghadapi segala ancaman, hambatan dan gangguan, sekaligus mampu terus membangun negara menuju tahap yang lebih sejahtera. Gatra Hankam sebagai salah satu gatra Ketahanan Nasional, jika dipandang tersendiri, harus merupakan satu sistem tersendiri pula sehingga mampu menyumbang secara baik bagi upaya terciptanya Tannas secara keseluruhan.
Sistem Pertahanan Rakyat Semesta (Sishankamrata) sebagai wujud pelaksanaan dari Sistem Pertahanan Keamanan Negara (Sishankamneg) RI adalah perpaduan dari dua sub sistem, yakni sub sistem senjata Teknologi dan sub sistem senjata sosial. Dalam pelaksanaannya kedua sub sistem ini merupakan sistem tersendiri pula yang lazim disebut Sistem Senjata Teknologi (Sistatek) dan sistem Senjata Sosial (Sistasos). Kalau Sistatek relatif lebih mudah diidentifikasi karena menyangkut hat yang bersifat teknis kesenjataan militer yang lazim dikenal, tidak demikian hal mengenai Sistatos karena Sistatos yang terdiri dari banyak segi-segi sosial, yang terjalin di dalamnya.
Untuk dapat menyusun suatu kekuatan Hankamrata yang baik, hingga dapat mewujudkan Hankamneg RI, perlu diamati antara lain apakah Sistatos telah dibina dengan baik sehingga dapat berfungsi sebagaimana mestinya, karena berhasilnya Hankamrata dalam upaya dan peningkatan ketahanan di bidang Hankam pada hakekatnya akan menunjang pula upaya terwujudnya Tannas. Dengan kata lain, identifikasi masalah yang dititik beratkan dalam tulisan ini adalah perlunya dipikirkan upaya penyempurnaan pembinaan yang telah ada, untuk dapat berfungsi lebih baik guna mendukung Hankamneg (melalui peranannya sebagai bagian Sishankamrata)di masa mendatang, mengingat perkembangan lingkungan yang cepat berubah."
Depok: Universitas Indonesia, 1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saleh A. Djamhari
"Empat tahun seusai pemberontakan Diponegoro Kolonel Jhr. F.V.A. Ridder de Stuers, anak menantu dan mantan ajudan Letnan Jenderal H.M. de Kock, menerbitkan memoarnya yang berjudul Memoires sur la guerre d'ile de Java de 1825 - 1830, (1834). Memoar ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda oleh Letnan Kolonel H.M. Lange dengan judul Gedenkschrif van den Oorlog op Java van 1825 tot 1830, terbit pada 1847. Khusus pada Bab III, yang berjudul: 1827, amat menarik perhatian peneliti. Pada tahun 1827 tersebut oleh penulisnya, disebut sebagai tahun titik balik strategi militer Belanda, tahun peralihan dari strategi mobilitas ke strategi benteng atau Stelsel Benteng. Strategi benteng adalah strategi militer yang tidak sekedar memiliki ciri yang unik, baik aspek pemikiran maupun pelaksanaannya, namun amat berkaitan dengan aspek politik, sosial, kultural, seni perang kedua belah pihak yang belum pernah diterapkan dalam perang kolonial mana pun. Dengan asumsi demikian, peneliti memilihnya sebagai topik kajian utama.
Berhadapan dengan topik kajian ini, peneliti menyusun kerangka pertanyaan: Seberapa besarkah kekuatan militer Diponegoro sehingga berhasil memaksa tentara Belanda untuk mengubah strategi militernya pada 1827? Sejauh manakah motivasi perang Diponegoro dan pengikutnya sehingga berhasil memperpanjang jangka waktu perang? Mengapa Jenderal de Kock memilih strategi Stelsel Benteng, apakah sekedar kontra strategi dari strategi Diponegoro atau mempunyai pemikiran lain untuk pasta perang?
Berangkat dari pertanyaan tersebut, peneliti berusaha mengenali beberapa masalah topik kajian tersebut dengan mengkaji secara kritis sejumlah sumber arsip dan historiografi militer Belanda pada periode abad 19 dan memoar Diponegoro tentang peperangan yang dilakukannya.
Dari kajian tersebut peneliti berpendapat, masih ada domain yang "luput" dari perhatian penulis terdahulu. Pertama, terutama kekuatan motivasi dan kemampuan para pemimpin perang dalam mengelola aksi-aksi mereka untuk tujuan yang ingin dicapai. Apakah tujuan aksi mereka untuk mempertahankan kedaulatan negara? Atau untuk merebut kedaulatan negara? Karena kedua belah pihak, baik Pemerintah Hindia Belanda maupun Diponegoro saling mengaku memiliki kedaulatan (berdaulat) di Kesultanan Yogyakarta dan saling mengaku pula kedaulatan dan kehormatannya dilanggar dan direndahkan. Karena masalah kedaulatan sebagai masalah prinsip, tidak ada cara lain untuk saling mempertahankan dan merebut kedaulatan kecuali dengan perang. Kedua, perang yang terjadi dalam satu wilayah negara (infra states warfare) dalam sejarah militer disebut perang kecil (small war). Perang kecil yang terjadi di wilayah Kerajaan Yogyakarta bisa ditinjau dari beberapa aspek: politik, sosial, kultural dan ekonomi?"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2002
D528
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indri Hapsari
"ABSTRAK

Model perencanaan perjalanan telah berkembang dari faktor kuantitatif yaitu pencapaian waktu tersingkat menjadi faktor kualitatif yaitu pencapaian kepuasan. Kepuasan ini didapatkan dari kunjungan ke sejumlah tempat yang dianggap penting, kritis, atau favorit sesuai lingkup model tersebut. Penerapan dalam bidang pariwisata akan membantu wisatawan dalam pembentukan rute perjalanan pariwisata yang layak dan berkualitas tinggi. Model yang dikembangkan pada penelitian ini adalah Team Orienteering Problem with Time Windows (TOPTW). Pada model awal dilakukan penyusunan rute dengan memperhatikan prioritas wisatawan, maksimum total waktu yang dimiliki wisatawan, lokasi awal yang sama dengan lokasi akhir, serta jam operasional destinasi wisata (time window). Penelitian perencanaan perjalanan wisata ini mengubah model awal dengan melakukan penyesuaian kebutuhan wisatawan yang belum terpenuhi dan mencapai tujuan kedua yaitu minimum total waktu yang dibutuhkan. Model usulan memperhatikan waktu kedatangan yang diinginkan wisatawan, lokasi awal dan akhir yang berbeda, serta toleransi waktu yang ditetapkan wisatawan terhadap jam buka dan jam tutup suatu destinasi, serta hari operasional destinasi wisata. Wisatawan juga dapat mengubah waktu kunjungan (service time), skor destinasi yang menunjukan tingkat kefavoritan, dan menentukan waktu kedatangan ke destinasi wisata.

            Metode yang digunakan bertujuan untuk mencari keseimbangan (equilibrium solution) antara hasil yang optimal dengan proses perhitungan yang lebih efisien. Metode pencarian hasil akan diawali dengan kontruksi heuristik untuk mengakomodasi destinasi favorit terlebih dahulu dalam rute, dilanjutkan dengan tahapan local search untuk mendapatkan pengaturan terbaik dari rute-rute tersebut. Metode yang digunakan adalah Iterated Local Search (ILS) yang disesuaikan, yaitu Adjusted ILS (AILS). AILS terdiri dari tahapan permutasi dan reversed untuk setiap rute, dan terakhir adalah perturbasi untuk semua rute yang terbentuk. Pada setiap tahapan akan dibandingkan total skor dan total waktunya, dan yang terbaik akan melanjutkan ke tahapan berikutnya. Setiap tahapan ini akan melalui diverifikasi untuk menjamin kelayakan hasil.

            Selain itu dilakukan perbandingan metode antara AILS dan metode metaheuristik lain seperti Multi-start Simulated Annealing (MSA), Simulated Annealing (SA), Artificial Bee Colony (ABC) dan ILS. Hasil dari uji statistik menyatakan adanya perbedaan hasil di antara metode AILS dan metode-metode lainnya. Metode AILS memiliki keunggulan lebih tingginya skor per destinasi yang berarti lebih banyak destinasi favorit yang dikunjungi yaitu rata-rata sebesar 26% untuk metode MSA, SA, dan ABC, dan 21% untuk metode ILS. Running time pada AILS lebih singkat 537% daripada metode MSA, SA dan ABC, dan lebih lama 42% dibandingkan metode ILS. Semua metode yang dibandingkan tidak memiliki total waktu seperti yang telah dilakukan dalam AILS. Setelah itu dibuat sistem rekomendasi bernama ROSTER (Routing System Recommendation)  untuk kemudahan penggunaan dan pemahaman hasil.


ABSTRACT

 


The travel planning model has expanded from quantitative factor with the achievement of the shortest time, into a qualitative factor with the achievement of satisfaction. The satisfaction is obtained from visiting a number of destinations that are considered important, critical, or favorite. Application in the tourism industry will help tourists to develop an appropriate and high-quality travel routes. The development model in this study is Team Orienteering Problem with Time Windows (TOPTW). In the initial model, route planning considers tourist priorities, the maximum total time owned by tourists, the same initial location as the final location, and the operational hours of each destination or time window. This research develop the initial model by adjusting more demand of tourists and achieve the second goal, the minimum total time. The proposed model consider arrival time of tourists, different initial and final locations, time tolerance from tourists to destination operational hours, and operational days of the destinations. Tourists can also adjust the time of visit or service time, destination scores that indicate the level of favorability, and determine the time of arrival to tourist destinations.

The method used aims to find a balancing (equilibrium solution) between optimal results with  more efficient running time. The method will begin with a heuristic construction to accommodate the favorite destinations in advance on the route, followed by the local search to get the best routes. The method used is modification of Iterated Local Search (ILS) and being Adjusted ILS (AILS). AILS consists of permutation and reversed stages for each route, and perturbation for all routes formed in previous stages. At each stage the total score and total time will be compared, and the best routes will proceed to the next stage. Each of these stages will be verified through to ensure the feasibility of the results.

A comparison method was conducted between AILS and other metaheuristic methods such as Multi-start Simulated Annealing (MSA), Simulated Annealing (SA), Artificial Bee Colony (ABC) and ILS. The results of the statistical test revealed differences in results between the AILS method and other methods. The AILS method has the advantage of higher scores per destination which means more favorite destinations visited are on average 26% for the MSA, SA, and ABC methods, and 21% for the ILS method. Running time on AILS is 537% shorter than MSA, SA and ABC methods, and 42% shorter than ILS method. All the previous methods do not have the minimum total time that was reached in AILS. A recommendation system named ROSTER (Routing System Recommendation) was made for user convenience.

 

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
D2714
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saleh A. Djamhari
"ABSTRAK
Empat tahun seusai pemberontakan Diponegoro Kolonel Jhr. F.V.A. Ridder de Stuers, anak menantu dan mantan ajudan Letnan Jenderal H.M. de Kock, mencrbitkan memoarnya yang berjudul Memoires sur la guerre d'ile de Java de 1825 _ 1830, (1834). Memoar ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda oleh Letnan Kolonel H.M. Lange dengan judul Gedenkschrift van den Oorlog op Java van 1825 tot 1830, terbit pada 1847. Khusus pada Bab III, yang berjudul: 1827, amat menarik perhatian peneliti. Pada tahun 1827 tersebut oleh penulisnya, disebut sebagai tahun titik balik strategi militer Belanda, tahun peralihan dari strategi mobilitas ke strategi benteng atau Stelsel Benteng. Strategi benteng adalah strategi militer yang tidak sekedar memiliki ciri yang unik, baik aspek pemikiran maupun pelaksanaannya, namun amat berkaitan dengan aspek politik, sosial, kultural, Beni perang kedua belah pihak yang belum pernah diterapkan dalam perang kolonial mana pun. Dengan asumsi demikian, peneliti memilihnya sebagai topik kajian utama. Berhadapan dengan topik kajian ini, peneliti menyusun kerangka pertanyaan:' Seberapa besarkah kekuatan militer Diponegoro sehingga berhasil memaksa tentara Belanda untuk mengubah strategi militernya pada 1827? Sejauh manakah motivasi perang Diponegoro dan pengikutnya"
2002
D1643
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Trisnawaty
"Kemampuan makan dan menelan pada anak bersifat dinamis sejalan dengan proses tumbuh kembang anak. Struktur anatomi mengalami pertumbuhan yang selanjutnya berdampak pada kematangan fungsi menelan. Gangguan pada proses menelan menyebabkan disfagia. Tesis ini membahas mengenai gambaran proses menelan pada anak dengan kecurigaan disfagia, dengan menggunakan pemeriksaan menelan dengan endoskopi serat optik lentur, serta menilai karakteristik percontoh berdasarkan usia, masa kehamilan, pengasuh, gejala, komplikasi serta kelainan medis. Penelitian ini adalah penelitian potong lintang dengan desain deskriptif pada 54 subyek yang diambil secara berurutan. Hasil dari penelitian ini didapatkan prevalensi disfagia pada anak dengan kecurigaan kesulitan makan sebesar 63 . Gejala disfagia pada anak le; 6 bulan yang paling sering adalah apnea saat menyusu 7/34 . Sedangkan pada anak > 6 bulan adalah postur tubuh terganggu 10/34 , mengeces berlebih 6/34 , dan batuk saat makan 8/34 . Kelainan medis yang mendasari adalah kelainan struktural 25/34 , kelainan jantung / paru / laring 24/34 , dan kelainan neurologis 23/34 . Komplikasi yang terjadi adalah PRGE 12/34 , gagal tumbuh 10/34 , dan pneumonia aspirasi 3/34 . Pada pemeriksaan FEES didapatkan standing secretion 22/34 dan pergerakan lidah terganggu 20/34 adalah tanda yang sering ditemukan pada anak disfagia; dan residu sering terjadi pada konsistensi tim kasar 44,7 , penetrasi pada konsistensi air 44,2 , serta aspirasi pada konsistensi susu 34,8 .Kata kunci: aspirasi, disfagia, pemeriksaan menelan dengan endoskopi serat optik lentur, penetrasi, residu, sekret yang terkumpul di hipofaring.

Eating and swallowing ability in Children had dynamic characteristic and closely related with growth process in themselves. The anatomical structure underwent growth process, therefore had impact in the maturity of swallowing ability. Disruption of swallowing process may caused dysphagia. This study use Flexible Endoscopic Evaluation of Swallowing FEES and also assessed the characteristics of the subjects based on age, gestation age, caregivers, symptom, complication, and medical disorder. This study is a descriptive cross sectional design involving 54 subjects with consecutive sampling. The result of this study are prevalence of dysphagia is 63 in children with dysphagia suspicion. Dysphagia symptom in children 6 months, apnea while bottle breast feeding 7 34 . Meanwhile, in children 6 months, postural impairment 10 34 , drooling 6 34 , and cough while eating 8 34 . Underlying disease are structural anomaly 5 34 , cardiopulmonary larynx disorder 24 34 and neurological disorder 23 43 . The complication are GERD 12 34 , failure to thrive 10 34 , and aspiration pneumonia 3 34 . In FESS examination, standing secretion 22 34 and impaired tongue movement 20 34 are sign for dysphagia, and residue is more common in gastric rice consistency 44,7 while penetration in thin liquid 44,2 and aspirations is more common in thick liquid 34,8."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yoma Sari Namara
"Latar Belakang: Irritable bowel Syndrome (IBS) adalah penyakit fungsional saluran cerna yang bersifat multifaktorial, melibatkan faktor internal maupun lingkungan yang bervariasi secara geografis maupun budaya. Faktor risiko terhadap IBS, khususnya di daerah yang pernah mengalami bencana berat, belum banyak diteliti. Penelitian ini menilai prevalensi dan faktor risiko IBS di masyarakat Kota Palu Sulawesi Tengah pascabencana. Tujuan: Mengetahui prevalensi dan faktor risiko IBS di masyarakat Kota Palu, Sulawesi Tengah pascabencana. Metode: Penelitian potong lintang ini dilakukan di Kota Palu pada 2023. Data diambil dengan cara survei rumah ke rumah. Penelitian ini menggunakan kuesioner yang terdiri dari data demografis, diagnosis IBS dengan kriteria Rome IV dan Bristol Stool Form Scale (BSFS), Hamilton Anxiety Rating Scale (HAM-A), Beck’s Depression Index II (BDI-II) untuk menilai gejala gangguan psikologis yang terdiri dari cemas dan depresi, serta SEMI FOOD FREQUENCY QUESTIONNAIRE (SFFQ) untuk menilai pola makan dan menentukan nilai konsumsi FODMAP. Hasil: Terdapat 1212 partisipan dalam penelitian ini. Prevalensi IBS di Kota Palu sebesar 0,99%, dengan proporsi subtipe IBS-C, IBS-D, dan IBS-M sebesar 50,00%, 17,67%, 33,33%. Tidak ada hubungan bermakna antara jenis kelamin, usia, status ekonomi, topografi, dan pola makan dengan IBS, namun gangguan psikologis berhubungan bermakna secara statistik dengan IBS (p<0,001) dengan PR 29,629 (IK 95% 6,547— 134,081). Simpulan: Penelitian ini merupakan penelitian pertama tentang prevalensi IBS di masyarakat Kota Palu. Prevalensi IBS di masyarakat Kota Palu sebesar 0,99% dengan proporsi subtipe IBS terbanyak adalah IBS-C diikuti oleh IBS-M dan IBS-D dengan gangguan psikologis merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian IBS.

Background: Irritable bowel syndrome (IBS) is a multifactorial functional gastrointestinal disease involving internal and environmental factors that vary geographically and culturally. However, risk factors have yet to be widely studied, especially in areas that have experienced severe disasters. This study assessed the prevalence and risk factors of IBS in Palu City, Central Sulawesi post-disaster. Objective: To determine the prevalence and risk factors of IBS in Palu City, Central Sulawesi post-disaster. Methods: This study was held in Palu City in 2023 in cross-sectional design. Data was collected using a door-to-door survey. We extracted demographic data and diagnosed IBS using Rome IV criteria and the Bristol Stool Form Scale (BSFS). The validated Indonesian version of the Hamilton Anxiety Rating Scale (HAM-A) and Beck's Depression Index II (BDI-II) were used to assess psychological disorder severity of anxiety and depression, respectively. We used SEMI FOOD FREQUENCY QUESTIONNAIRE (SFFQ) to assess eating patterns and determined FODMAP diet. Results: There were 1212 participants in this study. Prevalence IBS in Palu City was 0.99%, with proportion of IBS-C, IBS-D, and IBS-M subtypes were 50.00%, 17.67%, and 33.33%. There were no significant relationship between sex, age, economic status, topography, and FODMAP diet with IBS, otherwise psychological disorder was significantly associated with IBS (p<0.001) with a PR of 29.629 (CI 95% 6.547— 134.081). Conclusions: This is the first study to assess the prevalence of IBS in the Palu City community. The prevalence of IBS in the Palu City community is 0,99% with the most common IBS subtype is IBS-C, followed by IBS-M then IBS-D, and psychological disorder is an associated factor to IBS."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library