Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 54 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Austrisya Arsita Putri
"Penelitian ini bertujuan untuk mengindentifikasi prediksi financial distress untuk perusahaan yang tercatat di Indonesia. Variabel yang digunakan adalah rasio akuntansi dan faktor pasar. Rasio akuntansi yang digunakan berupa profitabilitas, likuiditas, dan leverage, serta dua faktor pasar yang penting yaitu SIZE dan PER. Sampel yang digunakan sebanyak 241 perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2008 sampai 2017 dan metode regresi logistik digunakan untuk memprediksi financial distress. Perusahaan yang mengalami distress didefinisikan sebagai perusahaan yang telah melaporkan nilai ekuitas negatif selama tiga tahun berturut-turut. Temuan empiris dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel accounting yang terdiri dari profitabilitas, likuiditas, leverage, dan arus kas berpengaruuh signifikan. Kemudian, SIZE dan PER yang merupakan variabel market juga dinilai memiliki pengaruh yang signifikan dalam memprediksi kemungkinan financial distress.

This research aims to identify the predictors of financial distress for the Indonesian listed firms. Variables used are the accounting and market variables. Financial ratios representing profitability, liquidity, and leverage, as well as two important market factors which are firm’s size (SIZE) and price earnings ratio (PER) . The sample consist of 241 firms listed in Indonesia Stock Exchange stretching from 2008 to 2017 and logit regression is applied to predict financial distress. A distressed firm is defined as a firm that has reported a negative value of equity for three consecutive years. Empirical findings from this study show that accounting variable consisting of profitability, liquidity, leverage, and cash flow ratios are significant. Also, SIZE and PER as market variable is significant in predicting financial distress.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chairunisa Aliya Amani
"ABSTRAK
Latar Belakang: Indeks massa tubuh dapat meningkatkan risiko kanker payudara. Pada penelitian sebelumnya didapatkan bahwa indeks massa tubuh yang memasuki kategori obesitas dapat memperburuk prognosis penyakit kanker payudara. Selain indeks massa tubuh, status reseptor hormonal juga menjadi hal yang penting untuk menentukan terapi kanker payudara. Namun, belum diketahui apakah terdapat hubungan antara perubahan indeks massa tubuh sebelum dan sesudah terapi dan status reseptor hormonal terhadap respon terapi kanker payudara yang dinilai dengan ada atau tidaknya residu.
Tujuan: Mengetahui pengaruh perubahan indeks massa tubuh dan status reseptor hormonal terhadap respon terapi kanker payudara yang dinilai dengan residu pasca terapi.
Metode: Sebanyak 111 data dari rekam medis pasien diambil dengan metode consecutive sampling berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Data indeks massa tubuh didapatkan melalui berat badan dan tinggi badan yang diukur sebelum dan sesudah terapi. Pengukuran dilakukan selama rangkaian pemberian kemoterapi. Jika tinggi badan yang didapatkan pada pengukuran sebelum dan sesudah terapi berbeda, maka akan diambil rata-rata. Sedangkan data status reseptor hormonal didapatkan dengan melihat laporan pemeriksaan immunohistokimia. Untuk melihat respon pasien terhadap terapi digunakan laporan hasil pemeriksaan pencitraan.
Hasil: Berdasarkan analisis bivariat yang dilakukan, didapatkan hubungan antara perubahan indeks massa tubuh terhadap residu kanker payudara pasca terapi (p 0,018; p<0,05). Dan tidak didapatkan hubungan antara status reseptor hormonal dengan residu kanker payudara pasca terapi (p 0,803; p>0,05) serta hubungan antara status reseptor hormonal dan perubahan indeks massa tubuh secara bersamaan (p 0,087; p>0,05).
Kesimpulan: Peningkatan indeks massa tubuh dapat meningkatkan risiko residu kanker payudara pasca terapi. Sedangkan, status reseptor hormonal tidak memiliki hubungan dengan residu kanker payudara pasca terapi. "
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sugandi Hartanto
"ABSTRAK
Peningkatan angka morbiditas dan mortalitas akibat penyakit kanker di Indonesia menunjukkan bahwa permasalahan kanker ini semakin besar dan kompleks Salah satunya adalah adanya keterlambatan pasien kanker untuk mendapatkan terapi definitif yang disebabkan oleh faktor faktor yang berasal dari pasien sendiri Penelitian ini merupakan studi analisis deskriptif menggunakan metode campuran kuantitatif dan kualitatif untuk mengetahui data insidens keterlambatan terapi karena keterlambatan pasien pada pasien kanker yang dirujuk ke Departemen Radioterapi RSUPN Dr Cipto Mangunkusmo pada bulan Mei Agustus 2015 serta mengevaluasi faktor faktor apa saja yang mempengaruhi keterlambatan pasien tersebut Terdapat 294 orang pasien yang diikutsertakan dalam penelitian ini setelah mendapatkan persetujuan tertulis Sebagian besar pasien 71 4 adalah perempuan dan 141 orang 48 bekerja sebagai ibu rumah tangga Rentang umur terbanyak adalah 36 50 tahun yaitu sebanyak 132 pasien 44 9 dan hampir seluruh pasien 91 8 telah menikah Keterlambatan terapi didapatkan pada 153 orang pasien 52 dan 67 orang di antaranya 43 8 memiliki riwayat pengobatan alternatif yang dilakukan dalam interval waktu setelah timbul keluhan pertama kali dan atau setelah pasien melakukan konsultasi medis pertama kali Analisis statistik menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara faktor usia p 0 047 pendidikan p 0 047 dan riwayat pengobatan alternatif p 0 0001 dengan keterlambatan terapi Adanya rasa takut untuk berobat secara medis atau menjalani tindakan medis menjadi alasan 51 orang pasien untuk memilih pengobatan alternatif Oleh karena itu diperlukan pengawasan dan evaluasi terhadap pengobatan alternatif terutama yang menyangkut kualitas efikasi dan keamanannya ABSTRACT
Increased morbidity and mortality due to cancer in Indonesia showed that this problem has become more complex and significant One of the problems pointed out is regarding a delay in cancer patients to receive definitive therapy caused by factors derived from the patients themselves This study is a descriptive analysis using combination of quantitative and qualitative methods to determine the incidence of treatment delay due to patient delay in cancer patients who were referred to Radiotherapy Department Dr Cipto Mangunkusmo hospital during May August 2015 and to evaluate factors that influence the patient delay There are 294 patients enrolled in this study after obtaining a written consent Most of the patients 71 4 were women and 141 48 work as a housewife The largest age range was 36 50 years with 132 patients 44 9 and almost all patients 91 8 were married Delay in treatment obtained in 153 patients 52 and 67 of them 43 8 had a history of alternative medicine that is performed in a time interval after the patients experienced first complaints and or after patients had their first medical consultation Statistical analysis showed a significant relationship between age p 0 047 educational level p 0 047 and history of alternative medicine p 0 0001 with the treatment delay The fear of being treated medically or undergo a medical procedure has become the major reasons found in 51 patients to choose the alternative treatment Therefore it is necessary to conduct monitoring and evaluation of alternative medicine especially concerning the quality efficacy and its safety ;Increased morbidity and mortality due to cancer in Indonesia showed that this problem has become more complex and significant One of the problems pointed out is regarding a delay in cancer patients to receive definitive therapy caused by factors derived from the patients themselves This study is a descriptive analysis using combination of quantitative and qualitative methods to determine the incidence of treatment delay due to patient delay in cancer patients who were referred to Radiotherapy Department Dr Cipto Mangunkusmo hospital during May August 2015 and to evaluate factors that influence the patient delay There are 294 patients enrolled in this study after obtaining a written consent Most of the patients 71 4 were women and 141 48 work as a housewife The largest age range was 36 50 years with 132 patients 44 9 and almost all patients 91 8 were married Delay in treatment obtained in 153 patients 52 and 67 of them 43 8 had a history of alternative medicine that is performed in a time interval after the patients experienced first complaints and or after patients had their first medical consultation Statistical analysis showed a significant relationship between age p 0 047 educational level p 0 047 and history of alternative medicine p 0 0001 with the treatment delay The fear of being treated medically or undergo a medical procedure has become the major reasons found in 51 patients to choose the alternative treatment Therefore it is necessary to conduct monitoring and evaluation of alternative medicine especially concerning the quality efficacy and its safety ;Increased morbidity and mortality due to cancer in Indonesia showed that this problem has become more complex and significant One of the problems pointed out is regarding a delay in cancer patients to receive definitive therapy caused by factors derived from the patients themselves This study is a descriptive analysis using combination of quantitative and qualitative methods to determine the incidence of treatment delay due to patient delay in cancer patients who were referred to Radiotherapy Department Dr Cipto Mangunkusmo hospital during May August 2015 and to evaluate factors that influence the patient delay There are 294 patients enrolled in this study after obtaining a written consent Most of the patients 71 4 were women and 141 48 work as a housewife The largest age range was 36 50 years with 132 patients 44 9 and almost all patients 91 8 were married Delay in treatment obtained in 153 patients 52 and 67 of them 43 8 had a history of alternative medicine that is performed in a time interval after the patients experienced first complaints and or after patients had their first medical consultation Statistical analysis showed a significant relationship between age p 0 047 educational level p 0 047 and history of alternative medicine p 0 0001 with the treatment delay The fear of being treated medically or undergo a medical procedure has become the major reasons found in 51 patients to choose the alternative treatment Therefore it is necessary to conduct monitoring and evaluation of alternative medicine especially concerning the quality efficacy and its safety "
Lengkap +
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sigit Wirawan
"ABSTRAK
Penyakit kanker merupakan penyakit yang sangat kompleks sehingga memerlukan pendekatan multidisiplin baik dalam diagnostik maupun terapi. Durasi penegakkan diagnosis dan terapi pada pasien kanker mempengaruhi hasil akhir pasien tersebut. Keterlambatan terapi dapat disebabkan oleh keterlambatan dokter dalam merujuk pada pelayanan kesehatan primer dan keterlambatan sistem pelayanan kesehatan pada proses penegakkan diagnosis dan dimulainya terapi definitif pada kanker. Penelitian ini merupakan studi analisis deskriptif menggunakan metode campuran kuantitatif dan kualitatif untuk mengetahui data insidens keterlambatan terapi pada pasien kanker yang dirujuk ke Departemen Radioterapi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusmo pada bulan Mei - Agustus 2015 serta mengevaluasi faktor yang mempengaruhi keterlambatan tersebut. Terdapat 294 orang pasien yang diikutsertakan dalam penelitian ini setelah mendapatkan persetujuan tertulis. Pada keterlambatan terapi akibat keterlambatan dokter, dari 62 pasien yang dirujuk dari pelayanan kesehatan primer didapatkan 18 pasien (29%) mengalami keterlambatan rujukan. Keterlambatan diagnosis terjadi pada 78 pasien (26,5%). Sedangkan pada keterlambatan tindakan pengobatan terjadi pada 172 pasien (58,5%). Dari seluruh pasien didapatkan 132 pasien (45%) mengalami keterlambatan dokter dan sistem. Berdasarkan analisis statistik menunjukkan adanyan hubungan yang signifikan antara keterlambatan rujukan (p<0,01), keterlambatan diagnosis (p<0,01) dan keterlambatan tindakan pengobatan (p<0,01) dengan keterlambatan terapi akibat keterlambatan dokter dan system. Tingginya angka keterlambatan terapi kanker pada penelitian ini ditemukan akibat keterlambatan dokter dan sistem, khususnya pada keterlambatan pada penegakkan diagnosis dan tindakan pengobatan.

ABSTRACT
Cancer is a very complex disease that requires a multidisciplinary approach both in diagnostics and therapy. The duration of the diagnosis and treatment of cancer patients affect the outcome of these patients. Delay in treatment may be caused by the delay in referring physicians in primary health care and health care system delay in the commencement of the process of diagnosis and definitive therapy in cancer. This study was a descriptive analytical study using a mix of quantitative and qualitative methods to determine the incidence of therapy delays in cancer patients who were referred to the Department of Radiotherapy RSUPN Dr. Cipto Mangunkusmo in May to August for 2015 and evaluate the factors that influence the delay. There were 294 patients included in this study after obtaining written consent. Doctor's delay due to delayed treatment, from 62 patients referred from primary health care is obtained for 18 patients (29%) experienced a delay in referral. Delay in diagnosis occurred in 78 patients (26.5%). While the delay in treatment action occurred in 172 patients (58.5%). From all patients had 132 patients (45%) experienced doctor and system delay. Statistical analysis showed a significant correlation between the reference delay (p <0.01), late diagnosis (p <0.01) and delays in treatment measures (p <0.01) with a delay due to delayed therapy and doctor system. The high number of delays in cancer therapy in this study was found as a result of delays doctor and systems, in particular on the delay in diagnosis and treatment.eterlambatan terapi akibat keterlambatan dokter dan system. Tingginya angka keterlambatan terapi kanker pada penelitian ini ditemukan akibat keterlambatan dokter dan sistem, khususnya pada keterlambatan pada penegakkan diagnosis dan tindakan pengobatan."
Lengkap +
2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiara Ramadhanty
"Angka kejadian kanker payudara di Indonesia dan di dunia masih tinggi begitu pula dengan angka kekambuhan kanker payudara pada pasien yang telah menjalani pengobatan, saat ini diperlukan prediktor yang dapat dijadikan dasar untuk memperkirakan apakah kanker payudara dapat kambuh kembali setelah ditata laksana. Oleh karena itu penelitian dilakukan untuk mengetahui hubungan inter-rasio NLR/PWBR terhadap rekurensi kanker payudara apakah dapat dijadikan prediktor rekurensi kanker payudara. Penelitian dilakukan menggunakan metode cohort retrospektif minimal 3 bulan sampai 7 tahun dengan melihat rekam medis pasien kanker payudara yang telah mendapatkan terapi untuk mengambil data hasil pemeriksaan darah tepi. Selanjutnya data dianalisis menggunakan uji Chi-Square dengan program SPSS. Dari 106 sampel yang memenuhi kriteria seleksi, ditemukan 53 pasien dengan NLR/PWBR rendah dengan 23 kejadian rekurensi dan dari 53 pasien dengan NLR/PWBR tinggi dengan 13 kejadian rekurensi (RR=1,77, CI 95% 1,0070 – 3,1083, p=0,065). Dari pasien dengan hormonal positif, ditemukan 21 kejadian rekurensi pada kelompok NLR/PWBR rendah, dan 9 kejadian rekurensi pada kelompok NLR/PWBR tinggi (RR=2,05, CI 95%=1,088 – 3,857, p=0,035).

Incidence rates of breast cancer are still high in Indonesia and in the World. So as the rate of recurrence breast cancer in patients who have undergone treatment. Now needed predictor that can be used as a standard for estimating whether breast cancer can recur after treatment. This research was done to investigate the association between NLR/PWBR inter-ratio to breast cancer recurrence.This research was conducted using a retrospective cohort method by looking at the peripheral blood tests in medical records with minimal 3 months until maximal 7 years observation. The data were analyzed using the Chi Square test with the SPSS software. From 106 patients there were 53 patients with lower NLR/PWBR with 23 breast cancer reccurrence, and from 53 patient with higher NLR/PWBR with 13 breast cancer recurrence (RR=1,77, CI 95%=1,0070 – 3,1083, p=0,065). From patients with hormonal potive, there were 21 breast recurrence from lower NLR/PWBR, and 9 from higher NLR/PWBR (RR=2,05, CI 95%=1,088 – 3,857, p=0,035)."
Lengkap +
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Toding, Quinka Dwidara
"Latar Belakang: Sekitar 40% pasien kanker payudara pasca terapi mengalami rekurensi kanker payudara. Sementara itu, masih belum banyak penelitian mengenai faktor prognosis untuk memprediksi kemungkinan rekurensi pada kanker payudara.
Tujuan: Mengetahui inter-rasio rasio limfosit-monosit (LMR) dan rasio limfosit-sel darah putih (LWR) sebagai prediktor rekurensi pada kanker payudara.
Metode: Penelitian ini dilakukan secara cohort retrospektif dengan melihat rekam medis pasien dari RSCM dan RS MRCC Siloam Jakarta. Peneliti melihat riwayat pasien sejak selesai mendapat terapi dengan rekurensi yang diikuti minimal 3 bulan dan maksimal 7 tahun. Kemudian dilakukan analisis dengan menggunakan uji Chi-square dengan program SPSS for Mac.
Hasil: Peneliti mengelompokkan pasien menjadi kelompok inter-rasio LMR/LWR rendah dan tinggi dengan cut-off berupa median senilai 19,67 103/L. Dari 106 sampel yang memenuhi kriteria, didapatkan 52 pasien kelompok rendah dan 54 pasien kelompok tinggi. Hasil yang didapatkan dari analisis kedua kelompok dengan status rekurensi adalah nilai p 0.001 dengan 26 pasien pada kelompok rendah dan 10 pasien pada kelompok tinggi mengalami rekurensi. RR yang didapat adalah 2,7 (95%CI: 3,45 – 5,029) pada inter-rasio LMR/LWR rendah.
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara inter-rasio LMR/LWR dengan kemungkinan rekurensi pada pasien kanker payudara pasca terapi dan dapat dijadikan salah satu prediktor, dengan kelompok inter-rasio LMR/LWR dibawah cut-off penelitian memiliki resiko lebih tinggi mengalami rekurensi kanker payudara.

Background: About 40% cancer patients after they finished their first therapy having a recurrence. However, there isn’t many researches on prognostic factors to predict the possibility of recurrence in breast cancer.
Objective: This research was done to know inter-ratio of lymphocyte-monocyte ratio (LMR) and lymphocyte-white blood cells ratio (LWR) as the predictor for recurrence in breast cancer.
Methods: This study was conducted with cohort retrospective by looking at patient’s medical records at RSCM and MRCC Siloam Hospital Jakarta. Researcher followed patients record after their first therapy finished, and recurrence from 3 months until 7 years later. An analysis was conducted using the Chi-Square test with the SPSS for Mac program.
Results: The patients were grouped into patients with low and high LMR/LWR inter-ratio with median (19,67 103/L) as the cut-off. From 106 samples that met the criteria, there were 52 patients in low group and 54 patients in high group. The results obtained from the analysis between low and high LMR/LWR and patient’s recurrence status is p-value 0.001 which means significant, with 26 patients in low group and 10 patients in high group had recurrence. RR for low LMR/LWR inter-ratio is 2,7 (95% CI : 3,45-5,029) in association with breast cancer’s recurrence.
Conclusion: There is an association between LMR/LWR inter-ratio and the possibility of recurrence in post-treatment breast cancer patients and can be used as predictor. Patients with LMR/LWR inter-ratio under the study cut-off are at higher risk of getting recurrence.
"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dana Zakiyyah Rifai
"Latar Belakang: Kanker payudara merupakan kanker dengan insidensi tertinggi kedua di dunia pada tahun 2018. Setiap 100.000 wanita di Indonesia, 40 mengidap kanker payudara. Mortalitas pada kanker payudara paling banyak disebabkan oleh kejadian metastasis organ viseral yang dilaporkan memiliki prognosis lebih buruk dibandingkan metastasis non viseral. Ekspresi reseptor hormonal (HR) dan protein
HER2 atau subtipe intrinsik molekular diindikasikan dapat memprediksi jenis atau lokasi metastasis kanker payudara. Karena itu, perlu ada penelitian tentang hubungan HR dan HER2 terhadap jenis metastasis kanker payudara, terutama pada populasi di Indonesia untuk memperkirakan perjalanan penyakit.
Tujuan: Mengetahui hubungan antara reseptor hormonal dan HER2 terhadap jenis metastasis kanker payudara, viseral maupun non viseral.
Metode: Penelitian dengan desain cross sectional ini menggunakan data dari sembilan puluh satu pasien kanker payudara dengan metastasis yang dipilih dengan cara consecutive sampling dari RSCM dan RS MRCCC Siloam. Status HR dan HER2 diambil dari pemeriksaan imunohistokimia, sedangkan jenis metastasis diambil dari hasil pemeriksaan radiologi atau patologi anatomi. Data diolah dengan
uji chi square dan disajikan dalam bentuk tabel.
Hasil: Analisis bivariat antara HR dengan metastasis viseral menghasilkan nilai OR 0,549 (95% CI 0,165-1,829), dengan metastasis non viseral OR 1,533 (95% CI 0,565-4,157), dan dengan kedua metastasis viseral dan non viseral OR 0,960 (95% CI 0,351-2,624). Untuk analisis antara protein HER2 dengan metastasis viseral
menghasilkan OR 2,333 (95% CI 0,825-6,599), dengan metastasis non viseral OR 0,538 (95% CI 0,223-1,302), dan dengan kedua metastasis viseral dan non viseral OR 1,061 (95% CI 0,442-2,549). Semua analisis menghasilkan p>0,05.
Kesimpulan: Tidak ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara HR maupun HER2 terhadap jenis metastasis kanker payudara
Background: Breast cancer is a cancer with the second highest incidence in the world in 2018. For every 100,000 women in Indonesia, 40 suffer from breast cancer. Mortality in breast cancer is mostly caused by the incidence of visceral organ metastases which are reported to have a worse prognosis than non-visceral metastases. Hormonal receptor (HR) and protein expression
HER2 or molecular intrinsic subtypes are indicated to predict the type or location of breast cancer metastases. Therefore, there needs to be research on the relationship between HR and HER2 to the type of breast cancer metastases, especially in the population in Indonesia to estimate the course of the disease.
Objective: To determine the relationship between hormonal receptors and HER2 on the type of breast cancer metastasis, visceral and non-visceral.
Methods: This cross-sectional design study used data from ninety-one breast cancer patients with metastases selected by consecutive sampling from RSCM and MRCCC Siloam Hospital. HR and HER2 status were taken from immunohistochemical examination, while the type of metastasis was taken from the results of radiological examination or anatomical pathology. Data processed with chi square test and presented in tabular form.
Results: Bivariate analysis of HR with visceral metastases resulted in OR 0.549 (95% CI 0.165-1.829), with non-visceral metastases OR 1.533 (95% CI 0.565-4.157), and with both visceral and non-visceral metastases OR 0.960 (95% CI 0.351-2.624). For analysis between HER2 protein and visceral metastases resulted in an OR of 2.333 (95% CI 0.825-6.599), with non-visceral metastases OR 0.538 (95% CI 0.223-1.302), and with both visceral and non-visceral metastases OR 1.061 (95% CI 0.442-2.549). All analyzes yielded p>0.05.
Conclusion: There was no significant relationship between HR and HER2 on the type of breast cancer metastases"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vidya Sari
"Latar belakang: Terapi kombinasi antiretroviral (ARV) telah meningkatkan angka harapan hidup pasien HIV. Koinfeksi HCV kemudian menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas terkait hati pada pasien HIV dalam terapi ARV. Aktivasi imun residual dipikirkan berperan penting dalam kondisi ini. Beta-2 mikroglobulin sebagai penanda aktivasi imun kronik dan hubungannya dengan CD4, derajat fibrosis, dan kadar RNA VHC masih harus dieksplorasi pada kelompok pasien HIV-VHC. Metode: Sebanyak 64 pasien yang telah mengalami supresi HIV diikutsertakan pada penelitian ini: 37 pasien koinfeksi HIV-VHC dan 27 pasien HIV. Seluruh pasien koinfeksi belum mendapat terapi VHC. Kadar β2M plasma dianalisis dengan teknik ELISA. Derajat fibrosis diperiksa menggunakan transient elastography. Kadar CD4 dan RNA VHC diperoleh dari rekam medis dalam enam bulan terakhir. Perbedaan rerata β2M dianalisis dengan uji t independen. Korelasi β2M dengan CD4, RNA VHC, dan derajat fibrosis dinilai dengan uji Pearson atau Spearman. Hasil: Kadar plasma β2M didapatkan lebih tinggi pada pasien koinfeksi HIV-VHC (2,75 ± 0,8 mg/L) dibandingkan dengan monoinfeksi HIV (1,93 ± 0,95 mg/L, p <0,001 dan IK95% 0, 37-1,25). Tidak ditemukan korelasi signifikan antara β2M dengan kadar CD4, derajat fibrosis, dan RNA VHC. Kesimpulan: Pasien koinfeksi HIV-VHC dalam terapi ARV menunjukkan derajat aktivasi imun residual yang lebih tinggi dibandingkan HIV monoinfeksi.

Background: Introduction of combined antiretroviral therapy (cART) has improved life expectancy of HIV infected individuals. HCV coinfection then becomes the main cause of liver-related morbidity and mortality. Residual immune activation may play an important role. The level of beta-2 microglobulin as an immune activation marker and its associations with CD4, fibrosis stage, and HCV RNA remain to be explored in HIV/HCV coinfection. Methods: A total of 64 patients having supressed HIV viral load were included: 37 patients with HIV/HCV coinfection and 27 HIV patients. All coinfected patients were naïve to HCV treatment. Plasma levels of β2M were analyzed using ELISA. The fibrosis stage was determined using transient elastography. CD4, HCV RNA levels were obtained from medical records within the last six months. The mean difference of β2M was analyzed using independent t-test. β2M correlations with CD4, HCV RNA, and fibrosis degree were assessed by Pearson or Spearman test. Results: The levels of plasma β2M were higher in HIV/HCV coinfected patients (2.75 ± 0.8 mg/L) compared to HIV monoinfection (1.93 ± 0.95 mg/L, p < 0.001 and 95CI 0.37-1.25). There were no significant correlations of β2M with CD4 level, fibrosis stage, and HCV RNA. Conclusion: HIV/HCV coinfected patients on ART show a higher level of residual immune activation compared to HIV patients."
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T58884
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pangihutan, Ruben Salamat
"Latar Belakang. Cisplatin masih merupakan agen pilihan utama untuk kemoradiasi pada pasien karsinoma nasofaring (KNF) stadium lanjut lokal. Acute Kidney Disaease (AKD) merupakan salah satu toksisitas utama pada cisplatin. Diketahui dosis kumulatif cisplatin berhubungan dengan kesintasan. Belum diketahui bagaimana hubungan dosis kumulatif cisplatin dengan AKD.
Tujuan.Mengetahui hubungan dosis kumulatif cisplatin dengan kejadian AKD
Metode Desain studi ini kohort retrospektif. Didapat subjek penelitian sebanyak 126 pasien KNF stadium lokal lanjut yang menjalani kemoradiasi di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dalam rentang waktu Januari 2014 sampai Juni 2019. AKD didefinisikan sesuai kriteria Kidney Disease Improving Global Outcomes(KDIGO). Digunakan analisis bivariat menggunakan uji Kai Kuadrat untuk mengetahui hubungan antar variabel.
Hasil. Penelitian ini melibatkan 126 pasien yang menjalani kemoradiasi pertama kali di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Terdapat 49 (38,9%) pasien yang mengalami AKD. Tidak terdapat perbedaan bermakna kejadian AKD antara kelompok yang mendapatkan cisplatin dengan dosis kumulatif >200mg/m2 dan 200mg/m2 (39,5%vs38,0%,p=0,868, RR 1,039,CI 0,662-1,630).
Kesimpulan. Proporsi AKD cukup tinggi (38,9%) , namun tidak terdapat perbedaan bermakna kejadian AKD antara dosis kumulatif cisplatin >200mg/m2 dengan 200mg/m2

Background. Cisplatin is still the first choice agent for chemoradiation in localy advanced-stage Nasopharingeal Cancer (NPC) patients. Acute Kidney Disease (AKD) is one of the main toxicity in cisplatin. Known cumulative doses associated with survival. It is not yet known how the cisplatin cumulative dose relationship with AKD.
Objective. To determine the relationship of cisplatin cumulative dose with the incidence of AKD
Methods The design of this study was a retrospective cohort. There were 126 study subjects from advanced stage NPC patients who get chemoradiation at Cipto Mangunkusumo Hospital in the period of January 2014 to June 2019. AKD was in accordance with the Kidney Disease Improving Global Outcomes (KDIGO) study. Bivariate analysis using the chi Square test to find out the relationship between variables.
Results. This study found 126 patients who received chemoradiation for the first time at the RSCM. Obtained 49 (38,9%) patients who get AKD. Excluding the difference in the incidence of AKD between the groups receiving cisplatin with cumulative doses of >200 mg / m2 and 200 mg / m2 (39,5%vs38,0%,p=0,868,RR 1,039,CI 0,662-1,630)
Conclusion. The proportion of AKD is quite high (38,9%), but does not contain a significant difference with the AKD between the cumulative dose of cisplatin >200mg / m2 with 200mg / m2
"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Alexander Kelvyn Kristianto
"ABSTRAK
Telah diketahui bahwa rasio platelet dan limfosit (PLR) dan berat badan berlebih berkaitan dengan perjalanan kanker payudara. Maka dari itu, skripsi ini hendak menilai hubungan stadium metastasis dengan PLR pada pasien dengan overweight/obesitas. PLR dinilai pada saat sebelum kemoterapi, setelah kemoterapi, dan kontrol terakhir dalam 6 bulan terakhir pada pasien pre-metastasis dan metastasis yang diperoleh dari data yang terdapat di rekam medis. Terdapat 24 pasien pre-metastasis dan 24 pasien metastasis yang menjadi subjek penelitian. Diperoleh bahwa PLR tidak berhubungan dengan metastasis kanker payudara. Hal ini dapat disebabkan variasi waktu dan metode pengambilan sampel yang mempengaruhi hitung limfosit dan trombosit

ABSTRACT
Platelet-to-lymphocyte ratio (PLR) and overweight has known to be related with breast cancer progression. This study is conducted to evaluate the correlation between metastasis and PLR in breast cancer patient with overweight/obesity. PLR is evaluated before chemoteraphy, after chemotherapy, and last control in 6 months in pre-metastasis and metastasis patients, using data from medical record. There are 24 patients with pre-metastatic stage and 24 patients with metastatic breast cancer, and the result shows that there is no significant correlation between metastasis and PLR. Time and method variations in blood sample collection may affect lymphocyte and platelet count."
Lengkap +
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>