Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Brushing teeth with toothpaste is the most effective method of removing plaque, preventing dental caries and repairing
early caries. This research aims to conduct an efficacy test of toothpaste containing nano calcium as an active ingredient
in repairing early caries over two weeks. A double-blind randomized parallel group clinical trial was conducted.
Eighteen people were randomly assigned to use the test toothpaste, and eighteen others were assigned to use the control
toothpaste. Assessments of early caries with DIAGNOdent Pen were performed before and after two weeks of
toothpaste use. The results showed that the test toothpaste was more effective in repairing early caries over two weeks
than the control toothpaste. Toothpaste containing nano-calcium has the potential to accelerate the healing of early
dental caries.
Efikasi Pasta Gigi yang Mengandung Nano Kalsium dalam Memperbaiki Karies Dini. Menyikat gigi dengan pasta
gigi adalah cara mekanis yang paling efektif dalam menghilangkan plak, mencegah karies gigi dan memperbaiki karies
dini. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektifitas pasta gigi yang mengandung nano kalsium sebagai komponen
aktif untuk memperbaiki karies dini dalam dua minggu. Penelitian ini menggunakan disain double-blind randomized
parallel group clinical trial. Delapan belas orang secara acak diberikan pasta gigi yang diuji, dan delapan belas lainnya
diberikan pasta gigi kontrol. Pengukuran karies dini dilakukan dengan menggunakan DIAGNOdent Pen pada saat
sebelum dan sesudah dua minggu pemakaian pasta giginya. Hasilnya menunjukkan bahwa pasta gigi uji secara
signifikan efektif dalam memperbaiki karies dini dalam jangka waktu dua minggu, dibandingkan dengan pasta gigi
kontrol. Pasta gigi yang mengandung nano-calcium memiliki potensi yang tinggi dalam mempercepat penyembuhan
dari karies dini."
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2015
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Ayu Maharani
"Despite the importance of conducting regular epidemiological surveys to monitor dental health in lower socio-economic
citizens especially of preschool children, only few papers were published respectively. The aims of this study were to
describe preschool children's and their mother's dental caries experiences and to describe mothers' knowledge and
behaviors' towards dental health in a suburb area near the capital city of Indonesia. The samples were 152 mother-child
pairs with children age less than 5 years old. Intra oral examination by decay-missing-filling-teeth index was performed.
Moreover, interviews were conducted to gain information regarding mothers’ oral health behavior and knowledge. 70%
children had caries with mean dmf-t = 3.7, consisting 100% of component decay. 90% mothers had caries with DMFT=
7.8, consisting 99% of component decay. More than 50% of mothers had low knowledge and behaviors towards
dental health, which comprises of: (1) never checked their children’s dental health, (2) starting to clean their child's
teeth after child's age is more than 1 years old, (3) don’t know that caries is an infectious disease, (4) frequently using
same feeding and drinking equipments together with their children, (5) considering deciduous teeth are not important
because it will be replaced with permanent teeth anyway. It could be concluded that the prevalence of dental caries in
studied sample were high, these were relevant to the findings that the mother's knowledge and behaviors' towards dental
health were low. The results of this study demonstrated that mothers might have a high contribution in their child’s
caries risk. Prevention should be undertaken at an early age and actively including caregivers is essential in planning
and conducting any dental health interventions.
Perilaku Kesehatan Gigi Ibu dan Pengalaman Karies Gigi Ibu-Anak: Studi pada Kota Satelit di Indonesia.
Meskipun pentingnya melakukan survei epidemiologi untuk memantau kesehatan gigi terutama anak-anak prasekolah,
hanya sedikit publikasi yang telah diterbitkan mengenai hal tersebut. Tujuan studi ini adalah untuk mendeskripsi
pengalaman karies gigi pada anak-anak prasekolah dan ibunya serta untuk menggambarkan pengetahuan dan perilaku
ibu terhadap kesehatan gigi di daerah pinggiran kota dekat ibu kota Indonesia. Sampel terdiri atas 152 pasang ibu-anak
dengan usia anak kurang dari 5 tahun. Pemeriksaan intraoral dilakukan dengan panduan indeks gigi lubang-hilangtambal.
Selain itu, wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai perilaku dan penetahuan kesehatan
gigi ibu. 70% anak-anak telah menderita karies gigi dengan nilai dmf-t = 3,7, 100% diantaranya terdiri dari komponen
gigi berlubang. 90% ibu telah menderita karies dengan DMF-T = 7,8, 99% diantaranya terdiri dari komponen karies
gigi. Lebih dari 50% ibu-ibu memiliki pengetahuan dan perilaku rendah terhadap kesehatan gigi, dengan fakta yang
terungkap diantaranya: (1) tidak pernah memeriksa gigi anak-anak mereka, (2) mulai membersihkan gigi anak mereka
setelah usia anak lebih dari 1 tahun, (3) tidak mengetahui bahwa karies adalah penyakit menular, (4) sering
menggunakan peralatan makan dan minum yang sama dengan anak-anak mereka, (5) menganggap gigi sulung tidak
penting karena akan diganti dengan gigi tetap. Prevalensi karies gigi pada sampel yang telah dianalisa tinggi, hal ini
relevan dengan temuan bahwa pengetahuan dan perilaku ibu terhadap kesehatan gigi rendah. Hasil studi ini
menunjukkan bahwa ibu memiliki kontribusi terhadap risiko karies anak. Pencegahan karies gigi harus dilakukan pada
usia dini dan peran aktif Ibu sangat penting dalam perencanaan dan intervensi kesehatan gigi."
University of Indonesia. Faculty of Dentistry, 2012
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Arum Wijayanti
"Pendahuluan: Latar belakang budaya merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi pendidikan seseorang, termasuk pendidikan kesehatan gigi. Siwak (Salvadora persica) dikenal sebagai alat pembersih mulut yang berasal dari Arab kuno dan memiliki nilai budaya agama Islam. Selain itu, menurut beberapa penelitian, siwak memiliki kandungan antibakteri yang berfungsi untuk membunuh bakteri yang menyebabkan bau mulut (halitosis).
Tujuan Penelitian: Untuk menganalisis perubahan parameter halitosis yaitu kadar Volatile Sulfur Compounds (VSC), Bleeding on Probing (BOP) dan tongue coating setelah penggunaan siwak pada santri usia 11-13 tahun di pesantren Tapak Sunan Jakarta.
Material dan Metode: Metode dalam penelitian ini adalah experimental research dengan subjek penelitian santri usia 11-13 tahun sebanyak 25 orang. Pengukuran parameter halitosis dilakukan sebelum dan sesudah pemakaian siwak selama 10 hari melalui pendidikan kesehatan gigi. Gas VSC diukur menggunakan alat “Oralchroma” dan skor organoleptik. Pengukuran BOP dilakukan dengan probing pada sulkus gingiva di 6 permukaan pada semua gigi. Pengukuran tongue coating dilakukan dengan menilai area lapisan putih pada permukaan lidah lalu diklasifikasikan. Pengolahan data dilakukan secara statistik dengan uji Paired T Test ( p< 0,05 sebagai level signifikan).
Hasil: Terjadi penurunan kadar rata-rata VSC total sebanyak 75% setelah pemakaian siwak. Jumlah subjek yang memiliki skor 1 organoleptik meningkat menjadi 36% yang disertai dengan penurunan jumlah subjek dengan skor 4. Terjadi penurunan nilai rata-rata BOP dan skor tongue coating berurutan sebanyak 57,7% dan 26% setelah penggunaan siwak. Analisis statistik terhadap seluruh parameter halitosis sebelum dan sesudah penggunaan siwak dengan paired-t-test memperlihatkan perbedaan yang bermakna (p<0,05).
Kesimpulan: Terjadi penurunan parameter halitosis sebelum dan sesudah penggunaan siwak pada santri usia 11-13 tahun di pesantren Tapak Sunan Jakarta.

Introduction: Cultural background is one of important factors that influences education, including dental health education. Siwak (Salvadora persica), an oral cleansing tool which came from ancient Arab has Islamic cultural values. Many researches concluded that siwak contains antibacterial agent which has function to kill bacteria causing oral malodor (halitosis).
Objective: The purpose of this study was to analyze halitosis parameters change which consisted of Volatile Sulfur Compounds (VSC), Bleeding on Probing (BOP) and tongue coating after using siwak at 11-13 year old students in Tapak Sunan Boarding School.
Materials and methods: This study used experimental research method and 25 students in the age group of 11-13 year old became subjects of this study. Halitosis parameters measurements were taken before and after using 10 days siwak usage and through dental health education. OralChroma and organoleptic score were used to measure the VSC. Probing on six sites of gingival sulculs of each tooth was used to measured BOP. Classification of tounge coating was performed by observing the presence of white coating on the tongue surface. Statistical analysis was performed using Paired-t Test with p<0.05 as the level of significance.
Results: Approximately 75% reduction of total VSC concentration was observed after siwak usage. Number of subjects with score 1 in organoleptic assessment for halitosis was also increased by 36%. Followed by reduction of BOP and tongue coating score by 57.7% and 26% respectively. Statistical analysis of those parameters showed significant differences before and after siwak usage.
Conclusion: Siwak usage sucessfully decreased all halitosis parameters of the 11-13 years old students in Tapak Sunan Boarding School.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2010
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library