Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tirta Samudrajiwa Soenarto
Abstrak :
Pinokio merupakan sebuah karakter yang sangat dikenal dari bagaimana dia belajar menjadi anak laki-laki sungguhan. Ceritanya juga sangat terkenal dengan keunikan dari hidung tokoh utamanya yang dapat bertambah panjang ketika dia berbohong. Formula cerita ini secara terus menerus digunakan dan dapat ditemukan dengan mudah di seluruh adaptasi Pinokio. Namun, apakah cerita Pinokio hanya tentang menggambarkan hidung Pinokio? Film tentu menawarkan banyak aspek lain yang dapat dilihat. Guillermo del Toro's Pinocchio (2022) telah menunjukkan hal tersebut dengan membuat alur cerita yang tidak hanya semata-mata menghadirkan tentang bagaimana tokoh utama Pinokio menjadi anak laki-laki sungguhan. Meskipun Pinokio yang banyak dikenal sebagai tokoh terkenal dalam sastra anak, tulisan ini bertujuan untuk melihat penggambaran dari fasisme dan bagaimana hal tersebut dikritik lewat cerita Pinokio. Dengan demikian, penulisan ini membahas fasisme dalam sebuah film Hollywood dan bagaimana film tersebut menggambarkan paham tersebut. ......Pinocchio is a well-known character who is majorly recognized by how the wooden puppet learns to be a real boy. The story is also widely famous for the uniqueness of the main character when his nose grows longer as he lies. This same formula has been continuously used and can be easily found in every adaptation of Pinocchio. However, does it mean that the story of Pinocchio is only about depicting Pinocchio’s nose? Motion pictures certainly offer many aspects to be seen. Guillermo del Toro’s Pinocchio (2022) has stepped this notion up by creating storylines that do not simply present how the main character is portrayed to be a real boy. Even though Pinocchio is mostly known as a famous character in children's literature, this paper aims to see the portrayal of fascism and how it is criticized through the story of Pinocchio. Therefore, this paper deals with fascism in a Hollywood film and how it captures elements of fascism.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Inasa Hana Farihah
Abstrak :
Sekitar enam juta orang Afrika-Amerika bermigrasi dari negara bagian Selatan ke Negara Bagian Utara, Barat, dan Barat Tengah selama Gerakan Migrasi Besar pada tahun 1910; namun, banyak orang kulit putih pindah ke pinggiran kota karena populasi kulit hitam tumbuh di kota-kota besar. Kisah Little Fires Everywhere (2020) yang merupakan mini seri asli Hulu yang diproduksi oleh Liz Tigelaar dan diadaptasi dari novel tahun 2017 oleh Celeste Ng berlangsung di daerah pinggiran kota tempat rasisme sistemik dilestarikan. Karya akhir ini bertujuan untuk menemukan bagaimana miniseri ini menampilkan isu perbedaan rasial dan struktural yang berasal dari ketidaktahuan dan mempelajari bagaimana isu-isu tersebut mempengaruhi hubungan Elena Richardson dan Mia Warren dengan anak perempuan mereka menggunakan model analisis wacana kritis (CDA) Fairclough (1989). Penulis menemukan bahwa, dalam serial tersebut, pandangan konservatif kulit putih dan status sosial yang diistimewakan menciptakan hubungan yang dangkal dan disfungsional. Di sisi lain, perjuangan keuangan keluarga non kulit putih menyebabkan ketidakpuasan dan ketidakjujuran dalam hubungan mereka. Terungkap bahwa ideologi tertanam dalam dialog melalui bahasa yang digunakan tokoh-tokohnya, yang (kembali) menghasilkan relasi kuasa dalam interaksinya dan mempengaruhi relasinya. ......Around six million African-Americans migrated from the Southern to Nothern, Western, and Midwestern states during the Great Migration movement in 1910; however, many White people moved out to the suburbs as the Black population grew in the major cities. The story of Little Fires Everywhere (2020), a Hulu original mini-series produced by Liz Tigelaar and adapted from the 2017 novel by Celeste Ng, takes place in a suburban area where systemic racism is perpetuated. This paper aims to discover how this mini-series presents the issues of racial and structural differences stemming from ignorance and study how these issues affect Elena Richardson and Mia Warren’s relationship with their daughters using Fairclough’s (1989) critical discourse analysis (CDA) model. The writer finds that, in the series, white conservative views and privileged social status create a superficial and dysfunctional relationship. On the other hand, the nonwhite family’s financial struggles cause dissatisfaction and dishonesty in their relationship. It is revealed that ideology is embedded in the dialogues through the language the characters use, which (re)produces the power relations in their interactions and influences their relationship.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library