Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Clara Dorothy Stephannie Eirene
"Latar Belakang: Pendidikan dokter gigi di Indonesia terbagi menjadi 2 program pendidikan, yaitu program sarjana dan program profesi. Dalam program sarjana, pembelajaran IKGA dilakukan dengan metode pembelajaran problem-based learning dan skills lab. Pada program profesi kompetensi IKGA dicapai dengan melakukan keterampilan klinis dan pendalaman teori, dengan pengetahuan dan keterampilan yang didapatkan program sarjana. Diperlukan kepercayaan diri dalam diri mahasiswa dalam melakukan pekerjaan klinis. Kepercayaan diri dapat dibangun dari berbagai hal, salah satunya adalah kompetensi. Tujuan: Menganalisis hubungan antara metode pembelajaran Ilmu Kedokteran Gigi Anak pada program sarjana dan kepercayaan diri mahasiswa program profesi FKGUI saat di klinik. Metode: Data diambil secara daring dengan studi cross-sectional pada 95 mahasiswa program profesi FKGUI Angkatan masuk 2016 menggunakan alat ukur kuesioner dengan 22 pertanyaan, mengenai demografi, metode pembelajaran, dan kepercayaan diri mahasiswa. Analisis data dilakukan dengan uji korelasi spearman menggunakan SPSS. Hasil: Terdapat hubungan bermakna dan kuat (p = 0,001; r = 0,602) antara metode pembelajaran IKGA pada program sarjana dengan kepercayaan diri mahasiswa program profesi saat di klinik. Ditemukan juga hubungan yang bermakna dan sedang antara masing-masing metode pembelajaran dengan kepercayaan diri mahasiswa program profesi (p = 0,001; r PBL = 0,536; r SL = 0,489). Kesimpulan: Pada penelitian ini ditemukan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara metode pembelajaran IKGA pada program sarjana dengan kepercayaan diri mahasiswa program profesi saat di klinik dan hubungan yang sedang antara masing-masing metode pembelajaran (problem-based learning dan skills lab) dengan kepercayaan diri mahasiswa program profesi saat di klinik.

Background: Dental education in Indonesia is divided into 2 educational programs, it is undergraduate programs and professional programs. In the undergraduate program, pediatric dentistry learning methods are carried out using problem-based learning and skills lab methods. In the professional program, pediatric dentistry competence is achieved by carrying out clinical skills and theoretical activities, with the knowledge and skills obtained from the undergraduate program. Self-confidence is needed in students doing clinical work. Confidence can be built from various things, one of which is competence. Objective: To analyze the correlation between the learning method of Pediatric Dentistry in the undergraduate program and the confidence of students of the Faculty of Dentistry, Universitas Indonesia professional program in the clinic. Methods: Data was taken online with a cross-sectional study on 95 students of the Faculty of Dentistry, Universitas Indonesia professional program class of 2016 using a questionnaire with 22 questions, regarding demographics, learning methods, and student self-confidence. Data analysis was performed with the Spearman correlation test using SPSS. Results: There is a significant and strong correlation (p = 0.001; r = 0.602) between the pediatric dentistry learning method in undergraduate programs and the confidence of professional program students while in the clinic. There was also a significant and moderate correlation between each learning method and professional program students' self-confidence (p = 0.001; r PBL = 0.536; r SL = 0.489). Conclusion: In this study, it was found that there was a strong correlation between pediatric dentistry learning methods in the undergraduate program with professional program student confidence in clinics and a moderate correlation between each learning method (problem-based learning and skills lab) and professional program student confidence in clinics."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wita Tiatanudatar
"Latar Belakang : Pandemi Corona Virus Disease (COVID-19) menyebabkan proses pembelajaran beralih dari metode luring (2017) ke daring (2019). Tujuan : Menilai kepuasan mahasiswa kedokteran gigi antara kelas online dan offline di skill lab SSC Universitas Indonesia. Metode : Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif potong lintang dengan menggunakan kuesioner online yang terdiri dari 6 kategori dan 19 pernyataan. Sebanyak 133 responden berpartisipasi dalam penelitian ini. Perbedaan kepuasan dianalisis menggunakan uji Pearson Chi-square dan Mann-Whitney. Hasil : Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar kelas luring (2017) setuju dengan pernyataan yang diberikan dalam 6 kategori. Lebih dari 50% peserta mempunyai kepuasan positif terhadap skills lab luring. Sebaliknya, kelas daring (2019) menunjukkan variasi jawaban yang lebih banyak, dengan lebih dari 40% peserta puas dengan kelima kategori dan lebih dari 11% tidak setuju dengan kategori keenam. Terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05) pada 5 kategori: tujuan pembelajaran, materi kelas, relevansi isi, penyampaian perkuliahan, serta fasilitas dan lingkungan. Namun pada kategori pengetahuan dosen tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p≥0,05). Kesimpulan : Sebagian besar mahasiswa merasa puas dengan skills lab SSC luring. Berbeda dengan skills lab daring, mereka lebih cenderung menjawab dengan jawaban yang beragam, sehingga menyebabkan perbedaan statistik. Kesenjangan ini mungkin timbul dari cara mahasiswa dan dosen berinteraksi secara berbeda di skills lab luring dan daring. Oleh karena itu, pelaksanaan skill lab luring dan daring memberikan kepuasan yang berbeda karena adanya lima kategori yang menekankan pada pembelajaran praktik.

Background : The Coronavirus Disease (COVID-19) pandemic caused the learning process to be shifted from offline (2017) to online (2019) methods. Aim : Assess dental students’ satisfaction between online and offline classes in the SSC skills lab at the Universitas Indonesia. Methods : This study used cross-sectional descriptive analysis using an online questionnaire comprising 6 categories and 19 statements. A total of 133 respondents participated in this research. Differences in satisfaction were analysed using the Pearson Chi-square and Mann-Whitney tests. Results : The result shows that most offline classes (2017) agreed with the statements given in 6 categories. More than 50% of the participants had positive satisfaction with the offline skills lab. Conversely, online classes (2019) shows more variation in answer, with more than 40% of the participants satisfied with all five categories and more than 11% disagreed with the sixth category. There is a significant difference (p<0,05) in 5 categories: learning objectives, class materials, content relevance, lecture delivery and style, and facility and environment. However, the lecturer knowledge category shows no significant difference (p≥0,05). Conclusion : Most students were satisfied with the SSC offline skills lab. In contrast with the online skills lab, they were more likely to answer with various answers, which leads to statistical differences. This discrepancy may arise from how students and instructors interact differently in the offline and online SSC skills lab. Therefore, the implementation of online and offline skills labs provides different satisfaction due to five categories that emphasize to practical learning."
Depok: Fakultas kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Delfiana Marshella
"Latar Belakang: Susunan gigi anterior merupakan salah satu komponen estetika wajah yang berdampak terhadap persepsi diri anak serta mendorong anak dan orang tua untuk memeriksakan keadaan gigi mulut anak ke dokter gigi. Variasi susunan gigi anterior anak selama periode gigi bercampur, seperti adanya gigi berjejal, gigitan terbuka, posisi gigi yang miring atau rotasi, serta gigi yang cenderung terlihat maju yang dapat terkoreksi dengan sendirinya maupun yang memerlukan perawatan dini setelah penilaian oleh dokter gigi. Tujuan Penelitian: Menganalisis perbedaan antara persepsi diri dan dokter gigi terhadap susunan gigi anterior anak 9-12 tahun di SDN 01 Pademangan Barat Pagi Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan studi potong lintang di SDN 01 Pademangan Barat Pagi di Jakarta, bulan Desember 2023 menggunakan instrumen kuesioner yang dilengkapi oleh foto intraoral susunan gigi depan anak saat oklusi dari arah sagital, transversal, dan vertikal dalam 5 posisi. Kuesioner persepsi diri anak yang diisi oleh subjek penelitian dan kuesioner penilaian dokter gigi merupakan instrumen yang sama untuk menilai keadaan gigitan dalam, gigitan terbuka, gigi berjejal, gigi berjarak, gigi protrusif, gigitan silang, serta gigi rapi dan sejajar. Uji validasi dan reliabilitas dilakukan sebelum kueseioner digunakan dalam penelitian. Data dianalisis untuk menguji secara statistik perbedaan antara persepsi diri dan penilaian dokter gigi terhadap susunan gigi anterior anak usia 9-12 tahun Hasil: Subjek penelitian ini sejumlah 97 anak dan melibatkan penilaian dari 5 dokter gigi. Persepsi diri dan dokter gigi berbeda bermakna terhadap keadaan gigitan dalam, gigi berjejal di rahang atas, gigi berjarak di rahang atas, dan gigi rahang atas protrusif pada anak (uji Chi-Square, nilai p<0,05). Kesimpulan: Persepsi diri dengan penilaian dokter terhadap susunan gigi anterior anak usia 9-12 tahun pada penelitian ini menunjukkan perbedaan yang bermakna, terutama pada keadaan gigi depan rahang atas.

Background: The anterior teeth alignment is one of the components of facial aesthetics that has an impact on children's self-perception and may encourages children and their parents to check their oral and dental condition by a dentist. Variations in the alignment of children's anterior teeth occur during the mixed dentition period, such as crowding, open bite, tilted or rotated tooth, and protrusive teeth which can be corrected on their own or require early treatment after dentist assessment. Objectives: To analyze differences between self-perception and dentist assessment of anterior teeth alignment in children aged 9--12 years at SDN 01 Pademangan Barat Pagi in Jakarta. Methods: This study was a cross-sectional study at SDN 01 Pademangan Barat Pagi in Jakarta, December 2023 using a questionnaire that completed with children's intraoral photos during occlusion from the sagittal, transverse and vertical dimensions in 5 positions. The children's self-perception questionnaire and dentist assessment questionnaire were identical to assess the condition of deep bite, open bite, crowding, spacing, protrusive teeth, anterior cross bite and well-aligned teeth in subjects recruited for this study. Validity and reliability tests were carried out before the questionnaire was used in the research. Data were analysed to statistically test the differences between self-perception and dentist assessment of anterior teeth alignment in children aged 9-12 years. Results: There were 97 children and 5 dentist involved in this study. Self-perception and dentist assessment were significantly different regarding the condition of deep bite, maxillary crowding, maxillary spacing and protrusive teeth in children (Chi-Square Test, p value <0,05). Conclusion: Self-perception and dentist assessment of anterior teeth alignment in children aged 9-12 years in this study showed significant differences, especially in the condition of the maxillary anterior teeth."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifki Mujahid Ziyad
"Latar Belakang: Praktik dokter gigi mengalami penyesuaian di masa pandemi COVID-19 untuk mengurangi risiko penularan COVID-19 di tempat praktik dan masyarakat tetap dapat dilayani, terutama pada kasus kegawatdaruratan gigi dan mulut anak. Oleh karena itu, perlu dilakukan edukasi kepada orang tua menggunakan media pembelajaran audiovisual dengan memanfaatkan sistem daring yang diterapkan di taman kanak-kanak (TK) untuk kegiatan pembelajaran.
Tujuan: Menganalisis efektivitas edukasi audiovisual secara daring terhadap pengetahuan orang tua murid (OTM) tentang praktik dokter gigi selama masa pandemi COVID-19.
Metode: Populasi penelitian merupakan OTM dari TK yang berlokasi di salah satu kecamatan di DKI Jakarta yang dipilih secara acak dan OTM yang memenuhi kriteria inklusi diikutsertakan dalam penelitian. Pengetahuan OTM mengenai praktik dokter gigi selama pandemi COVID-19 dinilai menggunakan kuesioner yang diberikan sebelum dan setelah edukasi audiovisual secara daring. Kuesioner terdiri dari tujuh pertanyaan yang diberikan secara daring.
Hasil: Terdapat 52 OTM yang berpartisipasi dalam penelitian. Pengetahuan OTM tentang praktik dokter gigi selama pandemi COVID-19 setelah edukasi audiovisual meningkat secara signifikan dibandingkan sebelumnya (uji Wilcoxon, p<0,05) dan tidak dipengaruhi oleh latar belakang sosiodemografi OTM (uji Kruskal Wallis, p>0,05).
Kesimpulan: Edukasi audiovisual secara daring efektif untuk meningkatkan pengetahuan OTM tentang praktik dokter gigi selama masa pandemi COVID-19.

Background: Dental practice has adjusted during the COVID-19 pandemic to reduce the risk of COVID-19 transmission in dental practice and to keep serving the patients, especially for dental emergency cases in children. Therefore, it is necessary to educate parents using online-based audiovisual method following the online education implementation in kindergartens.
Objective: To analyze the effectiveness of online-based audiovisual education on parents’ knowledge about dental practice during the COVID-19 pandemic.
Method: The study population is parents of kindergartens’ student located in one of the districts in DKI Jakarta which are randomly selected and those who meet the criteria of inclusion are included in the study. Parents’ knowledge about dental practice during the COVID-19 pandemic is assessed using questionnaire given before and after online-based audiovisual education. The questionnaire consists of seven questions which are given online.
Result: There are 52 parents who participated in the research. The parents’ knowledge about dental practice during the COVID-19 pandemic after audiovisual education increased significantly compared with pre-education (Wilcoxon test, p<0.05) and not influenced by parents’ sociodemographic status (Kruskal Wallis test, p>0.05).
Conclusion: Online-based audiovisual education is effective to increase parents’ knowledge about dental practice during the COVID-19 pandemic.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library