Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
Yati Afiyanti
"Pengalaman Perempuan yang Memiliki Masalah Seksual Setelah Pengobatan Kanker Serviks: Pembelajaran dari Wanita Indonesia. Kanker serviks merupakan kanker yang umum terdapat pada perempuan. Penyakit ini adalah penyebab utama kedua kematian wanita di Asia serta di Indonesia. Pengobatan kanker serviks juga menimbulkan masalah untuk jangka panjang seperti adaptasi fisik, psikologis, seksual, dan adaptasi sosial. Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan dan menafsirkan pengalaman perempuan Indonesia yang telah mengalami disfungsi seksual setelah pengobatan kanker serviks. Tiga belas perempuan Indonesia yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini menggambarkan pengalamannya pada dua tahun pertama setelah pengobatan kanker serviks. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam. Empat tema yang diidentifikasi (1) secara fisik dan psikologis terhadap keluhan seksual setelah pengobatan kanker; (2) efek negatif dari pengobatan kanker terhadap hubungan intim dengan pasangan mereka; (3) upaya untuk mengatasi masalah seksual; dan (4) kebutuhan perempuan terhadap bantuan untuk membantu meningkatkan kesehatan seksual mereka. Penelitian ini menawarkan wacana baru terkait pengalaman perempuan Indonesia yang memiliki masalah kesehatan seksual setelah pengobatan kanker serviks. Penelitian ini mampu menyediakan perawat dan berbagai perawatan kesehatan lainnya dengan pemahaman yang lebih baik dari pengalaman, keprihatinan dan kebutuhan penderita kanker.
Cervical cancer remains the most common cancer among women. It is the second major cause of women?s deaths in Asia as well as in Indonesia. Cervical cancer treatment also raises issues of long-term physical, psychological, sexual, and social adaptation. The purpose of the study was to describe and to interpret the experiences of Indonesian women who have experienced sexual dysfunction after cervical cancer treatment. Thirteen Indonesian women who were participated in this study described their experiences on the first to two years after cervical cancer treatment. Data were collected through in-depth interviews. Four themes were identified (1) physical and psychological sexual complaints after cancer treatment; (2) negative effects of cancer treatment towards intimate relationship with their spouse; (3) efforts to overcome sexual problems; and (4) women?s needs for help to improve their sexual health. These study findings offer providing new insights into the experiences of Indonesian women with sexual health problems following cervical cancer treatment. This study can provide nurses and other health care providers with better understanding of the experiences, concern and needs of the cancer survivors."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
J-Pdf
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Yati Afiyanti
"Cervical cancer remains the most common cancer among women. It is the second major cause of women?s deaths in Asia as well as in Indonesia. Cervical cancer treatment also raises issues of long-term physical, psychological, sexual, and social adaptation. The purpose of the study was to describe and to interpret the experiences of Indonesian women who have experienced sexual dysfunction after cervical cancer treatment. Thirteen Indonesian women who were participated in this study described their experiences on the first to two years after cervical cancer treatment. Data were collected through in-depth interviews. Four themes were identified (1) physical and psychological sexual complaints after cancer treatment; (2) negative effects of cancer treatment towards intimate relationship with their spouse; (3) efforts to overcome sexual problems; and (4) women?s needs for help to improve their sexual health. These study findings offer providing new insights into the experiences of Indonesian women with sexual health problems following cervical cancer treatment. This study can provide nurses and other health care providers with better understanding of the experiences, concern and needs of the cancer survivors.
Pengalaman Perempuan yang Memiliki Masalah Seksual Setelah Pengobatan Kanker Serviks: Pembelajaran dari Wanita Indonesia. Kanker serviks merupakan kanker yang umum terdapat pada perempuan. Penyakit ini adalah penyebab utama kedua kematian wanita di Asia serta di Indonesia. Pengobatan kanker serviks juga menimbulkan masalah untuk jangka panjang seperti adaptasi fisik, psikologis, seksual, dan adaptasi sosial. Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan dan menafsirkan pengalaman perempuan Indonesia yang telah mengalami disfungsi seksual setelah pengobatan kanker serviks. Tiga belas perempuan Indonesia yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini menggambarkan pengalamannya pada dua tahun pertama setelah pengobatan kanker serviks. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam. Empat tema yang diidentifikasi (1) secara fisik dan psikologis terhadap keluhan seksual setelah pengobatan kanker; (2) efek negatif dari pengobatan kanker terhadap hubungan intim dengan pasangan mereka; (3) upaya untuk mengatasi masalah seksual; dan (4) kebutuhan perempuan terhadap bantuan untuk membantu meningkatkan kesehatan seksual mereka. Penelitian ini menawarkan wacana baru terkait pengalaman perempuan Indonesia yang memiliki masalah kesehatan seksual setelah pengobatan kanker serviks. Penelitian ini mampu menyediakan perawat dan berbagai perawatan kesehatan lainnya dengan pemahaman yang lebih baik dari pengalaman, keprihatinan dan kebutuhan penderita kanker."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
AJ-Pdf
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Mohamad Farid Aziz, supervisor
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor prediktor metastasis kelenjar getah bening (KGB) pada pasien dengan kanker serviks stadium IB dan IIA. Penelitian dilakukan dari bulan Mei 1996 sampai bulan Desember 2001. Ada 183 pasien kanker serviks dengan stadium menurut FIGO IB dan IIA menjalani operasi histerektomi radikal dan limfadenektomi. Dari pasien tersebut 158 pasien yang dapat dinilai, terdiri dari 43 pasien dengan metastasis KGB dan 115 tanpa metastasis KGB. Rancangan penelitian adalah kasus-kontrol. Kasus adalah pasien dengan metastasis KGB dan kontrol pasien tanpa metastasis KGB. Analisis multivariat dilakukan setelah analisis bivariat. Pada analisis bivariat umur < 39 tahun, diameter lesi >4 cm, stadium IIA > 4 cm, histopatologi dengan diferensiasi sedang dan buruk, invasi ke pembuluh darah dan limfa merupakan variabel yang independen terjadinya metastasis KGB dengan nilai p ≤ 0,05. Tetapi pada analisis multivariat yang muncul sebagai variabel independen adalah umur muda, paritas > 4, diameter lesi, histopatologi adenoskuamosa, dan invasi limfo-vaskular dengan nilai p ≤ 0,05. Kesimpulan: Usia muda, paritas > 4, stadium IIA > 4 cm, diameter lesi, histopatologi adenoskuamosa, invasi limfa-vaskular merupakan faktor risiko terjadinya metastasis dan dapat dipergunakan sebagai faktor prediktor metastasis KGB. (Med J Indones 2004; 13: 113-8)
The aim of this study was to identify possible predictor factors of lymph node metastases in patients with cervical cancer stage IB and IIA. Study was conducted between May 1996 and December 2001. There were 183 patients of cervical cancer with FIGO Stage IB and IIA who were underwent radical hysterectomy and lymphadenectomy. From those 158 patients could be evaluated, consisting 43 patients with node metastases 115 patients without metastases. Research design was case control study. Case was patients with node metastases and control was those without node metastases. Multivariate analysis was made after bivariate analysis. On bivariate analysis age < 39 years, diameter of lesion > 4 cm, stage IIA > 4 cm, histopathology moderate and poor differentiation, blood and lymphatic vessel invasion were independent variables for node metastases with p value ≤ 0.05. However, on multivariate analysis younger age, parity ≥ 4, diameter of lesion, histopathology adenosquamous, and lymph vascular invasion (+) as independent factors for node metastases with p value ≤ 0.05. Conclusion: Younger age, parity ≥ 4, stage IIA > 4 cm, diameter of lesion, histopathology adenosquamous, and lymph vascular invasion (+) were risk factors for node metastases and can be used as predictors. (Med J Indones 2004; 13: 113-8)"
Medical Journal of Indonesia, 2004
MJIN-13-2-AprilJune2004-113
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Imam Rasjidi
"Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi tentang survival kanker servik stadium lanjut dengan gangguan fungsi ginjal (KSSLGFG) serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. disamping itu diharapkan dapat ditemukan sistem scoring untuk prediksi kematian pasien KSSLGFG. Rancangan studi yang digunakan adalah retrospektif kohort. Data yang dikumpulkan berasal dari rekam medik penderita KSSLGFG dari 1 januari 1998 sampai 31 Desember 2003 di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr Cipto Mangunkusumo, Jakarta, dengan jumlah sampel 70 kasus. Hasil penelitian menunjukkan rerata Survival secara keseluruhan pasien KSSLGFG 8,2 bulan, survival bulan ke-6 sebesar 39%, survival 1 tahun sebesar 3,2%. Median survival 5,3 bulan. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap survival pasien KSSLGFG adalah gambaran histopatologik (sel adenoskuamosa dan diferensiasi sel), ketebalan korteks ginjal < 1 cm dan nefrostomi. (Med J Indones 2005; 14: 173-8)
The objective of this study was to obtain information on the survival rate of advanced cervical cancer patients with renal impairment (ACCRI) and its prognostic factors. In addition, it is hoped that by this method the scoring system for predicting the death of ACCRI patients hopetully could be obtained. Design of the study used was retrospective cohort study. Data collected were retrieved from medical records of ACCRI patients from 1 January 1998 to 31 December 2003 at Dr. Cipto Mangunkusumo National Central General Hospital, Jakarta, with a total sample of 70 cases. The results of the study showed that mean survival of all ACCRI patients was 8.2 months, mean survival at sixth month was 39%, and mean survival at one year was 3.2%. Median survival was 5.3 months. Prognostic factors affecting the survival of ACCRI patients included histopathological type (adenosquamous cell and cell differentiation), cortical thickness of the kidney less than 1 cm, and nephrostomy. (Med J Indones 2005; 14: 173-8)"
Medical Journal of Indonesia, 2005
MJIN-14-3-JulSep2005-173
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library