Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Data Angkasa
Abstrak :
Pada tahun 2000, harapan hidup wanita Indonesia meningkat menjadi 67,5 tahun dan kelompok usia tua akan mencapai 8,2% dari seluruh populasi Indonesia. Diperkirakan pada tahun 2010, usia harapan hidup wanita Indonesia akan mencapai 70 tahun. Seiring dengan peningkatan usia harapan hidup, maka akan terjadi peningkatan penyakit-penyakit tua, khususnya pada wanita kejadian penyakit usia ma ini dihubungkan dengan penurunan kadar hormon estrogen. Penurunan hormon ini telah dimulai sejak usia 40 tahun. Menopause sebagai akibat dari penurunan kadar hormon estrogen pada wanita akan memberikan gejala-gejala yang dapat bermanifestasi pada berbagai organ. Gejala-gejala yang mungkin timbul dibagi menjadi efek jangka pendek maupun jangka panjang. Efek jangka pendek adalah gejala vasomotorik (hot flushes, jantung berdebar, sakit kepala), gejala psikologik (gelisah, lekas marah, perubahan perilaku, depresi, gangguan libido), gejala urogenital (vagina kerng, keputihan, gatal pada vagina, iritasi pada vagina, inkontinensia urin), gejala pada kulit (kering, keriput), gejala metabolisme (kolesteroi tinggi, HDL turun, LDL naik). Sedangkan efek jangka panjang meliputi osteoporosis, penyakit jantung koroner, aterosklerosis, stroke sampai kanker usus besar. Usia menopause perempuan di negara maju seperti di Amerika Serikat dan Inggcis adalah 51,4, sedangkan di negara-negara Asia Tenggara adalah 51,09 tahum. Usia menopause untuk perempuan Indonesia adalah 50 tahun. Jika usia harapan hidup wanita Indonesia adalah 70 tahun, maka hampir 20 tahun lamanya mereka akan mengalami berbagai masalah kesehatan akibat kekurangan hormon estrogen. Dampaknya adalah kualitas hidup kaum perempuan akan berkurang. Gejala klimakterik disebabkan oleh kekurangan hormon estrogen, maka pengobatannya adalah dengan pemberian hormon estrogen dari luar tubuh, yang dikenal dengan dengan istilah Hormone replacement therapy (HRT) atau istilah dalam bahasa Indonesia Terapi Sulih Hormon (TSH). Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa pemberian TSH pada perempuan menopause dapat menghilangkan keluhan klimakterik, bahkan mencegah terjadinya patah tulang, penyakit jantung koroner, kanker usus besar, dementia ripe Alzheimer dan katarak. Dengan kata lain pemberian TSH dapat meningkatkan kualitas hidup perempuan menopause.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T18180
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zita Arieselia
Abstrak :
Prevalensi penyakit kardiovmakular meningkat dengan tajam pada wanita pasca menopausa Pada wanita pasca menopause terjadi peningkatan produksi trombosit dan penurunan produksi prosiasiklin. Aspirin dosis rendah (75 - 150 mg) telah lama dikenal sebagai penghambat agregasi trombosit. Aspirin bekerja dengan menghambat produksi tromboksan (suatu zat proagregasi trombosit dan vasokonslriktor poten) serta produksi prostasiklin (suatu zat antiagregasi trombosit dan vasodilator poten). Studi ini merupakan uji klinik Lidak tersamar dengan 2 kelompok paralel. Kelompok pertama terdiri dari 15 orang wanita pramenopause (3 40 tahun) dan kelompok kedua 15 orang wanita pasca menopause yang telah henti haid selama 3 - 5 tahun. Urin 24 jam dikumpulkan dari setiap subyek sebelum dan sesudah minum aspirin 100 mg salama 7 hari berturut-turut, Kadar prostasiklin dalam win dalam bentuk metabolitnya, 2,3-dinor-6-keto-prostaglandin-F1.1, dianalisis menggunakan metode EIA (Enzyme immunoassay). Tromboksan, dalam bcntuk metabolitnya (ll-dehidro-tromboksan-B2), juga diukur dalam sampel urin ini pada studi terdahulu. Studi terdahulu menunjukkan bahwa aspirin menurunkan kadar tromboksan secara bermakna pada kedua kelompok dengan persentase penurunan yang lebih besar secara bermakna pada wanita pasca menopause dibandingkan wanita pramenopause. Hasil studi ini menunjukkan bahwa aspirin menurunkan kadar prostasiklin secara bermakna pada wanim pramenopause (selisih = 78,44 nglg kreatinin; p = 0,001) maupun wanita pasca menopause (sclisih = 35,7l ng/g kreatinin; p < 0,001), namun persentase penurunan antara kedua kelompok tidak berbeda bermakna (46,26% vs_ 40,94%; p = 0,574). Penurunan kadar tromboksan dan proslasiklin oleh aspirin perlu dibandingkan (dalam bcntuk penurunan rasio kadar ll- dehidro-tromboksan-B2 / 2,3-dinor-6-keto-prostaglandin-Fu, dalam urin) untuk menilai ekasi aspirin sebagai antitrombodk Perhitungan rasio kadar ll-dehidro-tromboksan-B2/ 2,3-dinor-6-keto-proslaglandin-Fm sebelum pemberian aspirin jauh lebih tinggi pada wanila pascamenopause dibandingkan wanita pramenopause (4,09 vs. 1,l3; p A 0,001)_ Pcnurunan rasio kadar 11-dchidro-tromboksan-Bd 2,3-dinor-6-keto-prostaglandin-Fm olch aspirin jauh lebih besar pada wzmita pasca menopause dibandingkan wanita pramenopause (l,9l vs. 0, 17; p = 0,022). Dengan demikian disimpulkan bahwa aspirin menurunkan kadar prostasiklin secara bermakna pada masing-masing kelompok dengan persentase penurunan yang tidak berbeda antara kedua kelompok, namun menurunkan rasio kadar 11-dchidro-tromboksan-BJ 2,3-dinor-6-keto-prostaglandin-F1,, yang jauh lebih besar pada wanita pasca menopause dibandingkan pada wanila pramenopausa.
The prevalence of cardiovascular diseases in women increases sharply after menopause. In postmenopausal women, thromboxane production increases while prostacyclin production decreases. Low dose mpirin (75 - 150 mg) has long been known as an antiplatelet aggregator. Aspirin reduces the production of both thromboxane (potent thrombocyte aggregator and vasoconstrictor) and prostacyclin (anti thrombocyte aggregator and potent vasodilator). The present study was an open-label clinical trial with 2 parallel groups. One group consisted of 15 premenopausal women (age 2 40 years) while the other group 15 postmenopausal women (for 3 - 5 years). Twenty-four hours urine was collected from each subject before and after aspirin 100 mg daily for 7 days. The concentration of prostacyclin was measured as its metabolite (2,3-dinor-6-keto-prostaglandin-Fm) in urine using EIA (Enzyme immunoassay). Thromboxane as its urinary metabolites (11-dehidro-tromboksan-Bg) was also measured in these same urine samples in the previous study. Previous study showed that aspirin significantly reduced thromboxane in both groups, with significantly larger percentage reduction in postmenopausal women compared to premenopausal women. Results of the present study showed that aspirin reduced prostacyclin signilicantly in both premenopausal women (mean difference = 78.44 ng/g creatinine; p = 0.001) and postmenopausal women (mean difference = 35.71 ng/g creatinine; p < 0.001), but the percentage reduction between the groups was not significantly different (46,26% vs. 4O,94%; p = O,574). The decrease in thromboxane and prostacyclin should be compared (as the decrewe in the ratio of ll-dehidro-tromboksan-B2 / 2,3-dinor-6-keto- prostaglandin-Fia) to assess aspirin efficacy as an antithrombotic. Calculation of the ratio of 11-dehidro-trombol
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
T32325
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Marcia Dewi Hartanto
Abstrak :
Pada wanita pascamenopause sering ditemukan penyakit jantung koroner. Meningkatnya kejadian penyakit jantung koroner erat kaitannya dengan menurunnya kadar estrogen di dalam darah wanita menopause. Penggunaan aspirin pada wanita pascamenopause dengan risiko rendah masih merupakan suatu kontroversi. Untuk membantu rasionalisasi penggunaan aspirin sebagai pencegahan primer kejadian kardiovaskular pada wanita pascamenopause, dilakukan pengukuran efek antitrombotik aspirin pada fungsi platelet pada wanita pascamenopause dibandingkan pramenopause. Efek antitrombotik aspirin dinilai melalui penurunan kadar metabolit Tromboksan B: yaitu kadar 11~dehidro Tromboksan B2 (11-dTxBz} dalam urin wanita pascamenopause dibandingkan dengan wanita pramenopause yang meminum aspirin iOO mg selama 7 hari. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian aspirin pada 15 wanita pascamenopause dan 15 wanita pramenopause, menghambat secara bermakna produksi ll-dTxB2 pada wanita pascamenopause dan juga pada wanita pramenopause. Persentase penurunan 11-dTxBz pada wanita pascamenopause lebih tinggi secara bermakna dibandingkan penurunan ll-dTx- pada wanita pramenopause. Dengan demikian pada wanita pascamenopause dengan risiko rendah dapat dipertimbangkan pemberian aspirin 1 00 mg sebagai pencegahan primer penyakit kardiovaskular.
The frequency of coronary heart disease is more prevalence in postmenopausal women than in premenopausal women. Estrogen may have cardioprotective effects in premenopausal women, but may diminish in postmenopausal women. The usefulness of aspirin to prevent cardiovascular events in postmenopausal women without a history of cardiovascular disease is still a controversy. This study was conducted to search more evidences of the role of aspirin in primary prevention in healthy postmenopausal women through the antithrombotic measurement. Aspirin 100 mg was given each day to 15 healthy postmenopausal women and premenopausal women for 7 consecutive days. The result of this study was that the ingestion of aspirin 100 mg for 7 consecutive days reduced urinary 11-dehydro-thromboxane B2 significantly different in both postmenopausal and premenopausal women. The percentage of the decrease was significantly higher in postmenopausal than in premenopausaL The result of this study supports the usefulness of aspirin 100 mg in a healthy postmenopausal women with low risk as a primary prevention of a cardiovascular diseases.
Depok: Universitas Indonesia, 2008
T32805
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library