Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 23 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Indah Fauziah
"Selama ini kasus karsinoma ovarium yang datang ke RSCM ditangani oleh Subbagian Ginekologi Onkologi, dan telah membuat panduan tatalaksana karsinoma ovarium. Karsinoma ovarium stadium lanjut sejak tahun 1994. dilakukan pemberian neoadjuvant kemoterapi yang dilanjutkan dengan pembedahan sitoreduksi. Kurangnya data awal maupun kajian dalam bentuk penelitian mengenai perubahan metode pemberian kemoterapi, dari metode konvensional yaitu pembedahan sitoreduksi (tanpa neoadjuvant kemoterapi) yang kemudian dilanjutkan dengan pemberian adjuvant kemoterapi, menjadi pemberian neoadjuvant kemoterapi tcrlcbih dahulu kemudian dilanjutkan pembedahan sitoreduksi menimbulkan pertanyaan, bagaimana efek pemberian neoadjin.ant kemoterapi pada karsinoma stadium lanjut di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta.
Pada pasien karsinoma ovanium stadium lanjut yang dilakukan pengobatan kemoterapi selama kurun waktu tertentu di Subbagian Ginekologi Dnkologi, Bagian Obstetri dan Ginekologi RS Cipto Mangunkusumo Jakarta.
1. Bagaimanakah praktek pemberian neoadjuvant kemoterapi pada karsinoma ovarium stadium lanjut?
2. Bagaimanakah efek pemberian neoadjuvant kemoterapi terhadap pencapaian sitoreduksi optimal?
3. Bagaimanakah efek pemberian neoadjuvant kemoterapi terhadap morbiditas pembedahan?
4. Bagaimanakah efek pemberian neoadjuvant kemoterapi terhadap kualitas hidup?"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T18163
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bram Pradipta
"Tesis ini bertujuan Untuk mengetahui pengaruh merokok pada kesintasan penderita kanker serviks stadium lanjut di Rumah Sakit Umum Ciptomangunkusumo. Penelitian ini bersifat kohort retrospektif. Hasil penelitian didapatkan tingkat merokok oleh pasien dan atau suami pasien tidak signifikan secara statistik sebagai faktor prognosis terhadap pasien kanker serviks stadium lanjut di RSCM. Kesintasan 5 tahun pasien kanker serviks stadium lanjut dalam studi kami adalah 22 bulan (4-58 bulan) dengan persentase kesintasan 22,6%. Dengan analisis multivariat didapatkan bahwa hanya ukuran tumor dan stadium kanker bermakna secara statistik terhadap kesintasan.

This thesis aims to determine the effect of smoking on the survival rate of advanced stage cervical cancer patients in the Ciptomangunkusumo General Hospital. This study is a retrospective cohort. The results showed that smoking levels by the patient or the patient's husband was not statistically significant as a prognostic factor for patients with advanced cervical cancer in RSCM. 5-year survival of patients with advanced cervical cancer in our study was 22 months (4-58 months) with a percentage of 22.6% survival rate. By multivariate analysis. it was only tumor size and stage of the cancer that statistically significant to the survival rate."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Serida Aini
"Latar belakang: Kesintasan 5 tahun tumor ovarium borderline pada stadium awal cukup baik, sekitar 95-100%. Tatalaksana dari tumor ini adalah dengan pembedahan, pada pasien yang masih ingin mempertahankan fungsi reproduksinya, operasi sebisanya dilakukan dengan tetap meninggalkan uterus dan satu ovariumnya. Kemoterapi tidak dianjurkan untuk tumor ovarium borderline stadium awal. Di Indonesia penelitian tentang kesintasan tumor ovarium borderline masih sangat terbatas, oleh karena itu diperlukan penelitian lebih lanjut.
Tujuan: Untuk mengetahui kesintasan tumor ovarium borderline di RSCM. Metode: Studi ini merupakan studi analitik deskriptif. Pasien yang didiagnosis dan dilakukan pembedahan di Departemen Obstetri dan Ginekologi RSCM pada periode Januari 2008-Desember 2010 dengan hasil histopatologi tumor ovarium borderline, di follow up untuk mengetahui kesintasan selama 5 tahun.
Hasil: Subyek penelitian didapat 42 orang. Hasil kesintasan tumor ovarium borderline didapat sebesar 97,6%. Pada penelitian ini faktor umur, paritas, riwayat keluarga dan kontrasepsi oral, CA 125, asites, dan tindakan pembedahan didapatkan tidak mempunyai hubungan yang konsisten dengan tumor ovarium borderline. Jenis histopatologi yaitu tumor ovarium borderline serosum dan tatalaksana pembedahan tanpa dilanjutkan tindakan kemoterapi mempengaruhi kesintasan tumor ovarium borderline di RSCM dengan nilai p = 0,000 dan p = 0,001.
Kesimpulan: Kesintasan 5 tahun penderita tumor ovarium borderline yang ditatalaksana di RSCM cukup baik. Tatalaksananya dititikberatkan pada pasien dengan jenis histopatologi serosum karena faktor ini mempengaruhi kesintasan 5 tahun pasien tumor ovarium borderline dan tanpa tindakan lanjutan kemoterapi hasilnya cukup baik.

Background: Five years survival of ovarian borderline tumors at early stage is quite good, about 95-100%. The procedures of this tumor is surgery, for patients who still want to maintain reproductive function, the best procedure by leaving the uterus and ovary. Chemotherapy is not recommended for early-stage borderline ovarian tumors. In Indonesia research on borderline ovarian tumors is limited, therefore more research is needed.
Objective: To determine survival of ovarian borderline tumors in RSCM Hospital. Methode: This study is a descriptive analytic. Patients were diagnosed and surgery at Department of Obstetrics and Gynaecology RSCM on January 2008-December 2010 with a borderline ovarian tumor histopathology results, in the follow-up to determine the survival rate for 5 years, simple random sampling. Analysis of survival use Kapplan Meier Analysis.
Result: The study gained 42 patients. Borderline ovarian tumor survival results obtained for 97.6%. In this study, age, parity, family history and oral contraceptive, CA 125, surgery, ascites have no consistent relationship with a borderline ovarian tumor's survival. Histopathology and chemotherapy have consistent relationship with p = 0,000 and p = 0,001.
Discussion: Five years survival of patients with borderline ovarian tumors were administered in RSCM is good. It is important to pay attention to histopathology result and patient have a good survival without chemotherapy."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Triono Adi Suroso
"Karsinoma endometrium merupakan keganasan ginekologi yang sering dijumpai dan keganasan ketiga yang paling sering pada wanita. Karsinoma endometrium juga merupakan penyebab kematian ketujuh dari keganasan pada wanita. The American Cancer Society melaporkan bahwa pada tahun 1999 terjadi 37.400 kasus baru dan 6.400 kematian. Tahun 2000 dilaporkan 36.100 kasus baru dengan 6.500 kasus kematian. Tahun 2001 terjadi 38.300 kasus baru dengan 6.600 kematian. Sedangkan tahun 2002 diperkirakan akan terjadi 39.000 kasus baru dengan 6.600 kematian pertahunnya di Amerika Serikat.
Data registrasi kanker berbasis rumah sakit di RSCM sepanjang tahun 1997-1998 terdapat 19 (1,41%) kasus baru dari 1346 keganasan pada wanita dan separuhnya datang sudah dengan derajat sedang dan berat serta sebagian besar dengan status pendidikanfsosiai ekonomi rendah. Beberapa peneliti mengajurkan untuk dilakukan evaluasi lebih jauh terhadap perdarahan uterus abnormal berdasarkan risiko terjadi polip endometrium, hiperplasia dan neoplasma endometrium.
Pengambiian contoh sediaan endometrium merupakan suatu analisis histologi yang sangat panting. Cara ini mudah dilakukan sehingga dapat dijadikan alat bantu diagnosis pada penderita dengan rawat jalan. Diagnosis histopatologi memegang peranan penting dalam penatalaksanaan penyakit kanker. Hasil pemeriksaan ini akan menentukan pengobatan selanjutnya dan prognosis penyakit. Terdapat beberapa cara potensial untuk penapisan antara lain pemeriksaan sitologi, pemeriksaan histologi dan pemeriksaan ultrasonografi transvagina.
Cara pengambilan dapat dilakukan dengan biopsi, histeroskopi atau dilatasi dan kuretase. Biopsi lebih murah bila dibandingkan dengan dilatasi dan kuretase, histeroskopi maupun observasi. Sebelumnya baku emas diagnosis histologi endometrium adalah dilatasi dan kuretase. Biopsi endometrium di poliklinik terbukti bermanfaat untuk penapisan penyakit endometrium karena tidak sakit, murah atau efek samping yang relatif rendah. Beberapa penelitian mendapatkan basil dari biopsi di poliklinik dengan nilai keakuratan yang hampir sama dengan dilatasi dan kuretase berkisar antara 90-95%.
Deteksi kelainan endometrium yang dilakukan dengan cara dilatasi kuretase memiliki kendala antara lain biaya yang tinggi dan tindakan yang invasif. Dipikirkan dilakukan cars lain yang kurang invasif dan biaya yang relatif lebih murah, diantaranya adalah biopsi endometrium. Biopsi endometrium memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi dalam mendeteksi keganasan endometrium. Biopsi endometrium mempunyai sensitivitas 91-99%. Sedangkan spesifisitasnya sekitar 98-99%.
Teknik pengambilan contoh sediaan biopsi endometrium dengan menggunakan alat yang kecii, fleksibel dan sekali pakai cocok untuk mendapatkan jaringan endometrium. Kelebihan lain dari biopsi adalah biaya yang dikeluarkan lebih murah. Di RSCM diperkirakan biaya yang dikeluarkan untuk pemeriksaan biopsi endometrium dengan Endoram berkisar Rp. 150.000 dibandingkan dengan biaya untuk kuretase yang berkisar sebesar Rp. 1.500.000.
Dari penelitian ini diharapkan pemeriksaan biopsi endometrium dengan Endoram dapat dipergunakan sebagai cars untuk mendeteksi dini bagi penderita yang berisiko tinggi terhadap kelainan endometrium atau perdarahan uterus abnormal sebelum dilakukan dilatasi kuretase.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan suatu pertanyaan penelitian bagaimana sensitivitas dan spesifisitas pemeriksaan histologi biopsi Endoram dengan baku emas dilatasi kuretase endometrium untuk mendeteksi kelainan endometrium pada kasus perdarahan uterus abnormal."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T21391
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuryani
"ABSTRAK
Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator penting dari derajat
kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan jumlah wanita meninggal dari suatu
penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya selama
kehamilan, melahirkan dan selama nifas. Kasus perdarahan sebagai penyebab utama
kematian ibu dapat terjadi pada masa kehamilan, persalinan dan masa nifas. Salah
satu penyebab perdarahan diantaranya adalah plasenta previa. Plasenta previa
merupakan salah satu keadaan yang menjadi penyebab perdarahan yang memerlukan
tindakan segera tenaga kesehatan terkait dengan kondisi ibu dan janin yang
dikandungnya. Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan yang memberikan asuhan
keperawatan secara komprehensif berperan dalam melakukan pemantauan secara
berkesinambungan kondisi ibu dan janin serta proses persalinan yang akan dihadapi .
Tujuan penulisan laporan KIA ini adalah menjelaskan tentang aplikasi konsep dan
teori keperawatan dalam pemberian asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan
plasenta previa totalis,serta menjelaskan peran perawat maternitas sebagai pemberi
asuhan keperawatan, educator, konselor, advokator, pengelola, kolaborator, agen
pembaharu (innovator), komunikator dan koordinator serta peneliti dalam
memberikan asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan plasenta previa. Pemilihan
konsep dan teori keperawatan berdasarkan kepada kontek klien yang dalam kondisi
mengalami komplikasi yang berakibat kecemasan, dibutuhkan pendekatan perawat
yang mampu memberikan asuhan secara komprehensif. Oleh karena itu konsep dan
teori need for help Wiedenbach dan teori of caring Swanson tepat digunakan dalam
pemberian asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan plasenta previa totalis.
Dengan harapan kondisi ibu hamil dengan plasenta previa totalis tetap optimal,
mampu beradaptasi secara fisik maupun pskologis serta siap terhadap proses persalinan yang akan dihadapi. ABSTRACT
The maternal mortality rate (MMR) is one of important indicators of the community
health. MMR describes the number of women death caused by problems associated
with pregnancy or the treatment during pregnancy, childbirth and postpartum period.
Hemorrhagic cases as the main cause of maternal death occur during pregnancy,
childbirth and postpartum period. One of hemorrhagic causes is placenta previa.
Placenta previa is a condition that causes bleeding which requires health
professionals? immediate interventions related to the maternal and fetal condition. A
nurse as one of health professionals who provides a comprehensive nursing care has a
role in monitoring continuously the maternal and fetal condition as well as the labor
and birth process. The purpose of this final scientific work was to explain about the
application of the nursing concepts and theories in providing nursing care to pregnant
women with placenta previa totalis, as well as to explain the role of maternity nurses
as a caregiver, an educator, a counselor, an advocate, a manager, a collaborator, an
innovator, a communicator and a coordinator as well as a researcher in providing
nursing care to pregnant women with placenta previa. The selection of nursing
concepts and theories was based on the context of the client experienced
complications causing anxiety, nurses? approach that can provide comprehensive care
was needed. Therefore, Wiedenbach need for help concept and theory and Swanson
theory of caring were appropriate to be used in the provision of nursing care to
pregnant women with placenta previa totalis. Hopefully the conditions of pregnant
women with placenta previa totalis remain optimal, able to adapt physically and psychologically and ready to face the labor process. ;The maternal mortality rate (MMR) is one of important indicators of the community
health. MMR describes the number of women death caused by problems associated
with pregnancy or the treatment during pregnancy, childbirth and postpartum period.
Hemorrhagic cases as the main cause of maternal death occur during pregnancy,
childbirth and postpartum period. One of hemorrhagic causes is placenta previa.
Placenta previa is a condition that causes bleeding which requires health
professionals? immediate interventions related to the maternal and fetal condition. A
nurse as one of health professionals who provides a comprehensive nursing care has a
role in monitoring continuously the maternal and fetal condition as well as the labor
and birth process. The purpose of this final scientific work was to explain about the
application of the nursing concepts and theories in providing nursing care to pregnant
women with placenta previa totalis, as well as to explain the role of maternity nurses
as a caregiver, an educator, a counselor, an advocate, a manager, a collaborator, an
innovator, a communicator and a coordinator as well as a researcher in providing
nursing care to pregnant women with placenta previa. The selection of nursing
concepts and theories was based on the context of the client experienced
complications causing anxiety, nurses? approach that can provide comprehensive care
was needed. Therefore, Wiedenbach need for help concept and theory and Swanson
theory of caring were appropriate to be used in the provision of nursing care to
pregnant women with placenta previa totalis. Hopefully the conditions of pregnant
women with placenta previa totalis remain optimal, able to adapt physically and psychologically and ready to face the labor process. "
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jonathan Raharjo Subekti
"ABSTRAK
Latar belakang. Infeksi human papillomavirus (HPV) pada genital laki-laki selain dapat
menyebabkan kutil kelamin dan kanker penis juga meningkatkan risiko infeksi HPV pada
pasangan. Walaupun saat ini telah terdapat banyak penelitian mengenai peran HPV risiko
tinggi terhadap karsinogenesis serviks dan semakin jelas peran laki-laki sebagai vektor virus
HPV, namun pemeriksaan HPV pada laki-laki belum rutin dilakukan. Penelitian ini bertujuan
mengetahui proporsi kepositivan, variasi genotipe HPV pada suami pasien kanker serviks
serta kesamaan genotipe HPV antara suami pasien kanker serviks yang HPV positif dengan
pasien kanker serviks di RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo. Metode. Penelitian potong
lintang. Pemilihan SP dilakukan secara berurutan (consecutive sampling). Sampel diambil
dengan menggunakan kertas amplas dan dacron swab. Pada spesimen dilakukan pemeriksaan
menggunakan HPV express matrix Kalgen®. Hasil. Sebanyak 47 SP dilibatkan dalam
penelitian ini, dengan rerata usia 50,7+10,6 tahun. Dari analisis spesimen diidentifikasi HPV
genital pada 9 (19%) SP, terdiri atas genotipe risiko rendah (3 SP) dan risiko tinggi (6 SP).
Genotipe HPV yang ditemukan adalah 6, 18, 31, 39, 43, 53, dan 56, dengan tipe tersering
adalah 18 dan 43. Tidak didapatkan kesamaan tipe HPV di antara pasangan HPV yang
positif. Kesimpulan. Proporsi kepositivan HPV pada suami pasien kanker serviks sebesar
19% dengan tipe 18 dan 43 paling banyak didapatkan, namun tidak didapatkan kesamaan tipe
HPV antara SP dengan pasien kanker serviks pasangannya.ABSTRACT
Background. Human papillomavirus (HPV) infection on male genital could cause genital
warts, penile cancer, but also increase the risk of HPV infection in their spouse. Despite
many current researches on role of high-risk HPV in cervix carcinogenesis and male partner?s
role as HPV vector is well known, HPV examination on male is not yet routinely performed.
The aim of this study is to find the positivity proportion and genotype variant of HPV on
cervical cancer patient?s spouse, and also the genotype concordance between the spouse with
HPV positive and the cervical cancer patient at dr Cipto Mangunkusumo hospital. Method.
Cross-sectional design. Subject was chosen consecutively (consecutive sampling). Sample
was collected with emery paper and dacron swab. The specimen was then analyzed with HPV
express matrix Kalgen®. Result. Fourty seven subject enrolled in this studi with mean age
50,7+10,6 y.o. Specimen analysis identified genital HPV on 9 (19%) subject, with low risk (3
subject) and high risk (6 subject) genotype. HPV genotypes found in this study are 6, 18, 31,
39, 43, 53, dan 56, with 18 and 43 as the most frequent. No genotype concordance found
between the cervical cancer patient?s spouse with HPV positive and their partners. HPV
genotypes variation found on cervical cancer?s spouses are type 6, 18, 31, 39, 43, 53, dan 56.
Conclusion. The positivity proportion of HPV on cervical cancer patient?s spouse was 19%,
with genotype 18 and 43 as the most frequent with no HPV genotype concordance found between subjects and the spouse.;Background. Human papillomavirus (HPV) infection on male genital could cause genital
warts, penile cancer, but also increase the risk of HPV infection in their spouse. Despite
many current researches on role of high-risk HPV in cervix carcinogenesis and male partner?s
role as HPV vector is well known, HPV examination on male is not yet routinely performed.
The aim of this study is to find the positivity proportion and genotype variant of HPV on
cervical cancer patient?s spouse, and also the genotype concordance between the spouse with
HPV positive and the cervical cancer patient at dr Cipto Mangunkusumo hospital. Method.
Cross-sectional design. Subject was chosen consecutively (consecutive sampling). Sample
was collected with emery paper and dacron swab. The specimen was then analyzed with HPV
express matrix Kalgen®. Result. Fourty seven subject enrolled in this studi with mean age
50,7+10,6 y.o. Specimen analysis identified genital HPV on 9 (19%) subject, with low risk (3
subject) and high risk (6 subject) genotype. HPV genotypes found in this study are 6, 18, 31,
39, 43, 53, dan 56, with 18 and 43 as the most frequent. No genotype concordance found
between the cervical cancer patient?s spouse with HPV positive and their partners. HPV
genotypes variation found on cervical cancer?s spouses are type 6, 18, 31, 39, 43, 53, dan 56.
Conclusion. The positivity proportion of HPV on cervical cancer patient?s spouse was 19%,
with genotype 18 and 43 as the most frequent with no HPV genotype concordance found between subjects and the spouse.;Background. Human papillomavirus (HPV) infection on male genital could cause genital
warts, penile cancer, but also increase the risk of HPV infection in their spouse. Despite
many current researches on role of high-risk HPV in cervix carcinogenesis and male partner?s
role as HPV vector is well known, HPV examination on male is not yet routinely performed.
The aim of this study is to find the positivity proportion and genotype variant of HPV on
cervical cancer patient?s spouse, and also the genotype concordance between the spouse with
HPV positive and the cervical cancer patient at dr Cipto Mangunkusumo hospital. Method.
Cross-sectional design. Subject was chosen consecutively (consecutive sampling). Sample
was collected with emery paper and dacron swab. The specimen was then analyzed with HPV
express matrix Kalgen®. Result. Fourty seven subject enrolled in this studi with mean age
50,7+10,6 y.o. Specimen analysis identified genital HPV on 9 (19%) subject, with low risk (3
subject) and high risk (6 subject) genotype. HPV genotypes found in this study are 6, 18, 31,
39, 43, 53, dan 56, with 18 and 43 as the most frequent. No genotype concordance found
between the cervical cancer patient?s spouse with HPV positive and their partners. HPV
genotypes variation found on cervical cancer?s spouses are type 6, 18, 31, 39, 43, 53, dan 56.
Conclusion. The positivity proportion of HPV on cervical cancer patient?s spouse was 19%,
with genotype 18 and 43 as the most frequent with no HPV genotype concordance found between subjects and the spouse."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Shinta Pangestu
"Di Indonesia,kanker serviks merupakan keganasan ginekologi terbanyak yang terjadi pada wanita.Hal ini disebabkan kurangnya program skrining.Di Indonesia program deteksi dini dengan inspeksi visual asam asetat (IVA) telah dimulai,Kementerian Kesehatan memiliki program VIA untuk deteksi dini, dengan target 50% perempuan usia 30-50 tahun pada tahun 2019.Untuk mencapai target tersebut,Kementerian Kesehatan Indonesia telah melakukan pelatihan IVA untuk dokter dan bidan.Penelitian ini akan mengkaji evaluasi pelatihan IVA yang telah dilaksanakan pada bidan dan membandingkan antara bidan di Jakarta Pusat dan bidan di Tangerang Selatan.Dari 39 bidan di Jakarta Pusat dan 24 di Tangerang Selatan yang sudah dilatih IVA hingga tahun 2019,kami mengambil data jumlah pemeriksaan IVA,jumlah kasus positif dan jumlah kasus yang dirujuk bidan selama tahun 2017-2019.Dari penelitian ini didapatkan,bidan di Jakarta Pusat pada tahun 2019 melakukan pemeriksaan IVA 6.622 dari target 83.500 (7,9%) dan ditemukan 105 kasus positif dan seluruh kasus dirujuk untuk dilakukan krioterapi, sedangkan bidan di Tangerang Selatan melakukan 1805 pemeriksaan IVA dari target 113415 (1,59%) dan ditemukan 12 kasus positif dengan 4 kasus dilakukan krioterapi dan 8 kasus dirujuk ke RS.Dari keduanya ditemukan peningkatan kinerja pemeriksaan IVA dari tahun 2017 hingga 2019.Pelaksanaan IVA oleh bidan di Jakarta Pusat dan Tangerang Selatan masih rendah,meskipun meningkat dari tahun 2017 hingga 2019.

In Indonesia,cervical cancer is the most gynecology malignancy that occurs in women.This is due to lack of a screening program.In Indonesia,an early detection program with visual inspection of acetic acid (VIA) has begun.The Ministry of Health has VIA for early detection program with target 50% women aged 30-50 years on 2019.To achieve this,The ministry of Health Indonesia has conducted VIA training for doctors and midwives.This study would examine the evaluation of the VIA training that has been conducted for midwives.This evaluation would also assess and compare the VIA training evaluation on midwives in Central Jakarta and midwives in South Tangerang.39 midwives in Central Jakarta and 24 in South Tangerang already trained for VIA until 2019.We took data on the number of VIA examinations,the number of positive cases and the number of cases referred by midwives during 2017-2019.From this study,we found that midwives at Central Jakarta on 2019 performed 6.622 VIA examination from 83.500 target (7.9%) and found 105 positive cases and all the cases were referred to performed cryotherapy.Meanwhile midwives at South Tangerang performed 1805 VIA examination from 113415 target population (1.59%) and found 12 positive cases:4 cases was already performed cryotherapy and 8 cases were referred to hospital.From both of them, we found increased of performance of VIA examination from 2017 until 2019. VIA implementation by midwives in Central Jakarta and South Tangerang still low, although increase from 2017 until 2019."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Mardhatillah Syafitri
"Kanker serviks merupakan kanker ketiga tersering di seluruh dunia dengan angka kasus baru, morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proporsi kesintasan lima tahun pasca radioterapi pasien KSS serviks stadium IIB-IIIB dan hubungannya dengan infeksi HPV serta faktor lain yang mempengaruhi. Penelitian ini merupakan penelitian kohort. Populasi terjangkau adalah pasien karsinoma serviks stadium IIB dan IIIB dengan hasil biopsi serviks KSS yang telah menjalani radioterapi di RSCM dan dilakukan pemeriksan DNA HPV pre dan pasca radiasi pada penelitian terdahulu. Analisis statistik digunakan dengan uji prognostik Kaplan Meier. Dari 31 sampel penelitian pendahuluan, hanya 27 subjek yang dapat didata. Angka kesintasan lima tahun adalah sebesar 35,5%. Tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara kesintasan dengan infeksi HPV, infeksi HPV yang menetap, lama radiasi, LVSI, stadium, diferensiasi, ukuran tumor dengan masing-masing nilai p 0,921, 0,586, 0,718, 0,65, 0,139, 0,78, dan 0,139. Terdapat hubungan yang bermakna antara respon radiasi dengan kesintasan, dengan median time survival 2 tahun (p 0,016).

Cervical cancer is the third most common cancer in the world with high number of new cases, morbidity and mortality rates. The objective of this research is to know the proportion of five year survival rate after radiation of cervical cancer stage IIB-IIIB patient and its relationship with HPV infection and other influencing factors. This research method was cohort study. Research population was patients with biopsy result squamous cell carcinoma stage IIB-IIIB who underwent radiation therapy and have been examined for HPV DNA before and after radiation on previous study. Overall survival was assessed and the relationship between prognosis with HPV infection and other factors was calculated. Statistical analysis was calculated using Kaplan Meier to determine prognostic factors of cervical cancer, as well as the median survival rate. From 31 samples on previous study, only 27 patients has been documented. The five year overall survival rate was 35,5%. There were no statistically significant relationship between cervical cancer survival rate with HPV infection, HPV persistence after radiation, duration of radiation, LVSI, staging, grading, tumor size with p result 0,921, 0,586, 0,718, 0,65, 0,139, 0,78, and 0,139 respectively. There was significant relationship between radiation response and survival rate with median 2-year survival (p 0,016)"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mediana Sutopo Liedapraja
"ABSTRAK Kanker endometrium merupakan keganasan ginekologi tersering keempat pada wanita. Di seluruh dunia, setiap tahun 142,000 wanita terdiagnosis kanker endometrium dan angka mortalitas sekitar 42,000. Kanker endometrium dibagi menjadi 2 tipe yaitu tipe 1 dan tipe 2 berdasarkan histologi dan karakteristik molecular. Kanker endometrium sekitar 80%-90% adalah tipe 1 yaitu adenokarsinoma endometrioid. Tipe I berhubungan dengan estrogen berlebih, faktor-faktor risiko antara lain obesitas, diabetes mellitus, menopause lambat dan nulliparitas. Insiden tipe 2 sekitar 10-20%, angka mortalitas lebih tinggi pada tipe ini. Faktor risiko pada tipe 2 tidak diketahui dengan pasti, dan tidak bergantung pada estrogen. Kanker endometrium tipe 2 memiliki angka kesintasan yang lebih buruk dibandingkan tipe 1.

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dan faktor risiko yaitu obesitas, diabetes mellitus tipe 2 dan status menopause pada kanker endometrium tipe 1 dan tipe II.

Metode: Penelitian desain potong lintang di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, pasien yang terdiagnosa kanker endometrium dengan hasil histologi dan ditatalaksana selama juli 2014-desember 2016. Data pasien obesitas, diabetes mellitus tipe 2 dan status menopause dicatat dan dianalisa.

Hasil: Didapatkan total 255 subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi. Pada kanker endometrium tipe 1 didapatkan Indeks massa tubuh (IMT) overweight yaitu 25,09 kg/m2, sedangkan tipe 2 didapatkan berat badan ideal. Faktor risiko diabetes mellitus tipe 2 pada kedua tipe kanker tidak signifikan bermakna, pada analisis multivariat didapatkan tipe 2 lebih banyak didapatkan pada status menopause yang lebih awal.

Kesimpulan: Profil faktor risiko antara tipe 1 dan tipe 2 kanker endometrium hampir serupa pada penelitian ini, dikarenakan karakteristik pasien dan jalur etiologi yang bervariasi. Kanker endometrium tipe 2 lebih banyak terjadi pada usia menopause lebih awal.


ABSTRACT Endometrial cancer (EC) is a four common malignancy in women.The incidence in worldwide about 142,000 women diagnosed and 42,000 deaths due to endometrial cancer. There were two distinct types based on histologic and molecular characteristics. Type I EC comprise 80-90%, commonly referred to as the endometrioid type. Type I EC is an estrogen dependent tumor, risk factors for type I EC are obesity, diabetes mellitus, late menopause and nulliparity. Type II EC incidence about 10-20%, mortality was higher in this type. The risk factors of type II EC were not well known and not through the estrogen pathway. Type II EC have worse survival rate compared to type I EC.

Purpose:  The purpose of this study is to identify correlation and compare risk factors between obesity, diabetes mellitus type II and menopausal state in type I and type II endometrial cancer

Method: This cross sectional study was conducted in RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo hospital, records of all patients with histology proven endometrial carcinoma, diagnosed and treated from 2013-2017 were reviewed. Patients data including obesity, diabetes mellitus type II, and menopausal state were recorded. All of the information was collected and analyze.

Result: From total of 255 subjects of this study that complete inclusion criteria. Overweight BMI was found in endometrial cancer type 1. Diabetes mellitus type 2 and menopausal state was not statistically significant (p >0.25). On multivariate analysis found endometrial cancer type 1 was found higher in early menopause women.

Conclusions: The risk factor profiles for type 1 and type 2 are similar in this study, suggesting patient characteristics and various etiologic pathways.

 

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Finna Hardjono
"Latar Belakang: Tindakan pembedahan atau operasi merupakan tindakan yang sangat berkaitan erat dengan bidang obstetri dan ginekologi. Masing-masing kasus akan bervariasi dan memiliki resiko dan jenis komplikasi tersendiri. Sistem pelayanan di RSCM saat ini telah mengalami perubahan pengaturan menjadi sistem Dokter Penanggung Jawab Pelayanan(DPJP) sejak tahun 2009. Belum ada penelitian di Indonesia yang menyimpulkan bagaimana pengaruh sistem DPJP terhadap angka komplikasi pembedahan.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui insidens kasus komplikasi dalam tindakan pembedahan obstetri dan ginekologi di RSCM pada masa sebelum dan sesudah DPJP.
Metode: Penelitian dekriptif observasional ini dilakukan di RS Cipto Mangunkusumo sejak Desember 2017 hingga Februari 2018. Data sebelum sistem DPJP yaitu tahun 2007-2008 dan sistem DPJP yaitu tahun 2010-2011. Data tindakan pembedahan dijabarkan secara deskriptif dan insiden morbiditas diolah dengan analisis bivariat.
Hasil: insidens terjadinya komplikasi pembedahan di RSCM pada masa sebelum versus sesudah DPJP adalah sebesar 2,7% versus 1,01%. Perubahan sistem menjadi DPJP di RSCM mempunyai resiko komplikasi yang lebih rendah yaitu sebanyak 22 dan pada sesudah DPJP menjadi 18 kasus bermakna secara statistik dengan nilai (p<0,05) dengan OR 0,41. Pada kasus ginekologi, sistem DPJP bermakna secara statistik (p<0,05) dengan nilai OR 0,23. Untuk onkologi tidak ada perbedaan bermakna, morbiditas pada kelompok pra DPJP sebesar 4,1% dan pada DPJP sebesar 2% dengan nilai p 0,07. Dari jenis pembedahan laparotomi, system DPJP bermakna secara statistik (p<0,05) dengan nilai OR 0,41.
Kesimpulan: Perubahan sistem menjadi DPJP di RSCM mempunyai resiko komplikasi yang lebih rendah dibandingkan dengan sistem sebelum DPJP.

Background: Background:Surgery is an action that is closely related to obstetrics and gynecology. Each case will have various risks and types of complications. The service system at RSCM has changed its settings to become a Service Responsible Doctor (DPJP) system since 2009. There has been no research in Indonesia about the correlation between the DPJP system with rate of surgical complications.
Aims: To determine the incidence of complications in obgyn surgery at the RSCM before and after the DPJP.
Methods: This observational descriptive study was conducted at Cipto Mangunkusumo Hospital from December 2017 to February 2018 before the DPJP (2007-2008) and after DPJP (2010-2011). Surgical action data are described descriptively and the incidence of morbidity is processed by descriptive bivariate analysis.
Result: the incidence of surgical complications at the RSCM before and after the DPJP was 2.7% versus 1.01%. The system change to DPJP at the RSCM has a lower risk of complications compared to the system before DPJP that is as much as 22 and after the DPJP to 18 cases statistically significant with the value (p <0.05) with OR 0.41. In gynecological cases DPJP system reduces the number of complications (p <0.05) with an OR value of 0.23. No significant differences in the oncology case, pre-DPJP group was 4.1% and the DPJP was 2% with a p value of 0.07. in Laparotomy technique the DPJP system was statistically significant (p <0.05) with an OR value of 0.41.
Conclusion: The new DPJP system in RSCM has alower risk of complications compared to the system before DPJP.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>