Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arfan Awaloeddin
Abstrak :
Rurnah sakit sebagai mata rantai sistern kesehatan diharapkan dapat mencapai pelayanan yang bermutu, berdaya guna, serta didirikan dan dijalankan dengan tujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang diperlukan oleh masing-masing penderita dalam batas kemampuan teknologi dan sarana yang tersedia di rumah sakit. Salah satunya adalah instalasi farmasi yang merupakan sarana penting dalam proses penyembuhan dan merupakan salah satu komponen biaya operasional yang besar dari seluruh biaya operasional rumah sakit. Anggaran yang dibelanjakan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Awal Bros untuk obat dan alkes sebanyak 46.65 % (Rp 5.155.680.986) dari total pengeluaran rumah sakit, dari jumlah tersebut 37.88% (1.952.881.880) adalah investasi untuk obat antibiotika. Penelitian dilakukan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Awal Bros pada pemakaian obat-obatan antibiotika periode Januari hingga Juni tahun 2001, dengan tujuan mengidentifikasi tingkat persediaan obat antibiotika di instalasi farmasi, merencanakan dan mengendalikan jumlah pemesanan obat yang efisien dan efektif. Perencanaan yang tepat diharapkan dapat menghasilkan suatu jumlah dan jenis persediaan perbekalan di instalasi farmasi, dalam hal ini khusus obat antibiotika. Persediaan obat-obatan antibiotika dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kelompok berdasarkan nilai pemakaian, nilai investasi dan nilai indeks kritis dengan memakai analisis ABC. Pengelompokkan ini merupakan salah satu cara untuk mengendalikan persediaan, dengan demikian dapat diketahui jenis obat mana yang perlu diperhatikan karena mempunyai investasi yang tinggi dengan nilai kritis yang tinggi pula. Indeks kritis dapat diketahui melalui pendapat dari para dokter full timer yang berada di Rumah Sakit Awal Bros yang memakai obat tersebut. Hasil analisis indeks kritis ABC didapatkan basil bahwa kelompok A untuk 75-20-5 yang memerlukan investasi paling tinggi (66.51 % dari seluruh biaya) terdiri dari 32 item obat (9.33 %), kelompok B menelan biaya 28.99% terdiri dari 126 item obat dan kelompok C menelan biaya 4.50% dari seluruh biaya. Jenis obat antibiotika kelompok A 75-20-5 berdasarkan pemakaian, investasi dan indeks kritis berjumlah 74 item, jika dikelompokkan dengan kelompok nama generik akan dapat berkurang menjadi 60 item. Hal ini setidaknya rumah sakit Awal Bros dapat melakukan efisiensi sehingga biaya yang hares diinvestasikan akan berkurang. ......Hospital is the part of health system chain which might be expected to provides quality services, efficient, and was established, operated to achieve various level of health services including promotion, prevention, curative and rehabilitation to meet patient needs in accordance to both technologies and facilities availabilities in the respective hospital. In particularly, pharmaceutical department is one of the important facilities in patient care that consume the biggest part of operational cost. In Awal Bros hospital, drugs and consumable goods spent 46.65% of total hospital expenditure. (Rp 5.155.680.986.-). In addition the hospital spent 37.88% of their total drugs expenditure for antibiotic (1.952.881.880 rupiahs). This study took place in Pharmaceutical Department of Awal Bros hospital during January 2001 thorough June 2001 period that aimed to identify the availability of antibiotic, and to develop the most economical procurement plan as well as to manage the availability. By doing so it was expected the hospital could manage the availability of antibiotic in terms of amount and type. The availability of antibiotic was grouped into different categories according to level of utilization, investment as well as critical index by using ABC analysis. This approach aimed to control level of antibiotic availability, an effort to identify priority in next procurement by considering its investment level and critical index. Information on critical index was gathered from selected residence physicians that had been known as frequent users. The ABC critical index analysis revealed that group A (75- 20-5) represented the highest investment totaling 66.51% of total expenditure, consisted of 32 item of antibiotic (9.33%); group B represent 28.99% of total expenditure (126 items) and group C represent 4.50% of total expenses. The total group A 75-20-5 with categories according to level of utilization, investment as well as critical index consisted 74 items, if grouped to generic drugs the least would decrease to 60 items. This approach which aimed to control level of antibiotic availability, can be utilized to identify priority in next procurement by considering its investment level.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T596
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anak Agung Ayu Yuli Indriani
Abstrak :
ABSTRAK
Pemerintah saat ini telah melakukan berbagai upaya kesehatan dalarn rangka penyediaan pelayanan keszhatan yang merata, bermmu, dan tezjangkau oleh seluruh Iapisan masyarakat. Namxm upaya kesehatan tersebut belum diselenggarakan secara menyeluruh, sehingga kumng dapat menunjang peningkalan demjat kesehatan masyarakat. Harapan masyamkat agar pelayaman rumah sakit dapat memberikan pelayanan yang efektif dan kcpuasan yang optimal bagi setiap orang yang memanfaatkannya, untuk itu dibumhkan sumberdaya manusia yang handal. Mengelola Sumber daya manusia bukanlah sesuatu ha] yang mudah, karena menyangkut banyak faktor panting yang- harus diperhatikan, salah satunya adalah faktor kepuasan kerja. Kepuasan kelja ini akan berpengaruh pada kinerja, dan rendahnya kepuasan kezja merupakan satu tanda rusaknya kondisi suatu organisasi. Peuelitian ini bcrtujuan untuk mendapatkan gambaran tentang kepuasan kezja pegawai di rumah sakit dr A K Gani Palcmhang, melalui pengisian lcuesioner untuk mengetahui persepsi, dan kepuasan kexja yang dinilai dengan melihat harapan dan kcnyataan dari kepemimpinan, pekcljaan, komunikasi dan penghargaan. Wawancara mendalam serta focus group discussion yang dilaksanakan pada kepala ruangan, kepala polikiinik, anggota pelaksana, bcxtujuan mendapwn penegasan pada hasil data kuantitatiii Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2007. Desain penelidan yang dipilih adalah analitik kuantitatif rancangan cross sectional dengan responden yaitu SCIUIUII militer yang ada sesuai dengan kriteria inklusi sebanyak 50 orang, dan Pegawai Negeri Sipii diambil secana acak sebanyak 100 orang. Hasil penelitian didapatkan adanya perbedaan nilai rata-rata tingkat kepuasan pegawai Militer dan Pegawai Ncgcri Sipil, yaitu mia-rata tingkat kepuasan Pegawai Negeri Militer sebcsar 59,24% yang bervariasi antara 45%-8l,82%, sedangkan Pegawai Negeri Sipil lata-rata tingkat kepuasan kexja sebesar 54,58% yang bervariasi antara 44,87%- 67,l2%, hasil penelitian ini juga membuktikan bahwa pada responden militer terdapat beberapa vasiabel yang mempunyai hubxmgan signiiikan yaitu, jenis pekeljaan, motivasi, konflik, dan prosedur kelja. Sedangk/an pada responden Sipil didapatkan vmiabel yang bedxubungan signiikan dengan kepuasan kczja adalahz mam ke1ja,pendidikan, peluang promosi dan konflik. Variabel yang paling dominan berpengaruh ten-hadap kepuasan kelja pada pegawai Negeri Militer adalah jenis pekexjaan, dan pada Pegawai Negeri Sipil adalah evaluasi kelja. Selain im ada bebempa hal yang menjadi prioritas mama dalam hubungannya dengan kepuasan kexja bagi Militer, yaitu atasan diharapkan melibatkan bawahan dalam memncanakan Sualll pekeljaan (faktor kepemimpinan), perasaan suka akan suatu pekeljaan dibutuhkan untuk mendapatkan hasil yang memuaskan (P??kClj38I1), dalam menyelesaikan permasalahan dibuhuhkan komunikasi yang. baik_ Sedangkan pada PNS yang menjadi prioritas utama adalah : atasan harus melibatkan bawahanda1ammerencanakm\suampekmjaan,atasanharusmembanmkenaikan P=1l1£J<21 b9»WalW1UY°» 35955 d¢?B°l1 1fiI1¢1i=11y8 (fakfbr k¢P¢mimPiM11)» dalam menyclwaikan permasalahan dibutuhkan komunikasi yang baik, hasil evaluasi kerja perlu disampdkan (faktor komunikasi),perasaan suka akan suatu pekexjaan dibutuhkan untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, untuk menghilangkan kqienuhan dalam suatu tugas dibuat mtasi mgas, kesesuaian antara tugas dan kemampuan adalah penting (P°=k¢l5H2H)~ Oleh karena itu pimpinan diharapkan dapat membentuk wadah komunikasi temtama untuk komuuikasi dari bawah keatas, misalnya dengan kotak samn, tim kecil tersendiri, membentuk tim pcnilai, memperhatikan sistcm penghargaan dengan biaya minimal, dan memotivasi pegawai meningkaikan kinelja, misalnya mengadakan acara kebexsarnann diluar kantor beserta seluruh stai
ABSTRACT
There are so many e&`orts have been done by the govemment in order to provide a thorough, high quality, and aEordable health services to any level of community in Indonesia. However, the effort has not yet been accomplished comprehensively and can not be optimal to enforce the increasing of the level of community?s health. People?s expectation on the hospital services is that hospital can provide an e&`ective and a satisfaction services to everyone who visit and utilizing the hospital. Therefore, outstanding human resources are needed. To organize and manage the human resource in the institution is not a simply as turning the palm ofthe hand, as there are so many important factors are related that need to consider. One of the factors is the working mtisfaction. It is known that working satisfaction will influence the working performance, and a low working satisfaction can be a sign of organization devastation The study has aim on exploring the description on working satisfaction of employees at the DR. A. K. Gani Hospital (AKGH) of Palemhang, using self-filling questionnaire in order to know the perception, and working satisfaction that assessed by looking at the expected and facts of leadership, task, communication and reward. In- depth interview and focused group discussion (FGD) are carried out toward head of section, head of poiiclinic, and member of implementer, in order to get continuation on the result of quantitative data. The study is carried out between April and May 2007. The design of the study is a cross sectional with quantitative approach. All military employees are included as respondents, but only 100 civil employees are selected randomly. The study result showed that there is a different score on the average of the satisfaction level between military and civil employees. The average of satislaction level among military employees is 59.24% with range between 45-8l.82%. While among civil employees, the average is 54.58% with range between 44.87-67.l2%. Variables that significantly related with working satisfaction among military employees are: type of work, motivation, conflict, and working procedures. But, among civil employees, the variables are: length of working, education, opportunity for increasing level of working rank (promotion), and conflict. The most dominant variable at the military employees is type of work, but in the civil employees is working evaluation. For military employees, the main priorities in relation to working satisfaction are namely: suppose the chief should involving the employees for planning the work (leadership factor), sense of liking the job/work is needed in order to give a satisfactory on working (work factor), good conununication is needed to solve the problem. In the civil employees, the main priorities are: the chief should involve the employees for planning the work and should facilitate the employees to raise their rank based on their performance (leadership factor), good communication is needed to solve the problem and working evaluation should be disseminated (communication factor), sense of liking the job/work is needed in order to give a satisfactory on working, a working rotation can be use to prevent the working boringness, conformity between task and skill is an important thing (work factor). To conclude, the managers should provide a kind of communication pathway, especially hom down imder to top manager, such as: suggestion box, and independent small team, team evaluator, to consider a reward system with minimal cost, and enforcing motivation towards employee for increasing the work performance.
2007
T34575
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library