Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lilawati Kurnia
"Perjalanan telah dilakukan manusia sejak dahulu kala, baik ketika manusia sudah mengenal peradaban, maupun jauh sebelumnya. Perjalanan yang telah menjadi bagian dari hidup manusia, terlebih bagi manusia di abad modern kini. Dengan demikian, perjalanan tersebut seolah-olah tidak dapat dilepaskan dari eksistensi manusia. Orang tidak dapat membayangkan, bagaimana kehidupan manusia masa kini tanpa adanya suatu perjalanan. Pada abad pertengahan di dalam sistem pendidikan informal di Jerman, yaitu sistem magang, seorang Geselle diharuskan mengadakan perjalanan untuk mengumpulkan pengalaman. Pengalaman tersebut akan berguna baginya pada ujian untuk menjadi seorang Meister, seorang ahli dalam bidangnya. Di tanah air kita pun dikenal adat-istiadat yang mengharuskan seorang pemuda untuk mengembara. Jika ia pulang ke kampungnya di kemudian hari, ia dapat diterima sebagai anggota masyarakat yang dihormati.
Ketika orang melakukan perjalanan, orang sering menemukan pengalaman-pengalaman yang unik, mengasyikkan, menegangkan, dan menyedihkan. Di samping itu, di dalam perjalanan, orang juga bertemu dengan berbagai suku bangsa asing maupun bangsa-bangsa asing. Bagi mereka yang mempunyai kepiawaian menulis, semua itu dapat menjadi suatu bahan tulisan yang menarik.
Oleh karena itu, di dalam khazanah kesusastraan, kisah-kisah perjalanan merupakan salah satu genre yang tertua. Di Eropa, dimulai oleh Homer (Homerus) yang menulis Iliad (Illias) dan Ulysses (Odyssee). Tulisan mengenai suatu perjalanan itu sangat menarik dan menjadi sumber inspirasi bagi banyak tulisan lainnya .
Pada abad ketiga belas, Marco Polo melakukan sebuah perjalanan sensasional ke negeri jauh, Cina, yang pada waktu itu hampir tidak dapat dilakukan oleh masyarakat Eropa. Pengalaman Marco Polo di negeri asing yang hampir tak dikenal di Eropa itu, ditulis dalam bukunya Il Millone.
Selanjutnya, tulisan maupun laporan perjalanan tidak luput dari pengaruh fantasi pengarang. Akibatnya, timbul berbagai jenis cerita fiksi mengenai negeri asing beserta penduduknya dan, tentu saja, kebudayaannya. Kemudian, di dunia sastra muncul bentuk-bentuk roman perjalanan, atau yang lebih dikenal sebagai sastra perjalanan (Reiseliteratur).
Di dalam sastra perjalanan ini, tercermin pengalaman pertemuan antara bangsa Eropa dengan bangsa di filar Eropa. Misalnya, pada Odysseeditemukan berbagai gambaran atau citra mengenai bangsa dan suku bangsa yang hidup jauh dari Yunani. Suku bangsa Laistrygon, misalnya, digambarkan sebagai suku bangsa yang sangat agresif. Kebudayaan suku bangsa ini sangat berbeda dari kebudayaan Yunani yang dianggap sebagai kebudayaan yang beradab pada waktu itu. Oleh karena itu, suku bangsa Laistrygon dianggap berbahaya bagi bangsa Yunani.
Lain pula penggambaran citra suku bangsa Lotophagon yang sangat lemah lembut, tetapi dapat mengecoh orang. Atau, suku bangsa Kyklope yang sangat tidak ramah. Ada pula penggambaran suku bangsa Phaiake yang kebudayaannya mirip dengan kebudayaan Yunani sehingga citranya digambarkan dengan baik.
Pada masa itu, Homer telah mengatakan bahwa jarak peradaban asing terhadap peradaban Yunani yang tinggi dapat digunakan untuk menggambarkan citra bangsa primitif sebagai edle Wilde. Artinya, bangsa primitif yang mulia berdasarkan sifat-sifat alami yang dimilikinya. Di dalam Ilias, Homer menyebut orang-orang yang hidup di selatan Ethiopia sebagai bangsa peminum susu yang masih "murni". Orang-orang yang hidup di bagian utara disebutnya sebagai bangsa yang "adil". Bangsa peminum susu ini, seperti yang dijelaskan dalam beberapa buku tentang eksotisme, disamakan dengan bangsa Scyth. Persamaan in merupakan suatu kekeliruan. Namun, persamaan ini telah menjadi motif."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2000
D184
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lilawati Kurnia
"ABSTRAK
Data das Fremde sangat populer dan dipakai dalam berbagai bidang penelitian di Jerman dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir. Namun pengertian kata ini dalam hubungannya dengan hermeneutik interkultural dapat dipahami melalui metode yang dikembangkan oleh Wierlacher, Krusche, Michel, dan banyak lagi. Disertasi ini menggunakan dikotomi pengertian das Fremde dan das Eigene dalam menganalisis keempat novel Jerman yang dijadikan materi penelitian. Konflik-konflik yang dibangun dalam novel-novel ini diteliti berdasarkan dikotomi das Fremde dan das Eigene yang bersifat komplementer. Melalui analisis didapatkan gambaran citra-citra yang terbentuk. The Other atau das Fremde sudah menjadi konsep heuristis yang dikembangkan dan dipakai di luar Jerman dalam menginterpretasi fenomena-fenomena budaya yang terolah dalam diri the Self atau das."
2000
D1816
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Badrun
"Meskipun bangsa Indonesia sudah memiliki tradisi tulis, tidak dapat disangkal bahwa tradisi lisan masih hidup di berbagai suku bangsa di Indonesia. Keberadaan tradisi lisan dalam masyarakat Indonesia yang sudah beraksara merupakan suatu indikator bahwa dalam kehidupan ini, kita tidak dapat melepaskan diri sepenuhnya dari kelisanan karena tidak semua kegiatan komunikasi masyarakat dapat digantikan atau dilakukan sepenuhnya dengan keberaksaraan. Hal itu berarti bahwa kedua tradisi itu dapat hidup berdampingan dan saling menunjang, karena menurut Goody dan I Watt (1963:353), tulisan adalah suatu tambahan, bukan suatu alternatif untuk transmisi lisan. Bagi Goody (1992:12-13), komunikasi tradisi lisan dalam masyarakat dengan tulisan berbeda dengan dalam masyarakat tidak beraksara. Dalam masyarakat tidak beraksara tradisi lisan menanggung semua beban penyebaran kebudayaan. Akan tetapi dalam masyarakat dengan tulisan (masyarakat beraksara), tradisi lisan merupakan bagian dari keseluruhan aktivitas komunikasi. Tulisan hanyalah saluran lain dari komunikasi dan bahkan dalam kenyataan ada tradisi lisan yang sudah ditulis. Kemudian menurut Sweeney (199:15-16), kelisanan dan keberaksaraan merupakan dua hal yang berkaitan: kita dapat melihat kelisanan dalam yang tertulis dan keberaksaraan dalam yang lisan.
Keberadaan tradisi lisan tidak dapat dilepaskan dari nilai-nilai yang dikandungnya. Nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi lisan (khususnya cerita dan puisi) masih relevan dengan kehidupan kita. Artinya, nilai-nilai yang ditawarkan itu masih mampu bertahan di tengah perkembangan masyarakat Indonesia yang sedang melakukan proses modemisasi, terutama melalui proses pembangunan dengan mengimpor ilmu dan teknologi dari negara maju. Modernisasi itu akan mendesak atau menggeser nilai-nilai tradisional yang berlaku dalam suatu masyarakat.
Proses modernisasi yang berlangsung di Indonesia akan berdampak positif dan negatif pada segala aspek kebudayaan, termasuk pada tradisi lisan. Dalam hal ini akan terjadi semacam pergulatan nilai (nilai tradisional dan nilai baru dari budaya asing) yang kemudian akan memunculkan yang menang dan kalah. Persoalan kalah dan menang itu akan bergantung kepada kekuatan nilai itu sendiri, seperti dikatakan oleh Bachtiar (1985:14-15) bahwa interaksi berbagai budaya (asing dan etnik) tidak dapat dihindari dan hal itu dapat menimbulkan konflik budaya, yang pada akhirnya budaya yang kuat akan mendesak budaya yang lemah, walaupun pemilik suatu kebudayaan itu masih ada."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2003
D522
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library