Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Soelistyati Soewardi
"Isi pokok skripsi ini adalah tentang etika politik seperti terwujud dalam perubahan sosial yang sekarang ini berlangsung di negara-negara miskin yaitu sebagian besar negara-negara Dunia Ketiga. Perdebatan abadi yang sampai kini belum pernah tuntas tentang pembangunan dan ilmu ekonomi tetap merupakan topik yang menarik bagi para sosiolog dan pengamat pembangunan. Seberapa jauh suatu penelitian pembangunan itu obyektif Dan sejauh manakah ilmu ekonomi yang mendasarinya itu relevan ? Sejarah telah memberikan data bahwa ilmu ekonomi lahir dan berkembang di alam kapitalisme. Dengan sendirinya penganutnya adalah masyarakat kapitalis yang mempunyai rumusan - rumusan demi kepentingan kelas dan golongannya. Di lain pihak perkembangan ekonomi juga terjadi di negara-negara sosialis yang berusaha pula mengetengahkan teori-teori untuk kepentingan masyarakat dan golongan sosialis. Sementara itu di negara-negara yang baru tumbuh sesudah Perang Dunia II, yang sebagian besar rakyatnya masih terikat pada sistim-sistim nilai tertentu yang tradisional, hendak memajukan negaranya dengan mencontoh model pembangunan yang telah ada di negara-negara maju. Dalam keadaan dimana sebagian besar masyarakatnya masih kurang berpendidikan dan selalu disibukkan oleh kepentingan-kepentingan untuk mengatasi kesulitan mereka sendiri, maka para penguasa dan elite intelektual sajalah yang menentukan rumusan-rumusan pembangunan negara itu menurut kepentingan golongannya dendiri. Dengan demikian pembangunan negara bukanlah semata-mata dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi tetapi sekaligus juga dihadapkan pada masalah politik pembangunan. Jadi teoni pembangunan yang dilaksanakan di negara-negara Dunia Ketiga adalah kapitalisme mengutamakan pertumbuhan ekonomi, sosialisme yang menekankan pentingnya revolusi. Masing-masing sistim ini mengandung idiologisasi dan pengandaian tertentu yang belum terbukti dan sulit bisa dipertahankan kebenarannya. Sehubungan dengan itu perlu dianalisa bahwa setiap negara berhak menempuh jalan pembangunannya sendiri. Pendirian ini perlu dikemukakan agar negara tersebut dapat menentukan pilihan yang paling tepat baginya, suatu jalan tengah yang realistis dan pragmatis dalam suasana keterbukaan terhadap pengaruh-pengaruh yang baik dari Negara-negara yang sudah maju. Pendekatan teoritis yang baru ini berusaha mengintegrasikan semua fakta-fakta secara interdependen. Semua alternatif yang sekiranya berat sebelah dan tidak bermanfaat harus diatasi. Salah seorang pengamat pembangunan yang berusaha ke arah itu adalah Peter L. Berger, meskipun nerupakan suatu pengamatan yang masih dalam taraf analisa, model tersebut telah ditawarkannya di beberapa negara berkembang. Jalan yang ditawarkannya itu adalah suatu alternatif demi terlaksananya suatu pembangunan yang manusiawi."
Jakarta: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Natsir Afandi
"Karya tulis ilmiah ini akan menelaah suatu masalah pokok, yaitu mengenai Kebebasan Menuru Jean Paul Sar_tre dalam 'Ada dan Ketiadaan'. Sartre, lahir di Paris tanggal 21 Juni 1905 dan meningrgal 15 April 1980. Banyak menulis karya-karyanya di bidang filsafat, prose-fiksi, drama dan lainnya. Sartre mendasari filsafatnya dengan bertumpu pada ontologi. Ia mengemukakan masalah ada, yakni : (1) L'etre en-soi (Ada-pada-dirinya), (2) L'erte pour-soi (Ada-untuk-dirinya), dan (3) L'etre pour-les autres (Ada-untuk-orang lain) beserta sifat-sifatnya. Kebebasan merupakan sifat dari "etre pour-soi" yang tidak dapat dilepaskan sifat lainnya, yakni, kesadaran, kebelumselesaian dirinya. Maka, "Kebebasan sebagai Ada dan Ketiadaan" harus dipahami sebagai berikut ini. "Ada" sebagai pour-soi (untuk dirinya) adalah dihukum untuk bebas. "Ada" ini mampu "berbuat" baik secara "meniada" maupun untuk "mengadakan".
Dengan melalui kemampuan menentukan pilihan/tujuan di pikiran, motif, motivasinya, kehendak dan tindakannya guna mewujudkan tujuan objektifnya. Berarti melalui kebebasannya manusia mempunyai kesanggupan untuk menyadari dirinya yang bebas itu memang _ada_ sekaligus mampu memahami fenomena-fenomena dirinya. Maka dari itu dirinya dipahami sebagai ada dan tiada, mampu "membuat" dirinya, dengan membuat dari yang tiada menjadi ada (mampu mewujudkan apa yang di alam pikirannya menjadi kenyataan). Lagi pula Sartre juga mengulas kebebasan dalam hubungannya dengan situasi, faktisitas, serta tanggung jawabnya. Begitu juga kebebasan erat kaitannya dengan pembuatan nilai-nilai yang dilakukan oleh dirinya. Demikianlah menurut Sartre.
Penulis memilih judul Skripsi tersebut, guna mengetahui arti suatu kebebasan. Dan tentunya kita ingin mengetahui pengaruh kebebasan terhadap suatu masyarakat khususnya terhadap kreativitas atau dinamikanya. Maka, tidak heran jika diperlukan pula adanya evaluasi atau pun pembahasan mengenai relevansinya. Namun, guna mengetahui isi tulisan tersebut yang lebih luas sebaiknya dibaca dalam bab-bab selanjutnya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1990
S16181
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lalanlangi, J. L. Pakan
"ABSTRAK
Kertas kerja ini berusaha mengangkat ke permukaan kembali wawasan kebangsaan Dr. Setiabudi Douwes Dekker yang dalam Sejarah Politik Indonesia lebih dikenal sebagai Indisch Nationalisme setelah wawasan kebangsaan tersebut diterima secara aklamasi menjadi asas, tujuan dan program politik Indische Partij pada tanggal 26 Desember 1912 dalam sebuah Rapat Nasional Indische Partij di Bandung. Indisch Nationalisme ini dapat disebut sebagai perintis Nasionalisme Indonesia sebagaimana menjadi pendapat para sejarahwan Indonesia seperti Prof, Sartono Kartodirdjo, bahkan Dr Ir Soekarno Presiden Pertama Republik Indonesia yang dikenal pula sebagai penggali Pancasila menyebut Setiabudi Douwes Dekker sebagai Bapak Nasionalisme Indonesia. Ada tiga buah faktor yang bertemu dan berpadu dalam kesadaran Setiabudi. Douwes Dekker yang menjadi penyebab lahirnya wawasan kebangsaannya itu yang kemudian dikenal sebagai Indisch Nationalisme, yaitu: Pertama, realitas struktur politik kolonial Nederlandsch India kurun waktu paruh akhir abad ke-19 hingga tahun2 pertama awal abad 20, sebagaimana yang dihadapi Berta digumuli oleh Setiabudi Douwes Dekker Dan kemudian lebih diperkuat oleh pengetahuan Setiabudi Douwes Dekker tentang sejarah dan budaya Indonesia."
1989
S16156
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Selu Margaretha Kushendrawati
"Suatu kenyataan yang kita hadapi dengan jelas sains dan teknologi telah semakin mendapat tempat dalam perhatian manusia. Sehubungan dengan hal tersebut, secara khusus Habemias menanggapi bahwa sains dan teknologi telah menjadi ideologi. Agaknya, pendapat orang pada umumnya, kemajuan rasio, sains dan teknologi dapat membuktikan keberadaan materi sebagai satu-satunya ada dalam dunia yang teratur ini.
Di sini terdapat suatu prasangka bahwa perkembangan sains dan teknologi yang cenderung materialistik itu menghambat bahkan menghapuskan eksistensi Tuhan. Apakah benar kemajuan sains dan teknologi merupakan ancaman terhadap eksistensi Tuhan? Sebenarnya prasangka ini telah timbul sejak jaman skolastik di mana Thomas Aquinas (1225-1274) menyatakan dengan tegas bahwa akal merupakan bahaya atau ancaman bagi iman. Selama beberapa abad filsafat skolastik merupakan filsafat resmi gereja Katolik dalam kekaisaran Romawi yang berhadapan dengan aliran-aliran hellenisme.
Lambat laun filsafat klasik kehilangan daya tariknya, antara lain akibat munculnya suatu cara berpikir baru yaitu berpikir secara ilmiah, terutama dalam bidang fisika. Munculah tokoh-tokoh filsafat pada awal jaman baru fisikus-fisikus seperti: Copernicus dengan heliosentrismenya (1473-1543), Galilei (1564-1642) dan Isaac Newton (1642-1727). Fisika Newton dengan gemilang dapat menunjukkan bahwa pendekatan terhadap realitas melalui pengalaman ilmiah yaitu observasi dan eksperimen dapat membuktikan alam semesta ini terdiri dari atom yang saling rnempengaruhi secara kausal. Maka lahirlah sikap kritis sebagai inti sikap ilmiah. Timbul pada jaman modern mengenai suatu keraguan akan kebenaran: Apakah manusia dapat memastikan apa yang benar dan apa yang tidak? Maka muncul pertentangan antara ajaran agama dan teori-teori ilmu pengetahuan.
Sebagai perintis filsafat baru dikenal nama Rene Descartes (1596﷓ 1650). la mencari titik tolak penyelidikan tentang yang pasti dan benar yaitu dalam kesadaran manusia sendiri "Cogifo Ergo Sum". Oleh karenanya Descartes dianggap seorang tokok rasionalisme. Era tersebut bertahan sampai kemudian jaman Aufklarung di abad 17 dan ke 18 melahirkan begitu banyak pemikir."
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Syafrida Danny
"Prof. Marshall Mc.Luhan lahir tanggal 21 Juli 1911 di Edmonton Alberti, Canada. Pada zaman post modern, Mc. Luhan adalah seorang ingenious dan imaginatif, berhati-hati dan seorang tokoh yang paling menonjol dalam bidang komunikasi, pada abad kontemporer ini. Dia studi di Universitas Manitoba tahun 1933-1939 BA MA dan 1940 di Cambridge. 1942 PHD. Dari tahun 1960 mengajar di berbagai Universitas U.S.A. dan Canada. Semenjak pertengahan tahun 1940 mengajar di Universitas Toronto dan pengarang Mechanical Bride. Semenjak tahun 1963-1967 menjadi direktur pusat kebudayaan teknologi. Dia mengatasi pembatasan literatur seni, pendidikan, filsafat,psikologi, sosiologi dan lain-lain. a. Studinya yang intensif mengenai perkembangan kebudayaan dilihat dari sejarah media komunikasi yang dituangkan Mc. Luhan dalam beberapa buku,dan yang paling menonjol di antaranya adalah Understanding Media, _The Extensions of Man. Buku ini ditulis tahun 1964 yang telah berhasil menciptakan revolusi komunikasi abad ke-XX. Konsep dan pandangannya adalah kontraversial, suatu pandangan yang original dan sangat mendasar dengan acuan bukunya, The Gutenberg Ga1axy, suatu karya yang mengungkapkan pergesaran sifat-sifat media. Dagi Mc, Luhan kebudavaan teknologi elektrik ini mempunyai pengaruh pada manusia, pertama-tama adalah kecemasan anxiety (hal.39). Tetapi karena-manusia itu cenderung terus-menerus berusaha mem_perluas dirinya, maka ia selalu mencari alternatif untuk keluar dari dampak negatif ini. Sifat kecemasan yang disinggung Mc.Luhan ini nampaknya sesuai dengan pandangan kaum eksistensialisme yang sering disebutnya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1990
S16131
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budhy Kusworo
"Situasi batas dalam filsafat eksistensi Karl Jaspers adalah suatu tema filsafati yang menjelaskan, bahwa manusia di samping dapat memperoleh pengetahuan karena brrfikir rasional obyektif juga memperoleh pengetahuan yang mengatasi pengetahuan ini, yaitu pengetahuan transenden. Filsafat eksistensi Karl Jaspers bertitik-tolak dari tiga asas pemikiran, universalitas, orisinalitas dan unitas Ada. Universalitas menunjuk kepada kita dan dunia, di mana kita ini berada (Dasein). Di dunia ini kita berfikir rasional obyektif, artinya kita menanggapi dunia sebagai obyek dan kita sendiri subyeknya. Pengetahuan yang kita peroleh tentang dunia ini berlaku umum, yaitu berlaku untuk siapa saja lama, dan oleh karena itu bersifat universal. Di dalam mitos dan agama kita mengenal istilah-istilah jiwa dan Tuhan, dan dalam bahasa filsafat kita mengenal Existenz dan transendensi. Existenz inilah orisinalitas atau keaslian kita. Beberapa nama lain yang diberikan kepada Existenz adalah jiwa jati diri dan kadang-kadang juga disebut kebebasan, karena sifatnya bebas. Unitas Adalah Ada Yang Satu, yaitu Tuhan atau transendensi. Baik Existenz maupun transendensi tak dapat diketahui dan difahami dengan berfikir rasional obyektif, karena bukan obyek. Existenz dan transendensi hanya dihayati oleh individu yang bersangkutan saja dan seperti yang telah dikatakan di atas bukan merupakan hasil pemahaman rasional obyektif atau menurut istilah Karl Jaspers, orientasi dunia. Untuk kemungkinan dapat menghayati Existenz dan transendensi ini diperlukan dipenuhinya dua syarat. Syarat yang pertama ialah, bahwa orientasi dunia atau berfikir rasional obyektif telah mencapai batasnya, artinya orientasi dunia sudah tidak dapat memberikan pengetahuan lagi. Situasi demikian ini disebut situasi batas, yaitu batas kemampuan orientasi dunia dapat memberikan pengetahuan. Syarat yang kedua ialah, bahwa setelah berfikir rasional obyektif mencapai batas kemampuannya untuk memberikan pengetahuan, maka kita tetap memusatkan perhatian kita atau mengkontemplasikan masalah yang secara rasional obyektif tak dapat dipecahkan lagi itu. Menurut istilah filsaat eksistensi Karl Jaspers tetap berusaha memecahkan masalah yang telah mencapai jalan buntu ini disebut membuat keputusan. Demikianlah, hanya dengan memenuhi kedua syarat tersebut ini sajalah kemungkinan pengetahuan transenden dapat diperoleh. Hanya dengan demikian ini sajalah Existenz dan transendensi dihayati. Existenz pada hakekatnya tidak memberikan pengetahuan.Exist-enz juga tidak berdiri mandiri. Artinya, Existenz atau jati-diri, atau jiwa atau kebebasan itu hanya muncul dari kedalaman batin kita karena tidak puas dengan masalah yang tak dapat kita pecahkan hingga mencapai situasi batas itu, dan selanjutnya semata mata hanya membuka diri kepada transendensi saja. Dalam hal Existenz ini benar-benar bebas, maka transendensi memanifestasikan diri kepada Existenz yang bebas itu, karena transendensi hanya memanifestasikan diri kepada kebebasan saja. Dan dengan demikian, pengetahuan transenden kita peroleh. Sifat pengetahuan transenden ini mutlak, artinya yang menerima pengetahuan transenden tidak menanyakan lagi tentang mengapa dan bagaimananya, namun menerimanya secara mutlak. Demikianlah inti-sari dari situasi batas dalam fileafat eksistensi Karl Jaspers."
Depok: Universitas Indonesia, 1989
S16018
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tambunan, Sihol Farida
"Penelitian mengenai imajinasi pada kesadaran secara filosofis masih langka di Indonesia. Skripsi ini ditulis dengan alasan untuk mengisi kekosongan akan penelitian secara epistemologis sebagai bagian dari cara ilmu filsafat, dan dengan tujuan akan bertambahnya pengetahuan pembaca mengenai imajinasi mengingat pentingnya bagian kesadaran tersebut bagi kehadupan manusia. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kepustakaan. Buku-buku yang dipakai merupakan buku-buku bacaan primer teks-teks filsafat dan buku-buku bacaan sekunder yang bersangkutan dengan tema skripsi. Sekelumit pandangan Sartre mengenai imajinasi dipaparkan pada skripsi. Menurut Sartre, data persepsi, konsep dan imaji masing-masing merupakan struktur struktur kesadaran yang memiliki aktivitasnya masing-masing. Sartre menganggap bahwa imaji adalah kesadaran yang tercakup pada suatu keluarga imaji yang memiliki materi. la menyanggah pandangan yang disebutnya sebagai ilusi imanensi yang menganggap imaji terdapat di dalam kesadaran. Pandangan seperti ini terurai dalam buku karya Steenberghen yang berjudul Epistemology sebagaimana terurai pada bab III penulisan skripsi ini. Pada skripsi ini terlihat perbandingan antara kedua pandangan tersebut, yakni pandangan Sartre dan pandangan para filsuf yang menurut Sartre menganut ilusi imanensi. Sartre menganggap kegiatan imajinasi harus disertai dengan kegiatan refleksi sebab tanpa refleksi kegiatan imajinasi hanya menghasilkan ketiadaan."
Depok: Universitas Indonesia, 1989
S16039
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mardety
"Skripsi ini membicarakan salah satu tema penting dalam filsafat Karl Jaspers, yaitu Komunikasi. Karl Jaspers adalah seorang filsuf Jerman yang muncul pada abad kedua puluh. Dia dikategorikan sebagai tokoh penting dalam Eksistensialisme. Sebagai Eksistensialisme, Jaspers membahas manusia dan menguak dimensi sosial manusia, yaitu hubungan antar manusia (intersubjektivitas) yang merupakan salah satu tema dalam Eksistensialisme. Komunikasi yang diperkenalkan Jaspers dikategorikan sebagai hubungan antar manusia (intersubjektivitas), namun dalam konsep Komunikasi ini Jaspers membedah kehidupan kejiwaan manusia, dan dia menampilkan inti terdalam dari manusia yang disebutnya dengan Existenz. Menurut Jaspers, ada dua cara ada manusia. Pertama Dasein adalah ada manusia secara empiris. Kedua, Existenz adalah ada manusia yang tidak empiris, dan merupakan kehidupan batiniah manusia. Existenz bersifat unik, otentik dan tidak objektif. Existenz menampakkan diri dalam Komunikasi. Existenz menurut Jaspers adalah eksistensi manusia yang berkaitan erat dengan komunikasi. Malahan bagi Jaspers eksistensi manusia adalah eksistensi dalam komunikasi. Bagi Jaspers Komunikasi penting dalam rangka manusia menjadi dirinya. Existenz adalah ada manusia yang sebenarnya. Menurut Jaspers, komunikasi yang sebenarnya adalah komunikasi eksis tensial. Komunikasi Dasein tidaklah menyentuh inner space dari manusia, sehingga komunikasi berlangsung tanpa sadar diri dan komunikasi ini tidak melahirkan kreativitas apa-apa. Sedangkan Komunikasi eksistensial, adalah komunikasi yang menyentuh kehidupan batiniah manusia, sehingga dalam komunikasi ini manusia akan menjadi dirinya sendiri dan dapat menangkap diri orang lain. Menurut Jaspers, menjadi diri sendiri sangat penting, karena dengan menjadi diri sendiri orang dapat melahirkan kreativitas yang memperkaya ada dunia dan memperkaya kehidupan manusia. Disamping itu, menangkap diri orang lain juga penting dalam kerangka hidup bersama. Bagi Jaspers, dunia ini adalah milik bersama. Manusia hidup bersama di atasnya. Dalam hidup bersama ada hubungan antar manusia. Kata Jaspers dalam hubungan antar manusia ada koeksistensi, aku ada karena orang lain ada. Aku sadar diri karena orang lain sadar akan dirinya pula. Aku menjadi diri sendiri karena orang lain menjadi dirinya pula. Pemikiran Jaspers tentang Komunikasi menonjolkan suatu gagasan moral, dimana dinyatakan bahwa suatu pedoman moral yang kokoh sangat penting dalam melangsungkan hidup bersama. Aksentuasi Jaspers pada otentisitas masing-masing individu menampilkan suatu gagasan moral bahwa dalam hidup bersama perlu ada saling pengertian, dan harus saling menerima diri masing-masing. Usaha untuk mengatur orang lain , sehingga ia menjadi orang lain menurutku akan menyebabkan komunikasi hancur. Hasilnya adalah perselisihan dan perpisahan."
Depok: Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prihatin Muslim
"Skripsi ini terdiri dari 5 bab, dan 3 bab merupakan inti dari buah pikiran penulis tentang tinjauannya secara filosofis terhadap matematika. Pada bab pertama selain memuat tema, metode dan sistematika penulisan juga secara ekplisit diberikan argumen dipilihnya judul dari skripsi. Karena penulis sangat prihatin atas terlupakannya ilmu-ilmu bantu seperti matematika oleh para pengguna dan pengembang matematika ini. Untuk selanjutnya diharapkan dengan pemahaman agak mendalam terhadap matematika, para pengguna dan pengembang sadar dan tahu bahwa ilmu-ilmu bantu seperti matematika, fisika, kimia dan lain sebagainya dapat bahkan penting untuk pengembangan ilmu dan teknologi. Metodologi matematika selama ini metode yang dipergunakan sering berubah-ubah namanya, dalam skripsi ini menggunakan metode deduksi dan aksiomatisasi. Apakah deduksi dan apa aksiomatisasi dapat diikuti pada bab 3, secara sengaja dipakai ilustrasi pada model-model matematika yang telah popular. Pada bab 4 berisi epistemologi dan ontologi dalam matematika. Kajian episternologi matematika mencari jawab dari mana sumber-sumber matematika, batas-batasnya dan juga. metodenya: Ontologi matematika tidak mempermasalahkan adanya matematika; tetapi adanya obyek-obyek di dalam matematika. Orang telah telanjur latah menyebut garis, titik, dan bidang di dalam lima ukur datar. Tetapi apakah hakekat dari garis, titik, dan sebagainya? Adakah hal-hal tersebut didunia nyata atau hanya ada di dalam ide saja, jawaban ini beraneka ragam menurut paham dan aliran-aliran filsafat yang dianut; Pada paham logisme mengatakan bahwa hakekat matematika adalah logika, tetapi aliran formalisme menekankan segi-segi formal."
Depok: Universitas Indonesia, 1989
S16155
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riyati Yarmani
"Skripsi ini mencoba untuk menyajikan salah satu pemikiran Bertrand Arthur William Russell tentang Atomisme Logis. Tujuan Atomisme Logis ialah menjelaskan hakekat bahasa dan realitas. Pengetahuan memerlukan bahasa sebagai alat. Dengan bahasa, seseorang dapat mengungkapkan pendapatnya, dan meyakinkan orang lain bahwa sesuatu hal yang dikemukakan itu mempunyai landasan yang cukup kuat. Dalam bukunya Irving M. Copi yang berjudul Introduction to Logic dikatakan bahwa bahasa mempunyai fungsi informatif, ekspressif, direktif, seremonial dan performatif. Fungsi bahasa yang pertama ialah untuk mengatakan informasi komunikasi. Bahasa digunakan untuk prosisi menyatakan atau proposisi menolak, atau untuk memberikan argumen-argumen. Tulisan atau ceramah informatif digunakan untuk menggambarkan dunia, dan pengertian mengenai hal tersebut. Apakah fakta-fakta yang digambarkan itu penting atau tidak penting, umum atau khusus tidak menjadi soal, dalam setiap kasus bahasa digunakan untuk menggambarkan atau melaporkannya. Dengan kata lain fungsi informatif menggambarkan dunia fakta atau realitas. Faham yang umum mengenai bahasa selama ini, bahwa bahasa tersebut merupakan alat mengungkapkan pikiran dan pendapat seseorang. Pemikiran manusia itu mendapat bentuk dalam bahasa, yang mampu member penjelasan yang baik dan betul. Akan tetapi penyelidikan Russell mengenai bahasa menghasilkan suatu pandangan baru. Russell bersama Moore dengan metoda analisa menganalisa bahasa. Menurut Moore, bahasa sehari-hari merupakan sumber akal sehat yang sudah mencukupi. Tetapi menurut Russel metoda analitis Moore belum memuaskan, karena bahasa sehari-hari kurang cocok. Kita dapat menyelidiki susunan kenyataan melalui analisa bahasa, karena memang bahasa merupakan suatu cermin dari kenyataan,tetapi agar cermin ini berfungsi dengan baik, kita harus menyempurnakan bahasa. Kita harus menciptakan suatu bahasa ideal yang secara logis sempurna. Bahasa yang secara logis sempurna terdiri dari unsur yang disebut atom-atom logis yang merupakan suatu deskripsi dari fakta-fakta atomis. Menurut penulis, atomis logis menjadi jelas, dengan diuraikan epistemologis Russell dari buku Problems of Philosophy sebagai pengantar untuk mengetahui pengetahuan realitas dan fakta, logika dan penerapan bahasa yang menguraikan proposisi."
Depok: Universitas Indonesia, 1987
S16062
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library