Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ratu Shafira Hanifah
"ABSTRACT
Kanker kolorektal merupakan keganasan ketiga terbanyak di dunia pada pria dan wanita. Kejadian kanker di Indonesia mencapai 12,8 per 100.000 penduduk usia dewasa, dengan tingkat mortalitas mencapai 9,5% dari kasus kanker. Progresi kanker sangat terkait dengan ekspresi berlebihan COX-2 pada sel kanker kolorektal. Inhibitor COX-2 seperti COXIB dan NSAID memiliki efek kemopreventif, tetapi juga memiliki efek kardiovaskular yang berbahaya. Terdapat herbal yang memiliki aktivitas antikanker, salah satunya adalah tanaman Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa). Efek antikanker berbagai bagian tanaman telah diuji, tetapi penelitian mengenai bagian batang tanaman Mahkota Dewa masih minim. Ekstrak batang Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) dipersiapkan untuk dimaserasi dalam etanol. Aktivitas antikanker ekstrak etanol Phaleria macrocarpa in-vitro diuji dengan MTT assay pada lini sel kanker kolorektal HCT116. Studi ini juga menilai efek ekstrak etanol Phaleria macrocarpa terhadap penghambatan ekspresi COX-2 pada lini sel kanker kolorektal HCT116 melalui penghitungan nilai H-score dari pewarnaan imunositokimia. Batang Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) menunjukkan aktivitas antikanker melalui penghambatan pertumbuhan dengan nilai IC50 sebesar 1,327 µg/ml.  Salah satu jalurnya adalah melalui penghambatan ekspresi COX-2 yang ditunjukkan nilai H-score sebesar 173,33 pada pemberian ekstrak dengan dosis 200 ppm. Penelitian ini membuktikan bahwa batang (Phaleria macrocarpa) menghambat pertumbuhan kanker kolorektal, salah satunya melalui penghambatan COX-2.

ABSTRACT
Colorectal cancer is the third most malignancy in the world in men and women. The prevalence of cancer reached 12,8 per 100,000 adult populations, with mortality rate reaching 9,5% from all cancer cases. Cancer progression is strongly associated with excessive expression of COX-2 in colorectal cancer cells. COX-2 inhibitors such as COXIB and NSAID have been proven to have chemopreventive nature, but also have harmful cardiovascular effects. There are herbs that have anticancer activities such as Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) plant. Various parts of the plant have been researched on its anticancer effect, but research on its bark parts of Mahkota Dewa is still minimal. Ethanol extract from Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) bark was prepared for maceration in ethanol. Phaleria macrocarpa bark ethanol extract in-vitro anticancer activity was tested with MTT assay on HCT116 colorectal cancer cell line. This study also assessed the effect of ethanol extract of Phaleria macrocarpa bark on inhibition of COX-2 expression in the HCT116 colorectal cancer cell line by counting the H-score from immunocytochemistry staining. Ethanol extract of Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) bark shows anticancer activity by inhibiting its growth with IC 50 of 1,327 µg/ml. One of the pathways is through inhibition of COX-2 expression, shown from H-score of 173,33 after administration of ethanol extract of Phaleria macrocarpa bark at a dose of 200 ppm. This study shows that Phaleria macrocarpa bark is a colorectal cancer growth inhibitor, one of which is through inhibition of COX-2."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhilah Harmen
"ABSTRACT
Latar Belakang: Kanker kolorektal merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia. Di Indonesia, kanker kolorektal menyerang kelompok usia produktif. Tanaman Phaleria macrocarpa diketahui mampu menghambat pertumbuhan kanker. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pemanfaatan ekstrak etanol batang mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap ekspresi iNOS pada sel kanker kolorektal HCT 116. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian in-vitro yang menggunakan cell-line kanker kolorektal HCT 116 yang diberikan ekstrak etanol batang mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) dalam 3 dosis yaitu dosis kecil (50 ppm), dosis sedang (100 ppm) dan dosis besar (200 ppm) dibandingkan dengan sel kanker kolorektal tanpa pemberian ekstrak sebagai kontrol negatif. Sel yang telah diberi perlakuan kemudian diwarnai dengan pewarnaan imunositokimia dengan antibodi anti-iNOS dan diukur ekspresi iNOS-nya dengan menggunkan H-Score dan dianalisis dengan menggunakan uji One-Way ANOVA dan Post-Hoc Bonferroni. Penelitian kemudian dilanjutkan dengan uji skrinning fitokimia terhadap ekstrak yang digunkaan. Hasil: Ekspresi protein iNOS tertinggi yang diukur dengan H-Score pada penelitian ini ditemukan pada kontrol negatif (234,88). Pemberian ekstrak etanol batang mahkota dewa dengan dosis besar terbukti menurunkan H-Score sebesar 23,5% menjadi 179,67 dengan p=0,00. Pada Uji Post-Hoc didapatkan perbedaan bermakna baru terihat pada pemberian ekstrak dengan dosis yang besar (200 ppm). Pada uji skrinning fitokimia dapat ditemukan ekstrak etanol batang mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) positif mengandung tanin, flavonoid, glikosida, dan triterpenoid Kesimpulan: Ekstrak etanol batang mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) dapat menurunkan ekspresi protein iNOS pada sel kanker kolorektal HCT 116.

ABSTRACT
Background: Colorectal cancer is one of the leading cause of death in the world. In Indonesia, colorectal cancer commonly found in productive group. Phaleria macrocarpa is known for its effect to inhibit the growth of cancer. Therefore, further research is needed to understand the effect of ethanolic extract of Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) bark on expression of iNOS in colorectal cancer HCT 116 cell ine. Methods: This experiment is done in in-vitro setting using colorectal cancer cell line HCT 116 which are given ethanolic extract of mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) bark in 3 different dosages which are 50 ppm; 100 ppm; and 200 ppm. The specimen is stained with immunocytochemistry staining with anti-iNOS antibody. The expression of iNOS is measured using H-Score and compared with control negative. The result of H-Score will be analyzed using One-Way ANOVA test followed by Post-Hoc Bonferroni Test. This experiment is also completed with phytochemistry screening test of the ethanol extract of Mahkota Dewa Bark (Phaleria macrocarpa) .
Result: Highest expression of iNOS is seen in the control negative group (234,88). Administration of ethanol extract of mahkota dewa bark (Phaleria macrocarpa) in 200 ppm dose significantly decrease the H-score by 23,5% to 179,67 with p=0,00. In Post-Hoc test, significantly different H-Score is only seen in 200 ppm group. In phytochemistry screening test, the ethanol extract of mahkota dewa bark (Phaleria macrocarpa) is positive for tannin, flavonoid, glycoside, and triterpenoid. Conclusion: Administration of ethanol extract of mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) bark can decrease the expression of iNOS in colorectal cancer HCT 116 cell line.
"
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Aida Novitarani
"ABSTRACT
Pendahuluan. Kanker kolorektal colorectal cancer (CRC) menduduki peringkat ketiga sebagai kanker yang umum didiagnosis, dan peringkat keempat sebagai penyebab kematian akibat kanker di seluruh dunia. Tingkat insidensi CRC di Indonesia per-100.000 populasi adalah 19,1 bagi pria, dan 15,6 bagi wanita. Sebanyak 30% pasien CRC di Indonesia berusia 40 tahun atau lebih muda. Dalam studi pada jaringan pasien dengan CRC, diketahui bahwa adanya peningkatan ekspresi (overexpression) protein B-catenin serta adenomatous polyposis coli (APC) pada sel-sel CRC. Dalam perjalanan penyakit kanker, dapat ditemukan adanya protein caspase-3 sebagai faktor pro-apoptosis sel. Di Indonesia, tanaman mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) merupakan tumbuhan yang seringkali digunakan sebagai obat dan diduga dapat membantu dalam pengobatan kanker. Aktivitas biologis yang diketahui dari berbagai bagian dari tanaman Mahkota Dewa yang mendukung dalam pengobatan kanker diantaranya adalah antikanker, antiinflamasi, dan antioksidan. Metode. Batang Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) dimaserasi dengan pelarut etanol. Efek ekstrak etanol batang Mahkota Dewa terhadap ekspresi protein B-catenin dan caspase-3 pada lini sel kanker kolorektal HCT116 dilakukan dengan pewarnaan imunositokimia serta penghitungan nilai H-score. Dosis ekstrak yang digunakan adalah 50 ppm, 100 ppm, 200 ppm, dan kontrol negatif, yaitu tanpa pemberian ekstrak. Analisis data dilakukan dengan Uji One-way Anova program IBM SPSS Statistics Version 20. Hasil. Pada ekspresi protein B-catenin lini sel kanker kolorektal HCT116, perbedaan bermakna diobservasi pada nilai H-score pemberian ekstrak dosis 200 ppm dibandingkan dengan nilai H-score pemberian ekstrak dosis lainnya dan kontrol negatif. Pada ekspresi protein caspase-3, tidak ditemukan adanya perbedaan yang bermakna dari nilai H-score antar dosis. Kesimpulan. Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat aktivitas penghambatan dari batang mahkota dewa terhadap kanker kolorektal, yaitu dengan menghambat ekspresi protein B-catenin.

ABSTRACT
Introduction. Colorectal cancer (CRC) is the third highest incidence for cancer and fourth leading cause of death by cancer in the world. The incidence rate of CRC per-100.000 population in Indonesia is 19.1 for men and 15.6 for women. Almost a third of CRC patients in Indonesia were aged around 40 years old or younger. In a study using CRC patients tissue, it was observed that there is an overexpression of B-catenin protein and adenomatous polyposis coli (APC) in CRC cells. In the progress of cancer, caspase-3 protein can be observed as a pro-apoptotic factor of cells. Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) has been widely used as a traditional medicine and was tought to have anticancer properties. Biological activities that are known from Phaleria macrocarpa are anticancer, antiinflammatory, and antioxidant properties. Method. Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) stem bark was macerated in ethanol solvent. The effect of the ethanol extract of Mahkota Dewa stem bark on the expression of B-catenin and caspase-3 proteins in colorectal cancer cell line (HCT116) was assessed using H-score taken from immunocytochemistry stained specimens. Doses of extract given were 50 ppm, 100 ppm, 200 ppm, and no extract (negative control). H-score values were analyzed using one-way Anova test in IBM SPSS Statistics program Version 20. Results. Significant changes can be observed only in B-catenin cell group with 200 ppm dose of extract. In the caspase-3 group, no significant changes can be observed. Conclusion. This finding shows that Phaleria macrocarpa bark extract shows potential of inhibiting growth of colorectal cancer by suppressing the expression of B-catenin protein."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syaharani Martiza Hakim
"Latar belakang: Pasien percaya bahwa herbal memiliki efek samping yang minimal, berbeda dengan obat acarbose yang memiliki efek samping pada sistem pencernaan. Sebagai negara yang kaya akan tanaman herbal, tanaman Mimba dapat menjadi salah satu alternatif pengendalian glikemik. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menguji kandungan fitokimia, aktivitas antioksidan dan aktivitas penghambatan α-glukosidase ekstrak Azadirachta indica A. Juss menggunakan 3 pelarut sebagai pembanding yaitu etanol, etil asetat, dan n-heksana. Metode: Penelitian menggunakan 4 kelompok sampel yaitu ekstrak etanol daun mimba, ekstrak etil asetat daun mimba, ekstrak heksana daun mimba, dan akarbosa sebagai kontrol positif. Hasil: Ekstrak etanol, etil asetat dan n-heksana Azadirachta indica A. Juss mengandung fitokimia flavonoid, alkaloid dan steroid. Nilai IC50 aktivitas antioksidan Azadirachta indica A. Juss untuk ekstrak etanol sebesar 78,818 ppm, ekstrak etil asetat 121,069 ppm, dan n-heksana 354,475 ppm. Nilai IC50 penghambatan enzim α-glukosidase untuk ekstrak etanol sebesar 14,429 ppm, ekstrak etil asetat 89,778 ppm, ekstrak n-heksan 152, 263 ppm. Kesimpulan: Ekstrak etanol mempunyai daya hambat paling tinggi dibandingkan ekstrak etil asetat dan n-heksana. Kandungan flavonoid, alkaloid, dan steroid pada ekstrak Azadirachta indica A. Juss berpotensi menjadi alternatif pengendalian glikemik dengan mekanisme inhibitor α-glukosidase.

Introduction: Patients believe that herbs have minimal side effects, unlike the drug acarbose which has side effects on the digestive system. As a country rich in herbal plants, neem plant can be an alternative for glycemic control. Therefore, this study aims to test the phytochemical content, antioxidant activity and α-glucosidase inhibitory activity of Azadirachta indica A. Juss extract using 3 solvents as a comparison, ethanol, ethyl acetate, and n-hexane. Methods: The research used 4 groups of samples, namely neem leaves ethanol extract, neem leaves ethyl acetate extract, neem leaves hexane extract, and acarbose as a positive control. Results:The ethanol, ethyl acetate and n-hexane extracts of Azadirachta indica A. Juss contained flavonoid, alkaloid and steroid phytochemicals. The IC50 values of antioxidant activity from Azadirachta indica A. Juss for ethanol extract was 78,818 ppm, ethyl acetate extract 121,069 ppm, and n-hexane 354,475 ppm. The IC50 value of α-glucosidase enzyme inhibition for ethanol extract was 14,429 ppm, ethyl acetate extract 89,778 ppm, n-hexane extract 152, 263 ppm. Conclusion: Ethanol extract had the highest inhibitory ability compared to ethyl acetate and n-hexane extracts. The flavonoid, alkaloid, and steroid content in Azadirachta indica A. Juss extract makes it potential for alternative glycemic control with α-glucosidase inhibitor mechanism.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ho, Indra Holiyono
"Kanker serviks merupakan penyakit akibat infeksi Human Papilloma Virus dengan prevalensi tinggi dan survival rate yang rendah pada wanita. Keterbatasan terapi konvensional, biaya yang tinggi, dan berbagai efek sampingnya mendorong upaya eksplorasi bahan alami sebagai alternatif pengobatan kanker serviks. Iler (Plectranthus scutellarioides) adalah tanaman yang melimpah di Indonesia dan telah diteliti mengandung kadar flavonoid yang tinggi. Salah satu flavonoid, quercetin, diketahui mampu membunuh sel HeLa. Tingginya flavonoid iler dan sitotoksisitas quercetin berpotensi menghasilkan agen antikanker yang kuat. Penelitian ini bertujuan menguji efek sitotoksik campuran ekstrak etanol daun iler dan quercetin terhadap sel HeLa. Penelitian ini dilakukan secara eksperimental in vitro dengan mengekstrak daun iler menggunakan pelarut etanol. Tujuh serial konsentrasi ekstrak (1.625, 3.125 ppm, 6.25 ppm, 12,5 ppm, 25 ppm, 50 ppm, 100 ppm) dicampur dengan 12.5 ppm quercetin, lalu diinkubasi bersama sel HeLa selama 24 jam. Sebagai kontrol positif, dilakukan perlakuan yang sama menggunakan doksorubisin dengan tiga kali pengulangan untuk setiap konsentrasi. Inhibisi sel diuji dengan metode MTT melalui pengukuran absorbansi pada ELISA reader 595 nm. Data tersebut dianalisis untuk menentukan nilai IC50 dan membandingkan inhibisi sel antara kelompok ekstrak, kontrol negatif, dan doksorubisin. Nilai IC50 Campuran ekstrak etanol daun iler dan quercetin terhadap sel HeLa adalah 26.57 µg/mL. Terdapat perbedaan persentase inhibisi yang bermakna antara kelompok ekstrak dan doksorubisin pada konsentrasi 25 ppm (p=0.005). Campuran ekstrak etanol daun iler dan quercetin memiliki sitotoksisitas moderat terhadap sel HeLa dengan IC50 sebesar 26.57 µg/mL, meskipun lebih lemah dibandingkan doksorubisin.

Cervical cancer is a disease caused by Human Papilloma Virus infection with high prevalence and poor survival rate in women. The facts of limited conventional therapies, its expensive cost, and various side effects encourage the exploration of natural sources as alternative treatments of cervical cancer. Iler (Plectranthus scutellarioides) is an abundant plant in Indonesian and has been studied for its high flavonoid content. One of the flavonoids, quercetin, has been known to have an ability in killing HeLa cells. The facts of high flavonoid content in iler and cytotoxicity of quercetin, are potentiate in generating potent anticancer agents. This study aims to assess the cytotoxic effect of mixture of iler leaf ethanolic extract and quercetin on HeLa cells. This experimental study was conducted in vitro through ethanolic extraction of iler leaf. Seven serial concentrations of extract (1.625, 3.125 ppm, 6.25 ppm, 12,5 ppm, 25 ppm, 50 ppm, 100 ppm) were mixed with 12.5 ppm of quercetin and then incubated with HeLa cells for 24 hours. As a positive control, the same treatment was done using doxorubicin with three reduplications for each concentration. Cell inhibition was evaluated using MTT method through measuring the absorbance on ELISA reader 595 nm. The data were analyzed to calculate the IC50 value and comparing the cell inhibition between extract group, negative control, and positive control. The IC50 value of mixture of iler leaf ethanolic extract and quercetin on HeLa cell is 26.57 µg/mL. There is a significant difference of inhibition percentage between extract group and doxorubicin in 25 ppm concentration (p=0.005). The mixture of iler leaf ethanolic extract and quercetin has a moderate cytotoxicity on HeLa cells with IC50 value of 26.57 µg/mL, despite a weaker activity than doxorubicin."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Phoniex Angellia
"Latar Belakang: Kanker serviks menjadi salah satu kanker penyebab mortalitas tertinggi bagi perempuan. Terapi konvensional kanker serviks memiliki biaya yang tinggi, kesulitan akses terhadap fasilitas, dan berbagai efek samping sehingga mendorong pencarian bahan alternatif terapi kanker serviks. Iler (Plectranthus scutellarioides) merupakan tanaman obat tradisional yang mudah ditemukan dan dikenal oleh masyarakat Indonesia. Iler memiliki kandungan senyawa anti-kanker yang tinggi dan telah teruji menurunkan risiko infeksi Human Papilloma Virus. Penelitian ini ingin menguji efek sitotoksik ekstrak etanol daun iler terhadap sel kanker serviks HeLa.
Metode Penelitian: Penelitian ini bersifat eksperimental in-vitro. Daun iler diekstrak dengan maserasi etanol, lalu diencerkan menjadi tujuh serial konsentrasi (3.125ppm, 6.25ppm, 12.5ppm, 25ppm, 50 pm, 100ppm, 200ppm). Perlakuan terhadap kultur sel HeLa terbagi menjadi satu kelompok kontrol negatif, tujuh kelompok konsentrasi ekstrak, dan tujuh kelompok kontrol positif doksorubisin dengan konsentrasi serial yang sama. Dilakukan tiga pengulangan untuk setiap kelompok. Uji MTT terhadap hasil perlakuan memperoleh nilai absorbansi yang menggambarkan inhibisi sel HeLa. Persentase inhibisi digunakan untuk mencari IC50 serta dibandingkan antar kelompok perlakuan untuk menilai perbedaan inhibisi yang bermakna antara kelompok ekstrak dan doksorubisin.
Hasil: Nilai IC50 pemberian ekstrak etanol daun iler terhadap sel HeLa adalah 182,578μg/ml. Terdapat perbedaan inhibisi yang signifikan antara kelompok konsentrasi ekstrak 100 ppm dengan doksorubisin 100 ppm (p=0.003).
Kesimpulan: Ekstrak etanol daun iler memiliki sitotoksisitas moderat terhadap sel HeLa dengan IC50 sebesar 182,578μg/ml dan perbedaan inhibisi yang bermakna terhadap kontrol positif.

Introduction: Cervical cancer has become one of the leading death causes for women. Conventional cervical cancer therapies are expensive, difficult to obtain, with numerous side effects, prompting the search of an alternative medicine. Iler (Plectranthus scutellarioides) is a traditional medicinal plant that is well-known among Indonesian people. Iler contains a high concentration of anti-cancer compounds and has been studied for its ability to reduce Human Papillomavirus infection risk. This study aims to determine the cytotoxic effect of ethanolic extract of iler leaf on the HeLa cervical cancer cell line.
Methods: In this in-vitro experimental study, iler leaf was extracted using ethanolic maceration and then diluted into seven serial concentrations (3.125ppm, 6.25ppm, 12.5ppm, 25ppm, 50 pm, 100ppm, 200ppm). The treatments given to HeLa cells were divided into one negative control group, seven extract concentration groups, and seven doxorubicin positive control groups. Three samples were used for each group. The MTT assay revealed the absorbance value that indicated HeLa cell inhibition. The inhibition percentage was used to calculate the IC50 value and compared between the extract and doxorubicin intervention groups to see if there was any significance in the difference in HeLa cell inhibition.
Results: The IC50 value of the ethanolic extract of iler leaf on HeLa cells is 182,578μg/ml. There is a significant inhibition difference between extract group and doxorubicin group in 100 ppm concentration (p=0.003).
Conclusion: Ethanolic extract has a moderate cytotoxicity for HeLa cells with IC50 value of 182,578μg/ml, despite a significant difference compared with the positive control.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karen Elliora Utama
"Latar Belakang
Kanker serviks menjadi kanker paling umum keempat dan penyebab mortalitas tertinggi bagi perempuan di seluruh dunia. Kemoterapi yang digunakan saat ini menimbulkan efek samping merugikan dan memerlukan biaya tinggi sehingga dibutuhkan alternatif pengobatan berupa complementary and alternative medicine (CAM), salah satunya tanaman pare. Namun, efektivitas buah dan biji pare dalam menghambat pertumbuhan sel kanker serviks belum diketahui dengan jelas. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efek sitotoksik ekstrak etil asetat daging buah dan biji pare terhadap sel kanker serviks HeLa.
Metode
Penelitian dilakukan secara in-vitro. Ekstraksi pare melibatkan penghalusan daging buah dan biji secara terpisah kemudian dilakukan maserasi menggunakan etil asetat. Untuk mengetahui komponen fitokimia kedua ekstrak, dilakukan uji fitokimia dan analisis kromatografi lapis tipis (KLT), serta dilakukan uji sitotoksisitas terhadap sel kanker HeLa menggunakan uji MTT.
Hasil
Uji fitokimia membuktikan bahwa ekstrak etil asetat daging buah dan biji pare mengandung flavonoid, triterpenoid, steroid, alkaloid. Kemudian, pada ekstrak etil asetat daging buah pare juga ditemukan adanya saponin. Uji KLT menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat daging buah pare terdiri dari 4 komponen metabolit sekunder dan biji pare terdiri dari 2 komponen. Uji sitotoksisitas menunjukkan ekstrak daging buah dan biji pare memiliki sitotoksisitas moderat dengan IC50 sebesar 164,827 μg/mL sedangkan ekstrak biji pare bersifat sitotoksisitas lemah dengan IC50 sebesar 372,248 μg/mL. Terdapat perbedaan inhibisi signifikan antara kedua ekstrak dengan doksorubisin (p<0.05).
Kesimpulan
Ekstrak etil asetat daging buah dan biji pare memiliki komponen fitokimia yang menghasilkan efek sitotoksisitas terhadap sel kanker serviks HeLa.

Introduction
Cervical cancer is the fourth most common cancer and a leading cause of mortality among women globally. Current chemotherapy is costly and has significant side effects, highlighting the need for alternative treatments like complementary and alternative medicine (CAM), such as bitter melon (Momordica charantia). Bitter melon (Momordica charantia) shows potential, but its effectiveness in inhibiting cervical cancer cell growth is not well understood. This study aims to evaluate the cytotoxic effects of ethyl acetate extracts from bitter melon fruit and seeds against HeLa cervical cancer cells.
Method
This in vitro study involved separately grinding bitter melon fruit and seeds, followed by successive maceration using ethyl acetate for extraction. Phytochemical analysis and thin layer chromatography (TLC) were performed to identify the components in the extracts, while cytotoxicity against HeLa cells was assessed using the MTT assay.
Results
Phytochemical analysis confirmed that the ethyl acetate extracts of both bitter melon fruit and seeds contained flavonoids, triterpenoids, steroids, and alkaloids, with the fruit extract also containing saponins. The TLC test revealed 4 secondary metabolite components in the fruit extract and 2 in the seed extract. Cytotoxicity tests indicated that the fruit extract exhibited moderate cytotoxicity (IC50 of 164.83 μg/mL), while the seed extract showed weak cytotoxicity (IC50 of 372.25 μg/mL). A significant difference in inhibition was observed between both extracts and doxorubicin (p<0.05).
Conclusion
Ethyl acetate extracts of bitter melon fruit and seeds contain phytochemical components that exhibit cytotoxic effects against HeLa cervical cancer cells.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novian Agni Yudhaswara
"ABSTRAK
Asam lipoat adalah senyawa yang terkandung dalam intra dan ekstraselular yang bertindak sebagai koenzim piruvat dehidrogenase, penangkal racun, pengkat logam berat dan antioksidan. Pengukuran asam lipoat diperlukan untuk mengetahui jumlah asam lipoat yang menjalankan fungsinya baik sebagai koenzim atau antioksidan. Tetapi pengukuran ini membutuhkan alat khusus seperti HPLC dan proses yang tidak mudah. Alat yang umum dan mudah seperti spektrofotometer diharapkan bisa menjadi alat penentuan asam lipoat. Pengukuran asam lipoat menggunakan spektrofotometri dengan metanol UV dan PdCl2 terlihat telah diuji dan diperoleh hasil yang valid dan dapat diandalkan dalam sediaan obat atau farmasi tetapi belum diuji untuk plasma. Pengukuran asam lipoat dalam plasma dan leukosit menggunakan PdCl2 menghasilkan pengukuran yang valid, dengan akurasi, presisi tinggi dan tidak berbeda dengan pengukuran asam lipoat menggunakan HPLC, p= 0,99. Sedangkan UV methanol berbeda dibanding HPLC p= 0,0001 atau tidak valid.

ABSTRACT
Lipoic acid is a compound contained in intra and extracellular that act as a coenzyme of Pyruvate Dehydrogenase, antidote, chelating agent and antioxidant. Measurement of lipoic acid is needed to determine the amount of lipoic acid that performs its functions either as a coenzyme or an antioxidant. But this measurement requires a special tool such as High Performance Liquid Chromatography HPLC and a process that is not easy. A common and easy tool such as a spectrophotometer is expected to be a tool of lipoic acid determination. Measurement of lipoic acid using spectrophotometry with UV methanol and visible PdCl2 has been tested and obtained valid and reliable results in drug or pharmaceutical preparations but not yet tested for plasma. Determination of lipoic acid in plasma and leukocytes using PdCl2 produced valid result, with high accuracy, precision and was not different from lipoic acid measurement using HPLC, p 0.99. While UV methanol was different compare to HPLC p 0.0001 or was not valid."
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melya Puspitasari
"Tuberkulosis merupakan penyakit yang masih menjadi masalah utama kesehatan bagi masyarakat di Indonesia. Berdasarkan Global TB Report 2021, Asia Tenggara merupakan wilayah dengan beban Tb paling tinggi dan Indonesia menyumbang sekitar 8% dari keseluruhan beban Tb didunia. Namun pasien Tb yang berhasil ditemukan, diobati dan dilaporkan kedalam sistem informasi nasional hanya sekitar 48%. Tb yang resisten terhadap obat terus menjadi ancaman kesehatan manusia. Resistensi terhadap obat anti tuberkulosis bisa terjadi akibat infeksi primer dengan bakteri Tb resisten atau bisa disebabkan oleh pengobatan yang tidak adekuat, sehingga muncul strain yang resisten akibat adanya perubahan atau mutasi pada gen-gen tertentu dalam genom Mycobacterium tuberculosis. Saat ini sudah banyak teknologi dan metode yang digunakan untuk mendeteksi resistensi terhadap obat anti tuberculosis. Salah satunya adalah Next Generation Sequencing. Next Generation Sequencing merupakan teknologi sekuensing akurat, hemat biaya dan throughput tinggi yang memungkinkan penyelidikan genom termasuk Whole Genome Sequencing untuk studi epidemiologi dan untuk mendeteksi penanda resistensi obat dan keragaman strain. Analisis Whole Genome Sequencing dapat digunakan untuk mendeteksi resistensi terhadap obat anti tuberkulosis lini pertama y a n g sangat menjanjikan sebagai pengganti uji kepekaan obat konvensional. Hasil dari analisis Whole Genome Sequencing pada Mycobacterium tuberculosis yang resisten rifampisin menunjukkan adanya mutasi-mutasi yang ada pada wilayah operon Rpo terutama pada gen RpoB dan RpoC. Mutasi yang paling dominan pada gen RpoB adalah perubahan S450L (36,45%) dan pada gen RpoC adalah G594E (30,95%). Dan analisis whole genome sequencing juga menunjukkan adanya mutasi baru yang berbeda dengan mutasi-mutasi yang ada berdasarkan penelitian sebelumnya.

Tuberculosis is a disease that is still a major health problem for people in Indonesia. Based on the Global TB Report 2021, Southeast Asia is the region with the highest burden of TB and Indonesia produces around 8% of the total burden of TB in the world. However, only about 48% of TB patients who have been found, treated and reported to the national information system. Drugresistant TB continues to be a threat to human health. Resistance to anti-tuberculosis drugs can occur as a result of primary infection with resistant TB bacteria or can be caused by inadequate treatment, resulting in the emergence of resistant strains due to the presence or mutations in certain genes in the genome of Mycobacterium tuberculosis. Currently there are many technologies and methods used to detect resistance to anti-tuberculosis drugs. One of them is Next Generation Sequencing. Next Generation Sequencing is an accurate, cost-effective and highthroughput sequencing technology that enables genomic investigations including Whole Genome Sequencing to study epidemiology and to detect markers of drug resistance and strain diversity. Whole Genome Sequencing analysis can be used to detect resistance to first-line anti-tuberculosis drugs which are very promising as a substitute for conventional drug sensitivity tests. The results of Whole Genome Sequencing analysis on rifampicin-resistant Mycobacterium tuberculosis showed that there were mutations in the Rpo operon region, especially in the RpoB and RpoC genes. The most dominant mutation in the RpoB gene was the change in S450L (36.45%) and in the RpoC gene was G594E (30.95%)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisyah Fitriannisa Prawiningrum
"SARS-CoV-2 merupakan virus RNA dengan panjang genom sekitar 29.891 nukleotida. Pembacaan materi genetik SARS–CoV–2 menggunakan metode Whole Genome Sequencing (WGS) dapat digunakan untuk mengetahui adanya mutasi pada virus. Mutasi pada protein spike SARS-CoV-2 dapat berdampak pada transmisi virus. Interaksi molekuler dari varian yang di Indonesia dievaluasi untuk mempelajari pengaruh mutasi terhadap transmisinya. Sampel yang disekuens di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dianalisis secara filogenetik untuk menentukan varian dan dibandingkan dengan sebaran varian SARS-CoV-2 di Indonesia. Protein spike dari varian dominan kemudian dimodelkan untuk melihat pengaruh mutasi terhadap struktur 3D protein. Interaksi protein spike dengan ACE2, TMPRSS2, dan Cathepsin L dianalisis menggunakan simulasi molekuler. Berdasarkan sampel dari FKUI, varian yang dominan adalah varian B.1.470, AY.23, AY.24, dan BA.1.1. Analisis simulasi molekuler dari kompleks protein spike varian AY.23, AY.24, dan BA.1.1 dengan ACE2 menunjukkan adanya peningkatan afinitas dan stabilitas dibandingkan dengan strain Wuhan. Analisis simulasi molekuler kompleks protein spike varian BA.1.1 dengan TMPRSS2 dan Cathepsin L mengindikasikan adanya perubahan jalur masuk. Sehingga mutasi yang terjadi pada protein spike varian B.1.470, AY.23, AY.24, dan BA.1.1 menyebabkan perubahan interaksi molekuler yang diprediksi dapat mempengaruhi transmisinya.

SARS-CoV-2 is an RNA virus with genome size around 29,891 nucleotides. Reading the genome of SARS-CoV-2 using Whole Genome Sequencing (WGS) method can reveal mutations in the genome. The mutations on SARS-CoV-2 spike protein may have effects on viral transmission. Molecular interaction of the predominant variants in Indonesia were analysed to find the effects of spike mutations to viral transmissibility. The variant of samples from Faculty of Medicine Universitas Indonesia (FMUI) were determined phylogenetically and compared to all variants found in Indonesia. The spike proteins from predominant variants were modelled. Their interactions with human host cell proteins (ACE2, TMPRSS2, and Cathepsin L) were determined by molecular simulations. Based on samples from FMUI, the predominant variants in Indonesia were B.1.470, AY.23, AY.24, and BA.1.1 variants. Based on molecular simulation of spike protein of AY.23, AY.24, and BA.1.1 variants with ACE2, shows increase in affinity and stability of the predominant variants compared to the Wuhan strain. Molecular simulation analysis of spike protein of BA.1.1 variant with TMPRSS2 and Cathepsin L indicates alternative entry pathway. In conclusion, mutations found in the dominant variants modulate their molecular interaction and their transmissibility."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>