Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tri Ratna Murti
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini adalah mengenai gaya pengambilan keputusan manajerial dengan beberapa faktor yang mempengaruhinya, pada manajer perempuan yang bekerja di bank.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan/bermakna dari emotional intelligence, androginitas dan motif berprestasi terhadap gaya pengambilan keputusan manajerial pada manajer perempuan.

Gaya pengambilan keputusan manajerial adalah orientasi perilaku individu atau cara individu memproses dan mengevaluasi informasi dalam membuat keputusan pada lingkup manajemen. Emotional intelligence mempakan persepsi mengenai kemampuan menggabungkan perasaan, pikiran dan tindakan untuk menghasilkan good relationship, baik dengan diri sendiri maupun orang lain. Androginitas adalah ciri kepribadian yang memiliki maskulinitas dan feminitas tinggi yang dimanifestasikan dalam perilaku sehari-hari pada situasi dan kondisi yang tepat. Motif berprestasi merupakan motif yang mendorong individu untuk mencapai prestasi dengan kualitas yang sebaik baiknya.

Penelitian ini perlu dilakukan karena gaya pengambilan keputusan manajer di suatu organisasi industri akan mempengaruhi keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan atau direncanakan melalui wadah organisasi.

Hipotesa yang diajukan untuk mengarahkan penelitian ini adalah ada dampak yang signifikan/bermakna dari emotional intelligence, androginitas dan motif berprestasi terhadap gaya pengambilan keputusan.

Sebagai subyek/responden penelitian adalah seluruh manajer perempuan yang bekerja di Bank Mandiri (Persero) Tbk, Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, Bank Rakyat Indonesia (Persero) dan Bank Danamon (Persero) Tbk berikut seluruh kantor cabangnya yang berlokasi di DKI Jakarta. Jumlah manajer perempuan yang menjadi responden tersebut adalah 345 orang. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara non probability sampling.

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala emotional intelligence dari Weisinger (1998), skala Bern Sex Role Inventory (BSRU -dari Bem (1975), skala motif berprestasi dari Jamaludin Ancok dan Fatunochman (1993) yang merupakan adaptasi dan modifkasi dari Mehrabian Achiveing Tendency dan Decision Style Inventoqy (DSU dari Rowe (1981).

Analisis data dengan menggunakan sojiware/perangkat lunak LISREL versi 8.50 yang dikembangkan oleh Joreskog dan Sorbom (2000)- Hasilnya menunjukkan bahwa ada dampak yang signifikan/bermakna dari emotional intelligence dan androginitas terhadap gaya pengambilan keputusan. Motif berprestasi tidak berkaitan/tidak mempunyai dampak yang bermakna terhadap gaya pengambilan keputusan Hal ini berani bahwa tinggi rendahnya emotional intelligence dan androginitas individu akan diikuti oleh gaya pengambilan keputusan tertentu dan tinggi rendahnya motif berprestasi individu tidak diikuti oleh sesuatu gaya pengambilan keputusan.

Saran secara teoristis adalah diadakan penelitian lanjutan dengan menggunakan alat ukur yang lebih baik, yang memiliki validitas dan reliabilitas lebih. Saran praktis utama yang diajukan kepada Bank Mandiri, Bank BNI, Bank BRI dan Bank Danamon adalah menyusun program pelatihan untuk mengembangkan/meningkatkan emotional intelligence, androginitas dan motif berprestasi manajer perempuan serta pelatihan penggunaan gaya pengambilan keputusan secara fleksibel (fleksibilitas gaya pengambilan keputusan).
Abstract
This research is concerned with the styles of managerial decision-making by female managers working in banks and factors influencing the styles.

The objectives of the research is to identify whether there is a significant influence of emotional intelligence, androginy, and need for achievement on the styles of managerial decision-making by female managers.

Styles of managerial decision-making are behaviour orientation of an individual or the way by which an individual processes and evaluates information in making a decision on managerial level. Emotional intelligence is a perception regarding the ability of a person to combine emotion, mind, and behaviour to bring about good relationship, with himself/herself and with others. Androginy is a personality characteristic having high masculinity and feminity expressed in daily behavioural an right situation and condition. Need for achievement is a need that drives an individual to attain the highest quality performance.

This research is worth the effort since the styles of managerial decision-making is an industry would influence the organnzation in attaining its predetermined or planned goal cmd objectives.

Hypothesis offered to direct the research is that there is a significant influence of emotional intelligence, androgyny, and need for achievement on the styles of decision-making. Subjects of the research are all female managers working in the headquarter and in the DKI Jakarta branches of Bank Mandiri (Persero) Ltd Bank Negara Indonesia (Persero) Ltd Bank Rakyat Indonesia (Persero) Ltd and Bank Danamon (Persero) Ltd. The number of female managers as remondents is 345 persons gathered with non-probability sampling technique.

The measurement tools in this research are emotional intelligence scale by Weisinger (1998), Bem Sex Role Inventory (BSRD by Bem (1975), need for achievement scale by Jamaludin Ancok and Faturrochman (1993) as an adaptation and modification of Mehrabian Achieving Tendency and Decision Style Inventory DSU by Rowe (1981).

The data are analyzed with LISREL (Linear Structural Relation) 8.50, program created by Joreskog and Sorbom (2000).

The result shows that there is a significant influence of emotional intelligence and androgyny on the styles of decision-making. Need for achievement has nothing to do or does not have influence an the styles of decision making It implies that the degree of emotional intelligence and androgyny will be followed by certain styles of decision-making and the degree of need for achievement will not be followed by any certain styles of decision-making.

Theoriticaly, the suggestion is to perform subsequent researches with higher validity and reliability measurement tools. The main suggestion to Bank A/Iandiri, Bank BNL Bank BRL and Bank Danamon is to perform training to develop emotional intelligence, androgyny, and need for achievement for female managers and training to enhance the flexibility in applying the styles of decision-making.
2003
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andreas A. Danandjaja
Abstrak :
ABSTRAK
Dalam dunia manajemen di Indonesia dewasa ini terdapat sebuah pertanyaan mendasar, yang sejauh ini belum sepenuhnya dijawab melalui suatu proses penelitian yang seksama. Pertanyaan tersebut ialah: "Perilaku manajemen yang bagaimana yang cocok dengan alam/situasi di Indonesia ini?". Karena kurangnya informasi yang berhubungan dengan bidang ini,maka pertanyaan ini merupakan tantangan yang berat bagi usaha penelitian, namun sekaligus juga sangat menarik untuk dicoba jawab. Permasalahan yang tergambar dari pertanyaan ini kecuali memang merupakan permasalahan yang aktual untuk taraf operasional; juga membawa pengertian, bahwa teori-teori manajemen, yang merupakan pedoman-pedoman bagaimana orang harus bertindak; pada dasarnya mempunyai latar belakang kebudayaan tertentu yang berperan dalam menentukan tindakan atau perilaku manajemen seseorang seperti yang dinyatakan oleh Lane (1980) Hal ini menjadi nyata sekali bila orang mencoba untuk mengalihkan praktek-praktek manajemen yang dikembangkan di suatu lingkungan kebudayaan tertentu, ke dalam lingkungan kebudayaan lain, seperti yang pada masa ini banyak terjadi dengan adanya perusahaan multinasional. Dalam keadaan ini masalah-masalah yang timbul biasanya merupakan akibat dari benturan nilai-nilai budaya yang berbeda. Dalam penelitian ini pendekatan yang diambil untuk dapat menemukan jawab bagi pertanyaan tersebut terpaksa harus dimulai dari taraf yang awal sekali. Hal ini terjadi terutama karena jawaban terhadap pertanyaan tersebut menuntut adanya pengungkapan-pengungkapan pengertian yang bertahap, dari yang sangat mendasar, mengenai sistem nilai-nilai. yang hidup di antara para manajer, sampai pada perwujudannya secara operasional dalam situasi organisasi. Pada saat ini hal yang menyolok ialah kurangnya penelitian yang pernah dilakukan di bidang ini. Maka usaha yang harus dilakukan dalam penelitian masih harus menempuh jalan yang panjang dan berliku-liku serta banyak menggunakan asumsi-asumsi sebagai awal pijak. Namun demikian usaha ini sangat menarik, karena bila sampai pertanyaan tersebut dapat dijawab maka akan sangat bermanfaat bagi dunia manajemen di Indonesia. Karena akan memungkinkan para manajer di Indonesia, untuk mengembangkan perilaku manajemen yang lebih sesuai dan efektif di alam Indonesia. Dengan demikian dapatlah dibayangkan kelak berkembangnya suatu perilaku atau gaya manajemen yang khas Indonesia. Sampai saat ini kita di Indonesia masih lebih cenderung untuk mengambil alih pola-pola perilaku manajemen dari lain negara, akibatnya banyak kesulitan yang dijumpai dalam penerapannya. Sebagai contoh misalnya ialah konsep "manajemen partisipatif", orang dapat mengerti dan menyadari segi-segi positif dari manajemen yang partisipatif, baik ditinjau dari segi efektivitas organisasinya, maupun segi pengembangan manusianya.
1985
D121
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasibuan, Amir Asyikin
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat keterkaitan antara kepemimpinan transaksional dan kepemimpinan transformasional dengan sifat-sifat kewirausahaan serta pengaruh ketiganya terhadap kinerja karyawan maupun kinerja organisasi. Penelitian ini didasari oleh belum adanya penelitian yang berkaitan dengan kepemimpinan transaksional/transformasional dengan sifat-sifat kewirausahaan. Dalam menjawab penanyaan-pertanyaan dalam penelitian, dilakukan penelitian terhadap 195 pengusaha industri kecil garmen di DKI Jakarta Jengan menggunakan 3 jenis instrumen, yaitu 2 (1) Multifactor Leadership Questionnaire dari Bass dan Avolio (1990); (2) Inventory PTEP ?90 dad Iman Santoso Sukardi (1990) dan (3Q)Kwesioner pengukur kinerja karyawan dan kinerja Organisasi. Instrumen diuji validitas dan reliabilitasnya dengan menggunakan teknik analisis faktor, Uji korelasi item dengan skor total, Cronbach Alpha. Pengujian hipotesis menggunakan teknik korelasi product moment, analisis regresi ganda dan Uji t. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa: (a) perilaku kepemimpinan yang sering ditampilkan dominan ) oleh pengusaha industri kecil garmen merupakan kombinasi dari kepemimpinan transaksional dan kepemimpinan transformasional, khususnya manajemen pengecualian pasif dan konsiderasi individual (b) Sifat instrumental dan prestatif merupakan 2 sifat kewirausahaan yang dominan pada pengusaha industri kecil garmen, sedangkan 3 sifat kewirausahaan yaitu keyakinan diri, keberanian mengambil resiko dan swa-kendali dimiliki secara memadai oleh pengusaha industri kecil garmen ; (c) kepemimpinan transformasional lebih memiliki keterkaitan dengan sifat-sifat kewirausahaan dibandingkan dengan kepemimpinan transaksional; (d) kepemimpnan transformasional dan sifat-sifat kewirausahaan dapat menjadi peramal bagi kinerja karyawan maupun kinerja organisasi, sedangkan kepemimpinan transaksional tidak memberikan kontribusi sama sekali. Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang diperoleh ini, studi ini menyarankan beberapa hal : (a) dengan adanya keterkaitan kepemimpinan transformasional dengan sifat-sifat kewirausahaan, maka program-program pengembangan pengusaha industri kecil harus memperhatikan keduanya karena telah terbukti dapat menjadi peramal bagi kinerja karyawan maupun organisasi; (b) Studi-studi lebih lanjut tentang kepemimpinan dan sifat-sifat kewirausahaan dengan melibatkan lebih banyak bidang usaha dalam industri kecil masih sangat diperlukan.
2001
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Benedicta Prihatin Dwi Riyanti
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan faktor-faktor yang langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap keberhasilan usaha skala kecil. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi peningkatkan peran usaha kecil dalam perekonomian negara. Peran usaha skala kecil perlu ditingkatkan karena disamping jumlahnya yang mendominasi proporsi usaha di Indonesia, dan letaknya yang rnenyebar di kota-kota dan di desa-desa, usaha kecil juga merupakan cara terbaik untuk melakukan penyerapan tenaga kerja Serta pemerataan penghasilan. Terciptanya usaha kecil yang tangguh akan memperkokoh ekonomi dalam negeri karena usaha kecil biasanya menggunakan bahan baku dalam negeri dan sumber daya manusia dari dalam negeri. Usaha kecil yang tangguh akan menciptakan nilai tarnbah karena mereka melakukan usaha di dalam negeri untuk dikonsumsi oleh rakyat sendiri sehingga uang bcrputar kembali di dalam negeri. Hal ini akhimya memperkuat pasar dalam negeri (Swasuno, 2001). Kondisi ini bila tercipta akan memperkokoh perekonomian dalam negeri dalam memasuki pasar bebas.

Keberhasilan usaha akan dilihat dari faktor demografi, faktor perilaku inovasi dan faktor inovasi organisasi. Faktor demografi yang akan dilihat pengaruhnya pada keberhasilan usaha adalah faktor usia wirausaha, faktor keterlibatan dalam mengelola usaha, dan faktor tingkat pendidikan. Usia dipilih karena usia wirausaha biasa dikaitkan dengan entrepreneurial age (Staw, 1991) sehingga bertambahnya usia diartikan juga bertambahnya pengalaman. Pengalaman dipilih karena banyak penelitian menunjukkan bahwa wirausaha yang berhasil adalah wirausaha yang sebelumnya pernah mengelola usaha bidang lain, meskipun beberapa penelitian menunjukkan bahwa wirausaha tanpa pengalaman juga bisa berhasil. Tingkat pendidikan ingin diketahui pengaruhnya pada keberhasilan usaha.

Perilaku inovatif menjadi perhatian utama dalam penelitian ini, karena inovatif dan kreativitas adalah dua kata yang sering digunakan untuk melukiskan Sepak terjang wirausaha. Masalahnya kedua konsep tadi masih jarang dibahas secara mendalam apalagi dibuktikan secara empiris. Perilaku inovatif disini menekankan pada gaya berfikir, yaitu apakah Seseorang cenderung membuat keputusan inovatif yang adaptif atau cenderung membuat keputusan inovatif yang kreatif (Kirton, 1973). Konsep perilaku inovatif disini adalah konsep kepribadian kreatif (Kirton, 1973. Goldsmith, 1980). Sejumlah ahli yakin bahwa kepribadian kreatif tumbuh sejak bayi berusia 2 bulan (Feij, ct. Al.; Abrams & Neubauer; Hold; Molen dalam Kirton, 1989). Sejak kecil seseorang sudah mcmpunyai tendensi untuk meiakul-:an perubahan secara perlahan-lahan (inovasi adaptif) atau perubahan secara total (inovasi kreatif). Ciri-ciri ke arah inovasi adaptif atau inovasi kreatif dapat dilihat pada sifat-sifat tertentu. Misalnya, sifat percaya diri, individualistik, berorientasi benda, dan suka ekspIorasi? versus ?suka menyesuaikan diri dan sosial? (Kirton, 1989). Karena perilaku inovatif ditentukan oleh ciri-ciri sifat tertantu maka penelitian ini akan melihat pengaruh sembilan sifat wirausaha dari Sukardi (1991) terhadap perilaku inovatii Pengaruh tipe kepribadian Miner (1996) juga akan dilihat terhadap perilaku inovatif yang menurut penciptanya konsep ini bisa digunakan untuk memprediksi keberhasilan usaha.

lnovasi Organisasi adalah konsep yang lain tentang keberhasilan. Higgins (1994) bahkan menyebutnya dengan sangat bombastis ?inovafe"or evaporate". Ungkapan itu dimaksudkan untuk menunjukkan pentingnya organisasi yang inovatif pada dunia bisnis yang kompetitif saat ini. Konsep inovasi organisasi dari Higgins (1994) akan di gunakan sebagai acuan. Syarat utamanya terciptanya inovasi organisasi adalah adanya kemauan untuk terus belajar, karena itu organisasi pembelajar adalah kuncinya. Selain organisasi pembelajar, juga harus tercipta lingkungan kerja yang homogen, dimana tercipta relasi yang kondusif antara atasan dan bawahan, dan antara sesama karyawan. Untuk itu relasi dalam organisasi menjadi syarat kedua terciptanya inovasi organisasi.

Konsep Kaplan dan Norton (1996) meskipun tidak lengkap akan digunakan sebagai acuan untuk kriteria keberhasilan usaha dalam menyusun alat ukur. Kriteria keberhasilan yang digunakan dalam penelitian ini diukur dari tingkat kemajuan yang dicapai perusahaan dalam hal akumulasi modal, jumlah produksi, jumlah pelanggan, perbaikan sarana fisik, perluasan usaha dan kepuasan kerja karyawan.

Yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah: apakah faktor demografi, faktor perilaku inovatif; dan inovasi organisasi berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan usaha? Yang manakah diantara variabel-variabel tersebut yang terbukti berpengaruh terhadap keberhasilan usaha, dan bagaimana bentuk hubungan struktural yang terbangun dari variabel-variabel tersebut?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut dilakukan penelitian yang rnelibatkan 161 wirausaha yang membuka usaha di DKI dan DIY. Di Jakarta penelitian dilakukan di Kawasan Industri Pulo Gadung, Perbanas, dan Kalimalang. Di DIY penelitian dilakukan di Daerah Yogyakarta dan sekitamya. Tehnik sampel yang digunakan adalah tehnik accidental sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini ada 9 instrumen berupa kuesioner dan daitar isian. Daftar isian digunakan terutama untuk mengukur faktor demografi, akumulasi modal dan proses bisnis internal.

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap tentang variabel-variabel demografi, perilaku inovatif dan inovasi organisasi diiakukan analisis hubungan kausal dengan menggunakan model persamaan struktural, dengan program LISREL 8.31 (Linear Structural Relations) yang diciptakan oleh Joreskog dan Sorbom (1996).

Hasil uji persamaan struktural menunjukan bahwa (1) variabel usia memberi pengaruh langsung yang bermakna pada keberhasilan usaha, (2) variabel pengalaman dalam berusaha tidak memberi pengaruh langsung yang bermakna pada keberhasilan usaha, (3) variabel tingkat pendidikan tidak memberi pengaruh langsung yang bemakna pada keberhasilan usaha, (4) variabel sifat-sifat wirausaha mernberi pengaruh langsung yang bermakna pada perilaku inovatif (5) variabel tipe kepribadian memberi pengaruh langsung yang bemakna pada perilaku inovatif (6). variabel sifat-sifat wirausaha memberi pengaruh tidak Iangsung yang bermakna pada keberhasilan usaha melalui perilaku inovatif wirausaha, (7) variabel tipe kepribadian memberi pengaruh tidak langsung yang bermakna pada keberhasilan usaha melalui perilaku inovatif wirausaha (8) perilaku inovatif memberi pengaruh langsung yang bermakna pada keberhasilan usaha.

Untuk variabel organisasi pembelajar, variabel relasi dalam organisasi dan inovasi organisasi tidak memberi pengaruh baik langsung maupun tidak langsung pada keberhasilan usaha. Tetapi ketiga variabel tersebut menciptakan persamaan struktural baru dan memberi pengaruh pada kepuasan kerja karyawan.

Dari hasil studi ini dapat diajukan beberapa saran: (1). Perilaku inovatif hendaknya diiadikan program pengembangan SDM Indonesia, dengan mengikutsertakan sembilan sifat wirausaha dari Sukardi dan empat tipe kepribadian dari Miner. (2). Program pelatihan sembilan sifat wirausaha dari Sukardi digabung dengan pelatihan lentang kreativitas dan Achievement Motivation Training bermanfaat untuk mengembangkan wirausaha-wirausaha tangguh.
Abstract
This research is intended to explore the direct and indirect factors affecting the success of small entrepreneurs. The result of this research may provide input in an attempt to increase the role of small entrepreneur in Indonesian economy. This is due to its dominan proportion in lndonesian business and its widespread locations in Indonesian cities and villages.

Small entrepreneurs are also the best way to increase employment and equal distribution of income. Solid small entrreneurs are expected to strengthen the domestic economy since they uses local raw materials and human resources. They also gain additional values because of their domestic location and consumers, thus contributes to domestic money circulation. This will eventually strengthen the domestic economy (Swasono, 2001), the conditions of which will enhance the preparation for the national economy to enter the free market.

The success of entrepreneurship is evaluated from three factors: demography, innovative behavior and organizational innovation. Demography affects the success of entrepreneurship in term of age, experience in entrepreneurial management and educational level. Age is chosen for it is normally linked with entrepreneurial age (Staw, 1991): with the increase ofthe entrepreneur?s age, more experience is gained. Experience is chosen for it has been shown that successful entrepreneurs are those who had previous managerial experience, although other studies show that entrepreneurs without experience may also succeed. The role of educational level is also explored.

The major focus of this study is innovative behavior since innovative and creativity are used to describe entrepreneurial behavior. Both concepts, however, lack attention and empirical verification. Innovative behavior emphasizes way of thinking, i.e. whether one tends to make adaptive or creative decisions (Kirton, 1973). Innovative behavior is thus a personality concept (Kirton, 1973; Goldsmith, 1980). A number of experts believe that creative personality develops from the age of two months (Feij, et.al.; Abrams & Neubauer; Hold; Molen (in Kirton, 1989). Since childhood, one tends to make gradual changes (adaptive innovative) or total changes (creative innovative). The tendency toward adaptive or creative innovation can be seen in particular traits, such as ?self-will, individualistic, thing orientated, and explorative versus ?compliant and social? (Kirton, 1989). Since innovative behavior is determined by particular traits, this study investigates the influence of Sukardi?s (1991) nine characteristics of entrepreneur on innovative behavior. The study also investigated the influence of Miner?s (1996) personality types on innovative behavior since this concept is, according to its inventor, may predict success in entrepreneurship. Organizational innovation is another concept of success. Higgins (1994) describes it bombastically: ?innovate or evaporate". This shows the importance of innovative organization in the present competitive business world. ln this study, Higgins? organizational concept is adopted as reference. The main requirement for creating organizational innovation is motivation for continuous leaming and thus the key is organizational learning. Beside the lcaming organization, organizational relation is the second requirement for organizational innovative. This includes homogenous workplace environment, where conductive relations must exist between the superior and subordinate, and among workers.

This study adopts Kaplan and Norton?s (1996) concept, despite its incompletion, as a reference in composing the parameter of criteria of entrepreneurial success. The criteria of entrepreneurial success in this research are the stages of growth reached bythe company in terms of capital accumulation, product quantity, customer amounts, the growth of physical means, diversification on business, and work satisfaction.

The problem in this research are: do the demographic factors, innovative behavior factors, and organizational innovations factors affect the degree of entrepreneurial success? Which of those variables influence the entrepreneurial success? And what is the structural equation model (SEM) constructed tiom those variables?

To answer those questions, this research involves 161 entrepreneurs in Jakarta and Yogyakarta. The research is done at Kalirnalang, Perbanas, and Pulogadung Industrial Square and in Daerah istimewa Yogyakarta. The data are collected using accidental sampling technique. Nine instruments are used in this research, in the form of questionaires and blank fomrs. Blank forms are particulary used to measure the demographic factors, capital accumulation and intemal business process.

To provide a complete description ofthe demographic, innovative behavior, and organizational innovation variables, analysis of causality relation is conducted by applying structural equation model of Linea: Structural Relation (LISREL) 8.31 program created by Joreskoq and Sorbom (1996).

The results of structural equations test indicates that: (l) age has direct and signiiicant impact on the success of entrepreneurship, (2) entrepreneurial experience has no direct impact on the success of entrepreneurship, (3) degree of education has no direct impact on the success of entrepreneurship, (4) characteristics of entrepreneur has direct and signiticant impact on innovative behavior, (5) personality type has direct and significant impact on the innovative behavior, (6) nine characteristics of entrepreneur variable has indirect and signiiicant impact on the success of entrepreneurship, (7) personality type has indirect and significant impact on the success of entrepreneurship, (8) the innovative behavior has direct and significant impact on the success of entrepreneurship.

Organizational leaming, organization relations and organizational innovative has no direct nor indirect impact on the success of entrepreneurship. However, these three variables create a new structural equation model, which affect worker?s satisfaction. This study presents the following suggestions: (1) innovative behavior need to be adopted as the model for human resources development in Indonesia, by involving Sukardi?s nine characteristics of entrepreneur, and Miner?s four personality types, (2) training programs adopting Sukardi?s nine characteristics of entrepreneur combined with creativity training and Achievement Motivation Training is effective to develop strong and stable entrepreneurs.
2002
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amrul Mustafa Sulaiman Baroos
Abstrak :
ABSTRAK
Pemboran sumur Migas adalah suatu kegiatan sistem dinamis yang rawan dengan kesalahan kerja yang dipengaruhi oleh banyak variabel. Variabel-variabel tersebut mencakup (1) rancangan peralatan dan lingkungan fisik, (2) aspek manajemen, (3) kondisi kerja, (4) karakteristik karyawan, (5) lingkungan sosial, (6) iklim psikologis, dan (7) kesehatan mental. Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh langsung terhadap sikap berperilaku kerja tidak aman bersumber pada variabel karakteristik karyawan, lingkungan sosial, iklim psikologis, dan kesehatan mental. Faktor-faktor tersebut adalah percaya diri, iklim organisasi, dan pengalaman. Ketiga faktor tersebut masing-masing merupakan indikator dari variabel karakteristik karyawan, lingkungan sosial dan iklim psikologis.

Hasil penelitian juga menunjukkan adanya perbedaan sikap berperilaku kerja tidak aman pada subyek bila dilihat dari tingkat kesehatan mental, pendidikan dan kondisi perusahaan tempat bekerja.
2004
D2123
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wutun, Rufus Patty
Abstrak :
ABSTRAK
Studi ini dilakukan untuk menelaah hubungan antara kepemimpinan transformasional dan transaksional dengan struktur keorganisasian, tata nilai keorganisasian, dan praktik-praktik keorganisasian pada sejumlah organisasi di Jakarta dan Surabaya. Sampel berasal dari 22 organisasi yang terdiri dari 7 organisasi di Jakarta dan 15 di Surabaya. Responden berjumlah 557 orang manajer madia. Mereka diminta untuk menilai kepemimpinan bermodalitas ganda tersebut.

Penilaian mereka terhadap kapemimpinan yang bermodalitas ganda tersebut didasarkan pada struktur keorganisasian, tata nilai keorganisasian, dan praktik-praktik keorganisasian. Penilaian para responden terhadap kepemimpinan yang berkualitas ganda merujuk pada MLQ 5X-R dari Bass dan Avolio (1994). Penilaian terhadap struktur keorganisasian merujuk pada KSO dan Paramita (1985). Sedangkan terhadap tata nilai keorganisasian dan praktik-praktik keorganisasian, penilaian mereka merujuk pada VSM?94 dan WIWQ dari Hofstede (1994;1998).

Data dikumpulkan dengan kuesioner. Setelah terkumpul, data tersebut dianalisis secara statistika dengan teknik analisis persamaan struktural dengan menggunakan program LISREL versi 8.50 dari Joreskog dan Sorbom (2001).

Hasil yang diperoleh dari analisispersamaan struktural sebagai berikut: Nllai chi-square (X2) sebesar 175.34; db 147; p. 0.055. Hasil tersebut memperlihatkan bahwa besaran nilai X2 =175.34 dan harga p yang diperoleh (p = 0.055) lebih besar dari batas penerimaan (p = 0.05). Hasil tersebut mengndikasikan bahwa ada perbedaan yang signitikan antara matriks kovarian yang diharapkan oleh model teoretik dengan matriks kovarian data. Dengan demikian, modalnya ftt dengan data.

Ada kontribusi yang signifikan dari struktur keorganisasian terhadap kualitas kepemimpinan transaksional (Y11= 0.42, t= 3.9O,) dan transformasional (y21 = -0.39, t = -2.90). Nlial tldak berkontrtbusl sacara signifikan terhadap kepemimpinan transformasional (y22 = 0.14, t = 1.87) dan transaksional (Y12 = -0.15, t = -1.89. ' Ada kontribusi yang tidak signitikan dari praktik-praktik keorganisasian terhadap kepemimpinan transformasional (Y23 =-0.02, t= -0.29). Besaran nilai sumbangan praktik-praktik keorganisasian terhadap _kualitas kepemimpinan transformasional = -0.02, t= -0.29 kecil dan negatif. Dan signifikan untuk transaksional (Y13 = 0.45, t = 8.12). Korelasi antara struktur keorganisasian dan tara nilai sebesar 0.43, t= 2.28. Hasil ini menunjukkan bahwa struktur keorganisasian berkorelasi secara signifkan dengan tata nilai. Korelasi antara struktur keorganisasian dan praktik-praktik keorganisasian sebesar 0.28, t = 6.04. dan korelasl antara tata nilai dengan praktik-praktik keorganisasian sebesar 0.27, t = 2.13. Hasil ini menyatakan bahwa struktur keorganisasian berkorelasl secara signifikan dengan tata nilai dan demikian pula antara tata nilai dengan praktik-praktik keorganisasian.

Kontribusi kepemimpinan transaksional terhadap kualitas kepemimpinan transfonnasional sebesar1.15; t= 8.32. Hasil ini mengindikasikan signifikansi kontribusi kualitas transaksional terhadap kepemimpinan berkualitas transformasional. Hasil studi tersebut menjelaskan bahwa kualitas transaksional dapat menjadi dasar untuk mengembangkan kepamimpinan berkualiias transformasional.

Signifikansi hasil pangujian dampak tidak langsung terhadap kepemimpinan transformasional yang telah dihipotesiskan berhasil didukung. Hal ini menunjukkan bahwa kepemimpinan transformasional secara tidak Iangsung dapat dijelaskan oleh struktur keorganisasian, tala nilai, praktik-praktik keorganisasian melalui kualitas kepemimpinan transaksional. Dengan demikian, kepemimpinan transformasional bisa Iebih berhasil diterapkan jika pemimpin mempraktikkan juga kepemimpinan berkualitas transaksional. Muatan faktor untuk dimensi formalisasi (1.05) dan kompleksitas (0.83) tinggi. Besaran muatan faktor tersebut mengindikasikan organisasi yang mekanistik. Hal itu mencerminkan hierarkhi dalam organisasi dan tugas-tugas yang rutin dan terinci dalam batas tanggung jawab yang ketat (Mead, 1994). Konfigurasi ini disebut autoritas hierarkhi 'mekanistik" atau orientasi vertikal (Koentjaraningrat, 2000; Munandar, 2001).

Muatan faktor ntuk dimensi orientasi proses (0.81), tugas (078), parokial (0.72), dan sistem tertutup (0.71) dari variabel praktik-praktik keorganisasian, tinggi. Keempat dimensi tersebut menyatakan struktur aktivitas keorganisasian bersifat rutin, selanjutnya dilabel sebagai konsentrasi tugas.

Autoritas hierarkhi dan konsentrasi tugas dapat membangun satu konfigurasi karena keduanya mencerminkan organisasi mekanistik. Autoritas hierarkhi dan tugas dapat diasosiasikan dengan kebutuhan individu akan security. Kebutuhan individu akan security didasari oleh nilai uncertainly avoidance (Hofstede, 1997).

Dimensi LTO, IDV, MAS, mencerminkan mental orang-orang di dalam organisasi (Hofstede, 2002). Hasll pengujian menunjukkan bahwa muatan faktor untuk LTO (0.69), IDV (0.61), dan MAS (059), tinggi. Dimonsi nilai-nilai tersebut mengindikasikan collective mental programming of the mind dan anggota organisasi. Konfigurasi dimensi-dimensi nilai tersebut dilabel sebagai mentalitas egosentris. Mentalitas orang-orang yang dikuasai pemikiran akan imbalan masa depan, individu listik, dan maskulin. Mentalitas mereka dikuasai oleh kebutuhan akan ?kepemilikkan? untuk diri sendiri dalam menghadapi situasi masa depan yang sarat dengan ketidakpastian.

Kontigurasi mentalitas egosentris, autoritas hierarkhi, dan autoritas tugas mempengaruhi persepsi mereka terhadap kepemimplnan yang lebih berkualitas transaksional daripada transformasional. Untuk itu perlu dilakukan perubahan pengelolaan organisasi dari mekanistik ke arah organik, dari aktivitas yang berorientasitugas ke arah pemberdayaan (manusia) untuk mencapai tujuan dan hasil bersama. Perubahan kondisi tersebut akan berpengaruh terhadap persepsi mereka dan mentalitas egosentris ke arah mentalitas altruistik yakni ?orientasi ke-kita-an'. Dengan demikian persepsi subyektivitas mereka terhadap kualitas kepemimpinan yang transaksional akan bergeser ke arah yang Iebih transformasional. Dengan cara demikian, mereka akan mempersepsi pola pengelolaan dan kepemimpinan organisasi yang Iebih transformasional daripada pola transaksional.
2004
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library