Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Robert Ronal Widjaya
Abstrak :
Indonesia mempunyai banyak sumber daya alam, salah satunya adalah tanah liat yang sangat potensial dijadikan katalis pada proses konversi ethanol menjadi gasolin yang digunakan sebagai bahan bakar alternatif pengganti bahan bakar dari fosil. Tanah liat yang disebut juga dengan bentonit, dapat dimodifikasi strukturnya dengan metode pilarisasi logam, karena relatif sederhana dan mudah untuk dilakukan. Paduan logam Sn-Cr/Bentonit memiliki sifat keasaman yang cukup tinggi serta tahan terhadap kandungan air yang banyak, sehingga dapat memproses umpan yang mengandung kadar air yang cukup besar dari campuran ethanol-air dan juga mempunyai umur katalis yang panjang. Tujuan penelitian ini untuk mensintesis dan mengevaluasi kinerja katalis Sn-Cr/bentonit yang digunakan pada proses konversi ethanol menjadi gasolin. Pengukuran X-ray Diffraction, X-ray Absorption Spectroscopy, Thermogravimetry Analysis, Fourier Transform Infra Red, X-ray Fluorescence, Brunauer Emmett Teller, Scanning Electron Microscope / Energy-Dispersive X-ray, Field Emission Scanning Electron Microscopy/Electron dispersion X-ray Spectroscopy, dan Gas Chromatography-Mass Spectrometry digunakan dalam penelitian. Dari analisa hasil pengukuran didapatkan kenaikan jarak basal bentonit dari 12,83Å menjadi 25,67Å, peningkatan luas permukaan spesifik dan volume pori masing-masing 23,8 m2/g menjadi 199,2 m2/g dan 9,9x10-3 cm3/g menjadi 81x10-3 cm3/g. Muatan logam yang terbentuk, didominasi logam Sn4+ dan Cr3+ dengan daya tahan termal maksimal sebesar 700°C. Sn-Cr/bentonit memiliki dua tipe keasaman Bronsted dan Lewis yang keduanya dibutuhkan untuk proses konversi ethanol menjadi gasolin. Diketahui juga sebaran unsur yang terkandung pada bentonit, antara lain Si, Al, O, Mg, Na, Ca, Sn dan Cr. Konversi ethanol menjadi gasolin dengan katalis Sn-Cr/bentonit didapatkan kandungan senyawa utama yang mirip dengan bensin komersial. Hasil cairan yang terkonversi didapatkan nilai yang cukup baik, yaitu 60 ml dari 100 ml umpan bahan baku berupa ethanol atau memberikan hasil sebesar 60 %. ......Indonesia has many natural resources, one of them is clay. The clays are very potential to be used as a catalyst in ethanol to gasoline conversion process, which was used as an alternative fuel substitute for fossil fuel. The Clay was also called bentonite and it can be modified the structure by metals pilarization method, because this method is simple and feasible relatively. Sn-Cr/bentonite metal alloys have high acidity properties and resistant to water content, so that they can process the feeds that contain large moisture content from the mixture of ethanol-water and they have long life catalyst. The purpose of this research was to synthesis and evaluate the performance Sn-Cr/bentonite catalyst which was used in ethanol to gasoline conversion process. Measurement of X-ray Diffraction, X-ray Absorption Spectroscopy, Thermogravimetry Analysis, Fourier Transform Infra Red, X-ray Fluorescence, Brunauer Emmett Teller, Scanning Electron Microscope / Energy-Dispersive X-ray, Field Emission Scanning Electron Microscopy/Electron dispersion X-ray Spectroscopy, dan Gas Chromatography-Mass Spectrometry was used in this research. The measurement results showed enhancement the basal spacing of bentonite from 12.83Ǻ to 25.67Ǻ, and enhancement in specific surface area from 23.8 m2/g to 199.2 m2/g and pore volume from 9,9x10-3 cm3/g to 81x10-3 cm3/g. The metal content formed was dominated by Sn4+ and Cr3+ and 700 °C maximum thermal resistance. Sn-Cr/bentonite has two types of acidity, Bronsted and Lewis. They were needed for ethanol to gasoline conversion process. The distribution of bentonite element contents, such as Si, Al, O, Mg, Na, Ca, Sn dan Cr. The ethanol to gasoline conversion by Sn-Cr/bentonite catalyst, it was obtained compounds similar to commercial gasoline. The converted ethanol results, it was obtained good value, which was 60 ml gasoline of 100 ml of ethanol or the yield is 60%.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
D2683
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sianturi, Manogari
Abstrak :
Penumbuhan lapisan porous anodik aluminium oksida (PAAO) di atas substrat aluminium tubular merupakan suatu tantangan karena struktur pori tumbuh kurang teratur, kurang homogen, dan lapisannya rentan mengalami retakan. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan ketahanan terhadap retakan lapisan PAAO yang ditumbuhkan di atas substrat aluminium tubular dengan penambahan etilen glikol (EG) dan pemanasan. Lapisan PAAO diperoleh melalui anodisasi aluminium dalam larutan 0,3 M asam sulfat dan oksalat pada suhu 10°C selama 4 jam. EG ditambahkan dengan variasi konsentrasi 0, 5, 10 dan15 vol%. Morfologi lapisan PAAO dikarakterisasi dengan FESEM dan struktur kristalnya dianalisis dengan XRD. Jumlah retakan berkurang dari 4,04x10-4/ µm2 menjadi 2,24x10-5/ µm2 retakan dan 2,47x10-4/µm2 menjadi 6,73x10-5/µm2 retakan dalam asam sulfat dan asam oksalat dengan penambahan 0-15 vol% EG. Rentang diameter pori sebelum dilepas dari substrat adalah 10-14 nm dan setelah dilepas dari substrat dan dietsa kimia menjadi 14-24 nm. EG berperan dalam menjaga stabilitas suhu selama anodisasi, mengurangi kerapatan arus dan meningkatkan viskositas larutan sehingga mampu mengurangi populasi dan lebar retakan. Pemanasan lapisan PAAO dari 1000-1250 oC menyebabkan perubahan fasa dari fasa amorf menjadi fasa kristal g, d, dan ὰ Al2O3. ......The growth of the porous anodic aluminum oxide (PAAO) layer on a tubular aluminum substrate is challenging because the pore structure grows less orderly, less homogeneous, and layers are prone to cracking. This study aims to improve resistance to cracking of PAAO layers grown on tubular aluminum substrates by adding ethylene glycol (EG) and heating. The PAAO layer was obtained by anodizing aluminum in a 0.3 M sulfuric and oxalic acid at 10 °C for 4 hours. The EG was added at various concentrations of 0, 5, 10, and 15 vol%. The morphology of PAAO layers was characterized by FESEM and the crystal structure was analyzed by XRD. The population of cracks decreased from 4.04x10-4/µm2 to 2.24x10-5/µm2 and 2.47x10-4/µm2 to 6.73x10-5/µm2 cracks in sulfuric and oxalic acid by addition EG 0-15 vol%. The pore diameter range before being removed from the substrate was 10-14 nm and after being removed from the substrate and chemically etched it was 14-24 nm. EG plays a role in maintaining temperature stability during anodization, reducing current, and increasing viscosity of solution to reduce population and width of the crack. Heating PAAO layer from 1000-1250 oC causes the phase change from amorphous to crystalline g-, d-, and ὰ-Al2O3.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Neng Nenden Mulyaningsih
Abstrak :
Suplemen kalsium dapat membantu mencegah kasus osteopenia dan osteoporosis, selain itu juga dapat digunakan dalam pengobatan bersama-sama dengan obat lain. Penelitian ini membahas metode-metode pengukuran yang tepat secara fisika biomedis dari tulang tikus putih Rattus norvegicus yang diovariektomi dan diberi perlakuan diet nano kalsium fosfat. Tujuannya yaitu untuk mendapatkan metode yang tepat dalam mendeteksi status penulangan kembali, dari hewan model yang mendapat diet nano kalsium fosfat dalam perbaikan tulang osteoporosis pascaovariektomi (pasca-OVX). Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dan kuantitatif yang dilakukan dalam serangkaian penelitian dan dibagi dalam tiga prosedur kerja. Diet dibuat dalam tiga jenis yaitu A (diet dengan nano kalsium 0,1%), B (diet dengan nano kalsium 0,4%) dan C (diet dengan nano kalsium 0,7%). Parameter yang diukur pada tahap pertama yaitu kandungan nutrisi dan mineral diet. Tahap kedua yaitu operasi OVX pada tikus dan dipelihara normal untuk mengkondisikan tikus osteoporosis. Parameter yang diukur pada tahap kedua yaitu mineral serum dan tulang, gugus fungsional tulang, morfologi, struktur kristal dan densitas tulang tibia dan femur yang dilakukan setiap dua minggu saat proses osteoporosis. Tahap ketiga yaitu tahap perlakuan pemberian diet nano kalsium fosfat terhadap tikus osteoporosis akibat OVX. Parameter yang dianalisis yaitu konsumsi bahan kering, konsumsi kalsium, kalsium dalam feses, persentase serapan kalsium, kandungan kalsium, magnesium dan fosfor dalam serum, tulang femur dan tibia, gugus fungsional tulang, morfologi, struktur kristal dan densitas tulang femur dan tibia pada saat proses recovery. Alat karakterisasi yang digunakan yaitu Transmission Electron Microscopy (TEM), Atomic Absorption Spectroscopy (AAS), Ultraviolet-Visible (Uv-Vis), Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR), Scanning Electron Microscopy/Energy Dispersive Spectroscopy (SEM/EDS), X-ray Diffraction (XRD) dan Computed Tomography (CT) Scan. Analisis data yang digunakan adalah uji-t bebas, dengan membandingkan hasil yang diperoleh antara tikus non-OVX dan OVX serta membandingkan hasil dari tikus yang diberi diet A dengan B dan B dengan C. Hubungan antara metode deteksi dengan data biologis diuji dengan analisis regresi berganda. Berdasarkan data yang diperoleh, hasil riset tahap satu menginformasikan bahwa kandungan nutrisi dan mineral diet sesuai dengan standar diet yang direkomendasikan oleh National Research Council (NRC) USA. Hasil riset tahap dua yaitu tikus yang diovariektomi menunjukkan tanda osteoporosis dengan menurunnya kadar kalsium dalam serum, tulang femur dan tibia, terjadinya penurunan ion fosfat dan densitas elektron, serta ukuran butir yang lebih besar terjadi pada minggu ke-7 sejak OVX. Hasil perlakuan ketiga jenis diet nano kalsium fosfat pada riset tahap tiga menunjukkan bahwa tikus osteoporosis pasca-OVX yang diberi diet dengan nano kalsium 0,4% memberikan hasil yang lebih efektif dan efisien dibandingkan dengan tikus osteoporosis pasca-OVX yang diberi diet dengan kandungan nano kalsium 0,1% dan 0,7%.
Calcium suplements are used as an aid in the prevention of osteopenia and osteoporosis, and also for the treatment of patients when used along with medication. This study analyzed precise measurements for physic-medical bones of ovariectomized white rats (Rattus norvegicus) which were conditioned in a nano calcium phosphate diet treatment. The goal was to get the right method for detecting bone rebalancing from animal models that had a nano calcium phosphate diet in postovariectomy (post-OVX) condition for osteoporosis bone repair. This research was qualitatively and quantitatively conducted in a series of studies and divided into three work procedures. The first step was the production of a nano calcium phosphate diet. Three types, namely A (diet with 0.1% nano calcium according to normal needs), B (diet with 0.4% nano calcium) and C (diet with 0.7% nano calcium). The second step was rats OVX surgery and the rats were maintained normally up to osteoporosis stage. The parameters measured in the second step were serum and bone minerals, bone functional groups, morphology, crystalline structure and density of the tibia and femur that were carried out every two weeks during the osteoporosis process. The third step involved the osteoporosis rats (ovariectmized rats) that had the nano calcium phosphate diet treatment. The parameters analyzed were dry matter consumption, calcium consumption, feces in calcium, percentage of calcium absorption, calcium, magnesium and phosphorus content in serum, femur and tibia, bone functional groups, morphology, crystal structure and femur and tibia bone density during the recovery process. The characterization were Transmission Electron Microscopy (TEM), Atomic Absorption Spectroscopy (AAS), Ultraviolet-Visible (Uv-Vis), Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR), Scanning Electron Microscopy / Energy Dispersive Spectroscopy (SEM / EDS), X-ray Diffraction (XRD) and Computed Tomography (CT) Scan. The free t-test was applied to analyzed the data, by comparing the results obtained between non-OVX and OVX rats and comparing the results of rats grouped diet A with B and diet B with C. The relationship between the detection method and biological data was tested by multiple regression analysis. Based on the data obtained, the first step results informed that the nutritional and mineral contents of the diet were in accordance with diet standards which were recommended by the National Research Council (NRC) USA. The second test results showed that ovariectomized rats had the signs of osteoporosis with decreasing in calcium levels in serum, femur and tibia, in phosphate ions and electron density, and increasing larger grain size occurred in the 7th week since OVX. The third step results revealed that post-OVX osteoporosis rats in the 0.4% nano calcium diet showed more effective and efficient bone-rebalancing compared to post-OVX osteoporosis rats in 0.1% or 0.7% nano calcium.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library