Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Amanda Legyana
"Praktik Kerja Profesi di Apotek Kimia Farma No.1, PT Anugerah Pharmindo Lestari, dan PT Darya - Varia Laboratoria Tbk Plant Gunung Putri Periode Agustus - November 2019


Internship at Apotek Kimia Farma No.1, PT Anugerah Pharmindo Lestari, and PT Darya - Varia Laboratoria Plant Gunung Putri Period August - November 2019"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Kusuma Wardhani
"Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk menguji keandalan dan kesahihan Gillette Functional Assessment Questionnaire sebagai alat ukur fungsi kemampuan berjalan pada anak pasca poliomyelitis yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia.
Metode : Disain penelitian ini adalah studi potong lintang pada 35 anak poliomyelitis kronik di Kabupaten Lebak, Kabupaten Serang dan Kota Serang. Keandalan antarpemeriksa dilakukan dengan membandingkan skor Gillette FAQ yang diperoleh peneliti dari observasi langsung dan empat penilai lainnya yang menilai dari hasil wawancara dan rekaman video. Kesahihan eksterna dilakukan dengan membandingkan skor Gillettte FAQ dan skor modified WeeFIM sebagai alat ukur fungsional yang banyak digunakan.
Hasil : Tiga puluh lima subyek penelitian usia 7- 17 tahun dianalisa dalam penelitian ini. Pada uji keandalan antarpemeriksa didapatkan tingkat konsistensi yang tinggi pada penilai yang berbeda, yakni nilai kappa 1 antara peneliti dan 4 orang penilai lainnya. Uji kesahihan eksterna dengan membandingkan skor Gillette FAQ dan skor modified WeeFIM subskala mobilitas, didapatkan korelasi yang baik dengan kekuatan korelasi 0,994 ( p=0,001). Diperoleh rumus persamaan perolehan skor modified WeeFIM yaitu 3,13 + (3,23 x skor Gillette FAQ).
Kesimpulan : Gillette FAQ merupakan alat ukur yang andal dan sahih, serta praktis dan mudah digunakan untuk menilai fungsi kemampuan berjalan pada anak pasca poliomyelitis.

Objectives : To examine validity and reliability of Gillette Functional Assessment Questionnaire (FAQ) in Indonesian language translation.
Methods : A cross sectional study was performed in 35 children post poliomyelitis, aged 7 to 17 years at Lebak and Serang regency. The Gillette FAQ was administered by observations and four rater through video records to determine the functional walking level of the child, and the interrater reliability of the Gillette FAQ was calculated. External validity was determined by comparing score between the Gillette FAQ and a commonly used modified WeeFIM as a functional ability instrument.
Results : Good interrater reliability among a researcher and 4 raters was demonstrated, with high levels of consistency ( kappa=1). External validity comparing Gillette FAQ with modified WeeFIM- mobility subscale resulted a good correlation with the power of correlation 0,994 (p = 0.001). The equation’s formula to predict score of modified WeeFIM was 3.13 + (3.23 x score of Gillette FAQ).
Conclusion : Gillette FAQ is a reliable and a valid tool which is simple and easy to use for measuring functional walking ability in children with poliomyelitis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yuni Ekowati
"Latar Belakang : Perkembangan motorik halus merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan anak. In-Hand Manipulation (IHM) merupakan komponen penting dalam keterampilan motorik halus yang berhubungan dengan kemampuan menulis dan perawatan diri. Penelitian ini ingin menguji validitas isi dan reliabilitas interrater dan test-retest yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia yang belum pernah dilakukan sebelumnya.
Metode : Desain penelitian ini adalah uji validasi, terdiri dari 60 subjek yang diambil berdasarkan kriteria penerimaan; anak laki-laki atau perempuan usia 4-7 tahun, dapat memahami dan mengikuti instruksi yang diberikan, diizinkan oleh orang tua dengan mengisi informed consent. Subjek tidak dapat mengikuti penelitian jika terdapat gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, gangguan neuromuskuloskeletal berdasarkan pemeriksaan fisik secara umum dan IQ < 90. Kemampuan IHM dinilai dengan TIHM-R Berbahasa Indonesia.
Hasil : Dari 60 anak didapatkan rerata usia responden adalah 72 (SB 7) bulan dengan kisaran usia 52 bulan hingga 84 bulan. Secara isi TIHM-R berbahasa Indonesia telah dinyatakan sesuai dengan TIHM-R berbahasa Inggris. Tidak didapatkan perbedaan yang bermakna pada nilai TIHM-R antara ketiga pemeriksa (rater). Pada uji test-retest didapatkan perbedaan bermakna dengan rentang waktu 2 minggu. Dari analisa didapatkan kenaikan skor secara signifikan pada aspek waktu di semua tugas rotasi (p=0.001, p=0.021) dan translasi 4 pasak (p=0.019).
Kesimpulan : TIHM-R berbahasa Indonesia mempunyai validitas isi dan reliabilitas yang baik untuk digunakan sebagai alat ukur kemampuan IHM pada anak usia 4-7 tahun.

Background : Development of fine motor is one of the most important aspect in a child?s life. In-Hand Manipulation (IHM) is an important component in the fine motor skill associated with writing and self care ability. This research aim to test the content validity, interrater and test-retest reliability of the TIHM-R that has been translated to Bahasa Indonesia, which has never been done before.
Methods : The design of research is validity test, with 60 subject according to the inclusion criteria ; boys or girls at the age of 4-7 years old, able to understand and follow the instructions given, and permitted by their parents by filling the informed consent. Subject are excluded if they have vision, hearing or neuromusculosceletal problems based on general physical examination and IQ < 90. The ability of IHM is measured by TIHM-R in the Indonesian version.
Results : From 60 children, the mean age was 72 (SD 7) months with range from 52 months until 84 months. The Indonesian version of TIHM-R has been declared appropriate with original TIHM-R. There is no significant difference of TIHM-R score obtained from interrater evaluation. There is significant difference of TIHM-R score between the first test and the second test with interval 2 weeks. There is significant increase in scores on the aspect of time in rotation task (p=0.001, p=0.21) and translation 4 pegs task (p=0.019).
Conclusion : The Indonesian version of TIHM-R has good content validity and reliability to measure IHM skills in children ages 4 to 7 years."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Afiatry Putrika
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian mengenai lumut epifit di dua lokasi berbeda di
Universitas Indonesia (UI). Penelitian bertujuan untuk membandingkan
keragaman lumut epifit di hutan kota dan tepi jalan utama kampus. Terdapat 12
plot berukuran 25 x 25 m2 yang tersebar di hutan kota, sedangkan pada tepi jalan
utama kampus tersebar 9 transek garis sepanjang 50 m. Pada setiap plot dan
transek diambil 5 individu pohon sebagai sampel pohon inang. Subplot berukuran
15 x 15 cm2 yang berjumlah 8 subplot ditempatkan pada pada setiap pangkal
batang sampel pohon inang (0--200 cm). Hasil yang diperoleh menunjukkan
bahwa terdapat 23 spesies lumut epifit yang terdiri atas 21 spesies di hutan kota
dan 14 spesies ditemukan di tepi jalan utama kampus. Kesamaan komunitas
lumut epifit antara hutan kota dan tepi jalan utama kampus termasuk kategori
tinggi (Indeks kesamaan Sorenson = 0,73). Octoblepharum albidum merupakan
spesies dominan di hutan kota, sedangkan Calymperes tenerum dominan pada tepi
jalan utama kampus. Keragaman lumut epifit pada kedua lokasi tersebut tidak
berbeda signifikan dan termasuk kategori rendah berdasarkan indeks keragaman
Shanon Wiener (H?< 2).

Abstract
Research on epiphytic bryophytes has been conducted in two different
sites located in Universitas Indonesia (UI). Those sites were urban forest and
vegetation on main street margin of the campus. This study was carried out to
compare diversity of the bryophyte at both sites. Twelve plots of 25 x 25 m2 were
establish at the forest, while nine of 50 m line transect were made at the street
margin. Five trees of each plot or line transect were sampled. Eight sub plots of
15 x 15 cm2 were placed on each trunk base (0--200 cm) of the tree sampels. The
results obtained 23 species of epiphytic bryophytes, 21 species occured in the
forest and 14 species were found at street margin. The similarity of bryophyte
community between the forest and street margin based on Sorenson Similarity
were high (0.73). Octoblepharum albidum was the dominant species at the forest,
while Calymperes tenerum was dominant at the street margin. The diversity of
epiphyte bryophyte at both sites were categorized low based on Shannon Wiener
index (H?< 2), however there was not significantly different between those place."
2012
T30873
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Elien Wihestin
"Latar Belakang : Kemampuan berbahasa merupakan salah satu indikator perkembangan anak karena melibatkan kemampuan kognitif, sensori motor, psikologis, emosi dan lingkungan disekitar anak. Penilaian kemampuan bahasa anak sangat penting pada periode 2-4 tahun karena terjadi peningkatan jumlah dan kompleksitas dalam perkembangan bicara dan bahasa. Penilaian dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan maupun oleh orang tua. Keterbatasan tenaga kesehatan di daerah rural menyebabkan penilaian berbasis orang tua sangat penting sehingga dibutuhkan instrumen yang sesuai dengan budaya, bahasa dan lingkungan anak. Tujuan penelitian adalah mengetahui akurasi instrumen penilaian kemampuan bahasa berbasis orang tua pada anak usia 18-36 bulan didaerah rural.
Metode : Subjek penelitian diambil dari anak usia 18 - 36 bulan dan orang tua/pelaku rawat peserta posyandu di desa Sukarapih, Kecamatan Tambelang, Kabupaten Bekasi. Orang tua/pelaku rawat harus mampu membaca dan mengerti bahasa Indonesia. Perkembangan bahasa anak dinilai dengan skala REEL (Receptive Expressive Emergent Language) modifikasi oleh orang tua dan skala ELM (Early Language Milestone) oleh peneliti. Hasil penilaian skala REEL dibandingkan dengan skala ELM melalui uji diagnostik untuk mendapatkan nilai sensitivitas dan spesifitas, nilai prediksi positif dan negatif serta likelihood ratio (LR).
Hasil : Jumlah subjek terdiri dari 100 anak dan 100 orang tua/pelaku rawat yang diambil dari empat posyandu. Skala REEL mempunyai nilai sensitivitas 72,73 %, spesifisitas 98,87 %, nilai prediksi positif 88,89%, nilai prediksi negatif 96,70%, LR positif 64,73 dan LR negatif 0,28.
Kesimpulan : Skala REEL dapat dipakai dalam menilai gangguan perkembangan bahasa pada anak usia 18-36 bulan di daerah rural dengan menggunakan kalimat yang lebih sederhana dan mudah dipahami.

Background : Language skill is one of the indicator of a child's development because it involves cognitive ability, sensory motor, the psychological, emotional and environment around children. Assessment of a child's language skill at the age of 2-4 years is very important due to an increase in the number and complexity in the development of speech and language. Assessment can be done by health professionals as well as by parents. Limitations of available health workers in rural areas increases the need for a parental-based assessment tool that is applicable with the culture, language and environment of the children. The research objective was to determine the accuracy of the parental-based language assessment instrument on children aged 18-36 months in rural areas.
Methods : The subjects were children aged 18-36 months and their parents / caregivers who were participants of Sukarapih neighborhood health center in the village, District Tambelang, Bekasi Regency. Parents / caregivers should be able to read and understand Bahasa Indonesia. The children's language development was assessed using the modified REEL (receptive Expressive Emergent Language) scale by their parents and the ELM (Early Language Milestone) scale by the researcher. The REEL-scale assessment results was compared with ELM scale through a diagnostic test for sensitivity and specificity, positive and negative predictive values as well as likelihood ratio (LR).
Results : The subjects consisted of 100 children and 100 parents / caregivers taken from four neighborhood health center. The REEL scale has 72.73% sensitivity, 98.87% specificity, 88.89% positive predictive value, 96.70% negative predictive value, 64.73 positive LR and of 0.28 negative LR.
Conclusion : The REEL Scale can be used to assess language development disorders in children aged 18-36 months in rural areas by using simplified and easy to understand sentences.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endah Ambarwati
"ABSTRAK
Penanganan palsi serebral(PS) yang baik membutuhkan
peran serta aktif pelaku rawat . Sehingga diperlukan alat ukur penilaian fungsi
motorik kasar yang singkat dan dapat dimengerti .Tujuan penelitian ini adalah
menguji kesahihan dan keandalan FRQ-GMFCS versi Bahasa Indonesia .agar
dapat dipergunakan para klinisi dan pelaku rawat anak dengan PS.
METODE.Desain penelitian dengan metode potong lintang pada 53 subjek,
berusia 2-18 tahun.yang dikelompokan sesuai dengan pembagian usia pada FQGMFCS
. Pengolahan data dilakukan dengan analisa univariat dan nilai Cohen
Kappa .
HASIL: Hasil uji kesahihan dan keandalan FRQ-GMFCS versi Indonesia
mendapat hasil yang secara statistik bermakna.
KESIMPULAN: FRQ-GMFCS versi Bahasa Indonesia terbukti memiliki
kesahihan dan keandalan yang baik serta cukup spesifik untuk digunakan klinisi
dan pelaku rawat anak dengan PS.
ABSTRACT
A good handling of cerebral palsy requires the active
participation of caregivers. So, we need an understandable short questionaire of
gross motor function assessment.The aim of this study was to determine the
validity and reliability of Indonesian version of FRQ-GMFCS so it can be used
for clinicians and caregivers of children with cerebral palsy(CP).
METODE:We conducteds a cross-sectional study in 53 caregivers of children
with CP, aged 2-18 yeras old and was grouped according to the age distribution of
the FRQ-GMFCS. Data processing was performed with univariate analysis and
Cohen Kappa value.
RESULTS: The validity and reliability of Indonesian version of FRQ-GMFCS
statistically are significant.
CONCLUSION: Indonesian version of FRQ-GMFCS shown to have good
validity and reliability as well as the specific enough to be used clinicians and
caregivers of children with CP. ;BACKGROUND: A good handling of cerebral palsy requires the active
participation of caregivers. So, we need an understandable short questionaire of
gross motor function assessment.The aim of this study was to determine the
validity and reliability of Indonesian version of FRQ-GMFCS so it can be used
for clinicians and caregivers of children with cerebral palsy(CP).
METODE:We conducteds a cross-sectional study in 53 caregivers of children
with CP, aged 2-18 yeras old and was grouped according to the age distribution of
the FRQ-GMFCS. Data processing was performed with univariate analysis and
Cohen Kappa value.
RESULTS: The validity and reliability of Indonesian version of FRQ-GMFCS
statistically are significant.
CONCLUSION: Indonesian version of FRQ-GMFCS shown to have good
validity and reliability as well as the specific enough to be used clinicians and
caregivers of children with CP. "
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
SP-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Ekawati
"Gangguan komunikasi pada anak dengan palsi serebral dapat meliputi gangguan pada proses berbicara dan berbahasa baik ekspresif maupun reseptif. Gangguan fungsi komunikasi berpengaruh secara bermakna terhadap kualitas hidup anak dengan palsi serebral terutama dalam domain aktivitas sehari-hari dan partisipasi dalam hubungan sosial. Sistem penilaian fungsi komunikasi pada anak dengan palsi serebral sangat diperlukan untuk mendapatkan data dasar fungsi komunikasi anak. Communication Function Classification System (CFCS) merupakan instrumen yang dipakai untuk mengelompokkan fungsi komunikasi anak dengan palsi serebral. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kesahihan dan keandalan instrumen CFCS yang diadaptasi dan diterjemahkan dalam budaya dan bahasa Indonesia. Penelitian ini dilaksanakan di poliklinik Departemen Rehabilitasi Medik divisi Pediatri RSCM dari 1 Oktober 2021 hingga 28 Februari 2022. Metode yang digunakan adalah desain potong lintang dengan sampel berjumlah 42 orang. Uji kesahian menggunakan validitas isi. Data diolah dengan uji keandalan inter-rater menggunakan koefisien Kappa dan test-retest menggunakan Intraclass Correlation Coefficient (ICC). Hasil penelitian menunjukkan nilai koefisien Kappa antara rater dokter dengan terapi wicara adalah 0,643 (baik), nilai antara rater dokter dengan pelaku rawat adalah 0,385 (lemah) dan nilai antara rater terapi wicara dengan pelaku rawat adalah 0,333 (lemah). Nilai ICC pada rater dokter adalah 1,000, rater terapis wicara adalah 0.973 dan pada rater pelaku rawat adalah 0,937. Berdasarkan hasil dari proses translasi, adaptasi bahasa, uji keandalan inter rater dan test retest maka dapat disimpulkan CFCS versi bahasa Indonesia merupakan instrumen yang sahih dan memiliki keandalan yang baik antara rater dokter dan terapi wicara untuk digunakan sebagai alat klasifikasi fungsi komunikasi penderita palsi serebral di Indonesia.

Communication disorders in children with cerebral palsy can include disturbances in speech and language processes, both expressive and receptive. Impaired communication function significantly affects quality of life of children with cerebral palsy, especially in the domain of daily activities and participation in social relationships. The communication function classification system in children with cerebral palsy is needed to obtain basic data on children's communication functions. The Communication Function Classification System (CFCS) is an instrument used to classify the communication functions of children with cerebral palsy. This study aims to test the validity and reliability of the CFCS instrument adapted and translated into Indonesian culture and language. This research was conducted at the Polyclinic of Department of Medical Rehabilitation in Pediatrics Division of RSCM from October 1, 2021 to February 28, 2022. The method used was a cross-sectional design with a sample of 42 subjects. Validity test using content validity. The data was processed by inter-rater reliability test using Kappa coefficient and test-retest using Intraclass Correlation Coefficient (ICC). The results showed that the Kappa coefficient between raters of doctors and speech therapy was 0.643 (good), the value between raters of doctors and caregivers was 0.385 (weak) and the value between raters of speech therapy and caregivers was 0.333 (weak). The ICC value for the doctor rater is 1,000, the speech therapist rater is 0.973 and the caregivers rater is 0.937. Based on the translation process, language adaptation, inter rater reliability test and test retest, it can be concluded that the Indonesian version of the CFCS is a valid instrument and has good reliability between rater doctors and speech therapy to be used as a means of classifying the communication function of patients with cerebral palsy in Indonesia."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitria
"esis ini bertujuan untuk mengetahui kesahihan dan keandalan Eating and Drinking Ability Classification System (EDACS) versi Bahasa Indonesia pada anak Palsi serebral. EDACS diterjemahkan dan diadaptasi kultural ke dalam Bahasa Indonesia menggunakan metode FACIT (Functional Assessment of Chronic Illness Therapy). Kesepakatan antar rater terapis wicara dan dokter ketika menggunakan EDACS dinilai menggunakan koefisien Kappa. Sebanyak 30 anak dengan Palsi serebral (usia rata-rata 6 tahun, SD 3,2 tahun, kisaran 3-16 tahun) diklasifikasikan kemampuan makan dan minumnya dengan EDACS. Hasil reabilitas inter rater terapis wicara menunjukkan tingkat kesepakatan yang sangat kuat (tingkat EDACS, k=0.871) dan kuat (tingkat pendampingan k=0.80). Reliabilitas inter rater dokter menunjukkan tingkat kesepakatan yang kuat (tingkat EDACS, k=0.703; tingkat pendampingan, k= 0.788. Keeratan kesepakatan inter rater terapis wicara dan dokter untuk tingkat EDACS dan tingkat pendampingan adalah sangat kuat ( k =0.828 dan k =0.895). Kesimpulan dari penelitian ini adalah EDACS versi bahasa Indonesia sahih dan andal digunakan oleh dokter dan terapis bahasa wicara dalam mengklasifikasikan kemampuan fungsional makan dan minum pada anak Palsi serebral.

.This thesis aims to determine the validity and reliability of the Indonesian version of the Eating and Drinking Ability Classification System (EDACS) in children with cerebral palsy. EDACS was translated and culturally adapted into Bahasa Indonesia using the FACIT (Functional Assessment of Chronic Illness Therapy) method. Agreement between speech therapist and medical doctor raters when using EDACS was assessed by Kappa coefficient. A total of 30 children with cerebral palsy (mean age 6 years, SD 3.2 years, range 3-16 years) had their ability to eat and drink classified using EDACS. The speech therapist inter-rater reliability results showed a very strong agreement (EDACS level, κ=0.871) and strong agreement (EDACS level of assistance κ=0.80). The inter-rater reliability of medical doctors showed a strong agreement (EDACS level, κ=0.703; EDACS level of assistance, κ= 0.788). The agreement between speech therapists and medical doctors for EDACS level and level of assistance is very strong (κ =0.828 and κ =0.895). The conclusion of this study is the Indonesian version of EDACS is valid and reliable to be used by medical doctors and speech therapists in classifying functional eating and drinking abilities in children with cerebral palsy.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Teffy Aulia Merry Dame
"Latar belakang: GPK adalah gangguan neurodevelopmental yang dikarakteristikkan dengan gangguan performa motorik dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang tidak konsisten dengan usia dan intelegensi anak. Penyandang GPK juga memiliki gangguan keseimbangan selain gangguan motorik kasar dan halus yang memiliki ciri khas berupa kesulitan dalam proses pembelajaran motorik, sehingga akan membutuhkan waktu yang lebih lama dalam prosesnya. Akibat gangguan yang dimilikinya, anak dengan GPK cenderung melakukan isolasi dan restriksi dari beragam aktivitas fisik yang apabila tidak dikoreksi dapat memberikan defisit di bidang lainnya seperti akademis, perawatan diri bahkan mental yang akhirnya dapat mempengaruhi kualitas hidup anak. Gangguan ini dapat menetap hingga dewasa namun apabila diberikan intervensi dapat memberikan keluaran yang lebih baik dalam performa motorik anak, sehingga sebuah intervensi penting untuk diberikan. Penyandang GPK memiliki defisit mulai dari gerakan yang diinisiasi diri, gangguan motorik prefungsional, Kemampuan kontrol motoric dan performa motorik serta keterampilan motorik yang akhirnya mempengaruhi fungsi motoric adaptifnya, dalam hal ini bermain. Sementara engklek sendiri berperan dalam fungsi motorik adaptif yaitu bermain bersama dalam komunitas, yang aktivitasnya meliputi lompat,lempar dan berbalik, yang dengan pelatihan dapat meningkatkan fungsi koordinasi serta keseimbangan dan tidak lupa peningkatan motivasi bergerak serta memenuhi unsur praktek berulang.
Metode: Penelitian ini merupakan studi intervensi dengan consecutive sampling pada 18 orang anak sekolah dasar berusia 6-12 tahun dengan GPK yang memiliki skor motorik pada zona merah berdasarkan penilaian dengan Movement Assessment Battery for Children-2. Intervensi yang diberikan berupa latihan engklek sebanyak 2x/minggu sebanyak 10 kali putaran selama 6 minggu.
Hasil: Dari hasil penilaian skor pada awal, minggu ketiga dan akhir penelitian didapatkan peningkatan fungsi keseimbangan, namun hasilnya tidak signifikan secara statistik. Tidak signifikannya perbaikan ini dapat didasari oleh dasar mekanisme pada GPK yaitu kesulitan dalam proses pembelajaran motorik itu sendiri. Dalam penelitian ini, tiap anak hanya mendapatkan 120x momen permainan engklek total yang setara dengan 520 kali pengulangan lompat dengan satu kaki. Sehingga,penyandang GPK perlu lebih banyak latihan untuk menyesuaikan dengan kondisinya
Kesimpulan: permainan tradisional engklek memberikan perbaikan skor keseimbangan pada anak dengan GPK yang tidak signifikan secara statistik

DCD is a neurodevelopmental disorder characterized by motor performance problems in daily activities that are inconsistent with the age and intelegency. Children with DCD also has a balance problem in addition to fine and gross motor problems with a characteristic of difficulty in the motor learning process, which can take a longer time in motor learning process. Due to his or her problems, child with DCD tends to make a self isolation and restriction to various physical activities. Uncorrected problems in DCD children leads to other areas deficits such as academic, self-care even mental problems that can eventually affect children quality of life. These disorders can remain to adulthood but when given the intervention can provide better output in children motor performance, so that an intervention is important to this condition. DCD children have a deficit ranging from self-initiated movements, prefunctional Motor disorders, motoric control capabilities and motor performance as well as motor skills that ultimately affect its adaptive motoric function like plays. While the Engklek itself plays a role in adaptive motor function like play together in the community, whose activities include jumping, throwing and turning, which with training can improve the function of coordination as well as balance and also increased motivation to moves and fulfill elements of repetitive practice. Methods: This research is an intervention study with consecutive sampling in 18 elementary school children aged 6-12 years with DCD that has a motor score in the red zone based on the assessment with the Movement Assessment Battery for Children-2. The intervention given is 2x/week of Engklek training as much as 10 rounds for 6 weeks. Results: Assessment was taken at baseline, third and final week of study which shows improved balance function, but the results were not statistically significant. This finding might because of the based on the basic mechanism of DCD i.e difficulty in the motor learning process itself. In this study, each child only gained 120x a total game moment equivalent to 520 times the jump loop with one foot. Thus, DCD child needs more exercise to adjust to its condition. Conclusion: Engklek traditional game usually provide balance function score improvement in children with DCD but not statistically significant"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Multazam
"Penelitian ini bertujuan untuk untuk mendeteksi awal keterlambatan bahasa dan bicara menggunakan early language milestone scale 2 (ELMS2) pada anak usia 18-36 bulan dengan faktor yang memengaruhi dan hubungannya dengan riwayat lahir prematur. Jumlah subjek penelitian sebesar 96 subjek, dengan 48 subjek anak lahir prematur (kelompok studi) dan 48 subjek anak lahir cukup bulan (kelompok kontrol). Sebanyak 22 subjek (68,8%) anak dengan riwayat lahir prematur mengalami keterlambatan bahasa dan bicara dibandingkan anak cukup bulan, p = 0,017; OR 3,2 (1,3-7,9). Faktor riwayat perawatan NICU, p < 0,001; OR 5.4 (2.0 - 14.5), riwayat kuning (jaundice), p = 0,046; OR 2.8 (0.9 - 7.7), riwayat kelurga dengan gangguan bahasa dan bicara, p = 0,003; OR 3.4 (2.5 - 4.6), jumlah screen time ³ 2 jam, p= 0, 030; OR 2.6 (1.0 – 6.5), status ekonomi, p= 0,017, dan pendidikan ibu, p<0,001 merupakan faktor yang memengaruhi kejadian keterlambatan bahasa dan bicara, sedangkan jumlah anak, p = 0,378 dan bilingualisme, p= 0,204, tidak memengaruhi kejadian keterlambatan bahasa dan bicara.

This study aims to detect early language and speech delays using the early language milestone scale 2 (ELMS2) in children aged 18-36 months with influencing factors and their relationship with a history of premature birth. The number of study subjects was 96 subjects, with 48 subjects born prematurely (study group) and 48 subjects born at term (control group). A total of 22 subjects (68.8%) of children with a history of preterm birth had language and speech delays compared to full-term children, p = 0.017; OR 3.2 (1.3-7.9). Factors such as history of NICU care, p < 0.001; OR 5.4 (2.0 - 14.5), history of jaundice, p = 0.046; OR 2.8 (0.9 - 7.7), family history of language and speech disorders, p = 0.003; OR 3.4 (2.5 - 4.6), screen time ≥ 2 hours, p = 0, 030; OR 2.6 (1.0 - 6. 5), economic status, p = 0.017, and maternal education, p < 0.001 were factors that influenced the incidence of language and speech delay, while the number of children, p = 0.378 and bilingualism, p = 0.204, did not influence the incidence of language and speech delay."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>